Anda di halaman 1dari 49

DISPERSE

SYSTEMS
Tim Dosen Farmasi Fisika
Disperse systems
 A dispersion can be defined as a heterogeneous system in which one
phase is dispersed (with some degree of uniformity) in a second phase
 Micelles, liposomes, vesicles etc. are disperse systems, which are all
in a thermodynamic equilibrium
 The dimensions, shape etc. depend on structural parameter of the
amphiphilic molecules (volume ratio, HLB etc.). Minimizing the free
energy is the driving force for the formations of theses disperse
system
 Other disperse systems can be formed, which are not in a
thermodynamic equilibrium, but kinetically stable: they maintain
disperse (or colloidal) for a certain time and phase separate afterwards
Penggolongan Sistem Dispersi Menurut Ukuran Partikel

Rentang
Golongan Ukuran Karakteristik Sistem Contoh
Partikel
Dispersi < 1,0 nm Partikelpartikel tidak tampak dalam Molekul oksigen,
molekular (mµ) mikroskop elektron; lolos melewati ion-ion biasa,
ultrafilter dan membran semipermeabel; glukosa.
difusi berlangsung cepat.

Dispersi 0,5 µm - Partikel tidak teramati dalam mikroskop


Koloidal 1,0 nm biasa namun teramati dalam mikroskop Sol perak koloidal,
elektron; lolos melewati kertas saring tapi polimer alam dan
tidak lolos membran semipermiabel; sintetik
berdifusi sangat lambat.

Dispersi > 0,5 µm Partikel tampak dibawah mikroskop; tidak Butiran pasir,
Kasar lolos melewati kertas saring normal atau kebanyakan emulsi
terdialisis melalui membran dan suspensi
semipermeabel; partikel tidak dapat farmasetis, sel
berdifusi darah merah.
Contoh Sistem dispersi

Contoh
Fase
Medium
terdis- Koloidal Kasar
dispersi
persi

Cair Gas Kabut Semprotan


Padat Gas Asap Debu
Gas Cair Busa Busa
Cair Cair Tetes minyak <1x10-3 mm dlm air Emulsi
Padat Cair Emas koloidal dalam air Suspensi kaolin dalam air
Gas Padat Busa padat Busa padat
Cair Padat Minyak mineral dalam lilin Emulsi padat
Padat Padat Emas koloidal dalam gelas Suspensi padat
DISPERSI KOLOIDAL
Ukuran dan Bentuk Partikel Koloidal

Partikel-: mempunyai luas permukaan yang sangat besar sekali.


Partikel koloid dapat dipisahkan dari partikel molekular.

Teknik pemisahan: dialisis, ultrafiltrasi, elektrodialisis.


TIGA TAHAP PROSES
DISPERSI:
 Pembasahan Serbuk (pemindahan molekul cairan pd perm
partikel / udara yg terjebak pd permukaan-pori partikel dgn
penggunaan cairan , partikel dlm keadaan kering tdd
agregat partikel individu, membentuk agglomerat. Cairan
hrs dpt membasahi partikel & mengeluarkan udara dr perm
internal partikel.
 Pemecahan Cluster membentuk partikel koloidal
menggunakan energi mekanik.
 Flokulasi dispersi : tahap selanjutnya menjaga
dispersibilitas partikel karena cendrung bergabung karena
adanya tumbukan yang reversibel disebabkan oleh gerak
brown.
 Penggabungan partikel individu dgn gaya yg lemah
(van der waals)
 Untuk mencegah flokulasi diperlukan gaya tolak
menolak antar partikel yg bermuatan atau yang
mengandung lapisan polimer yang teradsorpsi pada
antarmuka padat cair
DISPERSI KOLOID
 Ukuran partikel kecil
- Luas permukaan sangat besar ~ luas pemukaan spesifik :
luas permukaan per unit berat atau volume bahan
- Sifat unik koloid; mempengaruhi aktivitas, exp : aktivitas
katalis platina
- Dapat dipisahkan dari disp.molekuler dgn cara mudah;
pemisahan dialisis, ultrafiltrasi, elektro dialisis
 Bentuk partikel; mempengaruhi
- luas permukaan spesifik
- kekuatan tarik menarik partikel pada fase terdispersi dgn
medium pendispersi
Sisi 1 cm & vol 1 cm3 Sisi 1 cm & vol 1 cm3 sisi
 100 cm & vol total tetap
LP 6 cm2 sama

