DIBERIKAN SECARA OPTALMIK (MELALUI MATA) Visi STFI
Visi STFI adalah Menjadi Acuan Perguruan
Tinggi Farmasi Swasta di Jawa Barat pada tahun 2020. Misi STFI
Melaksanakan program pendidikan secara profesional untuk menghasilkan
lulusan yang mampu mengaplikasikan dan mengembangkan ilmunya dengan berorientasi pada kebutuhan pengguna, berlandaskan pada etika profesi, serta kepentingan kemanusiaan. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dapat memberikan kontribusi bermanfaat bagi dunia kesehatan, khususnyadalam lingkup ilmu kefarmasian Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di bidang kesehatan, khususnya bidang ilmu kefarmasian Memperkuat jejaring kerjasama dengan Perguruan Tinggi lain, lembaga pemerintah ataupun swasta di dalam maupun luar negeri Revitalisasi prasarana dan sarana penyelenggaraan program pendidikan PENDAHULUAN
Berbeda dengan mukosa usus yang merupakan
organ penyerapan, maka permukaan mata bukanlah tempat yang baik untuk penembusan suatu obat Hal ini terutama disebabkan oleh dua faktor yaitu : 1. Faktor arah pengeluaran dan pengaliran air mata yang berlawanan dengan arah penembusan obat 2. Faktor struktur kornea yang khas • Obat cuci mata atau salep mata kontak dengan mata dalam waktu yang sangat singkat Para ahli farmasi harus berusaha mengimbangi keadaan tersebut dengan membuat formula yang tepat dan dengan efektivitas yang maksimum Bentuk sediaan yang digunakan untuk mata jumlahnya sangat terbatas Oleh sebab itu dicoba cara baru yang berorientasi pada sistem pengobatan yang lebih modern ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Kornea tidak mempunyai pembuluh darah tetapi
banyak mengandung akan ujung saraf. Epitelium dan endotelium dari kornea banyak mengandung lipid, sehingga menjadi penghalang untuk senyawa yang larut dalam air. • Stroma adalah lapisan hidrofilik mengandung 70% sampai 80% air, menjadi penghalang untuk senyawa yang tidak larut dalam air. Sklera mengandung banyak pembuluh darah yang mensuplai darah ke jaringan anterior pada mata. Konjungtiva dan permukaan kornea dilumasi oleh sebuah lapisan cairan yang disekresikan oleh kelenjar air mata dan konjungtiva. Kelenjar lakrimal menghasilkan cairan yang disebut dengan air mata. Kelenjar sebaceous menghasilkan cairan berminyak yang akan tersebar dilapisan mata. PENETRASI OKULER
Pemberian melalui jalur
Pemberian topikal sistemik
Melintasi epitel dari Penyerapan lewat
corpus ciliaris kornea Menembus dinding Perlintasan melalui kapiler jaringan konjungtiva penghubung di sekitar iris Melintasi epitel dari corpus ciliaris
Obat memasuki corpus ciliaris melalui proses difusi
dan sekresi,dengan demikian obat menembus kapiler dan menuju ke bagian dalam sel epitel corpus ciliaris Menembus dinding kapiler jaringan penghubung di sekitar iris
Proses difusi terutama penting pada penembusan
melintasi iris Obat berdifusi keluar kapiler iris dan melintas diantara sel konjungtiva untuk mencapai camera anterior, kecuali untuk senyawa yang larut dalam lipida maka cara perlintasan inetrseluler tidak terlalu berarti Penyerapan lewat kornea
Dipengaruhi oleh barrier kornea, sifat fisiko kimia
obat, dan sistem transportasi ion aktif pada kornea Epitel kornea adalah barrier utama untuk penyerapan obat utama di mata. Epitel kornea berlapis bertindak sebagai barriers pelindung terhadap masuknya molekul asing dan barrier untuk ion transportasi Pada saluran sempit epitel kornea transeluler yang sehat benar-benar mengelilingi kebanyakan permukaan sel-sel. Sebuah saluran sempit berfungsi sebagai penghalang selektif untuk molekul kecil dan mereka benar-benar mencegah difusi makromolekul melalui rute Para-seluler Seperti molekul kecil mampu menembus ruang intraseluler epitel kornea Perlintasan melalui konjungtiva
Rute ini melibatkan penetrasi obat melintasi konjungtiva
yang berhubungan dengan bengkak dan mendasari sclera disaluran uveal dan vitreous humor Rute ini penting bagi molekul hidrofil besar dan dengan permeabilitas kornea kecil Saluran sempit dari epitel konjungtiva bulat merupakan barrier utama penetrasi obat Permeabilitas konjungtiva dari obat tertentu memiliki jarak lebih besar daripada penterasi kornea melalui sclera yang utama melalui ruang verivaskuler, melalui media berair gel seperti mukopolisakarida melalui ruang antara jaringan kolagen FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOAVAILABILITAS OBAT MATA
