Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

OBAT SUNTIK INJEKSI

KELOMPOK 9 :

Salsabil dea Safitri 20482011168


Andi Adha Kurniawan 20482011087
Aulia Pandurata Alifianti Wong 20482011095
Rahmadani 20482011157
Muhammad Riyadi Pratama 20482011138
Siska Dwi Yuliani 20482011174
Kartini 20482011121

DOSSEN PENGAMPU :

apt. Hayatus Sa’adah , M.Sc.

apt. Achmad Kadri Ansyori, M.Sc.

PROGRAM S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA
2023/2024
PRAKTIKUM II
INJEKSI PIRIDOKSINA

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami teori dan cara pembuatan injeksi
2. Mahasiswa mampu membuat sediaan injeksi

B. DASAR TEORI
1. Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau di suspensikan lebih dahulu sebelum di gunakan secara
parenteral, suntikan dengancara menembus, atau merobek ke dalam atau melalui kulit
atau selaput lendir. (DEPKES, 1979)
Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan
sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat
kedalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda.

Penggolongan injeksi (DEPKES,1979) :


1. Injeksi intrakutan ( i.k / i.c ) atau intradermal
Dimasukkan ke dalam kulit yang sebenarnya, digunakan untuk diagnosa. Volume
yangdisuntikkan antara 0,1 - 0,2 ml, berupa larutan atau suspensi dalam air
2. Injeksi subkutan ( s.k / s.c ) atau hipodermik
Disuntikkan ke dalam jaringan di bawah kulit ke dalam alveolar, volume yang
disuntikkantidak lebih dari 1 ml. Umumnya larutan bersifat isotonik, pH netral,
bersifat depo(absorpsinya lambat). Dapat diberikan dalam jumlah besar (volume
3
-4 liter/hari dengan penambahan enzym hialuronidase), bila pasien tersebut tidak
dapat diberikan infus intravena.Cara ini disebut “Hipodermoklisa".
3. Injeksi intramuskuler ( i.m )
Disuntikkan ke dalam atau diantara lapisan jaringan / otot. Injeksi dalam bentuk
larutan,suspensi atau emulsi dapat diberikan secara ini. Yang berupa larutan dapat
diserap dengancepat, yang berupa emulsi atau suspensi diserap lambat dengan
maksud untuk mendapatkanefek yang lama. Volume penyuntikan antra 4 - 20 ml,
disuntikkan perlahan-lahan untukmencegah rasa sakit.
4. Injeksi intravenus ( i.v )
Disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah vena. Bentuknya berupa
larutan,sedangkan bentuk suspensi atau emulsi tidak boleh, sebab akan
menyumbat pemb uluh darah venatersebut. Dibuat isitonis, kalau terpaksa
dapat sedikit hipertonis(disuntikkannya lambat / perlahan-lahan dan tidak
mempengaruhi sel darah);volume antara 1-10 ml. Injeksi i.v yang diberikan
dalam dosis tunggal denganvolume lebih dari 10 ml, disebut infus
itravena/infusi/infuundabilia. Infusi harusbebas pirogen dan tidak boleh
mengandung bakterisida, jernih, isotonis. Injeksi i.vdengan volume 15 ml atau
lebih tidak boleh megandung bakterisida.
5. Injeksi intraarterium ( i.a )
Disuntikkan ke dalam pembuluh darah arteri / perifer / tepi, volume antara 1 - 10
ml, tidak boleh mengandung bakterisida
6. Injeksi intrakor / intrakardial ( i.kd )
Disuntikkan langsung ke dalam otot jantung atau ventriculus, tidak boleh
mengandung bakterisida, disuntikkan hanya dalam keadaan gawat
7. Injeksi intratekal (i.t), intraspinal, intrasisternal (i.s), intradural ( i.d ),
subaraknoid.
Disuntikkan langsung ke dalam saluran sumsum tulang belakang pada dasar otak
(antara 3-4atau 5-6 lumbra vertebrata ) yang ada cairan cerebrospinalnya. Larutan
harus isotonis karenasirkulasi cairan cerebrospinal adalah lambat, meskipun
larutan anestetika sumsum tulang belakang sering hipertonis. Jaringan syaraf di
daerah anatomi disini sangat peka
8. Intraartikulus
Disuntikkan ke dalam cairan sendi di dalam rongga sendi. Bentuk suspensi /
larutan dalam air.
9. Injeksi subkonjuntiva
Disuntikkan ke dalam selaput lendir di bawah mata. Berupa suspensi / larutan,
tidak lebihdari 1 ml.
10. Injeksi intrabursa
Disuntikkan ke dalam bursa subcromillis atau bursa olecranon dalam bentuk
larutan suspensidalam air