LP 600000 cm2
Beberapa bentuk yg dimiliki oleh partikel koloid: (a) bulatan & bola (b)
batang pendek & elipsoid lonjong (c) elipsoid pepat & serpihan (d) batang
& benang panjang (e) benang yg bergulung longgar (f) benang bercabang
Pemisahan partikel koloid
 Dialisis: relatif mudah dilakukan, menggunakan
membran kolodion/selofan, uk pori akan mencegah
lewatny partikel koloid
 Ultrafiltrasi: menggunakan tekanan negatif (dgn
pengisapan) melalui membran dialisa yg disangga
dgn corong Buchner
 Elektrodialisis: proses dialisis & ultrafiltrasi dgn
menggunakan potensial listrik di seberang membran
 Penerapan koloid dlm Farmasetika
 mempengaruhi sifat terapetik (co:perak klorida koloidal, perak
iodida)
 peningkatan aktivitas farmakologis (co:serbuk belerang)
 meningkatkan kelarutan
 meningkatkan stabilitas
 memperbaiki rasa dr senyawa tertentu
 Tipe Koloid
digolongkan berdasarkan interaksi antar partikel, antar
molekul atau ion-ion antara fase terdispersi dengan
medium pendispersi, tdd : koloid liofilik, koloid liofobik,
koloid amfifil
Koloid Liofilik (suka pelarut)
 afinitas trhdp medium pendispersi tinggi, shg relatif mudah
membentuk dispersi koloid/sol, scr termodinamika stabil
 fase terdispersi berupa molekul organik, mis. Gelatin, gom,
insulin, albumin
 molekul fase terdispersi mengalami solvasi akibat gaya tarik
menarik dgn molekul pendispersi
 jika medium adalah air; disebut hidrasi
 molekul menyebar secara spontan & membentuk sistem
 viskositas medium  dgn adanya fase terdispersi, & pd
konsentrasi sangat tinggi bisa terbentuk gel ~ solvasi, bentuk
molekul yg asimetris
 dispersi stabil dgn adanya elektrolit
 kemungkinan mengalami salting out (pengusiran oleh garam)
akibat konsentrasi elektrolit yg sangat tinggi & mudah larut
Koloid Liofobik (tdk suka
pelarut)
 Terjadi akibat gaya tarik menarik yg kecil thd medium pendispersi,
scr termodinamika tdk stabil
 Fase terdispersi berupa partikel anorganik, co: emas/ perak
 Tidak terjadi penyebaran konstan; memerlukan prosedur khusus
 metode dispersi (pengurangan ukuran partikel)
 metode kondensasi (agregasi uk subkoloid menjadi uk koloid),
hrs ada keadaan lewat jenuh dgn derajat yg tinggi diikuti dgn
pembentukan & pertumbuhan inti, selain itu bergantung pd reaksi kimia
 Dispersi dpt diperoleh dgn menggunakan : generator ultrasonik
dgn 20000rpm, colloid mill, grinding
 Viskositas medium tdk  dgn baik dgn adanya partikel yg bentuk
simetris & cenderung tdk mengalami solvasi
 Dispersi tidak stabil dgn adanya elektrolit (walaupun jumlahnya
kecil), krn adanya netralisasi muatan partikel
Koloid amfifil (gabungan)
 Fase terdispersi berupa agregat (misel) dr molekul organik
berukuran kecil / ion yg ukuran individual dibawah ukuran koloid
 Bagian hidrofilik & liofilik molekul mengalami solvasi,
tergantung jenis mediumnya air / bukan air
 Agregat terbentuk scr spontan jk konsentrasi amfifil melebihi
konsentrasi misel kritis (cmc), keadaan jenuh monomer pd
antarmuka fase bulk
 Viskositas sistem  krn meningkatnya konsentrasi amfifil
jumlah misel bertambah dan mjd tdk simetris
 Dlm lar air, konsentrasi misel kritis dpt dikurangi dgn
penambahan elektrolit
 Pada konsentrasi garam yg sangat tinggi bisa terjadi salting out
 Berupa anionik, kationik, nonionik, amfolitik
Perubahan sifat surfaktan pada CMC (critical micelle concentration)
(a) Misel bola dalam air;
(b) misel dalam media
nonair;
(c) misel laminar,
terbentuk pada
konsentrasi tinggi, dalam
air
SIFAT OPTIS KOLOID

 Efek Faraday-Tyndall
 Penghamburan Sinar (Light Scattering)

Ukuran
Mikroskop
Bentuk Partikel koloidal
Elektron
Bangun (Struktur)
Light scattering microscope elektron
SIFAT KINETIK KOLOID

 Gerakan Brown

 Difusi
Hukum pertama Fick : jumlah zat dq yang berdifusi dalam waktu dt melewati
bidang seluas S adalah berbanding lurus dengan perubahan konsentrasi dc
terhadap jarak yang dilalui dx.

 Gab sifat2 sistem koloid yg berhub dgn gerak partikel dlm medium.
 Pergerakan terjadi bisa diinduksi oleh bbrp hal;
 akibat panas :

 gerak brown : gerak yg tdk beraturan pd partikel dgn ukuran 5m sbg hsl
pemboman partikel2 oleh molekul medium dispersi, kec partikel  dgn 
ukuran partikel, viskositas medium akan  & menyetop gerak Brown
 difusi : merupakan hsl langsung dr gerak Brown, mengikuti hk Fick, dgn
mengetahui koefisien difusi dpt menentukan jari2 partikel jk partikel
berbentuk sphere dgn menggunakan pers Sutherland-Einstein atau pers
Stokes-Einstein:
 osmosis : menggunakan prinsip pers van’t Hoff
 gravitasi : sedimentasi, menggunakan hk Stokes,
2r 2 (    0 ) g
v
9 0
gerak Brown cenderung  endapan karena gravitasi dan mendorong
terjadinya pencampuran gaya yg dbutuhkan u menimbulkan
sedimentasi scr kuantitatif  diatasi dgn ultrasentrifugasi
 eksternal : viskositas, merupakan perny ketahanan untuk mengalir dr
sistem di bawah tekanan yg diberikan, makin kental maka semakin
besar kekuatan yg diperlukan agar cairan dpt mengalir pd laju
tertentu, viskositas dipengaruhi bentuk part terdispers
(menggambarkan derajat solvasi partikel), partikel bulat 
viskositas, partikel linier  viskositas
Pengukuran sifat2 kinetis memungkinkan u menentukan berat molekul
atau uk part
Sifat elektrik koloid
 dipengaruhi karena adanya muatan pada permukaan partikel
 ~ potensial (elektrokinetika) zeta; potensial (elektrotermodinamis)
Nernst
 Potensial zeta ditentukan dgn mikroelektroforesis
 Semakin tinggi nilai potensial zeta  dispersi partikel menjadi
lebih stabil
 Pembagian batas antara dispersi partikel yg stabil dgn yg tdk stabil
berkisar +30 atau -30mV
 Sehingga jk semua partikel memiliki potensial zeta lebih negatif dr
-30 atau lebih positif dr +30 maka dispersi akan stabil
 terbentuk fenomena elektrokinetis, didasari oleh elektroforesis
(pergerakan suatu part yg bermuatan melalui suatu cairan di bawah
pengaruh perbedaan potensial yg digunakan), potensial
sedimentasi, elektro-osmosis (pergerakan cairan melalui suatu
membran yg d seberangny digunakan potensial) & potensial yang
mengalir
SOLUBILISASI

Kemampuan dari misel untuk meningkatkan kelarutan zat yang


secara normal tidak larut, atau hanya sedikit larut, dalam medium dispersi
yang digunakan.

