KELAS E
KELOMPOK 4
1. Rana Nandita Shani 2019210120
2. Varasika Aurellia S. 2019210121
3. Gabriela Ramadhani 2019210122
4. Angelita Prastica 2019210124
5. Dyah Ayu Putri Pitaloka 2019210126
6. Andania 2019210127
7. Putri Windari Saputra 2019210128
8. Ida Ayu Chandrika Y. 2019210129
9. Naufal Rizky Ritonga 2019210130
10. Nada Khalysha 2019210132
11. Kintan Anindita 2019210133
12. Alessandro Volta Gunady 2019210203
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2021
I. JUDUL
“Formulasi Sediaan Injeksi Tramadol dalam Ampoule”
II. PENDAHULUAN
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara
tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran
dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Produk steril adalah sediaan terapetis
dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya ini
termasuk sediaan parenteral, mata dan irigasi. (Lachman Edisi 3, 2008, hal 1292)
Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang memiliki ujung
runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya 1, 2, 5, 10, 20 kadang-kadang
juga 25 atau 30 mL. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh karena total cairannya
ditentukan pemakaian dalam satu kali pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Menurut
peraturan ampul dibuat dari gelas tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya
dapat dibuat dari bahan gelas berwarna coklat tua. (Voight, 1994, hal 464)
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi,
suspensi, atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan (Moh. Anief, 2015, hal 190). Persyaratan sediaan injeksi antara lain: isotonis,
isohidris, bebas dari endotoksin bakteri dan bebas pirogen.
Injeksi intravena (i.v) merupakan larutan, dapat mengandung cairan yang tidak
menimbulkan iritasi yang dapat bercampur dengan air, volume 1 mL sampai 10 mL. larutan
ini biasanya isotonus atau hypertonus. Bila larutan hypertonus makan disuntikkan
perlahan-lahan. Larutan injeksi intravena harus jenih betul bebas dari endapan atau partikel
padat, karena dapat menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian (Moh. Anief, 2015,
hal. 191). Pemberian obat secara intravena menghasilkan kerja obat yang cepat
dibandingkan dnegan cara-cara pemberian lain dan karena absorpsi obat tidak menjadi
masalah, maka tingkatan darah optimum dapat dicapai dengan ketepatan dan kesegeraan
yang tidak mungkin didapat dengan cara-cara lain. Pada keadaan gawat, pemberian obat
lewat intravena dapat menjadi cara yang menyelamatkan hidup karena penempatan obat
langsung ke sirkulasi darah dan kerja obat yang cepat terjadi. Sebaliknya, sekali obat
diberikan lewat intravena maka obat itu tidak dapat ditarik lagi, ini merupakan keburukan
pemberian obat lewat intravena. Misalnya pada keadaan timbulnya reaksi-reaksi yang
merugikan akibat obat-obat tidak dapat dengan mudah dikeluarkan dari sirkulasi seperti
dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, yaitu misalnya dengan cara
dimuntahkan (Ansel Edisi Keempat, 2011, hal. 401)
Tramadol hidroklorida adalah analgesik opioid. Ini juga memiliki sifat noradrenergik
dan serotonergik yang dapat berkontribusi pada aktivitas analgesiknya. Tramadol
digunakan untuk nyeri sedang sampai berat. Tramadol hidroklorida diberikan secara oral,
intravena, atau rektal sebagai supositoria (Martindale 38th, 2009, p. 139). Tramadol
hidroklorida menghasilkan analgesia oleh dua mekanisme: efek opioid dan peningkatan
jalur serotonergik dan adrenergik. Ini memiliki lebih sedikit efek samping opioid yang khas
(terutama, lebih sedikit depresi pernapasan, lebih sedikit sembelit dan lebih sedikit potensi
kecanduan); reaksi psikiatri telah dilaporkan (British National Formulary Edisi 76th, 2018,
p. 437).