2. Uraian Bahan
1. Piridoksina Hidroklorida (Farmakope Indonesia Edisi Ketiga)
Nama Senyawa : PYRIDOXINI HYDROCHLORIDUM
Struktur Molekul :

Rumus Molekul : C8H11 N03, HCl


Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, atau serbuk hablur
putih; tidak berbau, rasa asin.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%)
p; praktis tidak larut dalam eter p.
Titik Leleh :-
Titik Lebur : Antara 204 dan 208, disertai peruraian
Ph Stabil : 2,0 – 3,8
Penyimpanan : Dalam Wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya.
Khasiat : Komponen vitamin B-kompleks.
a. Dosis Piridoksin (FI Ed III)
Penggunaan profilaksi :
DL 1 x P = 2 mg (rute im; iv)

Penggunaan Terapi : (Rute im; iv)


DL 1 x P =10 – 150 mg
DL 1h = 30 – 450 mg
b. Daftar Obat
Piridoksina hidroklorida : obat keras

2. Aqua Pro Injeksi (DEPKES, 1979)


Air steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas
dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan
tambahan lainnya.
Nama Senyawa : AQUA PRO INJECTIONE
Pemerian : Cairan,jernih,tidak berwarna; tidak berbau
Kelarutan :Dapat bercampur dengan pelarut polan dan elektrolit
Sterilitas : Memenuhi syarat
Pirogen : Memenuhi uji pirogenitas Sisa
Penguapan : Tidak lebih dari 0,003% b/v
Syarat Lain : Memenuhi uji pH, Sulfat, Kalsium, Karbon
dioksidadan Logam berat seperti tertera pada Air
Murni.
Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal, dari kaca atau plastik,
tidak lebih besar dari 1 liter. Wadah kaca sebaiknya
dari kaca Tipe I atau Tipe II.
Khasiat : Untuk pembuatan injeksi
3. Karbon Adsorben (DEPKES, 1979)
Nama Senyawa : CARBO ADSORBENS
Pemerian : serbuk sangat halus, bebas dari butiran, hitam,
tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95%p.
Penyimpanan : tempat kering,dan wadah tetutup baik
Khasiat : sebagai adsorben ,sebagai penarik pyrogen

4. NaCl (DEPKES, 1979)


Nama Senyawa : NATRII CHLORIDUM
Pemerian : Hablur heksahedral tida berwarna atau serbuk hablur
putih; tidak berbau; rasa asin
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih, dan dalam lebih kurang 10 bagian
gliserol P, Larut dalam 250bagian etanol 95%.
Titik Lebur : 8010C
Ph : 6,7-7,3
Khasiat : sumber ion klorida dan ion natrium

C. FORMULA LENGKAP
Formula Injeksi Sediaan Vial :
R/ Inj Piridoksina Hidroklorida
m.f da in vial 10 ml No. IV

Resep Standar injeksi Piridoksina (FORNAS, 1978)


Komposisi. Tiap ml mengandung :
Pyridoxini Hydrochloridum 50 mg
Aqua pro Injectione hingga 1 ml

Penyimpanan : dalam wadah dosis tunggal, terlindung dari cahaya


Dosis : Sehari 1 ml sampai 3 ml dalam dosis bagi.
Catatan :
1. Ph 2,0 sampai 3,8
2. Disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C
3. Sediaan berkekuatan lain 100 mg

D. PERRHITUNGAN TONISITAS/OSMOLARITAS & DAPAR


Piridoksin 50 mg/10 ml
Buat sebanyak 3 vial @10 ml, TB = 0,20C

 Untuk volume sediaan steril @vial + 5%


= 10 ml + 5% = 10,5 ml
 Jumlah vial + 1
:3 + 1 = 3 vial
Volume total yang dibuat :
4 x 10,5 ml = 40,8 ml = 42 ml
 Konsentrasi pirodoksin dalam bentuk % b/v
:50 mg/10 ml = 0,5 gr/100 ml = 0,5 %

Menghitung tonisitas dengan metode PTB dan Ekivalensi NaCl :


 Metode PTB
piridoksin 0,5 % b/v t.b = 0,20C
B = 0,52−b1 .C
0,576
0,52−0,20 . 0,5 %
B=
0,576
0,52−0,1
B=
0,576
B = 0,729 %  HIPOTONIS

