INJEKSI TESTOSTERON
BAB I
NAMA ZAT AKTIF DAN BENTUK YANG DIGUNAKAN
2.2 Dosis
Dosis lazim :-
Perhitungan dosis : -
3.1 Formula
Testosteron 10 mg/ml
Injeksi dalam vial 10 ml No. 1
4.5 Tilose
5.2 Penimbangan
6.1 Sterilisasi
BAB VII
EVALUASI
Tabel 7. Evaluasi
No. Jenis Evaluasi Penilaian
1 Penampilan fisik wadah Baik
2 Jumlah sediaan 1
3 Kejernihan Tidak jernih
4 Brosur
5 Kemasan
6 Kebocoran vial Tidak bocor
7 Etiket
8 Keseragaman volume Seragam
BAB VIII
ASPEK FARMAKOLOGI
8.1 Indikasi
Defisiensi androgen (hipogonadisme, hipogonadotropin), keterlambatan
pubertas pada pria, kanker payudara (karsinomamae).
8.2 Kontraindikasi
Karsinoma prostat.
8.7 ADME
a. Absorbsi
Testosteron diserap perlahan-lahan dari fase jaringan lipid di tempat
suntikan i.m dapat mencapai konsentrasi puncak serum sekitar 72 jam
setelah pemberian i.m, sehingga persiapan ini memiliki durasi yang
berkepanjangan (2-4 minggu) injeksi i.m dari ester testosteron
menyebabkan iritasi loka, tingkat penyerapan tidak menentu.
b. Distribusi
Dalam serum, testosteron terikat dengan afinitas tinggi untuk SHBG dan
dengan afinitas rendah untuk albumin. Jumlah SHBG dalam serum dan
konsentrasi testosteron total menentukan pembagian bentuk farmakologi
aktif dan non androgen tersebut. Kapasitas mengikat SHBG tinggi pada
anak-anak sebelum pubertas, menurun selama masa pubertas dan dewasa,
dan meningkat lagi selama decade kemudian hidup sekitar 30-40% dari
testosteron dalam plasma terikat untuk SHBG 2% tetap terikat dengan
albumin dan protein lain.
c. Metabolisme
Pada jaringan target, testosteron diubah menjadi dihidrotestosteron oleh
enzim 5α-reduktase. Pada jaringan ini, dihidrotestosteron merupakan
androgen aktif utama. Perubahan testosteron menjadi estradiol oleh P450
aromatase juga dijumpai pada beberapa jaringan, termasuk jaringan
adipose, hati, dan hipotalamus; pada tempat-tempat ini, testosteron penting
dalam mengatur fungsi gonad.
d. Ekskresi
Ekskresi 90% melalui urin, 6% melalui tinja dalam bentuk asal, metabolic
dan konjugat. Hanya 30% dari 17-ketosteroid yang diekskresi melalui
urin, antara lain androsteron dan etikolanolon, berasal dari metabolisme
steroid adrenal. Kadar 17-ketosteroid urin bukan menggambarkan jumlah
sekresi androgen oleh testis tetapi terutama oleh konteks adrenal.
Androgen sintetik juga mengalami metabolisme tetapi lebih lambat
sehingga waktu paruhnya lebih panjang. Ekskresi androgen sintetik dapat
berupa bentuk asal atau metaboliknya.
BAB IX
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan steril injeksi dalam wadah
vial dengan zat aktif yang digunakan adalah testosteron. Pembuatan sediaan
injeksi testosteron dibuat dengan menggunakan suspensi. Hal ini dilakukan karena
zat aktif testosteron merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, sehingga
pembuatannya menggunakan suspensi dengan menambahkan bahan tambahan
lainnya seperti NaH2PO4, Na2HPO4, tilose, fenilmerkuri nitrat dan aqua pro
injeksi.
Hal pertama yang dilakukan adalah Na2HPO4 dilarutkan dalam sebagian
aqua pro injeksi. Kemudian, NaH2PO4 dilarutkan dalam sebagian aqua pro injeksi
dan kedua larutan dicampurkan. Pengunaan aqua pro injection ditujukan untuk
memenuhi syarat dari sediaan injeksi yaitu sediaan harus bebas mikroorganisme.
Aqua pro injection merupakan air yang bebas kandungan mikroorganisme dan
bebas logam berat sehingga tidak akan mempengaruhi kestabilan injeksi yang
dibuat.
Pada penambahan pembawa air digunakan aqua pro injeksi bebas CO2.
