Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Integrasi Sosial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa integrasi adalah pembauran sesuatu
hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Istilah pembauran tetsebut mengandung arti masuk ke
dalam, menyesuaikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi seperti satu. Dengan demikian,
integrasi merujuk pada masuk, menyesuaikan, atau meleburnya dua atau lebih hal yang berbeda
sehingga menjadi seperti satu. Dari uraian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa integrasi sosial
adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu
kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi perbedaan kedudukan sosial, ras etnik,
agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan norma.

Dalam integrasi masyarakat terdapat kerja sama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari tingkat
individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat sehingga menghasilkan konsensus (kesepakatan) nilai yang
sama-sama dijunjung tinggi. Namun, integrasi sosial tidak cukup diukur dari kriteria berkumpul atau
bersatunya anggota masyarakat dalam arti fisik. Konsensus juga merupakan pengembangan sikap
solidaritas dan perasaan manusiawi. Pengembangan sikap dan perasaan manusia tersebut merupakan
dasar dari keselarasan suatu kelompok atau masyarakat.

Michael Banton mendefinisikan integrasi sebagai suatu pola hubungan yang mengakui adanya
perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan fungsi penting pada perbedaan ras tersebut.
Hak dan kewajiban yang terkait serta ras seseorang hanya terbatas pada bidang tertentu saja dan tidak
ada sangkut pautnya dengan bidang pekerjaan atau status.

B.Syarat-syarat Integrasi Sosial

Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar anggota masyarakat tersebut sepakat mengenai
struktur kemasyarakatan yang dibangun termasuk nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Menurut William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat terwujudnya integrasi sosial adalah sebagai
berikut.

1. Anggota-anggota masyarakat merasa berhasil saling mengisi kebutuhankebutuhan di antara mereka.


Hal itu berarti kebutuhan fisik dan sosial mereka dapat terpenuhi oleh sistem sosial. Terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan tersebut menyebabkan setiap anggota masyarakat saling menjaga keterikatan
antara satu dengan yang lainnya.

2. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) bersama mengenai norma dan nilai-nilai
sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman dalam hal-hal yang dilarang menurut kebudayaan.
3. Norma-norma dan nilai sosial itü berlaku cukup lama, tidak mudah berubah, dan dijalankan secara
konsisten deh seluruh anggota masyarakat.

C.Faktor-faktor Cepat Lambatnya Integrasi Sosial

Suatu integrasi sosial dapat berlangsung cepat atau lambat, tergantung pada faktor-faktor berikut.

1. Homogenitas kelompok

Dalam kelompok atau masyarakat yang tingkat kemajemukannya rendah, integrasi sosial akan mudah
dicapai. Sebaliknya, dalam kelompok atau masyarakat majemuk, integrasi sosial akan sulit dicapai dan
memakan waktu yang sangat lama. Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa semakin homogen
suatu kelompok atau masyarakat, semakin mudah pula proses integrasi antara anggota di dalam
kelompok atau masyarakat tersebut. Contoh kelompok atau masyarakat yang homogen adalah
kelompok atau masyarakat dengan satu suku bangsa.

2. Beşar kecilnya kelompok

Umumnya, dalam kelompok yang kedi, tingkat kemajemukan anggotanya relatif rendah sehingga
integrasi sosialnya lebih mudah tercapai. Hal itü dapat disebabkan, dalam kelompok kecil, hubungan
sosial antaranggotanya terjadi secara intensif, sehingga komunikasi dan tukar-menukar budaya akan
semakin cepat. Dengan demikian, penyesuaian atas perbedaan-perbedaan dapat lebih cepat dilakukan.
Sebaliknya, dalam kelompok beşar tingkat kemajemukannya relatif tinggi, sehingga integrasi sosial akan
lebih sulit dicapai.