Misel bola nonionik


surfaktan, polioksietilen
monostearat dalam air.
Benzena dan toluena,
molekul nonpolar, ada di
dalam misel.
Asam salisilat, lebih
polar.
Asam p-
hiroksibenzoat, molekul
polar, terletak diantara
rantai hidrofil surfaktan.
Faktor Yang Mempengaruhi Solubilisasi

 Kimiawi Surfaktan:
Rantai alkil lipofilik lebih panjang akan lebih mensolubilisasi obat hidrofobik.
Surfaktan ionik: peningkatan jari-jari inti hidrokarbon, meningkatkan
solubilisasi.
 pH:
Merubah kesetimbangan antara solubilisat terion dan takterion.

Titik Krafft:
Suhu yang menunjukkan terjadinya kelarutan surfaktan = kmk (cmc)

Titik keruh (cloud point):


Suhu yang menunjukkan terjadinya kekeruhan (pengkabutan) yang tiba-tiba.
Jika suhu dinaikkan terjadi surfaktan memisah sebagai presipitat atau kalau
konsentrasi tinggi sebagai suatu gel.
Stabilisasi sistem koloid
 Ada / tdkny muatan permukaan pd partikel koloid
m’pengaruhi stabilitas sistem
 Stabilisasi dpt dilakukan dgn :
 Melengkapi partikel terdispers dgn muatan listrik
 Melindungi sekeliling tiap partikel dgn selimut pelarut
pelindung  mencegah melekatny partikel yg saling
bertumbukan akibat gerak Brown (koloid liofilik)
 Adanya gerak Brown memungkinkan bersinggungannya
antar koloid menjadi permanen (koagulasi), sementara
(flokulasi) atau memantul (sistem koloid stabil)
 Stabilitas dispersi tergantung pd gaya antar partikel selama
tumbukan terjadi :
 Gaya Van der Walls
 Gaya tolak elektrostatik
 Gaya solvasi
 Pemampatan lap listrik rangkap, p+an sjml kecil
elektrolitpartikel terkoagulasitergantung pd jml
counterion, konsentrasi elektrolit dlm larvol lap difusi
yg dibutuhkan u menjaga penetralan elektrikketebalan
lap difusigaya tolak  & gaya Van der Walls partikel
saling berdekatan & terkoagulasi
 Pembentukan jembatan interpartikel polimer
DISPERSI KASAR
30

SUSPENSI
- partikel berupa zat padat yang tidak larut dan
terdispersi dalam medium pendispersi (cairan)
- diameter partikel lebih besar dari 0,1 µm
- terjadi gerak brown bila viskositas rendah
Penggolongan suspensi dlm farmasi
suspensi oral (konsentrasi zat terdispersi tinggi),
lotion (konsentrasi zat padat lebih dari 20%, pemakaian luar utk
kulit atau kosmetika),
suspensi parenteral (injeksi, zat padat 0,5-30%, viskositas dan
ukuran partikel mempengaruhi mudahny pemberian dan
bioavaibilitas sediaan)
 Persyaratan sediaan suspensi (farmasetika)

31

• Partikel terdispersi tdk mengendap dgn cepat & mudah


didispersikan saat digunakan
• Viskositas yg sesuai (tdk terlalu encer & tdk terlalu kental)
• Untuk pemakaian luar, cairan mudah tersebar, mudah kering
& membentuk lapisan elastis yg tdk mudah terhapus o/
pencucian
• Memberikan rasa nyaman saat pemakaian
• Kestabilan fisik (exp:distribusi uk partikel, luas permukaan
spesifik, penghambatan pertumbuhan inti/kristal, perubahan
bentuk polimorf) saat penyimpanan & penggunaan hrs
diperhatikan; faktor yg mempengaruhi formulasi & proses
pembuatan
 Sifat antarmuka partikel
• energi bebas pemukaan (EBP)
32
Memperkecil partikel akan mempermudah medispersikan dlm
pembawa luas permukaan EBP tdk stabil scr
termodinamika partikel mengelompok kembali u  EBP 
agglomerat (gumpalan) : flokulasi (gumpalan lunak yg timbul karena
gaya van der Waals yg lemah), aggregat (gumpalan yg terbentuk
akibat gaya yg kuat yg melekatkan antar partikel), caking/koagulasi
(aggregat padat yg timbul karena pertumbuhan & peleburan kristal
bersama2 dlm endapan)
• Tegangan permukaan/antarmuka; surfaktan, suspensi biasanya
memiliki TAM posisitf tertentu sehingga cenderung u berflokulasi
• Gaya pd permukaan partikel mempengaruhi derajat flokulasi: gaya
tarik menarik (gaya London-van der Waals) & tolak menolak
(lapisan listrik rangkap)  teori DLVO
(Derjaguin,Landau,Verwey,Overbeek)
•Gaya tarik menarik
dominan pd jarak
33
antarpartikel yg sgt
kecil dan yg sangat
besar

