Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Devid Lockwood, consensus dan konflik merupakan dua sisi dari suatu kenyataan yang
sama dan dua gejala yang melekat secar bersama-sama di dalam masyarakat. Seperti halnya
dengan konflik yang dapat terjadi antar individu, individu dengan kelompok, dan antarkelompok.
Demikian pula halnya dengan consensus, consensus dapat pula terjadi antar individu, individu
dengan kelompok, dan antarkelompok.
Menurut R. William Liddle, consensus nasional yang mengintegrasikan masyarakat yang
pluralistic pada hakikatnya adalah mempunyai dua tingkatan sebagai prasyarat bagi tumbuhnya
suatu integrasi nasional yang tangguh. Pertama, sebagian besar anggota suku bangsa bersepakat
tentang batas-batas territorial dari negara sebagai suatu kehidupan politik di mana mereka sebagai
warganya. Kedua, apabila sebagian besar anggota masyarakatnya bersepakat mengenai struktur
pemerintah dan aturan-aturan dari proses politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat di atas
wilayah negara yang bersangkutan. Nasikun menambahkan bahwa integrasi nasional yang kuat dan
tangguh hanya akan berkembang di atas consensus nasional mengenai batas-batas
suatu masyarakat poitik dan system politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat tersebut.
Kemudian, suatu consensus nasional mengenai system nilai yang akan mendasari hubunganhubungan social di antara anggota suatu masyarakat negara.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Integrasi Sosial ?
2. Apa Syarat-Syarat Integrasi Sosial ?
3. Sebutkan Faktor-faktor Penentu Integrasi Sosial ?
4. Bagaimana Bentuk bentuk Integrasi Sosial ?
5. Bagaimana Tahapan Integrasi Sosial ?
6. Apa Pengertian Konflik Sosial ?
7. Sebutkan Macam Kelompok Sosial ?
8. Bagaimana Pengaruh Kelompok Sosial terhadap Integrasi Sosial ?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Definisi Integrasi Sosial
2. Mengetahui Syarat-Syarat Integrasi Sosial
3. Mengetahui Faktor-faktor Penentu Integrasi Sosial
4. Mengetahui Bentuk bentuk Integrasi Sosial
5. Mengetahui Tahapan Integrasi Sosial
6. Mengetahui Pengertian Konflik Sosial
7. Mengetahui Macam Kelompok Sosial
8. Mengetahui Pengaruh Kelompok Sosial terhadap Integrasi Sosial

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Integrasi Sosial
Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan.
Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda
dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi.
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik
beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih
tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.Integrasimemiliki 2 pengertian, yaitu :
Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu.
Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah
unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Dalam KBBI di sebutkan bahwa integrasi adalah pembauan sesuatu yang tertentu hingga
menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Istilah pembauran tersebut mengandung arti masuk ke dalam,
menyesuikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi satu.
Banton (dalam Sunarto, 2000 : 154) mendefinisikan integrasi sebagai suatu pola hubungan yang
mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan makna penting pada
perbedaan ras tersebut.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme structural, system social senantiasa
terintegrasi di atas dua landasan berikut:
Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya consensus di antara sebagian besar
anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental.
Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari
berbagai kesatuan social (cross-cutting affiliations).
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai
tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya
saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Pada suratal-An'am ayat 153 Allah lagi-lagi
menegaskan tentang pentingnya integrasidalam kehidupan manusia. "Dan bahwa yang kami
perintahkan ini adalah jalan-Ku yanglurus, maka ikutilah dia: jangan kamu mengikuti jalan-jalan
(yang lain) karena itu menceraiberaikan kamu dari jalanNya".Yang dimaksud tali Allah dalam ayat ini
adalah jalan yang lurus; perpecahan itu dengandemikian adalah jalan yang tidak boleh ditempuh.
Jalan -jalan yang lain dimaksud adalahagama-agama dan kepercayaan yang selain Islam. Kecaman
Allah bagi mereka yangmengikuti jalan lain itu dapat disimak dalam surat yang sama ayat 159 yang
artina:
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi
berpecah belah (bergolongan), tidak ada sedikit pun tanggung jawab kamu terhadap
mereka, sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah Allah, kemudian Allah akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat".
Masalahnya adalah, di sisi yang lain, perbedaan adalah Sunnatullah. Setiap manusia diberikan
kebebasan untuk menggunakan akal dan nuraninya untuk mencari jalan yangterbaik menuju Allah.
Dalam term ini, Islam (Syariah) sebagai sistem nilai yang idiil hampir menemukan kemapanannya.
Tentunya kesatuan tauhid akan keesaan Allah dankerasulan Muhammad SAW adalah mutlak.
Kemapanan ini akan berbeda ketika sudah memasuki wilayah sosiologis masyarakat beragama.
2.2. Syarat-Syarat Integrasi Sosial
2

