Anda di halaman 1dari 46

SISTEM DISPERSI

Penggolongan Sistem Dispersi Menurut Ukuran Partikel


Golonga
n

Rentang
Ukuran
Partikel

Karakteristik Sistem

Contoh

Dispersi
molekul
ar

< 1,0 nm
(m)

Partikelpartikel tidak tampak dalam Molekul oksigen,


mikroskop elektron; lolos melewati ion-ion biasa,
ultrafilter
dan
membran glukosa.
semipermeabel; difusi berlangsung
cepat.

Dispersi
Koloidal

0,5 m 1,0 nm

Partikel
tidak
teramati
dalam
mikroskop biasa namun teramati
dalam mikroskop elektron; lolos
melewati kertas saring tapi tidak lolos
membran semipermiabel; berdifusi
sangat lambat.

Dispersi
Kasar

> 0,5 m
Partikel tampak dibawah mikroskop;
tidak lolos melewati kertas saring
normal
atau
terdialisis
melalui
membran semipermeabel; partikel 1
tidak dapat berdifusi

Sol perak
koloidal, polimer
alam dan sintetik
Butiran pasir,
kebanyakan
emulsi dan
suspensi
farmasetis, sel
darah merah.

Contoh Sistem dispersi


Fase
terdispersi

Mediu
m
dispers
i

Contoh
Koloidal

Cair
Padat
Gas
Cair

Gas
Gas
Cair
Cair

Kabut
Asap
Busa
Tetes minyak <1 x 10-3
mm dalam air.
Padat Cair
Emas koloidal dalam air
Gas
Padat
Busa padat
Cair
Padat
Minyak mineral dalam
Padat
Padat
lilin
DISPERSI
KOLOIDAL
Emas koloidal dalam
Ukuran dan Bentuk Partikel Koloidal
gelas

Kasar
Semprotan
Debu
Busa
Emulsi
Suspensi kaolin dalam
air
Busa padat
Emulsi padat
Suspensi padat

Partikel-: mempunyai luas permukaan yang sangat besar sekali.


sol emas, warna merah: jika ukuran partikel > warna biru
Warna antimon & Arsen trisulfida merah : dlm ukuran koloid :
kuning
2

Partikel koloid dapat dipisahkan dari partikel molekular.


Teknik pemisahan: dialisis, ultrafiltrasi, elektrodialisis

JENIS SISTEM KOLOIDAL


Koloid Liofilik:
Afinitas thd solven mudah, hidrokoloid
Koloid Liofobik:
Partikel anorganik dalam air: emas, perak, arsen sulfida, belerang,
perak iodida.
Cara membuat:
Dispersi : alat colloid mills
Kondensasi: dari subkoloidal
agregat koloidal
Reaksi kimia: reduksi: (lar. Garam logam mulia + formaldehid),
oksidasi: (H2S),
hidrolisis: (FeCl3),
penguraian ganda: (H2S + Asam arsen).
4

Koloid Asosiasi (Amfifil): Surfaktan.

Perubahan sifat surfaktan


pada cmc (critical micelle
concentration)

(a) Misel bola dalam air; (b) misel


dalam media nonair; (c) misel
laminar, terbentuk pada konsentrasi
tinggi, dalam air
5

cmc campuran surfaktan:

x1
x2
1

cmc cmc1 cmc2

Hitunglah CMC dari campuran n-dodesil oktaoksietilenglikol


monoeter (C12E8) dan n-dodesil D-maltosida (DM). CMC
C12E8 adalah CMC1= 8,1 10-5M (mol/liter) dan fraksi molnya,
x1 = 0,75; CMC DM=CMC2= 15 10-5M (mol/liter)
x2 = 1-0,75 = 0,25

1
0,75
0,25

5
CMC 8,1 10
15 10 5

CMC = 9,3 10-5M


6

SIFAT OPTIS KOLOID


Efek Faraday-Tyndall
Seberkas sinar kuat akan memperlihatkan suatu kerucut,.
Alat : melihat titik-titik cahaya yang membentuk kerucut Tyndall
adalah ultramikroskop.
Ukuran
Partikel koloidal
Mikroskop Elektron Bentuk
Bangun
(Struktur)
Penghamburan Sinar (Light Scattering)
Bobot molekul koloid; dan informasi bentuk dan ukuran partikel.
Kekeruhan (turbiditas), T, yaitu penurunan fraksional intensitas yang
disebabkan oleh penghamburan bila sinar melalui larutan sepanjang
1 cm.

Hc/ = 1/M + 2Bc


turbiditas, c konsentrasi solut dalam g/cm3 larutan, M berat
rata-rata bobot molekul, dan B suatu tetapan interaksi, H
adalah tetapan sistem tertentu
321 3 n 2dan
(dn /setara
dc) 2 dengan:

H =

34 N

SIFAT KINETIK KOLOID


Gerakan Brown
Difusi
Hukum pertama Fick : jumlah zat dq yang berdifusi dalam waktu dt
melewati bidang seluas S adalah berbanding lurus dengan perubahan
konsentrasi dc terhadap jarak yang dilalui dx.

dq DS

dc
dt
dx

D : koefisien difusi yaitu jumlah zat yang berdifusi per satuan waktu
melewati satu satuan luas jika dx/dt ( disebut konsentrasi gradien)
sama dengan satu. D mempunyai dimensi luas per satuan waktu.
Partikel koloidal berbentuk sferis, maka persamaan SutherlandEinstein atau Stokes-Einstein:

kT
RT
D

6 r 6 rN
k: tetapan Boltzmann

RT 3 4 N
D
6 N 3Mv
M bobot molekul dan v volume spesifik
partial (kira-kira setara dengan volume
dalam cm3 dari 1 g solut8 yang diperoleh
dari pengukuran kerapatan).

Tekanan Osmotik
van't Hoff: = cRT

cg
M

RT

RT

cg
M

1
RT (
Bc g )
cg
M

Kurva I : ideal
Kurva II dan III: real

Sedimentasi

2r 2 ( 0 ) g
v
9 0

Hukum Stokes:

Dalam sentrifuge percepatan gravitrasi digantikan oleh 2x, dalam


hal ini adalah kecepatan sudut, x adalah jarak partikel dari pusat
pemutaran (rotasi).
Laju sentrifuge :
dx 2r 2 ( 0 ) 2 x
v

rpm

dt

9 0

= rpm x 2
Kecepatan sesaat, v = dx/dt partikel dalam satuan bidang sentrifugal
disebut koefisien sedimentasi Svendberg, s.:

dx / dt
s 2
x
Bobot molekul polimer
dapat ditentukan oleh
persamaan:

ln( x 2 / x1 )
s 2
(t 2 t1 )
RTs
M
D(1 v 0 )

10

Viskositas

0 (1 2,5 )

Persamaan Einstein:

nrel

1 2,5
0

sp
c

nsp
1
2,5
0
0

k 1 k 2 c k 3c

sp

2,5

persamaan Mark-Houwink:

[ ] KM

11

sp
c

SIFAT LISTRIK KOLOID

Lar.
AgN03

Lar. KI

12

Elektroforesis:

v 4

( 9 10 4 )
E

: potensial zeta dalam volt; v adalah keceatan bergerak


(migrasi) sol dalam cm/sek di dalam tabung elektroforesis
yang panjangnya tertentu dalam cm; visakositas medium
() dalam poise (dyne sek/cm2 ); tetapan dielektrik
medium ; gradien potensial E dalam volt/cm. Suku v/E
disebut sebagai mobilitas.

Pada 200 C :

v
141
E

Pada 250 C, koefisien menjadi 128

13

14

Kesetimbangan Membran
Donnan
Setelah kesetimbangan tercapai,:
luar (o) dalam
(i)
R-

di sebelah luar membran :

Na+

Na+

Cl

Cl

dan di sebelah dalam:

[ Na ]o [Cl ]o

Na Cl

[ Na ]i [ R ]i [Cl ]i

[Cl ]o ([Cl ]i [ R ]i )[Cl ]i


2

[
R
]i
2
= [Cl ]i 1

[Cl ]i

[Cl ]o

[Cl ]i

[ R ]i
1
[Cl ]i
15

SOLUBILISASI
Kemampuan dari misel untuk meningkatkan kelarutan zat
yang secara normal tidak larut, atau hanya sedikit larut,
dalam medium dispersi yang digunakan.

Misel bola nonionik


surfaktan,
polioksietilen
monostearat dalam
air.
Benzena dan
toluena, molekul
nonpolar, ada di
dalam misel.
Asam salisilat, lebih
polar.
Asam phiroksibenzoat,
molekul polar, terletak

16

Faktor Yang Mempengaruhi


Solubilisasi
Kimiawi Surfaktan:
Rantai alkil lipofilik lebih panjang akan lebih mensolubilisasi obat
hidrofobik.
Surfaktan ionik: peningkatan jari-jari inti hidrokarbon,
meningkatkan solubilisasi.
pH:
Merubah kesetimbangan antara solubilisat terion dan takterion.
Titik Krafft:
Suhu yang menunjukkan terjadinya kelarutan surfaktan = kmk (cmc)
Titik keruh (cloud point):
Suhu yang menunjukkan terjadinya kekeruhan (pengkabutan) yang
tiba-tiba. Jika suhu dinaikkan terjadi surfaktan memisah sebagai
presipitat atau kalau konsentrasi tinggi sebagai suatu gel.
17

DISPERSI KASAR
SUSPENS
I

Partikel padat tidak terlarut dalam medium cair.


Diameter partikel > 0,1 m
Konsentrasi padat: 0,5 30%
Stabilitas fisik: Kondisi partikel tidak teragregasi
dan tetap terdistribusi rata dalam sistemnya.
Partikel yang mengendap harus mudah
terdispersi kembali dengan sedikit pengocokan.

Akseptabilita
s:

Tidak memisah cepat


Redispersi mudah
Mudah dituang
Mudah menyebar pada kulit

18

SIFAT ANTARMUKA PARTIKEL TERSUSPENSI


Penghalusan > Luas permukaan besar >termodinamis tak stabil
> membentuk kelompok (flokulat)
Pada kondisi tertentu partikel-partikel membentuk sesuatu endapan
yang disebut agregat > cake.
Kenaikan usaha (kerja, work, W) atau energi bebas permukaan G:
SL adalah tegangan antarmuka. Kesetimbangan
G SL . A tercapai jika G = 0. A : kenaikan luas
Hitunglah perubahan permukaan.
energi bebas permukaan dari zat padat dalam
suspensi jika luas permukaan total naik dari 103 cm2 menjadi 107 cm2.
Tegangan antarmuka antara zat padat dengan medium cair SL =100
dyne/cm
Energi bebas awal = G1
= 100 103 = 105 erg/cm2
Saat luas permukaan meningkat : G2
= 100 107 = 109 erg/cm2
Perubahan energi bebas,
19
G21=109 105 109 erg/cm2.

Partikel terflokulasi:

Ikatan lemah
Memisah dengan cepat
Tak terbentuk cake
Mudah diresuspensi

Partikel terdeflokulasi:

Ikatan lebih kuat


Memisah perlahan-lahan
Terjadi agregasi > cake
Sukar diresuspensi

Kurva potensial energi untuk


antaraksi partikel dalam
suspesni
20

PEMISAHAN DALAM SUSPENSI


Teori
Sedimentasi
Hukum Sokes:

Modifikasi Hk.
Stokes:

d ( s o ) g
v
18 o
Suspensi encer: < 2% ; (0,5%)

v ' v

v adalah laju turun dari antarmuka dalam cm/sek dan v adalah


laju sedimentasi menurut hukum Stokes. Suku : porositas
awal sistem, bervariasi dari nol sampai 1. Pangkat n : ukuran
gangguan sistem.

21

Diameter rata-rata partikel CaCO3 dalam suspensi adalah 54


m. Kerapatan CaCO3 = 2,7, kerapatan air = 0,997 g/cm3.
Viskositas air=0,009 poise.

Hitunglah laju turun v sampel

CaCO3 pada dua porositas berbeda, 1 = 0,95 2 = 0,5. Harga


n =19,73

54 10
v

4 2

2,7 0,997 981 0,30 cm/sek

18 0,009

Bentuk log pers: ln v = ln v + n ln


Untuk 1 = 0,95 >ln v = 1,204 +[19,73( 0,051)] =
2,210 > v = 0,11 cm/sek
Untuk 2 = 0,5, maka diperoleh v = 3,510-7 cm/sek >
dengan

porositas

sedimentasi dihalangi.

rendah

(konsentrasi

tinggi)
22

maka

SEDIMENTASI
PARTIKEL

Suspensi
terflokulasi

Suspensi terdeflokulasi

PARAMETER
SEDIMENTASI
Volume (Tinggi)
Sedimentasi

F = Vu / Vo

23

Derajat flokulasi, .
F

F = V / V o

adalah volume sedimentasi suspensi terdeflokulasi (terpe

erajat flokulasi adalah rasio F terhadap F .

= F /F
Vu / Vo

Vu / V
V / Vo

volume sedimen akhir suspensi terflokulasi


volume sedimen akhir suspensi terdeflokulasi

Berapa volume sedimentasi dari 5% b/v suspensi MgCO3 dalam


air. Volume awal = 100 ml, volume akhir sedimen = 30 ml.
Jika derajat flokulasi = 1,3. Berapa volume sedimentasi
terdeflokulasi.

Vu 30

0,3
V0 100

F
F 0,3
F
0,23
F
1,3

24

Pendekatan membuat suspensi yang stabil :


menggunakan pembawa terstruktur >menjaga partikel
terdeflokulasi di dalam suspensi,
menggunakan prinsip flokulasi. yang mudah diresuspensi
dengan sedikit pengocokan.

Pembasahan Partikel

Pendispersian awal serbuk yang tak larut.: dengan cara


ditaburkan pada permukaan cairan.
Serbuk hidrofob : belerang, arang, dan magnesium stearat.
Serbuk hidrofilik : seng oksida, talk, dan magnesium
karbonat..

Surfaktan berguna meningkatkan terjadinya pembasahan


dan deflokulasi..

Gliserin dan zat higoskopik yang serupa: untuk menggerus


basah (levigasi) bahan tak larut.
Gliserin mengalir ke dalam ruang hampa di antara partikel
25 akan
untuk mengusir udara dan selama pencampuran
melapisi dan memisahkan partikel sedemikian rupa

Flokulasi Terkontrol
Zat-zat yang digunakan : elektrolit, surfaktan, dan
polimer.
Elektrolit bekerja sebagai zat pemflokulasi :
menurunkan penghalang (barrier) listrik di antara partikel,
pembentukan jembatan antar partikel sehingga terjadi
keterikatan satu sama lain membentuk struktur yang
longgar.

Diagram caking, memperlihatkan flokulasi suspensi bismut


26
subnitrat oleh KH2PO4

Flokulasi dalam Pembawa Terstuktur


Jika F (volume sedimentasi) tidak mendekati satu >
Ditambahkan zat pensuspensi untuk menghalangi
pengendapan flok: Karboksimetilselulosa (CMC), Karbopol 934,
Veegum, tragakan, atau bentonit baik tunggal atau dalam
kombinasinya.

Rangkaian langkah
yang berkaitan dengan
pembentukan suspensi
yang stabil

27

Pertimbangan Reologik
Viskositas; Perubahan sifat aliran; kualitas penyebaran.

Reogram yang
menunjukkan tiksotropi.
Reogram berbagai zat pensuspensi

28

Pembuatan Suspensi
Skala kecil
Skala besar
Stabilitas
Fisik Suspensi

Kenaikan suhu sering menimbulkan flokulasi suspensi yang


distabilkan oleh surfaktan anionik. Energi tolak (repulsi)
menjadi turun karena adanya dehidrasi gugus
polioksietilen dari surfaktan. Energi tarik (atraktif) menjadi
naik > partikel menflokulat.

Pertumbuhan partikel : proses destabilisasi. Simonelli dkk


meneliti penghambatan pertumbuhan kristal sulfatiazol
oleh polivinilpirolidon (PVP).

29
Terjadi interaksi dengan zat tambahan yang dilarutkan

fase luar (kontinu),


zat pengemulsi (emulgator, emulsifying agent).
Garis tengah (diameter) partikel fase terdispersi:
0,1 sampai 10 m
Jenis (tipe) Emulsi
emulsi minyak dalam air (m-a). : oral, eksternal
emulsi air dalam minyak (a-m) : eksternal
Beberapa metode untuk menentukan tipe suatu
emulsi. :
Pewarnaan
Pengenceran dengan air
Pengukuran arus listrik
Penerapan Farmasetis
fase terdispersi mempunyai rasa 30yang tidak

Dua cairan yang tak bercampur dan dikocok : cairan


yang satu terdispersi dalam cairan lainnya
membentuk tetes halus dalam waktu yang cepat
kedua cairan tersebut akan memisah kembali
membentuk dua lapisan.
Pemisahan yang terjadi : gaya kohesif lebih besar
daripada gaya adhesif.
3
Gaya
kohesif
fase
Jika 1 cm
minyak dari
mineralmasing-masing
didispersikan menjadi
globulditunjukkan
yang
-6
mempunyai
garis tengah
volume-surface
dvs 0,01 m (10
cm)batas
dalam
sebagai
energi
antarmuka
atau tegangan
pada
1 cm3 aircairan-cairan
sehingga membentuk
emulsi yang halus, maka luas
antara
tersebut.

permukaan tetes minyak menjadi 600 meter persegi. Energi bebas


permukaan yang berkaitan dengan luas tersebut adalah 34107 erg,
atau 8 kalori. Volume total sistem tetap 2 cm3 .
6
6
Sv
S v 6 6 10 6 cm 2 600 m 2
d vs
10
Usaha atau kenaikan energi bebas permukaan :
W ow A

sedangkan tegangan antarmuka antara minyak mineral dengan air adalah 57 dyne/cm (erg/cm 2 )
W 57 erg/cm 2 (6 10 6 cm 2 ) 34 10 7 erg 34 joule 8 kalori

31
karena
1 kalori = 4,184 joule

Kenaikan energi akibat luas permukaan yang membesar


menjadikan sistem secara termodinamis tidak stabil, >
kecenderungan tetes-tetes untuk bersatu kembali (koalesensi).
Untuk mencegah koalesensi (memperkecil lajunya): emulgator.
Zat pengemulsi dapat dibagi atas 3 kelompok:
Zat aktif permukaan (surfaktan),
Koloid hidrofil,
Partikel padat halus,
Nama
Trietanolamin oleat
N-asetil N-etil morfolinum etosulfat (Atlas G236)
Sorbitan mono-oleat (Atlas Span 80)
Polioksietilen sorbitan mono-oleat (Atlas
Tween 80)
Akasia (garam dari asam d-glukoronat)
Gelatin (polipeptida dan asam amino)
Bentonit (alumunium silikat hidrat)
Veegum ( magnesium alumunium silikat)
Arang

Golongan
Surfaktan
(anionik)
Surfaktan
(kationik)
Surfaktan
(nonionik
Surfaktan
(nonionik)
Koloid hidrofilik32
Koloid hidrofilik

Tipe emulsi
m-a (HLB=12)
m-a (HLB=25)
a-m
(HLB=4,3)
m-a (HLB=15)
m-a
m-a
m-a & a-m
m-a
a-m

Penjerapan Monomolekular

Natrium setil sulfat dan kholesterol : emulsi yang sangat baik.


Natrium setil sulfat dengan oleil alkohol : emulsi yang tidak baik.
kombinasi setil alkohol dan natrium oleat menghasilkan film yang
rapat namun kompleksitasnya terabaikan sehingga hasilnya
emulsi
33
yang tidak baik.

Penjerapan Multimolekular dan Pembentukan Film


Koloid liofilik hidrat dianggap sebagai zat aktif permukaan karena
terlihat pada antarmuka minyak-air.
Dibedakan dengan surfaktan :
(1) tidak menurunkan tegangan antarmuka, dan
(2) membentuk film multimolekular pada antarmuka
Daya kerja berdasarkan efek ke (2) karena film yang terbentuk sifatnya
kuat dan menahan terjadinya koalesensi.
Penjerapan
Partikeladalah
Padatkenaikan viskositas medium dispersi.
Efek tambahan
Partikel padat halus yang dibasahkan oleh minyak dan air dapat
bekerja sebagai emulgator.
Partikel tersebut terkonsentrasi pada antarmuka dan membentuk film
partikulat yang mengeliling tetesan sehingga mencegah koalesensi.
Serbuk yang mudah dibasahkan air akan membentuk emulsi m-a,
sedangkan yang mudah dibasahkan oleh minyak membentuk
emulsi a-m.

34

STABILITAS FISIK EMULSI

Stabilitas emulsi :
bebas koalesensi fase dalam,
bebas kriming,
tetap baik dari segi penampilan, bau, warna, dan sifat fisis lainnya.

Ketidakstabilan emulsi dapat digolongkan atas:


flokulasi dan kriming
koalesensi dan pecah
perubahan fisis dan kimia
inversi fase
2r 2 ( 0 ) g

Kriming dan Hukum Stokes

9 0

Jika fase terdispersi kurang berat dari fase kontinu, umumnya pada kasus
emulsi m-a, maka laju sedimentasi menjadi negatif, yaitu terjadi kriming naik.
Lebih besar perbedaan berat dari kedua fase, lebih besar tetes minyak dan
fase luar kurang kental maka laju kriming bertambah.
Viskositas fase luar dapat dinaikkan: + zat pengental (thickening agent) seperti
metilselulose, tragakan, atau natrium alginat.
35

Pecah (breaking) : bersifat irreversibel


Kriming: bolak-balik (reversibel).
King : dispersi partikel berukuran seragam yang sedikit kasar
akan mempunyai kestabilan yang paling baik.

Pengaruh lain rasio volume-fase:


Ostwald : jika lebih dari 74% minyak ditambahkan dalam
emulsi m-a, maka globul minyak sering berkoalesensi
dan emulsi menjadi pecah.
Nilai tersebut: titik kritis.
Secara umum rasio volume-fase 50:50 : emulsi yang
paling stabil.
Emulsi dapat distabilkan oleh gaya tolak elektrostatik
antara tetesan, yaitu dengan menaikan potensial zeta.
Penambahan zat (spesies) bermuatan positif seperti ion
natrium dan kalsium atau asam amino kationik
mengurangi potensial zeta dan dapat menyebabkan
flokulasi.
36

Evaluasi Stabilitas
Analisis frekuensi-ukuran emulsi dari waktu kewaktu sesuai umur produk.
Untuk emulsi yang pecah dengan cepat: pengamatan makroskopik

Metode Garti-Magdasi: perubahan konduktivitas listrik selama siklus


pemanasanpendinginanpemanasan.
Kurva konduktivitas diplotkan selama siklus suhu.
Indeks stabilitas didefinisikan sebagai /h, : h perubahan yang terjadi
dalam konduktivitas antara suhu 350 dan 450 C, sedangkan
adalah interval konduktivitas di dalam dua kurva pemanasan pada
350 C.
37
Lebih kecil konduktivitas maka lebih besar kestabilan
emulsi.

Mengubah perbandingan volume-fase > emulgator m-a


dicampurkan dengan minyak lalu ditambah air sedikit sampai
korpus emulsi. Ketika ditambahkan air sedikit demi sedikit maka
berangsur tercapai titik inversi; selanjutnya air dan emulgator
akan membungkus minyak sebagai globul halus sehingga
akhirnya terbentuk emulsi m-a.
PENGAWETAN EMULSI
Pemisahan fase, perubahan warna, pembentukan gas dan bau,
serta perubahan sifat reologik suatu emulsi dapat terjadi karena
pertumbuhan mikroba.
Bakteria mendegradasikan emulgator nonionik dan anionik,
gliserin, dan gom alam sehingga emulsi dapat menjadi rusak.
SIFAT REOLOGIK EMULSI
Kebanyakan emulsi : aliran non-Newton.
Konsentrasi volume fase terdispersinya rendah (kurang dari
0,05): Newton.
Konsentrasi volumenya dinaikkan: aliran pseudoplastik.
Pada konsentrasi yang tinggi : aliran plastik.
Bila konsentrasi volume mencapai 0,74 akan 38terjadi inversi
dengan tanda adanya perubahan viskositas.

Mikroemulsi: larutan jernih transparan, tetapi berbeda dengan


sistem solubilisasi yang secara termodinamis stabil maka
mikroemulsi tidak stabil.
Mikroemulsi terdiri dari tetes minyak dalam fase air (m-a)
atau tetes air dalam fase minyak (a-m) dengan garis tengah
kurang lebih 10 sampai 200 nm, dan fraksi volume fase
terdispersi antara 0,2 - 0,8.
Dalam mikroemulsi: ditambahkan pembantu emulsi atau
kosurfaktan.
Surfaktan anionik seperti natrium lauril sulfat atau kalium
oleat didispersikan dalam cairan organik misalnya benzena,
lalu sejumlah kecil air ditambahkan, maka mikroemulsi akan
terbentuk dengan penambahan sedikit demi sedikit pentanol
(kosurfaktan lipofilik) membentuk larutan jernih pada 30 0 C.

Mikroemulsi:
Zona F (fluid) dan G (gel)
39

SEMISOLIDA
GEL
Suatu gel adalah sistem padat atau semisolida mengandung
paling sedikit dua konstituen, terdiri dari massa pekat yang
dirembesi cairan.

Jelly : Jika matriks yang saling berlengketan tersebut


banyak mengandung cairan.

xerogel Bila cairannya dihilangkan sehingga tinggal


kerangka. Contohnya antara lain lembaran gelatin, butiran
akasia.
40

Gel sistem dua fase : Massa gel dapat terdiri dari flokul
partikel halus bukan molekul besar, seperti pada gel
alumunium hidroksida, magma bentonit, dan magma
magnesia. Struktur gel pada sistem dua fase tersebut
(Gambar 22a,b) tidak selalu stabil, dan gel tersebut dapat
bersifat tiksotropik.

Gel sistem fasa tunggal : terdiri dari makromolekul


yang berada dalam bentuk seperti helaian serat (Gambar 22c).
Unit-unit saling terikat oleh gaya kuat jenis van der Waals
sehingga membentuk daerah kristal dan amorf di dalam
keseluruhan sistem (Gambar 22d). Contoh tragakan dan
karboksimetilselulose

41

42

sinerisis : Bila gel didiamkan untuk beberapa lama, secara


alami gel tersebut mengkerut dan kandungan cairannya
tertekan keluar. Hal ini terjadi sebagai akibat pengisatan
berlanjut dari matriks atau struktur serat gel tersebut.
Sinerisis teramati pada jeli atau penganan gelatin.

bleeding : terjadinya pembebasan minyak atau air dari


dasar salep yang biasanya timbul dari suatu kekurangan
struktur gel bukan terjadi karena penciutan (kontraksi) seperti
pada sinerisis.

43

pengembangan (swelling). Berlawanan dengan


sinerisis adalah pengambilan cairan oleh gel dengan
bertambahnya volume.

imbibisi menarik sejumlah tertentu cairan tanpa


menambah volume.

44

Gambar Isoterm pengembangan dari gelatin pada dua suhu: ()


pada 250 C; () pada 200 C. Pengembangan diukur berdasarkan
45
bertambahnya berat gelatin dalam larutan dapar pada
variasi

PR FARMASI FISIKA :
SOAL DARI : PHYSICAL PHARMACY, ED IV, MARTIN
DIFUSI/DISOLUSI:
13-1; 13-4;
ANTARMUKA::
14-8; 14-13
REOLOGI:
17-4; 17-13
DISPERSI:
18-3; 18-10
KINETIKA:
12-3a); 12-9
46

Anda mungkin juga menyukai