Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

FORMULASI SEDIAAN TABLET


Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah Teknologi Bahan Alam

KELOMPOK 1:
Agung Nugraha A 171 056
Agus Gustiana A 171 057
Cut Shaula Ega A 171 068
Denia Alvira T A 171 070
Devira Lukita A 171 071
Lely Fitria A 171 082
Lucia LT Bahy A 171 084
Nurlastri A 171 092
Nushi Chairunnisa R A 171 093
Sony Saefulloh A 171 101
Tatik Rokayah A 171 102
Windania Barkah A 171 110
Sri Hantika A 193 002

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di
negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi
penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk
penyakit tertentu di antaranya kanker serta semakin luas akses informasi
mengenai obat herbal di seluruh dunia. Oleh sebab itu WHO merekomendasi
penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit
kronis, penyakit degeneratif dan kanker. Hal ini menunjukkan dukungan WHO
untuk back to nature yang dalam hal tertentu lebih menguntungkan. Penggunaan
obat herbal telah diterima secara luas di negara berkembang dan dinegara maju.
Menurut WHO (Word Health Organization), 65 dari penduduk maju dan 80% dari
penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal.
Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, memiliki
kurang lebih 30.000 spesies tumbuhan dan 940 spesies di antaranya termasuk
tumbuhan berkhasiat (180 spesies telah dimanfaatkan oleh industri jamu
tradisional) dan salah satu tumbuhan yang saat ini banyak mendapatkan perhatian
untuk dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah pegagan (Centella asiatica L).
Dalam ekstrak kering herba pegagan (Centella asiatica L) terdapat beberapa zat
yang memiliki efek terapi bagi manusia. Efek ini dapat dicapai dengan
pengembangan bentuk sediaan oral, diantaranya sediaan tablet. Efek terapi dari
ekstrak kering herba Pegagan melatar belakangi pengembangan produksi sediaan
yang mengandung ekstrak ini. Salah satu kegunaan ekstrak kering herba pegagan
adalah digunakan sebagai suplemen kesehatan. Ekstrak herba pegagan berwarna
hijau kecoklatan, dengan bau khas, larut dalam air dan etanol serta bersifat sangat
higroskopis, sehingga diperlukan kelembaban dan kandungan air eksipien
tambahan yang digunakan dalam ekstrak kering herba pegagan agar diperoleh
sediaaan yang stabil baik secara fisika maupun kimia. . Selain memperhatikan
eksipien tambahan yang digunakan dalam formulasi, lingkungan kerja, perlakuan
selama proses produksi sampai pada proses pengemasan sediaan juga perlu
dipertimbangkan untuk memperoleh sediaan yang stabil, sehingga stabilitas fisik
dan kimia tetap terjaga sampai konsumen.
Teknologi farmasi berkembang dengan pesat seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan.
Maka diperlukan lebih banyak lagi studi teknik pembuatan sediaan obat.
Diharapkan dengan studi ini akan didapatkan suatu produk yang lebih baik dan
lebih efisien.
Tablet merupakan suatu sediaan farmasetis yang sangat digemari oleh
masyarakat karena penggunaannya yang praktis. Beberapa keuntungan tablet
antara lain: ketepatan dosis, cara pemakaian mudah, stabil dalam penyimpanan,
mudah dalam transportasi dan dari segi ekonomi relatif murah dibanding dengan
bentuk sediaan obat lainnya.

2
Tablet bisa digunakan untuk tujuan local ataupun sistemik. Cara
pembuatan tablet bisa dilakukan secara granulasi basah, granulasi kering atau
kempa langsung. Pada umumnya dalam pembuatan tablet terdapat zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi,
bahan pengikat, bahan penghancur, dan bahan pelicin.
Tablet bisa digolongkan berdasarkan metode pembuatan, distribusi obat
dalam tubuh serta jenis bahan penyalut. Tablet harus memenuhi persyaratan
keseragaman ukuran, keseragaman bobot, memenuhi waktu hancur, memenuhi isi
keseragaman zat berkhasiat serta memenuhi waktu larut. Dalam pembuatan tablet,
juga terdapat berbagai macam kerusakan, seperti bending, sticking/piking,
wishkering, splitting/capping, molting dan crumbling.

1.2 Rumusan Masalah


1.1.1. Bagaimana mutu dan evaluasi tablet menggunakan bahan baku
simpilisa?
1.1.2. Bagaimana kemasan (primer, sekunder, dan tersier) obat
tradisional tablet?

1.3 Tujuan
1.1.1. Mampu menjelaskan mutu dan evaluasi yang relevan untuk sediaan
tablet menggunakan bahan baku simplisia.
1.1.2. Mampu mengidentifikasi dan mendesain kemasan (primer,
sekunder, dan tersier) obat tradisional bentuk sediaan tablet.