Integrasi social akan terbentuk di masyarakat apabila sebagian besar anggota masyarakat
tersebut memiliki kesepakatan tentang batas-batas territorial dari suatu wilayah atau Negara tempat
mereka tinggal.
Selain itu, sebagian besar masyarakat tersebut bersepakat mengenai struktur kemasyarakatan
yang di bangun, termasuk nilai-nilai, norma-norma, dan lebih tinggi lagi adalah pranata-pranata
sosisal yang berlaku dalam masyarakatnya, guna mempertahankan keberadaan masyarakat
tersebut. Selain itu, karakteristik yang di bentuk sekaligus manandai batas dan corak
masyarakatnya.
Menurut William F. Ogburn da Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu integrasi social adalah:
a. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhankebutuhan satu dengan yang lainnya. Hal ini berarti kebutuhan fisik berupa sandang dan
pangan serta kebutuhan sosialnya dapat di penuhi oleh budayanya. Terpenuhinya kebutuhankebutuhan ini menyebabkan masyarakat perlu saling menjaga keterikatan antara satu dengan
lainnya.
b. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (consensus) bersama mengenai norma-norma
dan nilai-nilai social yang di lestarikan dan di jadikan pedoman dalam berinteraksi satu dengan
yang lainnya, termasuk menyepakati hal-hal yang di larag menurut kebudayaannya.
c. Norma-norma dan nilai social itu berlaku cukup lama dan di jalankan secara konsisten serta
tidak mengalami perubahan sehingga dapat menjadi aturan baku dalam melangsungkan proses
interaksi social.
2.3. Faktor-faktor Penentu Integrasi Sosial
Faktor integrasi bangsa Indonesia rasa senasib dan sepenanggungan serta rasa seperjuanagan di
masa lalu ketika mengalami penjajahan. Penjajahan menimbulkan tekanan baik mental ataupun fisik.
Tekanan yang berlarut-larut akan melahirkan reaksi dari yang ditekan ( di jajah ). Sehingga muncul
kesadaran ingin memperjuangkan kemerdekaan.
Yang bisa menjadi faktor integrasi bangsa adalah semboyan kita yang terkenal yaitu bhineka
tunggal ika, dimana kita terpisah-pisah oleh laut tetapi kita mempunyai ideologi yang sama yaitu
pancasila. Dengan kata lain yang dapat menjadi faktor integrasi bangsa Indonesia adalah;
(1)Pancasila, (2)Bhineka Tunggal Ika, (3) Rasa cinta tanah air, (4) Perasaan senasib
sepenanggungan. Dengan menyadari keadaan bangsa Indonesia yang majemuk itu, setiap warga
negara harus waspada agar jangan sampai melakukan hal-hal negatif yang dapat memperlemah
persatuan dan kesatuan bangsa.
Adapun factor- factor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi integrasi social dalam
masyarakat, antara lain sebagai berikut:
Factor internal : kesadaran diri sebagai makhluk social, tuntutan kebutuhan, dan semangat gotong
royong.
Factor eksternal : tuntutan perkembangan zaman, persaman kebudayaan, terbukanya
kesempatan, berpartisipasi dalam kehidupan bersama, persamaan visi, dan tujuan, sikap
toleransi, adanya consensus nilai, dan adanya tantangan Dari luar.
2.4 Bentuk bentuk Integrasi Sosial
Bentuk integrasi social dalam masyarakat dapat dibagi menjadi dua bentuk yakni:
Asimilasi, yaitu pembaruan kebudayaan yang disertai dengan hilangnya cirrikhas kebudayaan
asli. Dalam masyarakat bentuk integrasi social ini terlihat Dari pembentukan tatanan social yang
baru yang menggantikan budaya asli. Biasanya bentuk integrasi ini diterapkan pada kehidupan
social yang primitive dan rasis. Maka dari itu budaya asli yang bertentangan dengan norma yang
mengancam disintegrasi masyarakat akan digantikan dengan tatanan social barau yang dapat
menyatukan beragam latar belakang social.
Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsure- unsure asing tanpa menghilangkan kebudayaan
asli. Akulturasi menjadi alternative tersendiri dalam menyikapi interaksi social, hal ini didasarkan
3

