Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tingkah laku individu satu dengan individu lain pasti berbeda. Individu
bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Tapi apabila gagal
dalam memenuhi kepentingannya akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya
maupun bagi lingkungannya. Dan suatu hal yang saling berkaitan, apabila seorang individu
mempunyai prasangka dan akan cenderung membuat sikap untuk membeda-bedakan. Maka
akan terjadi sikap bahwa kebudayaan dirinya lebih baik daripada kebudayaan orang lain,
sehingga timbullah konflik yaitu berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Menurut Devid Lockwood, consensus dan konflik merupakan dua sisi dari suatu
kenyataan yang sama dan dua gejala yang melekat secar bersama-sama di dalam masyarakat.
Seperti halnya dengan konflik yang dapat terjadi antar individu, individu dengan kelompok,
dan antarkelompok. Demikian pula halnya dengan consensus, consensus dapat pula terjadi
antar individu, individu dengan kelompok, dan antarkelompok.
Menurut R. William Liddle, consensus nasional yang mengintegrasikan masyarakat
yang pluralistic pada hakikatnya adalah mempunyai dua tingkatan sebagai prasyarat bagi
tumbuhnya suatu integrasi nasional yang tangguh. Pertama, sebagian besar anggota suku
bangsa bersepakat tentang batas-batas territorial dari negara sebagai suatu kehidupan politik
di mana mereka sebagai warganya. Kedua, apabila sebagian besar anggota masyarakatnya
bersepakat mengenai struktur pemerintah dan aturan-aturan dari proses politik yang berlaku
bagi seluruh masyarakat di atas wilayah negara yang bersangkutan. Nasikun menambahkan
bahwa integrasi nasional yang kuat dan tangguh hanya akan berkembang di atas consensus
nasional mengenai batas-batas suatu masyarakat poitik dan system politik yang berlaku bagi
seluruh masyarakat tersebut. Kemudian, suatu consensus nasional mengenai “sistem nilai”
yang akan mendasari hubungan-hubungan sosial di antara anggota suatu masyarakat negara.

B. Tujuan

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sosiologi.


2. Menambah wawasan mengenai pengertian dan syarat Integrasi Sosial.
3. Melatih membuat laporan dalam bentuk Makalah.
2

C. Metode

Adapun metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan
cara mencari informasi dari web (Internet) dan buku-buku sumber yang menyangkut
mengenai Integrasi Sosial.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Integrasi Sosial

Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang
saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam
masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebur dapat
meliputi ras, etnis, agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai dan lain sebagainya.
Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau
dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi
berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial
budaya.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa
terintegrasi di atas dua landasan berikut :
1. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di
antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang
bersifat fundamental (mendasar).
2. Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota
dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di
antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya
loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai
kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena
adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok.
Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan
tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok
etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat,
namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki
2 pengertian, yaitu :
4

1. Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial
tertentu.
2. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama
lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Dalam KBBI di sebutkan bahwa integrasi adalah pembauan sesuatu yang tertentu
hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Istilah pembauran tersebut mengandung arti
masuk ke dalam, menyesuikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi satu.
Banton (dalam Sunarto, 2000 : 154) mendefinisikan integrasi sebagai suatu pola hubungan
yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan makna
penting pada perbedaan ras tersebut.
Pada surat al-An'am ayat 153 Allah lagi-lagi menegaskan tentang pentingnya integrasi
dalam kehidupan manusia. "Dan bahwa yang kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang
lurus, maka ikutilah dia: jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena itu
menceraiberaikan kamu dari jalanNya". dimaksud tali Allah dalam ayat ini adalah
jalan yang lurus; perpecahan itu dengan demikian adalah jalan yang tidak boleh ditempuh.
Jalan-jalan yang lain dimaksud adalah agama-agama dan kepercayaan yang selain Islam.
Kecaman Allah bagi mereka yang mengikuti jalan lain itu dapat disimak dalam surat
yang sama ayat 159 yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah
agamanya dan mereka menjadi berpecah belah (bergolongan), tidak ada sedikit pun tanggung
jawab kamu terhadap mereka, sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah Allah,
kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat".
Masalahnya adalah, di sisi yang lain, perbedaan adalah Sunnatullah. Setiap manusia
diberikan kebebasan untuk menggunakan akal dan nuraninya untuk mencari jalan yang
terbaik menuju Allah. Islam (Syariah) sebagai sistem nilai yang hampir menemukan
kemapanannya. Tentunya kesatuan tauhid akan keesaan Allah dan
kerasulan Muhammad SAW adalah mutlak. Kemapanan ini akan berbeda ketika
sudah
memasuki wilayah sosiologis masyarakat beragama.
5