3
BAB II
ISI

2.1 Penjelasan umum


Tablet adalah sediaan padat yang dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata
atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan. Macam – macam tablet:
a. Tablet kempa
b. Tablet kunyah
c. Tablet salut
d. Tablet efervesen
Tablet termasuk sediaan obat tradisioal modern dimana bahan yang
digunakanya yaitu ekstrak. Ekstrak. Keutungan dari penggunaan ekstrak:
1. Kuatitas jauh lebih kecil
2. Konsentrasi zat aktif lebih bear
3. Stabilitas zat aktif lebih tejaga
4. Lebih mudah dikebangkan menjadi bentuk sediaan yang acceptable
Komponen dalam sediaan tablet:
1. Pengisi
Digunakan untuk mendapatkan bulk atau massa tablet yang diinginkan.
Pada tablet dengan zat aktif kecil, peranan pengisi sangat penting untuk
menjamin keseragaman dosis. Pengisi juga ditambahkan untuk memperbaiki
kohesifitas granul, sehingga dapat dikempa langsung dan untuk meningkatkan
aliran massa tablet. Bahan pengisi tablet yang umum digunakan adalah
laktosa, pati, dan selulosa mikrokristal (avicel). Pada pembuatan tablet secara
kempa langsung biasanya digunakan bahan pengisi yang memilki sifat alir
yang baik seperti lactose direct compress kalsium fosfat granul (Di-tab
compress) dan avicel.
2. Pengikat
Digunakan untuk memberikan sifat kohesif terhadap granul sehingga
dapat membentuk struktur tablet yang kompak setelah pencetakan. Bahan
pengikat menyatukan partikel serbuk kedalam granulat. Kekompakan tablet
dipengaruhi oleh jenis dan jumlaha bahan pengikat yang digunakan maupun
tekanan yang diberikan pada saat pencetakan.
Pemilihan bahan penngikat tergantung pada besarnya daya kohesi, yang
diinginkan untuk membentuk granul dan kompatibilitas dengan bahan lain
dalam formula. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jumlah yang
digunakan tidak menyebabkan waktu hancur tablet lebih lama. Penambahan
bahan pengikat berlebihan akan menyebabkan granul menjadi keras sehingga
diperlukan tekanan yang lebih besar untuk dicetak menjadi tablet. Bahan

4
pengikat yang bisa ditambahkan bisa dalam bentuk kering, pasta (mucilage)
cairan atau larutan. Pada pembuatan granulasi kering bahan pengikat yang
biasanya digunakan turunan selulosa, seperti hidroksi propil selulosa (HPC),
hidroksi propil metil selulosa (HPMC), selulosa mikrokristal dan lain-lain.
3. Penghancur
Digunakan untuk memeprmudah pecahnya tablet dalam tubuh. Bahan
penghancur tablet dapat membantu pecahnya tablet dengan berbagai
mekanisme kerja, seperti adanya proses kapilarisasi cairan, mudah
menegmbang saat kontak dengan cairan meningkatkan kemampuan
pembasahan tablet sehingga tablet pecah menjadi granul dan partikel yang
lebih kecil. Bahan penghancur yang umum digunakan adalah pati (starch),
dan modifikasinya seperti SSG (Sodium Starch Glycolate). Selulosa yang
termodiifikasisecara kimia,asam alginate dan selulosa mikrokristal. Jumlah
dan bahan penghancur sangat berperan dalam menentukan kecepatan
pecahnya tablet dan pelepasan zat aktif untuk melarut.
4. Lubrikan
Digunakan untuk mengurangi gesekan logam-logam dan gesekan antara
dinding ruang cetak dengan sisi tablet terutama saat proses pencetakan tablet,
sehingga mempermudah pengeluaran tablet dari mesin cetak, lubrikan
umunya bersifat hidrofob yang dapat menghalangi pendetrasi air kedalam
tablet sehingga mempengaruhi waktu hancur tablet, untuk itu penggunaannya
seminimal mungkin. Penambahan lubrikan yang terlalu tinggi akan
meningkatkan waktu hancur tablet dan menyebabkan tablet menjadi lebih
regas. Lubrikan yang biasa digunakan yaitu talk, Mg stearate, setil alcohol
dan PEG.
5. Glidant
Digunakan untuk memperbaiki sifat alir granulatau serbuk massa tablet
sehingga dapat mengurangi penyimpangan bobot bahan tablet dan
meningkatkan ketepatan dosis. Glidant bekerja memperkecil gesekan antara
partikel dengan cara menutupi lubang atau permukaanpartikel yang tidak rata,
sehingga permukaan licin dan halus.
6. Antiadherent
Digunakan untuk mencegah melekatnya bahan yang dikempa pada
permukaan punch atau dinding die, seta memberikan kilap pada tablet.
Umunya bahan yang digunakan sebagai lubrikan dapat ebrfungsi sebagai
antiadheret, namun masing masing mempunyai keunngulan sendiri pada salah
satu fungsinya sehingga penggunaannya seringkali dikombinasi.contohnya
antiadherent diatanya talk, paraffin, aerossil danasam stearate.
7. Adsorben
Digunakan untuk melindungi bahan berkhasiat dari pengaruh
kelembaban, menghindari kelembabamm akibat reaksi antara bahan dalam
sediaan tablet serta meningkatkan homogenitas campuran adsorben yang