pada nilai- nilai social masyarakat yang beberapa dapat dipertahankan. Sehingga nilai- nilai baru
yang ditanamkan pada masyarakat tersebut akan menciptakan keharmonisan untuk mencapai
integrasi soaial.
2.5. Tahapan Integrasi Sosial
Sebuah proses sosial dalam masyarakat selalu memiliki tahapan-tahapan tertentu yang harus dilalui.
Begitu pula pada integrasi sosial. Tahapan-tahapan yang ada dalam integrasi sosial adalah tahap
akomodasi, kerja sama, koordinasi, dan asimilasi. Untuk lebih jelasnya, mari kita pelajari bersama
pada pembahasan berikut ini.
1) Tahap Akomodasi
Tentu kamu masih ingat mengenai proses interaksi social yang telah kamu pelajari bukan? Pada
pembahasan tersebut kita mengenal akomodasi sebagai salah satu bentuk proses interaksi sosial
yang bersifat menyatukan masyarakat (asosiatif). Namun, tidak salah jika kita mengulas kembali
apakah akomodasi itu.
Akomodasi adalah suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya terdapat dua atau lebih individu
atau kelompok yang berusaha untuk saling menyesuaikan diri, tidak saling mengganggu dengan
cara mencegah, mengurangi, atau menghentikan ketegangan yang akan timbul atau yang sudah
ada, sehingga tercapai kestabilan (keseimbangan).
Akomodasi bertujuan untuk mengurangi pertentangan antara dua kelompok atau individu,
mencegah terjadinya suatu pertentangan secara temporer, memungkinkan terjadinya kerja sama
di antara individu atau kelompok sosial, serta mengupayakan peleburan antara kelompok sosial
yang berbeda (terpisah), misalnya melalui perkawinan campur (amalgamasi).
Dengan akomodasi, kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat multikultural seperti
masyarakat kita ini, dapat hidup berdampingan secara damai tanpa menimbulkan perpecahan.
Selain itu juga memungkinkan terjadinya kerjasama di antara kelompokkelompok sosial yang yang
ada dalam masyarakat tersebut. Hal ini karena di antara kelompok-kelompok sosial yang berbeda
dalam masyarakat dapat saling menyesuaikan diri satu sama lain. Dengan demikian akan
mendorong lahirnya integrasi dalam masyarakat tersebut.
2) Tahap Kerja Sama
Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Kerja sama dapat menggambarkan
sebagian besar bentuk interaksi sosial. Kerja sama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama
antarpribadi atau antarkelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Menurut Charles H. Cooley, kerja sama akan timbul apabila orang menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk mencapai kepentingankepentingan
bersama.
Kerja sama di antara kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat multikultural
mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam integrasi sosial. Mengapa? Dengan kerja sama
berarti kelompokkelompok sosial yang berbeda itu saling menyesuaikan diri, melengkapi,
membutuhkan, serta tidak memaksakan kehendak masing-masing yang dapat menimbulkan
prasangka-prasangka yang memicu lahirnya konflik dalam masyarakat. Kelompok-kelompok sosial
yang berbeda dalam masyarakat multikultural saling bekerja sama melakukan suatu kegiatan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Misalnya dengan melakukan joint venture atau
koalisi.
3) Tahap Koordinasi
Kerja sama yang dilakukan oleh kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat
multicultural harus dikoordinasi agar lebih terarah dan bisa mencapai tujuan demi kebaikan
bersama. Lalu apakah koordinasi itu?
Koordinasi adalah pengaturan secara sentral untuk mencapai integrasi dengan mempersatukan
individu maupun kelompok agar tercapai keseimbangan dan keselarasan dalam hubungan di
4