Faktor Faktor Faktor
fisiologi fisikokimia formulasi Faktor fisiologi
Perlukaan epitel secara nyata dapat meningkatkan
permeabilitas jaringan tersebut dan mempengaruhi laju penyerapan ZA yang kontak Perbedaan pH , adanya surfaktan, atau penetesan yang berulang serta sifat bahan pembawa atau ZA dapat menyebabkan perlukaan epitel kornea atau konjungtiva Selain itu, adanya ikatan berbagai molekul obat dengan protein air mata, kornea dan dengan cairan bola mata dapat menyebabkan hilangnya aktivitas obat Faktor fisikokimia
Tonisitas Peranan pH Konsentrasi zat aktif Kekentalan Surfaktan Tonisitas
Tekanan osmotik air mata sama dengan tekanan
larutan 0,93% NaCl Menurut Trolle-Lassen, larutan NaCl tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak mengiritasi mata bila konsentrasi garam terletak antara 0,7-1,4 % Telah terbukti pula bahwa larutan hipertonik lebih dapat diterima daripada larutan hipotonik Konsentrasi senyawa dalam obat mata tidak boleh menyebabkan hipertonisitas yang melebihi batas yang dapat diterima Peranan pH
Ditinjau dari sudut fisiologik, pH ideal sediaan mata
seharusnya 7,4 Namun sangat jarang dijumpai ZA yang mempunyai stabilitas terbaik pada pH tersebut dan mempunyai pelarutan yang cukup atau disosiasi terbaik Karena sulit untuk memenuhi semua ciri yang diperlukan maka pemilihan biasanya mendahulukan kriteria stabilitas dalam batasan pH terbaik yang dapat diterima oleh mata Jadi sangat diperlukan mencari kondisi pH yang dapat memenuhi syarat stabilitas, toleransi dan efektivitas Konsentrasi zat aktif
Penembusan suatu obat ke dalam bola mata
umumnya tergantung pada proses difusi pasif Laju pengangkutan merupakan fungsi dari konsentrasi dan dapat dinyatakan dengan hukum FICK I Kekentalan
Penggunaan bahan pengental pada optamologi
mempunyai berbagai tujuan yaitu sebagai air mata buatan, sebagai bahan pelicin untuk lensa kontak dan untuk meningkatkan kekentalan larutan obat Penggunaan bahan pengental terutama dimaksudkan untuk memperpanjang waktu-kontak antara sediaan dan kornea sehingga efek terapetik dapat tercapai Surfaktan
Pemakaian surfaktan pada sediaan obat mata harus
memenuhi berbagai fungsi, terutama sebagai antimikroba golongan kationik Penurunan tegangan antar permukaan dapat meningkatkan aksi terapeutik Efek utamanya adalah meningkatkan ketercampuran antara cairan obat dengan cairan lakrimal, memperluas permukaan epitel kornea dan meningkatkan kontak obat dengan kornea dan konjungtiva, meningkatkan penembusan dan penyerapan obat Faktor formulasi
• Peningkatan viskositas yang sesuai akan meningkatkan waktu
kontak sehingga bioavaibilitas tinggi, dosis obat terpenuhi, efek obat Waktu lebih tahan lama, frekuensi pemberian obat dapat direduksi sehingga kontak kenyamanan pengobatan dapat tercapai.
• Peningkatan ukuran partikel pada suspensi opthalmik akan
Agen meningkatkan bioavaibilitas peningkat viskositas
• Digunakan untuk memperpanjang kontak waktu mata sehingga
Ukuran mengurangi tingkat pengeringan dan meningkatan bioavaibilitas partikel Evaluasi sediaan obat mata
Metoda in vitro tidak spesifik untuk setiap bentuk
obat mata dan berkaitan dengan teknik difusi dalam media gel, media agar, dalam cairan pelarutan atau melintasi membran buatan Sebaliknya teknik in vitro menggunakan sawar seperti kornea atau sejumlah prosedur in vivo yang spesifik pada masalah obat mata Prosedur in vitro tentang perlintasan melalui kornea memastikan suatu kespesifikan cara perlintasan ini, termasuk penyerapan konjungtiva, dan dapat dengan mudah menetapkan kinetik proses transpor Percobaan in vivo (uji farmakologik, pengukuran konsentrasi dalam cairan okuler) mempunyai beberapa keuntungan yaitu dapat mengikuti semua keadaan fisiologik penembusan, seperti kontak, pengeluaran cairan lakrimal, pengaliran darah Suatu teknik yang sangat penting selama percobaan adalah pengamatan variasi tekanan intreaokuler pada hewan metoda pneumatometrik dan pemakaian larutan percobaan tanpa menimbulkan perlukaan pada permukaan mata Daftar pustaka
Aiache,JM., 1993, Farmasetika 2-
BIOFARMASI:edisi kedua., Airlangga University Press