5
digunakan dapat berupa aerosol, magnesium oksida, magnesium karbonat,
laktosa, bentonin dan kaolin.
8. Pemanis
Digunakan untuk sediaan tablet menutupi rasa yang tidak enak dari
bahan bahan yang tedapat dalam tablet dan memberikan rasa manis pada
tablet. contohnya mannitol, laktosa, sorbitol.
9. Pengharum
Digunakan untuk memberikan aroma dan menutupi bau tidak enak dari
bahan bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet. Contohnya oleum
rosae, oleum menthae pipperitae, oleum citri.
10. Pewarna
Digunakan untukmeningkatkan nilai estetika, memudahkan control
selama pembuatan dan sebagai identifikasi hasil produksi, dan menjadikan
produk menjadi lebih menarik.
Keuntungan dan kerugian sediaan tablet

Keuntungan:
1. Tablet dapat diproduksi dalam sekala besar dan dengan kecepatan
produksi yang sangat tinggi sehingga lebih murah
2. Memiliki ketepatan dosis tiap tablet atau tiap unit pemakain
3. Lebih setabil dan tidak mudah ditumbuhi mikroba karena dalam bentuk
kering dengan kadar air yang rendah
4. Dapat dibuat produk dengan berbagai profil pelepasan
5. Tablet bukan produk steril sehingga penanganan selama proses produksi,
distribusi dan pemakain lebih mudah
6. Mudah dalam penepakan dan transfortasi
7. Mudah dibawa kemana-mana
8. Pemakain dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan tenaga medis
9. Bau, rasa dan warna yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan
penyalutan
10. Mudah diidentifikasi dengan memberi tanda atau logo di punch
11. Tersedia dalam berebagai tipe
12. Dibandingkan dengan kapsul tablet lebih sukit dipalsukan

Kerugian:
1. Bahan aktif dengan dosis yang besar dan tidak kompersible sulit dibuat
tablet
2. Sulit untuk memformulasikan zat aktif yang sulit dibasahi dan tidak larut
serta disolusinya rendah
3. Onsetnya lebih lama dibandingkan sediaaan parenteral larutan oral dan
kapsul

6
4. Jumlah zat aktif dalam bentuk cairan yang dapat dijerat kedalam tablet
sangat kecil
5. Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah dan orang lanjut
usia
6. Pasien yang menjalani radioterapi tidak dapat menelan obat

Metode pembuatan tablet


1. Granulasi basah
Metode granulas basah biasanya digunakan untuk zat aktif dengan
jumlah besar dengan aliran yang baru, tahan terhadap adanya air dan
pemanasan. Secara sederhana prosesnya sebgai berikut:
a. Campur zat aktif dan zat tambahan dibasahi dengan larutan pengikat
b. Granul dibentuk dengan melewatkan massa yang lembab melalui
ayakan (mesh 6-12), lalu dikeringkan pada suhu 40 – 50 °C. granul
yang kering diayak lagi (mesh 14 – 19)
c. Dilakukan pencampuran komponen luar (penghancur luar, glidant,
lubricant) dan disiap dicetak.
Mekanisme granulasi basah yaitu menciptakan ikatan antara partikel –
partikel padat memalui proses penggumpalan dengan penambahan pengikat
basah yang diikuti pengeringan setelah massa basah digranulasi terlebih
dahulu.
2. Granulasi kering
Metode granulasi ekring digunakan untuk zat yang tidak tahan adanya air
dan pemanasan serta bahan yang komprebilitasnya baik. Granulasi keing
dilakuka dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi hingga
menjadi tablet besar (slug). Slug ini kemudian digiling dan diayak sehingga
emnjadi bentuk granul yang mempeunyai laju alir yang lebih baik serta
ukuran partikel yang lebih seragam.
3. Kempa langsung
Metode kempa langsung biasanya digunakan untuk bahan bahan yang
mempunyai laju alir dan kompresibilitasnya baik. Prinsip pembuatan tablet
dengan metode kempa langsung yaitu menambahkan zat aktif dengan
eksipien yang mempeunyai sifat alir dan kompresibilitas tinggi, kemudian
langsung dicetak. Metode ini ditujukan untuk zat aktif dengan dosis yang
relatif kecil.

2.2 Morfologi Tanaman


Pegagan:
2.2.1 Klasifikasi
Divisi : Spermatohyta
Sub divisi : Angiospermse
Kelas : Dicotiledonae
Bangsa : Umbillales