B. Syarat-Syarat Integrasi Sosial

Integrasi social akan terbentuk di masyarakat apabila sebagian besar anggota


masyarakat tersebut memiliki kesepakatan tentang batas-batas territorial dari suatu wilayah
atau Negara tempat mereka tinggal.
Selain itu, sebagian besar masyarakat tersebut bersepakat mengenai struktur
kemasyarakatan yang di bangun, termasuk nilai-nilai, norma-norma, dan lebih tinggi lagi
adalah pranata-pranata sosisal yang berlaku dalam masyarakatnya, guna mempertahankan
keberadaan masyarakat tersebut. Selain itu, karakteristik yang di bentuk sekaligus manandai
batas dan corak masyarakatnya.
Menurut William F. Ogburn da Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu integrasi
sosial adalah: Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi
kebutuhan-kebutuhan satu dengan yang lainnya. Hal ini berarti kebutuhan fisik berupa
sandang dan pangan serta kebutuhan sosialnya dapat di penuhi oleh budayanya.
Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan ini menyebabkan masyarakat perlu saling menjaga
keterikatan antara satu dengan lainnya.
Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (consensus) bersama mengenai norma-
norma dan nilai-nilai social yang di lestarikan dan di jadikan pedoman dalam berinteraksi
satu dengan yang lainnya, termasuk menyepakati hal-hal yang di larag menurut
kebudayaannya.
Norma-norma dan nilai social itu berlaku cukup lama dan di jalankan secara konsisten
serta tidak mengalami perubahan sehingga dapat menjadi aturan baku dalam melangsungkan
proses interaksi sosial.
Proses penyatuan masyarakat memang tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu
mempertimbangkan beberapa aspek yang menjadi persyaratan untuk keberhasilan
pengintegrasian masyarakat. Setidaknya ada kata sepakat dari masyarakat yang hendak
melakukan integrasi sosial ini. Sebagai contoh, kamu dan beberapa temanmu, sedang
melakukan pertemuan untuk mengadakan studi banding ke sekolah lain. Setiap orang
memiliki pendapat dan pemikiran berbeda-beda dalam pertemuan tersebut. Jika perbedaan itu
dibiarkan saja, tentunya permasalahan ini tidak akan selesai. Nah, kemudian bagaimanakah
agar proses penyatuan pendapat tersebut akan berhasil? Salah satu jalannya dengan
mengadakan konsensus.
6

Jika kita mencoba mengikuti pemikiran R. William Lidle, konsensus seperti pada
kasus di atas, pada hakikatnya merupakan sebuah konsensus tingkat pertama sebagai
prasyarat terjadinya integrasi masyarakat yang tangguh.

Menurut Lidle, integrasi masyarakat yang kukuh akan terjadi apabila berikut ini :
1. Sebagian besar anggota suatu masyarakat sepakat tentang batas-batas teritorial dari
Negara sebagai suatu kehidupan politik.
2. Sebagian besar anggota masyarakat tersebut bersepakat mengenai struktur pemerintahan
dan aturan-aturan dari proses-proses politik dan sosial yang berlaku bagi seluruh
masyarakat di seluruh wilayah negara tersebut.
Selain pendapat di atas, masih ada beberapa syarat yang mengindikasikan berhasilnya
suatu integrasi sosial. Menurut William F. Ougburn dan Meyer Nimkoff, syarat berhasilnya
integrasi sosial adalah sebagai berikut.
1. Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi kebutuhan satu sama lain.
2. Telah dicapai konsensus bersama mengenai nilai-nilai dasar yang dijadikan acuan utama
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Nilai-nilai dan norma-norma dasar tersebut telah hidup dan berkembang cukup lama dan
konsisten, serta tidak berubah-ubah. Selain itu juga telah dipahami, dihayati, dan
diamalkan dengan pedoman yang sama oleh seluruh warga negara atau warga
masyarakat.
4. Masing-masing individu dan kelompok sosial yang berbeda-beda mau dan mampu
mengendalikan diri, dan saling menyesuaikan diri satu sama lain.
5. Selalu menempatkan persatuan dan kesatuan, serta kepentingan untuk keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
6. Masing-masing pihak merasa memajukan pergaulan yang komunikatif dan akomodatif
demi mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.

C. Faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya proses integrasi

1. Homogenitas kelompok, pada masyarakat yang homogenitasnya rendah integrasi sangat


mudah tercapai , demikian sebaliknya.
2. Besar kecilnya kelompok, jumlah anggota kelompok mempengaruhi cepat lambatnya
integrasi karena membutuhkan penyesuaian diantara anggota.
3. Mobilitas geografis, semakin sering anggota suatu masyarakat datang dan pergi maka
semakin mempengaruhi proses integrasi
7

4. Efektifitas komunikasi, semakin efektif komunikasi, maka semakin cepat integrasi


anggota-anggota masyarakat tercapai.
5. Faktor Internal :
- kesadaran diri sebagai makhluk sosial.
- tuntutan kebutuhan.
- jiwa dan semangat gotong royong
6. Faktor External :
- tuntutan perkembangan zaman.
- persamaan kebudayaan.
- terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama.
- persaman visi, misi, dan tujuan.
- sikap toleransi. adanya kosensus nilai.
- adanya tantangan dari luar

D. Bentuk-bentuk integrasi sosial

1. Integrasi Normatif : integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma yang berlaku
dimasyarakat, contoh masyarakat Indonesia dipersatukan oleh semboyan Bhineka
Tunggal Ika.
2. Integrasi Fungsional, integrasi yang terbentuk sebagai akibat adanya fungsi-fungsi
tertentu dalam masyrakat. Contoh Indonesia yang terdiri dari berbagai suku,
mengintegrasikan dirinya dengan melihat fungsi masing-masing, suku bugis melaut, jawa
pertanian, Minang pandai berdagang.
3. Integrasi Koersif, integrasi yang terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki
penguasa.. Dalam hal ini penguasa menggunakan cara koersif.

E. Proses Integrasi

Proses integrasi dapat dilihat melalui proses-proses berikut:


1. Asimilasi : berhadapannya dua kebudayaan atau lebih yang saling mempengaruhi
sehingga memunculkan kebudayaan baru dengan meninggalkan sifat asli.
2. Akulturasi : proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan pada kebudayaan asing (baru), sehingga kebudayaan asing (baru)
diserap/diterima dan diolah dalam kebudayaan sendiri, tanpa meninggalkan sifat aslinya.
8

F. Faktor-faktor Pendorong Integrasi Sosial

1. Adanya tolerasnsi terhadap kebudayaan yang berbeda


2. Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi
3. Mengembangkan sikap saling menghargai orang lain dengan kebudayaannya
4. Adanya sikap yang terbuka dengan golongan yang berkuasa
5. Adanya persamaan dalam unsur unsur kebudayaan.
6. Adanya perkawinan campur (amalgamasi)
7. Adanya musuh bersama dari luar.
9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur
yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
2. Dalam KBBI di sebutkan bahwa integrasi adalah pembauan sesuatu yang tertentu hingga
menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Istilah pembauran tersebut mengandung arti masuk
ke dalam, menyesuikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi satu.
Menurut William F. Ogburn da Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu integrasi sosial
adalah:
a. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi
kebutuhan-kebutuhan satu dengan yang lainnya. Hal ini berarti kebutuhan fisik berupa
sandang dan pangan serta kebutuhan sosialnya dapat di penuhi oleh budayanya.
Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan ini menyebabkan masyarakat perlu saling
menjaga keterikatan antara satu dengan lainnya.
b. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (consensus) bersama mengenai norma-
norma dan nilai-nilai social yang di lestarikan dan di jadikan pedoman dalam
berinteraksi satu dengan yang lainnya, termasuk menyepakati hal-hal yang di larag
menurut kebudayaannya.
c. Norma-norma dan nilai social itu berlaku cukup lama dan di jalankan secara konsisten
serta tidak mengalami perubahan sehingga dapat menjadi aturan baku dalam
melangsungkan proses interaksi sosial.

B. Saran

Apabila terjadi konflik antar individu atau individu dengan kelompok, maka yang
pertama kali harus di lakukan adalah melakukan integrasi sosial, karena suatu integrasi sosial
di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik
merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
10

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi_sosial diakses tgl, 30 Januari 2014


http://ssbelajar.blogspot.com/2012/03/integrasi-sosial.html, diakses tgl, 30 Januari 2014
http://sosiologikita166.blogspot.com/2012/12/integrasi-sosial.html, diakses tgl, 30 Januari
2014
M, Idianto. 2005. Sosiologi Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Maryati, Kun dan Juju Suriawati. 2007. Sosiologi Untuk SMA dan MA Kelas XI. Bandung:

Anda mungkin juga menyukai