 Diantaranya, gaya tolak menolak yg dominan (primary


max)potensial barier tinggi, partikel tdk
terflokulasisedimentasi terjadi sempurna membentuk
sedimenenergi barier, gaya tolak menolak yg dibutuhkan akan
besar untuk membuat sistem stabil (u mendispersikan partikel)
 Partikel yg berinteraksi pd energi di titik primary min dpt
membentuk aggregat yg ireversibel
34

 Secondary min timbul karena penurunan energi tolak


menolak lebih cepat dibandingkan energi tarik menarik,
tdpt batas potensial tolak menolak yg tinggi & tarik
menarik minimum pd jarak pemisahan 1000 – 2000
Apartikel akan menggumpal dlm struktur renggang,
jarak antar partikel pd secondary min tergantung pd uk
partikel
 Penambahan elektrolit memadatkan lapisan rangkap,
potensial zeta,  primary max dan  secondary min 
 flokulasi  flokulasi terkendali
Pengendapan suspensi d 2(  s   0 ) g
v
•Teori pengendapan ;Hukum Stokes : 18 0
 Pengaruh gravitasi, viskositas, diameter partikel
35
 Suspensi encer ; pengendapan bebas
 Suspensi dgn konsentrasi partikel padat 5%, 10%; pengendapan
terhalang
 Dpt memperkirakan kestabilan fisik suspensi
•Efek gerak brown, melawan pengendapan u part dgn diameter 2 – 5

m  mempertahankan bahan terdispersi agar bergerak dlm gerakan


tdk beraturan
•Pengendapan partikel terflokulasi, flokulat cenderung jatuh
bersama2batas nyata antara endapan & cairan supernatan jernih
•Parameter pengendapan : volume sedimentasi (perbandingan vol

endapan trhdp vol awal suspensi) & derajat flokulasi (perbandingan


vol endapan dr suspensi yg mengalami flokulasi trhdp vol endapan dr
suspensi yg mengalami deflokulasi)
EMULSI

36
- sistem tidak stabil secara thermodinamika; terdiri dari sedikitnya
dua fase cair yang tidak bercampur dan terdispersi antara dua fase
- mencapai keadaan stabil; penambahan pengemulsi
- rentang viskositas rendah (lotio) hingga bentuk semisolid
(salep, krem)
- diameter partikel berkisar 0,1-10µm

EMULSI, SISTEM YANG TIDAK STABIL SECARA


TERMODINAMIKA DAN CENDRUNG MEMISAH MENJADI DUA
FASE MELALUI FUSION DAN COALESCENCE TETESAN JIKA
TIDAK DITAMBAHKAN THE THIRD COMPONENT(EMULSIFIER).
 Tipe emulsi
• Sifat polar/non polar salah satu fase

37 • Pemakaian sediaan; oral, permukaan kulit, parenteral (injeksi)

• Tipe minyak/air, air/minyak, multi emulsi (m/a/m, a/m/a)

 Tipe emulsi ditentukan o/ ratio fase jk nilainya besar ex. 5% air dan 95
% minyak (19:1) maka akan terbentuk emulsi w/o.

 Vol fase/rasio vol-fase merupakan rasio vol fase internal terhadap total
vol emulsi

 Emulsi diklasifikasi menjadi minyak dlm air (m/a) & air dlm minyak
(a/m), tergantung fase kontinyu air atau minyak

 Metode penentuan tipe emulsi : pengenceran, pewarnaan (dgn metilen


blue/brilliant blue FCF/sudan 3), dan arus listrik (menggunakan
sepasang elktroda yg dhub dgn sumber listrik)
 Penerapan farmasetika
• Kemampuan absorbsi dr beberapa seny tertentu, co : vitamin
• Alternatif pemberian sediaan
38
• Penyebaran sediaan scr merata & tdk lengket (u pemakaian luar),
mudah tercuci u keadaan tertentu

 Teori emulsifikasi
• Tipe emulgator ; kestabilan produk & tipe emulsi
• Proses pencampuran; energi bebas permukaan, tegangan antarmuka pd
batas antar cairan (kohesi > adesi)
• U mencegah penggabungan globul minyak perlu d+kan zat pengemulsi
• Zat aktif permukaan yg teradsorpsi membentuk lap monomolekuler;
pengurangan energi permukaan, gaya kohesif dan adhesif, gaya van der
waals, tipe emulsi dipengaruhi nilai HLB, co: TEA,span 80,tween 80
• Adsoprsi molekuler, co: polimer, tdk menurunkan teg antarmuka &
membentuk lap multimolekuler pd antarmuka, kenaikan viskositas,
cenderung membentuk tipe m/a
• Adsoprsi partikel padat, co: bentonit, veegum,
 Stabilitas fisik & kimia emulsi
• Tdk terjadi penggabungan fase dalam, pemecahan

• Tdk terbentuk pemisahan :creaming (fase tersdispersi kurang rapat dibandingkan


39
fase kontinuglobul ke arah atas, emulsi m/a, kec sedimentasi negatif) &
flokulasi (fase dalam lbh berat/lbh rapat dr fase luarglobul mengendap, emulsi
a/m)
diameter globulfaktor utama laju creaming
• Penampilan fisik, perubahan kimiakestabilan, metode sentrifugasi, Coulter
counter, analisa turbidimetri pengaruh suhu
• Inversi fase

• Tetesan fase terdispersi dpt mempertahankan sifat awal & terdistribusi scr
seragam d dlm fase kontinyu selama umur simpan yg telah ditetapkan
• Tidak terjadi kontaminasi mikroba selama penyimpanan
• Stabilitas kimia, tdk terjadi penguraian pd minyak karena oksidasi, td
terjadi depolimerisasi emulgator makromolekul karena reaksi hidrolisis, &
degradasi mikrobial.
 Sifat alir emulsi
volume fase, distribusi ukuran partikel, viskositas fase dalam
• Pengeluaran dari wadah
• Distribusi/penyebaran
• Sistem Non-Newtonian

Emulsi o/w tanpa penembahan emulsifier memperlihatkan


flokulasi dan koalescen yang cepat, shg dpt dibuat lbh
stabil dgn penambahan paling kurang satu emulsifier yang
akan berperan dalam :
1. Memperlambat flokulasi & koalescensi tetesan dg cara
mencegah pergerakan tetesan mel peningkatan viskositas
fase kontinyu.
2. Melindungi tetesan melalui halangan energi (energy
barrier).
Stabilisasi sistem emulsi
 Peningkatan Viskositas.
 Kec. Flokulasi berbanding terbalik dg viskositas fase kontinyu.
 Merubah sifat emulsi dari cairan menjadi konsistensi yang
menyerupai pasta.
 Hukum Stokes :

2. r2 g. (ρ1 – ρ2)
V = ------------------------
9. η

 Menggunakan pengental polimer yg bersifat tiksotropik, dgn


sedikit pengadukan akan cepat tedispersi kembali
 Halangan Energi
jk diharapkan pemakaian emulsi pada viskositas rendah maka stabilitas
harus dicapai dg energy barrier.