V. FORMULA
Dibuat sediaan 10 ampul @ 10mL
Tramadol HCl 50mg/mL
NaCl 0,9%
Aqua p.i ad 1mL
(Handbook of Injectable Drugs 17th edition)
B. Perhitungan Ampul
V = ((n+2)v + (2×3)
Keterangan: n = jumlah ampul
v = Volume ampul + kelebihan volume 10% (FI III hal. 19)
2×3 mL = untuk pembilasan
Volume ampul → 1mL + 0,10 mL = 1,10 mL
Volume injeksi → [(n+2)×V + (2×3)] mL = [(10+2) × 1,10 mL + (2×3)]
= 19,2 mL ~ 20 mL
Aqua Pro Injeksi ad 20 mL
Tramadol HCl = 50 mg/mL × 20 mL = 1000 mg = 1 gram
NaCl = 0,073 gram/10 mL× 20 mL = 0,146 gram
C. Penimbangan
Bahan Bobot (gram)
Tramadol HCl 1
NaCl 0,146
Aqua p.i ad 20mL
IX. EVALUASI
A. In Process Control
1. Uji Kejernihan (Lachman edisi III, 1994 hal. 1356)
Cara: pemeriksaan wadah bersih dari luar dibawah penerangan cahaya yang baik,
terhalang terhadap refleksi ke dalam mata, dan berlatar belakang hitam putih,
dengan rangkaian isi dijalankan dengan satu aksi memutar.
Syarat: USP menyarankan bahwa semua wadah diperiksa secara visual dan bahwa
tiap partikel yang terlihat harus dibuang atau harus jernih. Batas 50 partikel 10 µm
dan lebih besar, 5 partikel 25 µm dan lebih besar per mm.
2. Uji Keseragaman Volume (Farmakope Indonesia edisi VI hal. 2073)
Cara: pilih satu wadah bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah atau lebih bila volume
lebih dari 3 ml dan kurang dari 10 ml, 5 wadah atau lebih bila volume 3 ml atau
kurang. Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak
lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik
nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm. Keluarkan gelembung udara dari
dalam jarum dan alat suntik dan pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa
mengosongkan bagian jarum, ke dalam gelas ukur kering volume tertentu yang
telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40%
volume dari kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk
volume yang ditampung, bukan yang dituang).
Syarat: volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari
kapasitas yang tertera (garis-garis petunjuk volume gelas ukur menunjukan volume
yang ditampung, bukan yang dituang).
B. Quality Control
1. Uji Kejernihan(Lachman edisi III,1994 hal 1356)
Pemeriksaan visual terhadap suatu wadah produk biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya
yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang
hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
Syarat: USP menyatakan bahwa semua wadah diperiksa secara visual dan bahwa
tiap partikel yang terlihat harus dibuang atau harus jernih. Batas 50 partikel 10 µm
dan lebih besar, 5 partikel ≥ 25 µm/mL
E. Kemasan Sekunder
F. Brosur
XI. DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. Ilmu Meracit Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2015 h. 190-1
Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Bentuk Farmasi Edisi Keempat. Jakarta: UI
Press; 2011 h. 401
BNF. British National Formulary 76th Edition. London: BMJ Group; 2018 p.437
Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI. 1979 h. 97, 1354, 1356
Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI. 2014 h. 1359, 1365, 1662-3
Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia. Edisi VI. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI. 2020 h. 1225, 1733-5, 2066, 2073
Lachman, Leon. Et, al. Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid 3 Edisi Ketiga. Jakarta: UI-
Press; 2008 h. 1292, 1356
PubChem. Sodium chloride [Internet]. @pubchem. PubChem; 2021 [cited 2021 Sep 7].
Available from: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-
chloride#section
PubChem. Water [Internet]. @pubchem. PubChem; 2021 [cited 2021 Sep 7]. Available
from: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Water#section
Rowe C., Sheskey J., Quinn E. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th Edition.
London: Pharmaceutical Press. 2009 p. 673-9
Sweetman SC. Martindale: The Complete Drug References. 38th Ed. London:
Pharmaceutical Press; 2009 p. 131-2, 139
Voight, R., Buku Pengantar Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soedani, N., Edisi V,
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press; 1994 h. 464