Dengan adanya CO2, dapat bereaksi dengan salah satu bahan obat dalam sediaan,
dan bisa membentuk membentuk endapan. Untuk menghilangkan CO2 pada aqua
pro injeksi maka dididihkan terlebih dahulu. Penambahan Na2HPO4 dan NaH2PO4
berfungsi sebagai stabilitator dan untuk memperoleh pH tertentu serta mengurangi
rasa nyeri dan iritasi. Penambahan fenilmerkuri nitrat yang berfungsi sebagai
pengawet ditujukan agar sediaan dapat tahan lama dalam penyimpanan dan
mencegah pertumbuhan mikroba. Setelah zat tambahan sudah dilarutkan
kemudian dilakukan penyaringan, hal ini bertujuan untuk menghilangkan partikel
yang terdapat dalam larutan. Kemudian dilakukan penambahan zat aktif, untuk
melarutkan zat aktif testosteron ditambahkan tilose sebagai pensuspensi sehingga
testosteron dapat tercampur homogen.
Berdasarkan literatur, testosteron memiliki pH stabil antara 4-7,5. Karena
tidak semua bahan obat steril pada pH cairan tubuh, pH harus berada di antara
rentang 4-7,5 bertujuan untuk mencegah terjadinya rangsangan/rasa sakit pada
saat disuntikkan. Jika pH lebih dari 9 dapat menyebabkan nekrosis jaringan
(jaringan menjadi mati), sedangkan apabila pH kurang dari 3 makan akan
menyebabkan sakit dan flebitis (peradangan pembuluh darah). Tujuan dari
pengaturan pH ini adalah agar sediaan yang dibuat tetap stabil pada penyimpanan.
pH harus disesuaikan dengan sediaan injeksi yang dibuat sehingga apabila obat
disuntikkan ke dalam tubuh dan tercampur dalam darah tidak akan terjadi nyeri,
dan efek terapinya dapat tercapai. Tetapi dalam pembuatan sediaan injeksi
testosteron tidak dilakukan pengecekkan pH.
Menurut literatur, sediaan injeksi boleh dilakukan penambahan zat-zat yang
sesuai kedalam sediaan yang resmi digunakan sebagai obat suntik. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kestabilan, tidak berbahaya dalam jumlah yang
diberikan, dan tidak mengganggu efek terapi sediaan. Zat pengawet harus mampu
mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Zat pengawet ditambahkan untuk
larutan injeksi dalam wadah dosis ganda yaitu vial.
Wadah harus dipilih dengan teliti, yang secara kimia tahan terhadap larutan
yang akan dimasukkan dan mempunyai kualitas yang paling baik untuk
memperkecil kemungkinan terkelupasnya wadah dan kelupasan masuk ke dalam
larutan. Bila wadah telah dipilih untuk dipakai, wadah harus dicuci dengan
seksama agar bebas dari semua zat asing. Selama pengisian wadah, harus
diperhatikan dengan teliti proses pengisian untuk mencegah masuknya debu yang
dikandung udara, serat kain, atau pengotoran-pengotoran lain ke dalam wadah.
Sebelum digunakan tutup vial harus disterilisasikan terlebih dahulu di
autoklaf suhu 1210C selama 15 menit, hal ini dilakukan untuk membunuh bakteri
yang terdapat pada tutup vial. Pemindahan larutan dari wadah ke vial dilakukan di
LAF (Laminar Air Flow). Hal ini dimaksud untuk meminimalisir mikroba atau zat
asing lainnya masuk dalam sediaan dan proses ini dilakukan secara aseptis
menggunakan etanol yang di semprot ke tangan sebagai antiseptik sebelum
melakukan pengisian larutan sediaan ke dalam ampul. Antiseptik ini untuk
membunuh mikroorganisme pada tangan yang mungkin dapat menyebabkan
kontaminasi pada sediaan
Sesuai dengan literatur, wadah yang digunakan untuk injeksi termasuk
penutup tidak boleh berinteraksi melalui berbagai cara baik secara fisik maupun
kimiawi dengan sediaan, yang dapat mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian
diluar persyaratan resmi dalam kondisi biasa pada waktu penanganan,
pengangkutan, penyimpanan, penjualan dan penggunaan. Wadah terbuat dari
bahan yang dapat mempermudah pengamatan terhadap isi.
BAB X
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa testosterone dibuat
sediaan dalam bentuk suspensi karena testosterone tidak larut dalam air. Bentuk
sediaan suspensi yang dimasukan ke dalam vial tidak mengalami kebocoran dan
dibuat sebanyal 1 vial.
BAB XI
ETIKET DAN LABEL
11.1 Etiket
11.2 Label
HARUS DENGANRESE PDOKTER
BAB XII
KEMASAN DAN BROSUR
12.1 Kemasan
12.2 Brosur
Gambar 12.2 Brosur
DAFTAR PUSTAKA