masyarakat. Dalam organisasi kemasyarakatan, koordinasi merupakan factor yang paling


dominan. Tanpa koordinasi, suatu organisasi tidak dapat berjalan dengan baik, mengingat
organisasi merupakan suatu kelompok yang terdiri dari orangorang dengan sifat dan kepribadian
yang berbeda-beda. Dengan demikian kelancaran jalannya organisasi ditentukan faktor
pendekatan antaranggotanya. Proses koordinasi mencakup berbagai aspek kemasyarakatan,
seperti aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan, dan lain sebagainya.
4) Tahap Asimilasi
Kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat multikultural setelah tahap koordinasi
akan tercapai atau tercipta suatu pemahaman bersama, sehingga di antara kelompok-kelompok
tersebut dapat saling menyesuaikan diri. Proses ini disebut dengan asimilasi. Asimilasi adalah
sebuah proses yang ditandai oleh adanya usaha-usaha untuk mengurangi perbedaanperbedaan
yang terdapat di antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia guna mencapai satu
kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Menurut Koentjaraningrat, proses asimilasi akan terjadi apabila berikut ini.
a) Ada kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaannya.
b) Saling bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang cukup lama.
c) Kebudayaan dari kelompok-kelompok tersebut masing-masing mengalami perubahan dan
saling menyesuaikan diri.
Dalam asimilasi ini terdapat faktor-faktor yang dapat mendorong maupun menghambat terjadinya
asimilasi di antara kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Adapun beberapa faktor yang dapat
mempermudah atau mendorong terjadinya asimilasi, di antaranya adalah sebagai berikut.
a) Toleransi, keterbukaan, saling menghargai, dan menerima unsur-unsur kebudayaan.
b) Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi yang dapat mengurangi adanya
kecemburuan sosial.
c) Sikap menghargai orang asing dengan kebudayaannya.
d) Sikap terbuka dari golongan penguasa.
e) Adanya perkawinan campur dari kelompok yang berbeda (amalgamation).
f) Adanya musuh dari luar yang harus dihadapi bersama.
Sementara itu, beberapa faktor yang dapat menghambat atau memperlambat terjadinya asimilasi
adalah sebagai berikut.
a) Perbedaan yang sangat mencolok, seperti perbedaan ras, teknologi, dan perbedaan ekonomi.
b) Kurangnya pengetahuan terhadap kebenaran kebudayaan lain yang sedang dihadapi.
c) Kecurigaan dan kecemburuan sosial terhadap kelompok lain.
d) Perasaan primordial sehingga merasa kebudayaan sendiri lebih baik dari kebudayaan bangsa
atau kelompok lainnya.
Melalui asimilasi, kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat multikultural saling
berinteraksi dan bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang lama, sehingga masingmasing kelompok sosial itu berubah dan saling menyesuaikan diri. Dengan demikian integrasi
dalam masyarakat akan tercipta.
2.6 Definisi Kelompok Sosial
Kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan
dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat
memengaruhi perilaku para anggotanya. Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu
yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga
tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya
mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan. Pengaruh tingkat kedekatan, atau
kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita
membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok
kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin
5

dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara,
dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan
bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan
interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.