3. Mobilitas geografis

Anggota kelompok yang baru datang tentu harus menyesuaikan diri dengan identitas masyarakat yang
ditujunya (masyarakat asal/penduduk asli). Namun, semakin sering anggota masyarakat datang dan
pergi, semakin sulit pula terjadi proses integrasi sosial. Sementara ituı dalam masyarakat yang
mobilitasnya rendah, seperti daerah atau suku terisolasi, integrasi sosial dapat cepat terjadi dengan
cepat.

4. Efektivitas komunikasi

Efektivitas komunikasi yang baik dalam masyarakat juga akan mempercepat integrasi sosial. Semakin
efektif komunikasi berlangsung, semakin cepat pula integrasi anggota-anggota masyarakat tercapai.
Sebaliknya, semakin tidak efektif komunikasi yang berlangsung antaranggota masyarakatı semakin
lambat dan sulit pula integrasi sosialnya terwujud.

D.Bentuk-Bentuk Integrasi Sosial


Integrasi sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk berikut.

1. Integrasi Normatif

Integrasi normatif dapat diartikan sebagai bentuk integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma
yang berlaku di masyarakat. Dalam hal ini, norma merupakan hal yang mampu mempersatukan
masyarakat. Misalnya, bangsa Indonesia dipersatukan deh prinsip Bhinneka Tunggal İka. Bhinneka
Tunggal İka menjadi sebuah norma yang berfungsi mengintegrasikan perbedaan yang ada dalam
masyarakat.

2. Integrasi Fungsional

Integrasi fungsional terbentuk karena ada fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat. Sebuah integrasi
dapat terbentuk dengan mengedepankan fungsi dari masing-masing pihak yang ada dalam sebuah
masyarakat. Misalnya, Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku mengintegrasikan dirinya
dengan melihat fungsi dari masing-masing suku yang ada, seperti suku Bugis yang suka melaut
difungsikan sebagai penyedia hasil-hasil laut, suku Minang yang pandai berdagang difungsikan sebagai
penjual hasil-hasil laut tersebut. Dengan demikian, akan tercipta sebuah integrasi dalam masyarakat.

3. Integrasi Koersif

Integrasi terakhir ini terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa. Dalam hal ini penguasa
menerapkan cara-cara koersif (kekerasan). Contoh integrasi koersif adalah perusuh yang berhenti
mengacau karena polisi menembakkan gas air mata.

E.Proses Integrasi Sosial

Proses integrasi dapat dilihat melalui proses-proses berikut.

1. Akulturasi

Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan pada kebudayaan asing yañg berbeda. Proses sosial itu akan berlangsung hingga unsur
kebudayaan asing itu diterima masyarakat dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri. Namun, umumnya
akulturasi berlangsung tanpa menghilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Dengan demikian,
dapat kita katakan bahwa akulturasi merupakan proses perubahan yang ditandai dengan terjadinya
penyatuan dua kebudayaan yang berbeda. Penyatuan tersebut menyebabkan kebudayaan yang satu
hampir menyerupai kebudayaan yang lain. Namun, masing-masing kebudayaan masih mempertahankan
ciri khasnya. Proses akulturasi sudah ada sejak dahulu dalam sejarah kebudayaan manusia. Hal itu
disebabkan oleh manusia selalu melakukan migrasi atau gerak perpindahan di muka bumi.

Migrasi itu menyebabkan pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok manusia dengan


kebudayaan yang berbeda-beda. Akibatnya, setiap individu dalam kelompok-kelompok itu akan
dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan yang asing baginya. Pertama kali, unsur-unsur baru yang
datang tidak langsung diterima atau diadaptasi begitu saja, tetapi melalui proses pembelajaran terlebih
dahulu. Jika mendatangkan manfaat lebih besar, kebudayaan asing tersebut akan diterimanya.
Sebaliknya, jika tidak, akan ditolak. Penerimaan tersebut mungkin saja terjadi setelah melalui
perubahan-perubahan tertentu (modifikasi) yang sesuai dengan struktur masyarakat yang ada.

