Berdasarkan alur tersebut, proses penciptaan integrasi sosial pascakonfhk dan kekerasan dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1) Konflik Menuju Akomodasi
Pada awalnya konflik dan kekerasan muncul sebagai akibat perbedaan dalam masyarakat.
Konflik dan kekerasan kemudian diredam dan diselesaikan dengan cara melakukan
akomodasi yang disesuaikan dengan sumber/akar konflik.
2) Akomodasi Menuju Kerja Sama
Pada tahap akomodasi telah tercapai kompromi dan penyelesaian masalah. Akomodasi
mencerminkan upaya kerja sama untuk menyelesaikan masalah, baik internal (antarpihak
yang terlibat konflik) maupun eksternal (melibatkan pihak lain untuk melakukan
akomodasi). Kerja sama terbentuk karena adanya kesadaran bersama dengan membuat
kesepakatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3) Kerja Sama Menuju Koordinasi
Adanya kesadaran dalam kerja sama dapat menumbuhkan koordinasi. Pelaksanaan
koordinasi hendaknya mengedepankan kerja sama yang telah tercipta supaya terarah dan
sejalan tujuan yang ingin dicapai. Pada tahap ini, baik antarpihak yang terlibat konflik
maupun pihak ketiga yang membantu penyelesaian konflik sadar melakukan proses
integrasi.
4) Koordinasi Menuju Asimilasi
Proses asimilasi merupakan proses mengurangi perbedaan antarindividu atau kelompok
untuk memperkuat kesatuan dan memperhatikan kepentingan ataupun tujuan bersama
(Syarbaini, 2013:30). Terkait proses integrasi pascakonflik, asimilasi terjadi melalui dua
tahapan. Pertama, adanya perubahan nilai budaya pada tiap-tiap kelompok. Kedua, terjadi
penerimaan cara hidup yang baru.
Gambar 2.5 Masyarakat yang terlibat dalam pertentangan dapat menunjuk pihak internal untuk menjadi
stakeholder
2) Pihak dari Luar
Pihak dari luar yang terlibat proses integrasi adalah pihak yang tidak terlibat konflik. Pihak
tersebut dilibatkan untuk membantu menyelesaikan konflik dan kekerasan. Pihak dari luar
dianggap sebagai pihak netral dan diharapkan mampu membantu kelompok yang bertikai
dalam melihat masalah dengan sudut pandang berbeda serta, menemukan solusi guna
mewujudkan integrasi. Adapun pihak luar yang terlibat proses integrasi sebagai berikut.
a) Polri dan Militer
Polri sebagai alat negara bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat,
serta menegakkan hukum. Oleh karena itu, Polri dapat dilibatkan dalam upaya
mewujudkan integrasi pascakonflik. Pihak kepolisian dapat mengawal proses integrasi
agar berjalan secara kondusif.
Selain Polri, terdapat pihak militer yang dapat dilibatkan yaitu TNI. Keterlibatan TNI
diperlukan apabila terjadi konflik dalam skala besar sehingga integrasi sosial sulit
dicapai.
b) LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) turut memiliki andil dalam pelaksanaan
penanganan konflik dan kekerasan. Lantas apa yang dilakukan LSM terkait
penanganan pemecahan masalah sosial konflik dan kekerasan sebagai upaya
menciptakan integrasi sosial? Tindakan yang dapat dilakukan LSM sebagai berikut
(Rahmadani, 2015: 128-131).
(1) Membangun kepercayaan. LSM membangun kepercayaan masyarakat bahwa
mereka bersedia dimediasi melalui LSM dalam penyelesaian masalah.
(2) Memodifikasi isu. LSM mengidentifikasi berbagai isu yang menj adi sumber
masalah, memetakan masalah, dan memperkenalkan alternatif penyelesaian
masalah.
(3) Mendorong komunikasi antarpihak yang terlibat masalah. Melalui komunikasi,
antarpihak yang berkonflik memiliki pemahaman tentang konflik dan cara
menyelesaikannya.
Bisa jadi pihak yang dilibatkan dalam proses integrasi sosial sama dengan proses
reintegrasi sosial. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan terdapat tambahan pihak-
pihak yang dilibatkan. Kondisi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan, besar kecilnya konflik
dan kekerasan yang ditangani, serta jenis program yang dijalankan.