7
Suku : Umbilliferaceae
Marga : Centella
Jenis : Centella asiatica L
2.2.2 Morfologi
Pegagan merupakan herba tahunan, tampa batang tetapi dengan
rimpang pendek dengan setolon-setolon yang melata, panjang 10-80 cm. daun
tunggal, tersusun dalam roset yang terdiri dari 2-10 daun, kadang-kadang aga
berambut. Jenis akarnya berupa akar tunggang, tangkai daun panjang sampai
50 mm, helai daun berbentuk ginjal, lebar dan bundar dengan garis 1-7 cm,
pinggir daun beringgit sampai bergerigi, terutama kearah pangkaal daun.
Pegagan memiliki perbungaan berupa paying tunggal atau 3-5
bersama-sama keluar dari ketiak daun, panjang gagang perbungaan 5-500mm,
lebih pendekn dari tangkai daun. Bunga umumnya 3 yang tengah duduk, yang
disamping bergagang pendek, daun pelindung 2 panjang3-4 mm bentuk telur
tajuk berwarna merah lembayung panjang 1-1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm.
buah pipih kurang lebih 7 mmdan tinggi kurang lebih 3 mm berlekuk dua
jelas ,dan berusuk warna kuning kecoklatan berdinding aga tebal.
2.2.3 Kandungan kimia
Herba pegagan memiliki kandungan triterpenoid (Asiaticoside,
Madecassonide, Madecassic acid dan Asiatic acid), Thankuniside,
Isothankuniside, Brahmoside, Brahmic acid, Brahminoside, Madasiatic acid,
Meso-inositol, Centelloside, Carotenoids, Hydrocotylin, Vellarine, Tanin
serta garam mineral seperti Kalium, Natrium, Magnesium, Kalsium dan Besi.
2.2.4 Penggunaan
Herba pegagan memiliki fungsi membersihkan darah, melancarkan
peredaran darah, peluruh air seni (diuretika), penurun panas (antipiretika),
menghentikan pendarahan (haemostatika), penambah nafsu makan,
pengobatan pembengkakan hati, sariawan, wasir, lepra, reumatik, gangguan
saluran pencernaan, asma dan bronchitis, epilepsy, antibakteri, tonik,
sntipasme, sntiinflamasi, hipotensif, insektisida, antialergi dan stimulant.
Saponin yang menghambat produksi jaringan bekas leka yang berlebihan
(menghambat terjadinya keloid).

2.3 Metode Penelitian


2.3.1 Cara Pembuatan Simplisia
a. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Bahan-bahan asing
seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak,
serta pengotoran lainnya harus dibuang.
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran
lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan
dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM.
c. Perajangan
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Perajangan dapat

8
dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga
diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
d. Pengeringan
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar
matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu
diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan,
kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas
permukaan bahan.
e. Sortasi Kering
Sortasi dilakukan dengan atau secara mekanik. Pengotor yang
masih rnelekat pada tanaman harus dibuang. Demikian pula adanya
partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal
harus dibuang.
f. Pembuatan serbuk simplisia
Simplisia diserbukkan menggunakan blender lalu di ayak
menggunakan mesh no 60.
2.3.2 Uji Karakteristik Simplisia
Untuk mengetahui kualitas simplisia, maka harus dilakukan uji
karakteristik simplisia yang meliputi:
a. Penetapan Kadar Abu Total
Timbang seksama 2 sampai 3 gram bahan uji yang telah
dihaluskan dan masukkan ke dalam krus silica yang telah dipijar dan
ditara, pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan dan
timbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan,
tambahkan air panas, aduk, saring melalui kertas saring bebas abu.
Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan dan pijarkan hingga bobot
tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan
dalam % b/b.
b. Penetapan Kadar Air
Bersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asam
pencuci, bilas dengan air, kemudian keringkan daalam lemari
pengering. Timbang seksama sejumlah bahan yang diperkirakan
mengandung 1 sampai 4 air. masukkan ke dalam labu kering. Jika
zat berupa pasta, timbang dalam sehelai lembar logam dengan
ukuran yang sesuai dengan leher labu. Untuk zat yang dapat
menyebabkan gejolak mendadak saat mendidih, tambahkan batu
didih secukupnya. Masukkan lebih kurang 200 ml toluene jenuh air
ke dalam labu, pasang rangkaian alat. Masukkan toluene jenuh air ke
dalam tabung penerima (E) melalui pendingin melalui leher alat
penampung (B). Panaskan labu hati-hati selama 15 menit.
Setelah toluene mulai mendidih, atur penyulingan dengan
kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air
tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes
tip detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci

9
dengan toluene jenuh air, sambil dibersihkan dengan sikat tabung
yang disambungkan pada sebuah kawat tembaga dan telah dibasahi
dengan toluene jenuh air. Lanjutkan penyulingan selama 5 menit.
Dinginkan tabung penerima hingga suhu ruang. Jika ada tetess air
yang melekat, gosok tabung pendingin dan penerima dengan karet
yang diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan dibasahi dengan
toluene jenuh air hingga tetesan air turun. Baca volume air setelah
air dan toluene memisah sempurna. Kadar air dihitung dalam %v/b.
c. Penetapan Kadar Sari Larut Air
Timbang seksama lebih kurang 5 gram serbuk (4/18) yang telah
dikeringkan diudara. Masukkan ke dalam labu bersumbat,
tambahkan 100 ml air jenuh kloroform, kocok berkali-kali selama 6
jam pertama, biarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 ml filtrat
hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah
dipanaskan 105° dan ditara, panaskan sisa pada suhu 105° hingga
bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari larut air.
d. Penentuan Kadar Sari Larut Etanol
Timbang seksama lebih kurang 5 gram serbuk (4/18) yang telah
dikeringkan di udara masukkan ke dalam labu bersumbat, tambahkan
100 ml etanol 95% P, kocok berkali-kali selama 6 jam pertama,
biarkan selama 18 jam. Saring cepat untuk menghindarkan
penguapan etanol, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalma cawan
dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105° dan ditara,
panaskan siaa pada suhu 105° hingga bobot tetap. Hitung kadar
dalam % dari larut etanol.
2.3.3 Skrining Fitokimia
Untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang ada di dalam
ekstrak biji buah pinang, maka harus dilakukan skrining fitokimia meliputi:
a. Identifikasi Alkaloid
Sejumlah serbuk simplisia dalam mortir, dibasakan dengan
ammonia sebanyak 1 ml, kemudian ditambahkan klorofrom dan
digerus kuat. Cairan kloroform disaring, filtrat ditempatkan dalam
tabung reaksi kemudian ditambah HCl 2N, campuran dikocok, lalu
dibiarkan hingga terjadi pemisahan. Dalam tabung reaksi terpisah:
Filtrat 1 : Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Dragendroff
diteteskan ke dalam filtrat, adanya alkaloid ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan atau kekeruhan berwarna hingga coklat.
Filtrat 2 : Sebanyak 1 tetes larutan pereaksi Mayer diteteskan ke
dalam filtrat, adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya
endapat atau kekeruhan berwarna putih.
Filtrat 3 : Sebagai blangko atau kontrol negatif.
b. Identifikasi Fenolat

10
Sebanyak 1 gram serbuk simplisia ditambahkan 100ml air
panas, dididihkan selama 5 menit kemudian disaring. Filtrat
sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan
pereaksi besi (III) klorida, timbul warna hijau biru kehitaman.
c. Identifikasi Tannin
Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan
di atas tangas air, kemudian disaring. Pada filtrat ditambahkan
gelatin 1% akan timbul endapan putih, bila ada tannin.
d. Identifikasi Flavonoid
Sejumlah serbuk simplisia digerus dalam mortir dengan sedikit
air, pindahkan dalam tabung reaksi, tambahkan sedikit logam
magnesium dan 5 tetes HCl 2N, seluruh campuran dipanaskan
selama 5-10 menit. Setelah disaring panas-panas dan filtrat dibiarkan
dingin, kepada filtrat ditambahlkan amil alkohol, lalu dikocok kuat-
kuat, reaksi positif dengan terbentuknya warna merah pada lapisan
amil alkohol.
e. Identifikasi Monoterpen dan Seskuiterpen
Serbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian fase eter
diuapkan dalam cawan penguap hingga kering, pada residu ditetesi
pereaksi larutan vanilin sulfat. Terbentuknya warna-warni
menunjukkan adanya senyawa monoterpen dan seskuiterpen.
f. Identifikasi Steroid dan Triterpenoid
Serbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian fase eter
diuapkan dalam cawan penguap hingga kering, pada residu ditetesi
pereaksi Liberman-Burchard. Terbentuknya warna ungu
menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan bila terbentuknya
warna hijau biru menunjukkan adanya senyawa steroid.
g. Identifikasi Kuinon
Serbuk simplisia ditambahkan dengan air, dididihkan selama 5
menit kemudian disaring dengan kapas. Pada filtrat ditambahkan
larutan KOH 1 N. Terjadinya warna kuning menunjukkan bahwa
dalam bahan uji mengandung senyawa golongan kuinon.
h. Identifikasi Saponin
Serbuk simplisia ditambahkan dengan air, didihkan selama 5
menit kemudian dikocok. Terbentuknya busa yang konsisten selama
5-10 menit ± 1 cm, hal tersebut menunjukkan bahwa bahan uji
mengandung saponin.
2.3.4 Formula Sediaan Tablet Ekstrak Kering Herba Pegagan
(Centella Asiatica L.)
R/ Ekstrak Kering Herba Pegagan
Avicel® PH 102
Talk

11
Primojel
Aerosil
Magnesium Stearat
2.3.5 Kegunaan Bahan
Bahan Kegunaan
Ekstrak Kering Herba Pegagan Zat aktif
Avicel 102 Pengisi
Magnesium Stearat Pelincir/ Lubricant
Aerosil Adsorben
Talk Pelicin/Glidant
Primogel Penghancur

1. Avicel ® PH 102
Avicel PH 102 adalah nama lain dari selulosa mikrokristal.
Dalam formulasi ini digunakan Avicel® PH 102 sebagai pengisi
tablet. Avicel® PH 102 digunakan dalam sediaan tablet cetak
langsung karena memiliki sifat alir yang baik, disamping itu
kandungan lembab yang minim sangat mendukung stabilitas tablet
yang akan dihasilkan. Avicel® PH 102 memiliki sifat unik yang
selain dapat menghasilkan daya kohesi gumpalan juga dapat
berfungsi sebagai penghancur pada konsentrasi tertentu, sehingga
tidak diperlukan penghancur dalam formula.
2. Talk
Kelebihan dapat memperbaiki daya aliran bahan yang akan
ditabletisasi, mengurangi penyimpangan massa, meningkatkan
ketepatan ukuran tablet dan dapat mengurangi keterikatan antar
partikel pada saat di cetak sehingga dapat memberikan sifat alir yang
baik. Kekurangan tidak dapat dicampurkan dengan komponen
ammonium kuartener, dapat menurunkan disintegrasi dan disolusi
tablet.
3. Primojel
Primojel® merupakan derivat dari amilum kentang yang
memiliki seperti carboxymethyl cellulose. Nama lain dari Primojel®
adalah sodium starch glycolat atau sodium carboxymethyl starch,
merupakan serbuk putih yang free flowing. Primojel® merupakan
salah satu dari superdisintegrant yang efektif digunakan dalam
pembuatan tablet secara granulasi basah maupun cetak langsung.
Efektif pada konsentrasi 2-8% dan konsentrasi diatas 8% umumnya
menambah waktu hancur tablet (Edge dan Miller, 2006). Unsur
utama yang diperhatikan dalam pembuatan tablet fast disintegrating
adalah bahan penghancur. Kemampuan Primojel® sangat baik
karena kemampuan mengembangnya yang cukup besar dengan tetap
mempertahankan keutuhan tabletnya sehingga pengembangan
tersebut dapat memberikan dorongan ke daerah sekitarnya sehingga
membantu proses pecahnya tablet
4. Aerosol

12
Silisium dioksida terdispersi tinggi (aerosil) memiliki
permukaan spesifik dan terbukti sebagai bahan pengatur aliran yang
menjadi keuntungan utamanya, dapat mengurangi lengketnya
partikel satu sama lain, sehingga gesekan antar partikel sangat
kurang. Aerosil mengikat lembab melalui gugus silanol (dapat
menarik air 40% dari massanya) dan meskipun demikian serbuk
masih dapat mempertahankan daya alirnya.
5. Magnesium stearat
Merupakan lubrikan yang efisien dan secara luas dapat
digunakan dalam formulasi tablet, reaksi alkalis, biasanya digunakan
dalam konsentrasi 0,1-2% (Banker & Anderson, 1994). Magnesium
stearat mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari
8,5% MgO, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian
serbuk halus, putih, licin dan mudahmelekat pada kulit, bau lemah
khas. Kelarutan, praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P
dan dalam eter P.
2.3.6 Bahan
Bahan yang digunakan adalah ekstrak kering herba Centella asiatica,
Avicel® PH 102, Magnesium stearat, Aerosil, Talk, dan Primojel.
2.3.7 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Neraca
analitik, Thermo-higrometer, Alat pencetak tablet, Friabilator, Hardness
tester, Flowmeter, Bulk density tester, Jangka sorong, Desintegration tester,
Moisture balance (Adam AMB 50), Dehumidifier, Air Conditioner dan alat-
alat gelas.
2.3.8 Prosedur Pembuatan Tablet Dengan Metode Kempa Langsung
Ditimbang semua bahan. Ekstrak herba pegagan dan avicel diaduk
homogen selama 10 menit. Kemudian ditambahkan aerosil, magnesium
stearate dan talk, diaduk ad homogen selama 5 menit sampai terbentuk
massa tablet. Kemudian ditambahkan primojel pada massa tablet. Hasil
massa tablet dimasukan kedalam alat cetak tablet kempa lansung. Dikemas
dan dilakukan evaluasi sediaan tablet.

13
2.3.9 Kemasan

Gambar 2.1 Kemasan Sekunder Pegagan Tablet

14
Gambar 2.2 Label Pegagan Tablet

Gambar 2.3 Brosur Pegagan Tablet

15
2.3.10 Penjelasan yang terdapat pada kemasan dan brosur Produk
a. No Batch
Nomor ini merupakan suatu identitas produksi yang diberikan
oleh industri farmasi terhadap suatu obat dalam satu satuan produksi.
No. Batch : 05200401
Keterangan :
05 : bulan pembuatan obat
20 : tahun pembuatan obat
04 : bentuk sediaan obat tradisional (tablet)
01 : no. urut pembuatan obat

b. No Registrasi
Nomor registrasi adalah nomor yang diberikan sebagai tanda
obat telah terdaftar di BPOM dan mendapat izin edar.
No.Reg: POM. TR 203473973
Keterangan :
T : obat tradisional
R : lokasi obat tradisional diproduksi dalam negeri
20 : tahun didaftarkannya obat tradisional ke Kemenkes RI
3 : bentuk usaha pembuatan obat tradisional yaitu perusahaan
jamu
4 : bentuk sediaan obat tradisional (tablet)
7397 : nomor urut jenis produksi yang terdaftar
3 : jenis kemasan (volume) yaitu 45 mL

c. Logo Obat
Logo yang digunakan pada sediaan tablet dari ekstrak pegagan
yaitu logo dengan bentuk lingkaran hijau dan gambar ranting daun
didalamnya dan dibawah logo, harus juga tertera tulisan “JAMU”
yang dicetak dengan warna hitam diatas dasar putih atau boleh juga
warna lain yang menyolok dan kontras dengan tulisan
“JAMU”. “Obat Jamu”, yaitu obat tradisional yang disediakan
secara tradisional, berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi
penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran), dan digunakan
secara tradisional, biasanya secara turun temurun selama beberapa
generasi. Obat jamu ini belum diteliti secara ilmiah, dan digunakan
hanya berdasarkan bukti empiris.
Logo : Obat Jamu

16
Gambar 2.4 Obat Jamu

d. Logo Halal
Wakil Direktur LPPOM MUI Bidang Auditing dan Sistem
Jaminan Halal, Ir. Muti Arintawati, M.Si, mengatakan jamu dan obat
herbal tradisional berasal dari bahan-bahan tumbuhan yang sudah
tentu terjamin kehalalannya. Namun pada kenyataannya, walaupun
disebut berasal dari bahan herbal atau tumbuhan, ternyata ada pula
jamu yang menggunakan bahan tambahan atau campuran dari bahan
hewani. Bahkan ada pula yang menggunakan campuran bahan dari
organ binatang buas. Sehingga status kehalalannya pun dapat
diragukan, atau bahkan menjadi haram dikonsumsi bagi umat
Muslim. jamu herbal itu harus diteliti dengan proses sertifikasi halal,
guna meyakinkan bahwa semua kandungan bahan dan proses
produksinya memang halal menurut kaidah syariah.
Logo: Halal

Gambar 2.5 Logo Halal

e. Tanggal Kadaluarsa
Tanggal kadaluarsa (Expired date ) pada obat menunjukkan obat
dapat digunakan hingga hari terakhir bulan kadaluarsa tertera.
Tanggal kadaluarsa yang tertera di kemasan obat adalah indikasi
bahwa perusahaan menjamin keamanan dan fungsi obat secara
maksimal.
Exp. Date: Mei 2023

f. Merek Obat Tradisional


Sebuah produk obat herbal harus memiliki merk / penamaan.
Merk dengan menggunakan salah satu nama bahan baku produk
tetap bisa didaftarkan ke BPOM.Brand (merek) merupakan salah

17
satu bagian terpenting dari suatu produk. Merek dapat menjadi suatu
nilai tambah bagi produk baik itu produk yang berupa barang
maupun jasa. Merek produk berguna untuk meningkatkan efisiensi
pembeli dan Membantu menarik perhatian konsumen atas suatu
produk baru yang mungkin memberikan keuntungan, Sebagai
perlindungan hukum terhadap ciri khas produk, sehingga tidak ada
produk lain yang meniru.
Merek obat : Pegagan Tablet.

g. Netto / Isi
Pencantuman netto diperlukan untuk memberikan info yang
berkaitan dengan dosis pemakaian.
Netto: 30 Tablet

h. Ilustrasi / gambar
Tambahkan ilustrasi sebagai pemanis. Umumnya BPOM
mentolerir penggunaan ilustrasi seperti gambar tumbuhan dan
simbol-simbol yang tidak dilarang (tetap berkaitan dengan khasiat
produk herbal). Namun, BPOM tidak mentolerir ilustrasi dengan
menggunakan gambar-gambar seperti : Bagian tubuh manusia,
gambar virus / bakteri

Gambar 2.6 Ilustrasi pegagan

i. Produsen
Produsen obat herbal juga harus dicantumkan di suatu kemasan
produk. Hal ini untuk memudahkan konsumen mengenali reputasi
suatu perusahaan dalam memproduksi obat herbal dan mencari info
mengenai produsen obat. Bagi produsen sendiri pencantuman ini
penting untuk membangun citra perusahaan dan produknya.

Produsen:

PT. HERBALEA

Bandung – Jawa Barat

18
Indonesia

j. Cara Penyimpanan

Obat herbal memiliki standar tertentu dalam hal penyimpanan.


Umumnya kalimat yang ditulis adalah, “simpan di tempat sejuk dan
kering serta terhindar dari cahaya matahari langsung”. Hal ini
bertujuan agar kandungan produk tidak mudah kadaluwarsa.

Penyimpanan:

SIMPAN PADA SUHU 150 C – 300 C DAN TERLINDUNG DARI CAHAYA


MATAHARI LANGSUNG.

k. Komposisi
Sebuah obat herbal mengandung 1 atau beberapa racikan bahan
obat. Aturan penulisannya menggunakan nama latin bahan dan
mencantumkan jumlah berat masing-masing bahan.
Komposisi:
Tiap 500 mg tablet mengandung: Ekstrak Centella asiatica 100 mg
l. Dosis
Seperti obat dokter, obat herbal juga memiliki aturan dosis yang
dianjurkan. Dosis untuk pengobatan berbeda dengan pencegahan.
Dosis yang berlebihan dalam mengkonsumsi obat herbal juga akan
menimbulkan efek samping.

m. Khasiat

Untuk mempermudah konsumen melihat & memahami khasiat


suatu produk herbal, kadang khasiat dicantumkan juga di bagian
depan kemasan.