NaCl yang ditambahkan : 0,729 𝑥 42 𝑚𝑙 = 0,306 gram = 306 mg


100

 Metode Ekivalensi
a. Ekivalensi NaCl :
𝑡.𝑏 𝑧𝑎𝑡
E= = 0,20 = 0,347
𝑡.𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙 0,576

b. Zat aktif = 0,5 % = 0,5 g


𝑥 42 𝑚𝑙 = 0,21 g
100 𝑚𝑙

c. Kesetaraan NaCl :
= 0,21 x 0,347 = 0,0728 g
d. NaCl 0,9%
= 0,9 g 𝑥 42 𝑚𝑙 = 0,378 g
100 𝑚𝑙

e. Perbandingan aminofilin terhadap NaCl 0,9 %


:0,0728 g < 0,378 g  HIPOTONIS

NaCl yang ditambahkan :


= 0,378 g – 0,0728 g = 0,3052 g, dibulatkan 0,306 g = 306 mg

E. PENIMBANGAN BAHAN
1. Piridoksina : 50 𝑚g 𝑥 42 𝑚𝑙 = 2.100 mg
1 𝑚𝑙
2. NaCl : 306 mg
3. Karbon adsorben : 0,1g 𝑥 42 𝑚𝑙 = 42 mg
100 𝑚𝑙
4. Aqua pro injeksi : ad 42
F. PERSIAPAN ALAT/WADAH/BAHAN yang digunakan

I. Alat

Nama Alat Cara Sterilisasi Waktu Sterilisasi

Gelas Ukur Autoklaf 1210C selama 15


Menit

Batang pengaduk Oven 1800 C selama 30 menit

Spatula Oven 1800 C selama 30 menit

Corong + kertas Autoklaf 1210 C selama 15 menit


saring
Beaker glass Oven 1800 C selama 30 menit

Erlenmeyer Oven 1800 C selama 30 menit

Pipet Volume Autoklaf 1210C selama 15 menit

Cawan Porselin Oven 180°C selama 30 menit

Kaca Arloji Oven 180°C selama 30 menit

II. Wadah

No. Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)

1 Vial 4 Oven 1800 C selama 30 menit

III. Bahan

No. Nama bahan Cara sterilisasi (lengkap)

1 Piridoksina Sterilisasi Akhir (Autoklaf dan Filtrasi)

2 Natrium Klorida Sterilisasi Akhir (Autoklaf dan Filtrasi)

3 Aqua Pro Injeksi Sterilisasi Akhir (Autoklaf dan Filtrasi)

4 Karbon adsorbens Sterilisasi Akhir (Autoklaf dan Filtrasi)


G. PROSEDUR PEMBUATAN

RUANG PROSEDUR

Sterilisasi Alat

1. Bersihkan alat-alat yang akan digunakan sesuai daftar alat.


2. Alat-alat yang akan digunakan dibungkus menggunakan aluminium
Grade C foil atau kertas perkamen.
3. Alat-alat disterilisasi sesuai dengan kompatibel alat-alat tersebut:
a.Autoklaf 1210C selama 15 menit
b.Oven 1800 C selama 30 jam

Penimbangan

1.Timbang bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan injeksi


Grade C sesuai dengan perhitungan dan diletakkan diatas kaca arloji, sebelumnya
(Ruang kaca arloji diberi label yang menjelaskan nama bahan:
penimbangan a.Piridoksin = 2050 mg
dan evaluasi) b.NaCl = 298 mg
c. Karbon Adsorbens = 41 mg
d.Air untuk injeksi = ad 41 ml

Pencampuran Bahan

1. Siapkan seluruh bahan yang telah ditimbang dan diukur.


2. Bersihkan meja kerja dan sarung tangan dengan alkahol 70%.
Grade C 3. Dimasukan karbon adsorben kedalam cawan porselin kemudian
pijarkan diatas lampu spiritus
4. Dimasukan piridoksin kedalam erlenmeyer tambahkan aqua p.i aduk
ad larut, masukan NaCl aduk ad larut dan homogen
5. Dimasukan karbon adsorben kedalam erlenmeyer yang berisi larutan
piridoksin, kemudian aduk ad homogen
6. Disaring larutan dengan kertas saring kemudian ukur Ph larutan
7. Larutan dimasukan kedalam vial dengan menggunakan spuit 10 ml,
lalu sterilkan dengan autoklaf
(Tambah keterangan ph)
Sterilisasi Akhir
1. Siapkan autoklaf ,atur suhu pada 1210C selama 15, masukkan sediaan
injeksi kedalam autoklaf.
Grade C
2. Keluarkan sediaan dari autoklaf .
(Ruang
penimbangan Penandaan dan Pengemasan
dan evaluasi) 1. Siapkan sediaan injeksi aminophillin yang telah dimasukkan kedalam
vial.
2. Beri etiket pada tiap vial. Kemudian masukkan ke dalam dus dan beri
brosur ke dalam dus.
3. Lakukan evaluasi sediaan.

Anda mungkin juga menyukai