Anda di halaman 1dari 27

Sistem dispersi

LILI FITRIANI
Sistem disperse
Berdasarkan ukuran partikel fasa terdispersi, sistem disperse diklasifikasikan atas 3 kelompok:
Dispersi molekuler
Dispersi koloidal
Dispersi kasar
Dispersi molekular
Ukuran partikel < 1 nm
Partikel tidak terlihat pada mikroskop elektron
Dapat melalui alat penyaring ultra dan membrane semi permeable
Dapat berdifusi dengan cepat

Sistem disperse ini mempunyai sifat yang homogen dan membentuk larutan sejati
Dispersi koloidal
Ukuran partikel 1 nm – 0.5µm
Dapat dilihat pada mikroskop electron dan mikroskop ultra
Dapat melalui kertas saring, namun tidak dapat melalui membrane semi permeable
Difusi sangat lambat
Dispersi kasar
Dapat dilihat pada mikroskop biasa
Tidak dapat melalui kertas saring dan membrane semi permeable
Ukuran partikel > 0.5µm
Tidak dapat berdifusi
Sistem disperse koloidal
Sistem koloidal dapat dipisahkan dari sistem disperse molecular
dengan cara dialysis
Bentuk partikel koloid akan mempengaruhi luas permukaan
spesifik
Luas permukaan spesifik: luas permukaan per satuan berat atau
volume dari material
Semakin besar luas permukaan spesifik, semakin besar gaya
Tarik menarik yang bekerja antara fasa terdispersi dan medium
pendispersi
Sistem disperse koloidal
Bentuk partikel berubah sesuai kondisi lingkungannya
- bergulung : luas permukaan minimum
- tidak bergulung : luas permukaan maksimum
Bentuk partikel juga mempengaruhi sifat aliran, sedimentasi, tekanan osmosa dll.
Bentuk partikel juga mempengaruhi farmakologi
Ex: efek anti asma kromaglisat lebih baik pada bentuk Kristal batangan
Sistem disperse koloidal
Kegunaan sistem disperse koloidal dalam bidang farmasi
- AgCl, AgI, Ag Proteninat: merupakan germisida yang aktif dalam bentuk koloid dan tidak
menimbulkan iritasi spt larutan garam lainnya
- Polimer: digunakan untuk zat penyalut, pengsuspensi, pengemulsi dll
- Surfaktan: zat pengsolubisasi, peningkatan stabiltas, zat pengemulsi, deterje
Jenis sistem disperse koloidal
Koloid liofilik
Koloid liofobik
Koloid asosiasi
Koloid liofilik
Partikel koloid berinteraksi baik dengan mediumnya, karena
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap medium, sehingga
terjadi solvasi
Bila pelarut air  koloid hidrofilik
Bila pelarut zat organic  koloid lipofilik
Koloid liofobik
Interaksi antara partikel fasa terdispersi dengan medium nya kecil.
Biasanya merupakan pelarut anorganik yang terdispersi dalam pelarut air,
seperti perak, emas, sulfur dll
Cara pembuatan:
Cara disperse: penggerusan partikel kasar menjadi partikel dengan
dimensi koloidal misalnya menggunakan colloid mill atau generator
ultrasonic lalu didispersikan dalam pelarut
Cara kondensasi: larutan lewat jenuh (dimensi molecular) beragregasi
menjadi partikel koloid
Koloid asosiasi
Surfaktan di atas CMC dapat membentuk misel yang
terdiri atas 40 atau lebih monomer.
Diameter misel ±500A, sehingga berada di daerah
sistem koloid
Perbandingan sifat koloid :
koloid liofilik
Fasa terdispersi melekul zat organic
Molekul fase terdispersi mengalami solvasi
Terdispersi secara spontan
Viskositas medium bertambah dengan naiknya konsentrasi fase terdispersi  dapat terbentuk
gel
Dispersi stabil terhadap elektrolit
Bila konsentrasi elektrolit tinggi dapat terjadi salting out
Perbandingan sifat koloid :
koloid liofobik
Fase terdispersi umumnya partikel anorganik
Interaksi dengan medium kecil
Tidak terdispersi secara spontan
Viskositas medium tidak bertambah dengan naiknya konsentrasi partikel (tidak terjadi solvasi
dan partikel bentuknya simetris)
Tidak stabil dengan penambahan sedikit elektrolit (neutralisasi muatan)
Perbandingan sifat koloid :
koloid asosiasi
Fasa terdispersi terdiri dari agregat (misel) molekul organic yang kecil atau ion-ion yang secara
individual berada di bawah rentang ukuran koloidal
Bagian hidrofilik dan lipofilik tersolvasi tergantung pada mediumnya
Terdispersi secara spontan bila konsentrasi di atas CMC
Dalam larutan air CMC dapat berkurang dengan penambahan elektrolit
Pada konsentrasi elektrolit yang tinggi dapat terjadi salting out
Sifat optic sistem koloidal
Efek faraday – tyndall
Bila sinar yang kuat dilalukan melalui sistem disperse koloidal pada sudut
yang tepat maka akan terjadi penghamburan cahaya oleh partikel kolid yang
dapat dilihat melalui alat mikroskop ultra (Zsigmondy) sebagai bintik-bintik
terang dengan latar belakang yang gelap (partikel tidak dapat terlihat
langsung)
Sifat penghamburan cahaya yang tergantung pada efek Faraday Tyndall
banyak digunakan dalam penentuan bobot molekul koloid
Penghamburan cahaya diefinisikan sebagai: Turbiditas
Mikroskop electron
Daya resolusi tinggi dengan d ± 50A sehingga dapat menghasilkan
bentuk yang nyata dari partikel koloid (mikrisokop biasa d ± 200 0A)
Sumber radiasi adalah sinar electron yang mempunyai energy tinggi
yang mempunyai λ = 0.10A.
Sangat berguna untuk meneliti bentuk partikel, ukuran dan struktur
partikel koloid.
Tidak bisa untuk koloid liofilik
Turbiditas  berkurangnya intensitas karena terjadinya penghamburan cahaya yang melalui
larutan setebal 1 cm
Turbiditas berbanding lurus dengan BM dari koloid liofilik
Persamaan
dimana Is = intensitas sinar datang dan I = intensitas sinar keluar
Sifat kinetic sistem disperse
koloidal
a. Gerakan Brown
Terjadi karena benturan yang terus menerus partikel terdispersi oleh
fasa medium pendispersi. Biasanya terjadi pada partikel dengan ukuran >
5µm
Kecepatan partikel akan bertambah dengan berkurangnya ukuran
partikel
Penambahan viskositas medium akan mengurangi dan/atau
menghentikan gerakan
Sifat kinetic sistem disperse
koloidal
B. Difusi
Partikel berdifusi dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah
Hukum Fick I