W (k.T) T0,5
0 0,8 dt
5 38,2 dt
10 1,55 jam
20 3,91 tahun
50 4,7 1017 tahun

 Jk dua tetesan emulsi saling mendekat tolak menolak satu sama lain.
 Contoh : Lapisan listrik ganda, tolak menolak steric oleh polimer yg
teradsorpsi
STABILITY CONSIDERATIONS OF
43 EMULSION
 The chemical stability of individual components within the
emulsion system may be vary different from their stability
after incorporation into the formulation, exp : many
unsaturated oils are prone to oxidation by their droplet size
 The determination of the amount of antimicrobial agent to
achieve a minimum effective concentration is very difficult,
based on the antimicrobial agent is quite likely to partition into
the oil phase and the interface
 Temperature that use (higher temperature will dramatically
alter the nature of the interfacial film) and method of
manufacture
Bentuk ketidak
stabilan emulsi
44
Bentuk emulsi khusus
45 Emulsi ganda
- a/m/a atau m/a/m

- Co : emulsi a/m didispersikan dlm lar air dr zat pengemulsi


m/a (exp:Tween 80) dlm homogenizer/penggiling
koloidmembntuk emulsi a/m/a
- untuk memperpanjang kerja obat (sustained release/extended
release)
 Mikroemulsi
- fenomena solubilisasi (solubilized solution), larutan
transapran/jernih,
- Kestabilan berada diantara larutan solubilisasi (stabil secara
termodinamika) dan emulsi (relatif tidak stabil)
 Microemulsi : penampilan fisik transparan, terbentuk secara
spontan karena TAM rendah & stabil secara termodinamika,
 t’masuk swollen micellar syst berada diantara misel dgn
makroemulsi (emulsi kasar)
 Berupa tetesan m/a atau a/m dengan diameter ± 10-200 nm
dan fraksi volume terdispersi 0,2-0,8
 Mikroemulsi tdd:minyak (10 – 70%), air (10 – 70%),
surfaktan & co-surfaktan (5 – 40%)
 Surfaktan ionik tunggal atau non-ionik tunggal tdk dpt
TAM sampai 0membutuhkan co-surfaktanmembentuk
lap yg teradsoprsi pd partikel & mencegah penggumpalan
 Mikroemulsi m/a membutuhkan co-surfaktan lbh sedikit
dibandingkan tipe a/m
 Diameter misel 50 Ao ; harga ini 1% dr panjang gel cahaya,
shg misel tdk dpt dideteksi scr visual & lar transparan.
 Fenomena Asosiasi surfaktan :

surfaktan ionik na dodesilsulfat larut dlm air pd konsentrasi


rendah bersifat sbg garam ion na & ion dodesilsulfat, jk
konsentrasi ad CMC, hampir semua surfaktan berasosiasi
membentuk misel, dimana gugus polar pd bag dalam, sementara
gugus nonpolar pd permukaan.
 Senyawa hidrokarbon, alkohol rantai panjang, ester, asam
karboksilat & senyawa organik sukar larut air akan terlarut pd
inti miselfenomena solubilisasi.
 Solubilisasi yg lbh besar dpt dicapai jk dirubah larutan
micellar menjadi mikroemulsi, yaitu dgn penambahan co-
surfaktan spt alkohol rantai panjang (pentanol).
 Nanopartikel
- ukuran molekul ~ bulatan pada mikroemulsi
48
- merupakan gabungan misel yang dibentuk dgn proses
polimerisasi
- mengandung molekul obat yang terlarut berupa
globulin/toksoid dan membentuk larutan koloid dalam air
- ukuran diameter kecil dari 50 nm (mikroskop elektron)

 Gel
• Sediaan semi solid; terdiri dari dua konstituen berupa
massa yang rapat dan diselusupi oleh cairan
• Berupa matriks yang melekat dan kaya dgn cairan (disebut
jelly), jika cairan hilang dan tinggal kerangka disebut
xerogel
49

• Membentuk sistem satu fase (co:polimer dlm air) atau


dua fase (co:magma bentonit)
• Dibagi dua golongan : anorganik(biasany sist 2 fase)
dan organik (biasany sist 1 fase, terbagi menjadi
hidrogel & organogel)
• Kestabilan fisik : sineresis (gel mengalami pengerutan
&cairanny terperas k luar) dan penggembungan
(swelling=penyerapan cairan dgn vol, jk penyerapan
cairan tanpa terjadi vol disebut imbibisi)

Anda mungkin juga menyukai