2.7 Macam kelompok sosial


Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya
organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi
kelompok menjadi empat macam:
Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan
kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah
kecamatan.
Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai
organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan
satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok
pertemuan, kerabat.
Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada
persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya
melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal.
Contoh: Negara, sekolah.
2.8 Pengaruh Kelompok Sosial terhadap Integrasi Sosial
Penggolongan masyarakat secara vertical ( stratifikasi / pelapisan sosial ) maupun secara
horizontal ( diferensiasi sosial / kemajemukan ) tidaklah menggunakan dasar dasar atau faktor
faktor yang tunggal atau terdiri sendiri tetapi bersifat kumulatif, sehingga sering terjadi interseksi
( persidangan ) dan konsolidasi ( tumpang tindih ) keanggotaan masyarakat dalam berbagi
kelompok sosial yang ada didalam masyarakat.
Kelompok sosial atau sosial group merupakan pengumpulan ( agregasi ) manusia yang teratur.
Kelompok sosial atau sosial group adalah himpunan atau kesatuan kesatuan manusia yang
menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan adanya kesadaran untuk saling
menolong.
Kriteria yang sistematika tentang kelompok sosial ini dikemukakan oleh Soerjono
Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar, yaitu sebagi berikut.
Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa ia merupakan bagian dari kelompok yang
bersangkutan.
Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain.
Ada suatu factor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat.
Factor yang sama ini dapat berupa nasib yang sama, tujuan yang sama, idelogi yang sama,
musuh bersama, atau merupakn kelompok etnik ( suku bangsa ).
Kelompok tersebut mempunyai struktur, kaidah, dan pola perilaku tertentu.
Memiliki suatu sistem dan proses tertenu.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration"yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan.
integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda
dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi.
Dalam KBBI di sebutkan bahwa integrasi adalah pembauan sesuatu yang tertentu hingga
menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Istilah pembauran tersebut mengandung arti masuk ke dalam,
menyesuikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi satu.
Menurut William F. Ogburn da Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu integrasi social adalah:
Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhankebutuhan satu dengan yang lainnya. Hal ini berarti kebutuhan fisik berupa sandang dan
pangan serta kebutuhan sosialnya dapat di penuhi oleh budayanya. Terpenuhinya kebutuhankebutuhan ini menyebabkan masyarakat perlu saling menjaga keterikatan antara satu dengan
lainnya.
Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (consensus) bersama mengenai norma-norma
dan nilai-nilai social yang di lestarikan dan di jadikan pedoman dalam berinteraksi satu dengan
yang lainnya, termasuk menyepakati hal-hal yang di larag menurut kebudayaannya.
Norma-norma dan nilai social itu berlaku cukup lama dan di jalankan secara konsisten serta
tidak mengalami perubahan sehingga dapat menjadi aturan baku dalam melangsungkan proses
interaksi social.
Kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan
saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat
memengaruhi perilaku para anggotanya.
3.2. Saran
Apabila terjadi konflik antar individu atau individu dengan kelompok, maka yang pertama kali
harus di lakukan adalah melakukan integrasi sosial, karena suatu integrasi sosial di perlukan agar
masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik
maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_sosial
Anonimus.2009.Disintegrasi Sosial Kampus.(online).
http://matanews.com/2008/10/09/disintegrasi-sosial-kehidupan-kampus/ Diakses Jumat, 3 Juni 2011. Pukul
14.50 wib.
Adhi.2009.Mencegah Disintegrasi.(online).
http://mradhi.com/sosial-politik/mencegah-disintegrasi.html Diakses Jumat, 3 Juni 2011. Pukul 14.06 wib.
Saeful, Hadi.1980.Integrasi Nasional di Indonesia pada Penataran MKDU ISD. Bandung: Universitas:
Padjajaran Universitas
http://nilanikisari97.blogspot.co.id/2013/01/interseksi-dan-konsolidasi.html

Anda mungkin juga menyukai