BAB 3
PERTANYAAN PEMBELAJARAN
1. Seorang sukarelawan dengan berat badan 70 kg diberi antibiotika dosis intravena dan
konsentrasinya dalam serum ditentukan pada 2 jam dan 5 jam setelah pemberian.
Konsentrasinya berturut turut 1.2 dan 0.3 µg/ mL. Berapa t½ biologic obat ini, bila
dianggap kinetika eliminasinya mengikuti orde kesatu ?
2. Seorang wanita dengan berat badan 50 kg diberi obat antibakteria dengan dosis
tunggal intravena 6 mg/ kg. sampel darah diambil pada berbagai jarak waktu.
Konsentrasi obat (Cp) ditentukan dalam fraksi plasma dari masing-masing cuplikan
darah dan diperoleh data sebagai berikut :
t (jam) Cp (µg/ mL)
0.25 8.21
0.5 7.87
1 7.23
3 5.15
6 3.09
12 1.11
18 0.40
Cp=78 e−0.46 t
Jawab :
5. Berikan Penjelasan istilah volume disttribusi.Kriteria apakah yang diperlukan untuk
pengukuran volume distribusi agar menjadi berguna dalm perhitungan
farmakokinetik ?
Jawaban : Volume Distribusi menyatakan suatu volume yang harus diperhitungkan dalam
memperkirakan jumlah obat dalam tubuh dari konsentrasi obat yang ditemukan
dalam kompartemen sampel. Volume distribusi juga dapat dianggap sebagai
volume (Vd) dimana obat terlarut. Vd berguna untuk megaitkan konsentrasi obat
dalam plasma (Cp) dan jumlah obat dalam tubuh (Db), seperti dalam persamaan
berikut: Db = Cp .Vd
6. Suatu obat mempunyai t ½ eliminasi 6 jam dan mengikuti kinetika orde kesatu. Jika
dosis tunggal 200 mg diberikan kepada seorang pasien pria dewasa (68 tahun )
dengan ijeksi IV bolus, berapakah persen dosis yang hilang dalam 24 jan ?
Jawaban :
7. Seorang pria dalam keadaan agak mabuk ( 75 kg, umur 21 tahun ) dikirim ke suatu
tempat rehabilitasi. Dalam darahnya didapat kandungan alcohol 210 mg %.dengan
menganggap laju eliminasi rata rata alkohol 10 mL/ jam, berapakah lama waktu yang
diperlukan untuk menurunkan konsentrasi alcohol dalam darahnya sampai lebih
kecil dari konsentrasi alcohol darah yang diijinkan 100 mg%? (petunjuk : alcohol
dieliminasi dengan kinetika orde nol). Berat jenis alcohol = 0,8, volume distrinusi
alcohol = 60 % berat badan.
Jawab :
8. Suatu injeksi IV bolus tunggal yang mengandung 500 mg sefamandol nafat ( Mandol,
Lilly ) diberikan kepada pasien wanita dewasa (63 tahun, 55 kg ) untuk suatu infeksi
septisemia. Volume distribusi = 0,1 L/ kg dan t ½ eliminasi = 0,75 jam. Dengan
menganggap obat dieliminasi dengan kinetika orde kesatu dan dapat digambarkan
digambar dengan mode kompartemen satu, hitung hal- hal berikut.
a. Cp
b. Jumlah obat yang masuk dalam tubuh pada jam setelah pemberian obat.
c. Waktu yang diperlukanuntuk menurunkan kadar obat sampai 0.5 µm/mL.,
konsentrasi hambat minimum streptococcus.
Jawaban :
9. Jika jumlah obat dalam tubuh menurun dari 100 % dosis (injeksi IV bolus) menjadi 25
% dosis dalam waktu 8 jam, berapa t1/2 eliminasi obat ini (dianggap mengikuti
kinetika order kesatu).
10. Suatu obat mempunyai t1/2 eliminasi 8 jam dan mengikuti kinetika eliminasi order
kesatu. Jika suatu dosis tunggal 600 mg diberikan kepada pasien wanita dewasa (62
kg) dengan injeksi IV cepat, berapa persen dosis yang dieliminasi (yang hilang)
selama 24 jam dengan menganggap V D = 400 mL/kg. Berapakah konsentrasi obat
dalam plasma (Cp) pada 24 jam setelah pemberian obat?
11. Untuk obat-obat yang mengikuti model kompartemen satu terbuka haruskah
konsentrasi obat dalam jaringan dan plasma sama? Mengapa?
Jawab:
Konsentrasi obat total dalam plasma biasanya tidak sama dengan konsentrasi total
obat dalam jaringan. Sebuah model kompartemen satu menyiratkan bahwa obat
berkesetimbangan dengan cepat dalam tubuh (dalam plasma dan jaringan). Pada
kesetimbangan, konsentrasi obat dapat berbeda dari konsentrasi obat dalam tubuh
karena ikatan obat protein, partisi obat ke dalam lemak, perbedaan pH pada daerah
tubuh yang berbeda menyebabkan suatu tingkat ionisasi yang berbeda untuk suatu
obat berdisosiasi lemah, suatu proses ambilan jaringan aktif, dan lain-lain.
12. Pasien pria dewasa (umur 35 tahun, berat 72 kg) yang menderita infeksi saluran
kemih diberi antibiotika IV bolus tunggal dengan dosis 300 mg. Pasien diberitahu
agar mengosongkan kandung kemihnya sebelum diobati dan menyimpan contoh
urinenya untuk dianalisis. Contoh tersebut dianalisis kandungan obatnya dan
sterilitas (hilangnya bakteri). Penetapan kadar obat memberi hasil sebagai berikut: