Anda di halaman 1dari 5

PENATALAKSANAAN

Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen


mikrobiologiknya.
spektrum

luas.

Terapi
Pada

dapat

setiap

dimulai dengan antimikroba


konjungtivitis

purulen

yang

topikal
dicurigai

disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi


topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus
konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan
sekret konjungtiva.
Tujuan terapi yang diberikan:

Menghilangkan sumber penyakit


Mengatasi gejala, seperti gatal
Memberikan pengobatan alternatif

Di dalam kasus ini untuk menghilangkan sumber penyakitnya, yang


dicurigai berasal dari infeksi bakteri, seperti Staphylococcus aureus,
digunakan obat antibiotik. Pemilihan terapi untuk konjungtivitis yang
disebabkan karena infeksi bakteri adalah Azithromnycin 1%, Besifloxacin
0,6%,

Ciprofloxacin

0,3%,

Erythromycin

0,5%,

Gatifloxacin

0,3%,

Gentamicin 0,3% (Ventocilla, 2016).


Erythromycin ophthalmic merupakan antibiotik yang disarankan untuk
terapi spesifik pengobatan konjungtivitis infeksi. Dengan bentuk sediaan
yang disarankan adalah salep / ointment, untuk penggunaan topical dan
mempunyai kelebihan memperpanjang waktu kontak obat pada daerah
mata daripada tetes mata.
Penggunaan: inch (1.25 cm) 4 kali dalam 12jam, tergantung
keparahan infeksi
Efek samping: (untuk frekuensi yang tidak terhitung)
-

Reaksi hipersensitivitas
Reaksi okuler minor
Kemerahan pada mata

Kontraindikasi

Iritasi okuler minor


Hipersensitivitas

Peringatan
Dapat menyebabkan pertumbuhan pada organisme yang tidak dituju,
termasuk jamur
Mekanisme Kerja
Menghambat sintesis protein dalam organisme rentan dengan mengikat
50S

subunit

ribosom,

sehingga

menghambat

translokasi

aminoasil

Transfer - RNA dan menghambat sintesis polipeptida. Menembus dinding


sel bakteri gram positif lebih mudah daripada bakteri gram negatif, dan
dengan demikian, organisme gram - positif dapat mengakumulasi 100 kali
lebih eritromisin daripada organisme gram - negatif lakukan (Ventocilla,
2016).

Untuk meredakan gejala mata merah akibat infeksi, pengobatan yang


disarankan adalah sediaan tetes mata yang mengandung Tetrahydrozoline
HCl 0,05%.
Indikasi:
Meredakan mata merah karena iritasi ringan.
Kontrandikasi: - ,sehingga dianggap aman untuk penggunaan obat
seperti antibiotik.
Komposisi obat:

Tetrahydrozoline HCl 0.05% sebagai antibiotik


Benzalkonium Chloride 0.01% sebagai preservatif

Aturan Pakai untuk obat ini adalah:


2-3 kali sehari, 1-2 tetes ke dalam mata yang sakit.
Bila pasien memakai lensa kontak, lepaskan lensa tersebut sebelum
meneteskan obat ini.

Efek Samping:
Pemakaian berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kemerahan pada
mata.
Peringatan dan Perhatian:

Obat

ini

mengandung

pengawet

Benzalkonium

chloride,

penggunaan jangka panjang dan berlebihan dapat menyebabkan

kerusakan selaput mata.


Jangan menggunakan obat ini secara rulin dan untuk jangka

panjang.
Jika gejala hilang, hentikan penggunaan obat.
Jangan menggunakan lensa kontak ketika menggunakan obat ini.

Penyimpanan:
Simpan pada suhu kamar (Dechacare, 2016).
Fitoterapi
Bawang putih memiliki kandungan kimia seperti karbohidrat, protein,
lemak,

vitamin,

mineral,

sterol,

saponin,

alkaloid,flavonoid,

dan

triterpenoid. Aktivitas antimikroba bawang putih berasal dari senyawa


organosulfur. Salah satu senyawa organosulfur yang bertindak sebagai
antibakteri yaitu allicin. Allicin mampu menghambat pertumbuhan bakteri
gram positif maupun gram negatif (Safithri, 2004).
Pada penggunaan ekstrak bawang putih terhadap bakteri secara
keseluruhan dapat dilihat bahwa ekstrak bawang putih murni yang
dilarutkan dengan air dan ekstrak air bawang putih, rata-rata memberikan
pengaruh membentuk diameter hambat yang lebih besar daripada
ekstrak murni bawang putih yang dilarutkan dalam etanol ataupun
ekstrak etanol bawang putih. Pelarut air terutama berpengaruh terhadap
pembentukan diameter hambat terhadap bakteri gram positif yaitu
Streptococcus dan Clostridium, yaitu pada ekstrak bawang putih dengan
pelarut air dan ekstrak air bawang putih. Hal ini dapat terjadi karena air
sangat bersifat polar dan dapat menarik semua zat polar yang terdapat
dari ekstrak bawang putih (Harborne, 1996).

Bawang putih dapat dimanfaatkan sebagai anti bakteri yaitu dapat


menghambat

pertumbuhan

E.

coli,

Salmonella,

Staphylococcus,

Streptococcus, Klebsiella, Proteus, Bacillus (Nurwanto, 1997).


Kandungan kimia dari umbi bawang putih per 100 g adalah allisin
1,5% merupakan komponen penting dengan efek antibiotik,

protein

sebesar 4,5 gram, lemak 0,20 gram,hidrat arang 23,10 gram, Vitamin B
0,22 miligram, Vitamin C 15 miligram, Kalori 95 kalori, Posfor 134
miligram, Kalsium 42 miligram, Zat besi 1 miligram, Air 71 gram
(Nurwanto, 1997).
Penelitian Safitri (2004) menunjukkan bahwa ekstrak air dan etanol
bawang putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. agalactie, S.
aureus dan E.coli. ekstrak air dan bawang putih dengan konsentrasi 20%
mempunyai aktivitas antibakteri yang sama dengan ampicillin 5 g
terhadap S. agalactie, S. aureus dan E.coli. Ekstrak etanol bawang putih
pekat mempunyai aktivitas antibakteri lebih lemah dari ampicillin 5 g
terhadap S. agalactie, S. aureus dan E.coli.
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan dengan konsentrasi 5% tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap penghambatan pertumbuhan
jumlah koloni bakteri tetapi pada perlakuan dengan konsentrasi 10% dan
15% berpengaruh nyata terhadap penghambatan jumlah koloni bakteri
dibandingkan

dengan

perlakuan

kontrol.

Hasil

ini

menunjukkan

penghambatan pertumbuhan jumlah koloni bakteri yang paling efektif


adalah perlakuan dengan konsentrasi 10% (Nurwanto, 1997).
Daftar Pustaka
Dechacare,

2016.

Informasi

Obat

Tetes

Mata.

Tersedia

online

di

http://dechacare.com/Braito-Tetes-Mata-P730-1.html [tanggal akses


16 Juni 2016].
Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia. Terbitan ke-II. Bandung: Penerbit
ITB.
Nurwanto. (1997). Mikroba Pangan Hewan Nabati. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.

Safithri M. 2004. Aktivitas antibakteri bawang putih (Allium sativum)


terhadap bakteri mastitis subklinis secara in vitro dan in vivo pada
ambing tikus putih (Rattus norvegicus) [tesis]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Ventocilla, Mark. 2016. Bacterial Conjunctivitis Organism-Specific Therapy.
Available

online

at

http://emedicine.medscape.com/article/2016148-overview [tanggal
akses 16 Juni 2016].

Anda mungkin juga menyukai