Dimana D = koefisien difusi yang dapat ditentukan menurut Shuterland


dan Einstein:
Sifat kinetik sistem dispersi
koloidal
C. Tekanan osmosa
Persamaan Van’t Hoff:
Π = CRT
Dapat digunakan untuk menentukan BM koloid dalam larutan
encer.
Dengan mengganti C dengan Cg/M (gram zat terlarut per liter
larutan)
Sifat kinetic sistem disperse
koloidal
D. Sedimentasi
Hukum Stokes (kecepatan sedimentasi)

E. Viskositas

Menurut Einstein: untuk koloid encer, partikel sferis fraksi partikel, = volume partikel dibagi
volume total disperse
Viskositas sistem disperse koloidal tergantung bentuk partikel
Sifat listrik sistem disperse
koloidal
Ada beberapa fenomena elektrokinetik yang terjadi berdasarkan gerakan dari permukaan yang
bermuatan, yaitu:
Elektroforesis
Elektroosmosis
Potensial sedimentasi
Potensial arus
Sifat listrik sistem disperse
koloidal
Elektroforesis
Pada sel elektroforesis yang diisi dengan larutan koloid diletakan dua buah elektroda
Bila diberikan potensial melalui elektroda tersebut maka partikel akan bermigrasi ke elektroda
yang muatannya berlawanan
Kecepatan perpindahan partikel diobservasi dengan mikroskop ultra merupakan fungsi dari
muatan partikel
Sifat listrik sistem disperse
koloidal
Elektroosmosis
Prinsipnya berlawanan dengan elektroforesis
Pada elektroforesis pemberian potensial menyebabkan partikel bergerak (migrasi) relative
terhadap cairan medium yang diam
Pada elektroosmosis, partikel dibuat tidak bergerak (dengan cara membuat suatu sumbat yang
berpori atau suatu membrane) dan cairan bergerak relative terhadap permukaan yang
bermuatan tsb
Sifat listrik sistem disperse
koloidal
Potensial sedimentasi
Prinsipnya merupakan kebalikan dari elektoforesis dimana gerakan partikel bermuatan yang
mengendap misalnya dengan cara sentrifugasi yang menghasilkan potensial

Potensial arus
 Prinsipnya merupakan kenalikan dari elektroosmosis dimana cairan dipaksa mengalir dari tube
melalui sumbatan yang bermuatan yang akan menghasilkan potensial
Stabilitas sistem disperse
koloidal
Ada atau tidaknya muatan akan mempengaruhi stabilitas sistem
Usaha stabilisasi dapat dilakukan dengan cara:
Menyediakan muatan bagi partikel
Mengelilingi partikel dengan suatu pelarut yang bersifat protektif sehingga mencegah tarik-
menarik antar partikel bila partikel tsb saling bertabrakan akibat adanya gerakan Brown.

Anda mungkin juga menyukai