Khasiat:
• Meningkatkan fungsi otak dan daya ingat
• Mengatasi masalah pencernaan
• Membantu dalam meredakan sakit persendian
• Mengoptimalkan fungsi kognitif
• Memperlancar peredaran darah

2.3.11 Evaluasi massa siap cetak


1. Laju alir

19
Sejumlah massa tablet ditimbang. Lalu dimasukan kedalam
corong dan diratakan. Alat flowmeter dinyalakan dan waktu yang
duperukan seluruh massa untuk mengalir melalui corong dicatat.
Laju alir dinyatakan sebagai banyaknya gram serbuk yang
melewati celah mesin perdetik.
2. Sudut istirahat
Sejumlah massa tabiet dimasukan dalam corong.masa yang
jatuh akan membentuk kerucut,iaiu diukur tinggi (h) dan jari;jari(r)
kercut.
3. Indeks kompresibilitas
Sejumlah 100 gram massa tablet dan granul dimasukkan ke
dalam gelas ukur 100mL, kemudian diukur volumenya (v1). Berat
jenis bulk = m/V1. Massa dalam gelas ukur diketuk-ketukan dari
ketinggian 2,5 cm sampai volume tetap (V2).
(bj mampat−bj bulk)
% kompresibilitas = x 100 %
bjmampat

2.3.12 Evaluasi Sediaan Tablet


1. Penampilan fisik
Penampilan fisik yang perlu diperhatikan antara lain adalah
bentu,warna,konsistensi dan bentuk permukaan tablet,serta ada
tidaknya bau,rasa dan kerusakan pada tablet tersebut.
2. Keseragaman ukuran
Uji Keseragaman ukuran dilakukan denganmengukur diameter
dan ketebalan tablet dengan menggunakan jangka sorong.tablet
yang memenuhi persyaratan keseragaman ukuran adalah jika
diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu
sepertiga kali tebal tablet.
3. Keseragaman bobot
Keseragaman bobot dilakukan terhadap dua puluh tablet
sampai kedua puluh tablet tersebut ditimbang.lalu ditentukan bobot
rata-ratanya.bobot tablet juga ditimbang satu persatu.setelah
ditimbang,maka ditentukan penyimpangan bobot dari masing-
masing tablet terhadap bobot rata-rata tablet.
Menurut farmakope Indonesia III disebutkan syarat
keseragaman bobot tablet 300 mg adalah tidak boleh dari dua tablet
yang bobotnya menyimpang 7,5% dan tidak boleh lebih 1
tabletpun yang bobotnya menyimpang 15%.
4. Kekerasan tablet
Kekerasan tablet ditentuka dengan alat hardness tester, dengan
cara meletakan sebuah tablet tegak lurus pada alat, tekan start
kemudian dilihat pada tekanan berapa tablet tersebut pecah.

20
5. Keregasan tablet
Keregasan tablet ditentukan menggunaka alat friability tester.
Sebanyak 20 tablet dibersihkan terlebih dahulu dari debu dan
ditimbang. Lalu dimasukan 20 tablet tersebut kedalam alat da
dijalankan dengan kecepatan 25 rpm selam 4 menit (100 kali
putaran). Kemudian tablet dkeluarkan, dibersihlan dari debu dan
ditimbang kembali. Dihitung selisih berat sebelum dan berat
sesudah perlakuan.Tablet dinyatakan mmenuhi syarat jika
kehilanagan berat tidak lebih dari 0,8%.
6. Waktu hancur
Uji waktu hancur ditentukan dengan menggunakan alat
desintegrator. Uji ini dilakukan terhadap 6 buah tablet yang
dimasukan kedalam enam buah kerancjang yang dicelupkan
kedalam media aqua dengan suhu 37oC. kemudian alat
dioperasikan dengan kecepatan 30 kali permenit. Waktu yang
diperlukan dicatat samapai tablet tersebut hancur.
7. Uji higroskopisitas
Uji higroskopisitas meruapkan cara menguji kemampuan bahan
obat untuk menyerap lembab dari udara setelah dibiarkan dalam
kondisi dan satuan waktu yang diamati. Pengujian dilakukan
dengan menempatkan 20 tablet dalam botol plastic 50 ml dengan
diameter 3,5 cm dan tinggi 4,5 cm dengan perlakuan masing –
masing :
1. Pot plastik tanpa tutup
2. Pot plastik tanpa tutup + silica gel
3. Pot plastik dengan tutup
4. Pot plastik dengan tutup + silica gel
Masing – masing plastik ditempatkan pada suhu kamar dnegan
kelembabab (RH) ± 60%. Setiap hari sampel diamati terhadap
perubahan karakteristik fisiknya meliputi warna dan massa selama
6 hari.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Tablet digunakan baik untuk tujuan pengobatan local
maupun sistemik. Komponen tablet berupa zat aktif, bahan pengisi, pengikat,
penghancur, lubrikan dan glidan. Ekstrak kering herba Pegagan dapat dibuat tablet
dengan bahan pengisi Avicel® PH 102 yang memenuhi persyaratan tablet
menurut Farmakope Indonesia III.

22
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Depkes. 1989. Monografi Ekstrak Tumbuhan Indonesia. Vol. 1. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI – Direktorat Jendral Badan POM RI.

Depkes. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan


RI.

Reniza, Afrina W. 2003. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Asiatikosida dari


Pegagan (Centella asiatica L. Urban) sebagai Senyawa Antibakteri. Bogor:
Program Studi Biokimia Jurusan Kimia FMIPA IPB.

Oktors, L. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat


dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian Vol.III No.1. Jakarta;
Departemen Farmasi FMIPA UI.

Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit


Buku. Kedokteran EGC.

Widowati, L. Pujiastuti, D. Indrari, dan Sundari. 1992. Beberapa Informasi


Khasiat Keamanan dan Fitokimia Tanaman Pegagan. Warta Tumbuhan
Obat Indonesia I. Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai