I. FORMULA
R/ Asam Folat 5 mg/mL
Aqua pro injection ad 1 mL
(Formularium Nasional)
IV. MONOGRAFI
IV.1 Zat Aktif
IV.1.1 Nama Zat : Acidum Folicum
Struktur Kimia:
V. PENIMBANGAN
Penimbangan bahan untuk 1 betch :
Asam Folat = 50 mg
Natrium Klorida = 82,84 mg
Na2EDTA = 5 mg
Natrium Hidroksida = q.s
Aqua pro Injection = 9,7 mL (ad 10 mL)
6.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Asam Folat, Dinatrii
Edetas,Natrium Klorida,Natrium Hidroksida dan Aqua Pro Injection.
IX. PEMBAHASAN
Pada pembuatan sediaan injeksi intravena dengan zat aktif yang digunakan
adalah asam folat. Asam folat termasuk dalam vitamin B9, asam folat ini juga biasa
digunakan untuk anemia megaloblastik yang merupakan anemia yang disebabkan
oleh kelainan proses pembentukan DNA sel darah merah. Penyebab utama anemia
megaloblastik adalah kekurangan (defisiensi) Vitamin B12 dan asam folat.
Sediaan injeksi asam folat ini diinjeksikan melalui intravena yaitu masuk
langsung ke dalam peredaran darah. Hal ini dikarenakan sediaan yang diinjeksikan
melalui intravena tidak perlu melalui tahap absorpsi, tetapi langsung didistribusikan
melalui darah sehingga kerja sediaan akan lebih cepat dan dosisnya pun lebih tepat.
Jika melalui oral maka dosisnya akan berkurang karena melalui first pass effect yang
dapat mengurangi dosis akibat dari adanya sediaan yang bereaksi dengan enzim.
Dalam pembuatan injeksi asam folat ini digunakan zat aktif yaitu asam folat
yang dilarutkan dengan larutan NaOH 1N. Hal ini dikarenakan larutan NaOH dapat
berfungsi dalam mengubah asam folat menjadi bentuk garamnya yaitu natrium folat.
Pengubahan asam folat menjadi natrium folat ini diperlukan untuk memperbaiki
kelarutan dari asam folat, karena menurut literatur asam folat memiliki kelarutan
yang sangat sukar larut dalam air. Sedangkan persyaratan untuk sediaan injeksi
melalui intravena, zat aktifnya harus dapat larut dalam pembawanya, karena jika tidak
larut dapat terjadi penyumbatan pada pembuluh darah. Oleh karena itu dilakukanlah
pengubahan asam folat tersebut.
Bahan lain yang ditambahkan dalam sediaan injeksi ini adalah Na 2EDTA.
Bahan ini ditambahkan karena memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan
kompleks dengan logam atau bisa disebut juga sebagai agen penghelat. Agen
penghelat ini digunakan karena zat aktif asam folat memiliki inkompatibilitas dengan
logam, sehingga untuk mencegah terjadinya reaksi antara asam folat dengan logam
ditambahkan bahan ini. Logam dapat berasal dari alat yang digunakan (spuit) maupun
dari ampul yang merupakan kemasan primer sediaan yang akan sering kontak
langsung dengan zat aktif.
Sediaan injeksi selain harus steril, sediaan steril juga harus isotonis. Isotonis
adalah keadaan di mana tekanan osmosis yang dimiliki sediaan sama dengan tekanan
osmosis darah. Keadaan ini harus terpenuhi karena apabila sediaan tidak isotonis,
maka akan mengakibatkan terjadinya krenasi (jika hipertonis) dan hemolisis (jika
hipotonis). Kondisi hipertonis terjadi akibat hilangnya kadar cairan dalam pembuluh
darah karena tekanan osmosis di luar pembuluh lebih besar sehingga menimbulkan
pengerutan sel dan menyebabkan sensasi perih saat sediaan diinjeksikan. Namun, hal
ini hanya berlangsung sementara dan tidak berbahaya. Berbeda halnya jika
keadaannya hipotonis, maka keadaan ini dinilai berbahaya karena akan menyebabkan
sel menjadi pecah akibat dari tingginya tekanan osmosis di dalam pembuluh sehingga
menarik cairan di luar pembuluh yang akan menyebabkan sel akan menggembung
dan jika sudah terlalu menggembung akan pecah (lisis). Sel yang pecah tidak akan
bisa digunakan lagi, semakin banyak sel yang pecah akan membahayakan tubuh.
Oleh karena itu pada praktikum ini dilakukan perhitungan tonisitas terlebih dahulu
agar mengetahui sediaan yang dibuat keadaannya hipotonis atau hipertonis. Dari hasil
perhitungan didapatkan hasil tonisitas sebesar 0,0715 , dengan kata lain sediaan ini
hipotonis karena nilai tonisitasnya kurang dari 0,9. Oleh karena itu sediaan yang akan
dibuat ini membutuhkan pengisotonis yang akan membantu menyesuaikan keadaan
sediaan agar isotonis. Pengisotonis yang digunakan adalah NaCl 0,9% yang memiliki
tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh.
Bahan pembawa yang digunakan dalam sediaan ini adalah API (Aqua Pro
Injection). Sebelum digunakan sebagai bahan pembawa dalam sediaan yang memiliki
zat aktif asam folat, maka API dipanaskan terlebih dahulu. Tujuan dipanaskannya
API ini dimaksudkan untuk menghilangkan CO2 yang terdapat di dalam API. Hal ini
dikarenakan CO2 dapat bereaksi dengan zat aktif sediaan ini.
Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam ampul dan disterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk membunuh
semua mikroorganisme yang mungkin terdapat di dalam sediaan, karena pada
keadaan tersebut merupakan keadaan yang optimal untuk membunuh bakteri.
Hasil dari sediaan yang telah dibuat di evaluasi yang meliputi kejernihan,
penampilan fisik wadah, kebocoran ampul, jumlah sediaan, dan keseragaman volume.
Uji kejernihan bertujuan untuk mengetahui kejernihan injeksi yang dibuat, hasil yang
diperoleh dari ke 4 ampul adalah jernih. Menurut literatur kejernihan suatu larutan
dinyatakan jernih, jika kejernihan sama dengan air atau pelarut yang digunakan.
Sediaan injeksi harus jernih yang mengindikasikan tidak ada cemaran yang masuk.
Dari penampilan fisik wadah ampul memiliki penampilan yang cukup baik karena
memiliki ujung ampul yang tajam. Kemudian untuk hasil dari uji kebocoran tidak
adanya kebocoran pada 4 ampul sehingga memenuhi persyaratan. Jika terdapat
kebocoran, maka dosis yang didapatkan tidak sesuai dengan dosis yang diinginkan,
selain itu adanya kebocoran dapat menyebabkan partikel asing masuk, partikel ini
dapat berupa mikroorganisme atau pirogen yang menandakan bahwa sediaan tersebut
tidak steril. Untuk jumlah sediaan yang diperoleh 4 ampul sesuai yang dibuat dalam
satu batch. Selanjutnya, evaluasi keseragaman volume dari ke 4 ampul dapat dilihat
bahwa volume masing-masing ampul adalah cukup seragam. Volume injeksi harus
dilebihkan sesuai FI ed IV. Volume yang dimasukkan pada setiap ampul tidaklah 1
mL namun 1,1 mL, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi larutan yang tertinggal
pada ampul pada saat pengambilan cairan maupun pada saat penyaringan dengan
milipore filter. Jika diambil diisi tepat 1 mL di khawatirkan volume cairan yang
diambil tidaklah tepat 1 mL sehingga akan berpengaruh pada dosis yang diberikan.
X. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa sediaan injeksi asam folat yang dibuat adalah sediaan
steril yang baik karena sebagian besar hasilnya memenuhi persyaratan evaluasi
sediaan steril.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Perhitungan
Setiap sediaan mengandung : Asam Folat 5 mg / mL
Volume/Bobot sediaan : 1 mL
2. Perhitungan Tonisitas
0,52 - (ΔTb . C)
Asam Folat :W =
0,576
0,52 - (0,0428 )
W =
0,576
0,4772
W =
0,576
W = 0,8284 %