2. Asimilasi

Asimilasi merupakan suatu proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk mengurangi
perbedaan-perbedaan yang ada di antara individu atau kelompok dalam masyarakat. Dalam proses ini,
setiap individu dalam masyarakat berusaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses-
proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Saat itu, setiap anggota
kelompok dan masyarakat tidak lagi membedakan dirinya dengan anggota yang lainnya. Batas-batas di
antara mereka akan hilang dan lebur menjadi satu kesatuan. Asimilasi ditandai dengan pengembangan
sikap-sikap yang sama, walau terkadang bersifat emosional, dengan tujuan mencapai kesatuan
(integrasi). Kebudayaan asing akan relatif mudah diterima apabila memenuhi syarat-syarat berikut ini.
(a) Tidak ada hambatan geografis, seperti daerah yang sulit dijangkau. (b) Kebudayaan yang datang
memberikan manfaat yang lebih beşar bila dibandingkan dengan kebudayaan yang lama. (c) Adanya
persamaan dengan unsur-unsur kebudayaan lama. (d) Adanya kesiapan pengetahuan dan keterampilan
tertentu. (e) Kebudayaan itü bersifat kebendaan.

3. Akomodasi

Akomodasi merupakan suatu proses usaha manusia untuk meredakan pertentangan dan mencapai
kestabilan. Akomodasi di dalam masyarakat diharapkan dapat menyelesaikan pertentangan atau konflik
tanpa menghancurkan pihak lawan. Akomodasi akan meredakan konflik dan menjadikan interaksi yang
bersifat lebih damai. Akomodasi dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia diharapkan dapat
membentuk sebuah masyarakat yang damai tanpa hadirnya perpecahan. Adanya akomodasi membuat
berbagai kelompok sosial dapat menyesuaikan diri dengan kelompok sosial lain sehingga diharapkan
terbentuk integrasi sosial.

F.Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Sosial

Integrasi sosial sebagai sebuah proses sosial dapat dicapai karena adanya berbagai faktor internal dan
eksternal yang mendorong proses tersebut. Dalam proses asimilasi, integrasi sosial dapat dicapai karena
adanya faktor-faktor berikut.

1. Toleransi terhadap kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda. Toleransi yang
mendorong terjadinya komunikasi yang efektif antara kebudayaan yang berbeda tersebut akan
mendorong terciptanya integrasi di arıtara mereka.
2. Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi bagi berbagai golongan masyarakat dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda. Hal itü dapat mempercepat proses integrasi sosial. Dalam sistem
ekonomi yang demikian, setiap individü mendapat kesempatan yang sama untuk mencapai kedudukan
tertentu atas dasar kemampuan dan jasa-jasanya.

3. Sikap saling menghargai orang lain dengan kebudayaannya. Jika tiap pihak mengakui kelemahan dan
kelebihan kebudayaan masing-masing, tiap anggota masyarakat pendukung suatu kebudayaan akan
mudah bersatu.

4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat. Hal itü dapat diwujudkan jika penguasa
memberikan kesempatan yang sama kepada golongan minoritas untuk memperoleh hak-hak yang sama
dengan golongan mayoritas.

5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan. Pengetahuan tentang persamaan-persamaan unsur


kebudayaan yang berlainan akan mendekatkan tiap anggota masyarakat. Hal itü akan menghilangkan
prasangka-prasangka yang semula mungkin ada di antara pendukung kebudayaan-kebudayaan tersebut.

6. Perkawinan campuran (amalgamation). Perkawinan campur antara dua pendukung kebudayaan yang
berbeda dapat mendorong terciptanya integrasi sosial. Dalam sistem sosial masyarakat Indonesia yang
berpandangan bahwa perkawinan merupakan penyatuan dua keluarga, integrasi sosial sangat mungkin
terjadi.

7. Adanya musuh bersama dari luan Adanya musuh bersama dari luar cenderung memperkuat kesatuan
masyarakat atau kelompok yang mengalami ancaman musuh tersebut. Dalam keadaan demikian,
berbagai kelompok yang berbeda dalam masyarakat tersebut akan melepaskan atribut perbedaannya
dan bersama-sama menghadapi musuh mereka.

Anda mungkin juga menyukai