Anda di halaman 1dari 7

MODUL 11

PERNAFASAN

PETUNJUK SKILL LAB


PUNGSI PLEURA DAN THORACOSINTESIS

Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung
2020

1
BUKU PANDUAN SKILL LAB
FK UNISSULA

Semester :3
Modul : Pernafasan
LBM :6
Topik ketrampilan : Pungsi Pleura / Dekompesi & Torakosintesis

1. SASARAN BELAJAR
1. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis efusi pleura
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik efusi pleura
3. Mahasiswa mampu menentukan pemeriksaan tambahan radiologi untuk
membantu diagnosis efusi pleura
4. Mahasiswa mampu membaca foto radiologi efusi pleura
5. Mahasiswa mampu melakukan tindakan/terapi terhadap efusi pleura

2. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu praktikum 200 menit
Panduan Tutor 1. Pada 100 menit pertama praktikum, tutor
menjelaskan bagaimana cara melakukan pungsi
pleura
2. Pada 100 menit berikutnya mahasiswa membuat
video secara mandiri yang kemudian dikirim ke
tutor paling lambat hari Kamis, 3 Desember 2020
jam 17.00 WIB yang kemudian dapat dilakukan
penilaian oleh instruktur, sesuai chek list yang telah
tersedia, nilai dikirim ke dr. Nurina paling lambat
hari Jumat, 4 Desember 2020 jam 10.00 WIB.
Tugas Mahasiswa 1. Mahasiswa sudah membaca panduan materi skill

2
pungsi pleura sebelum memulai skill.

2. Pada 100 menit pertama praktikum, mahasiswa


mendengarkan penjelasan tutor bagaimana cara
melakukan pungsi pleura
3. Pada 100 menit berikutnya mahasiswa membuat
video secara mandiri yang kemudian dikirim ke
tutor paling lambat hari Kamis, 3 Desember 2020
jam 17.00 WIB. Anda berperan sebagai dokter
melakukan pungsi pleura

3. DASAR TEORI
Pleura merupakan membran yang permeabel. Dalam keadaan normal rongga
pleura tidak benar-benar kosong tetapi terdapat kurang lebih 5 ml cairan steril dan
tidak berwarna yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis
dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena
adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid, dan daya tarik elastis. Sebagian cairan
diserap kembali oleh kapiler paru-paru dan pleura viseralis, sebagian kecil mengalir
ke dalam pembuluh limfe, sehingga cairan yang bersirkulasi ini dapat mencapai 1
liter perhari.
Efusi pleura merupakan terkumpulnya cairan di rongga pleura yang berlebihan.
Dapat terjadi karena gangguan hukum Starling Hal ini karena gangguan
keseimbangan antara produksi dengan absorpsi, misalnya pada hiperemia karena
inflamasi, perubahan tekanan osmotik (hipoalbuminemia), dan peningkatan tekanan
vena (gagal jantung). Efusi pleura dibedakan menjadi transudat dan eksudat.
Transudat misalnya pada gagal jantung akibat bendungan vena disertai peningkatan
tekanan hidrostatik, dan pada serosis hepatis akibat penurunan tekanan osmotik.
Eksudat karena keganasan dan infeksi. Eksudat keluar dari kapiler sehingga kaya
protein, berat jenisnya tinggi, dan banyak sel darah putih. Transudat mempunyai
protein rendah dan berat jenis rendah.
Efusi pleura dapat diketahui melalui anamnesis yang baik. Penderita
merasakan sesak nafas. Beratnya sesak nafas tergantung jumlah cairan yang ada

3
dan kecepatan akumulasi cairan. Makin banyak jumlah dan makin cepat akumulasi
cairan makin tambah sesak nafas. Pemeriksaan fisik akan didapatkan dada cembung
satu sisi, tertinggal saat bernafas, stem fremitus menurun sampai hilang, terdengar
pekak pada perkusi, dan suara nafas menurun atau menghilang pada auskultasi.
Pada gambaran radiologi tampak sinus frenikokostalis menghilang serta terdapat
gambaran batas cairan yang melengkung.
Adanya cairan yang melebihi normal ini perlu dilakukan pengeluaran agar
tidak mengganggu pernafasan. Salah satu caranya adalah dengan pungsi pleura.

4. PERSIAPAN
1. Persiapan operator
Operator mampu mendiagnosis, melakukan pemeriksaan, meminta pemeriksaan
tambahan, membaca foto radiologi, telah membaca cara pengelolaan, dan sudah
pernah melihat serta menjadi asisten pengelolaan efusi pleura.
2. Persiapan alat dan bahan
1. Sarung tangan steril
2. Kasa dan povidon iodine
3. Kateter vena / kanul / Abbocath besar no 14
4. 3 way stop chock
5. Spuit besar (20 cc)
6. Bengkok
7. Plester dan gunting
8. Lidocain 2 %
9. Spuit 3cc
10. Spidol
11. Doek lubang
3. Persiapan pasien: informed consent, pasien diposisikan setengah duduk dan
lengan ditaruh di kepala.

4. PROSEDURAL
• Tentukan titik spasium intercoatalis V di linea axillaris anterior. Dengan patokan
puting mamae sebagai spasium intercostalis V. Buat garis dengan spidol pada

4
spasium. Tentukan linea axillaris anterior, buat garis dengan spidol pada garis
itu sehingga berpotongan dengan garis spasium.
• Pakai sarung tangan steril
• Hubungkan kanul, 3 way stop chock dan spuit 20 cc. Posisi kran 3 way stop
chock menghadap ke kanul.
• Desinfeksi daerah yang mau dilakukan pungsi dan sekitarnya dengan povidon
iodine
• Tutup dengan doek lubang
• Lakukan anestesi lokal infiltrasi dengan spuit lidocain 2 % pada tempat yang
akan dilakukan pungsi
• Tusukkan kanul pelan-pelan dengan arah tegak lurus sambil melakukan aspirasi
pada spuit, sampai tidak terasa adanya tahanan dinding dada dan dalam spuit
terisi cairan, kemudian hentikan penusukan. Tarik sedikit mandrin dan
masukkkan sedikit kanul plastiknya. Cabut mandrin bersama 3 way stop chock
dan spuit, tinggalkan kanul plastik di dada. Kemudian lepas mandrin dan
hubungkan kembali 3 way stop chock dan spuit dengan kanul plastik di dada.
• Lakukan aspirasi sampai spuit penuh
• Alihkan arah kran 3 way stop chock kearah tempat lubang pembuangan,
tempatkan bengkok di bawah lubang pembuangan, kemudian dorong pendorong
spuit sampai isi cairan spuit keluar semua di bengkok
• Kembalikan arah kran ke kanul, lakukan aspirasi sampai spuit penuh, arahkran
kran ke pembuangan, buang isi spuit ke bengkok
• Lakukan hal ini terus sampai penderita batuk (menunjukkan cair telah habis)
• Lepaskan alat dari tempat penusukan di dada
• Tutup bekas tusukan dengan kasa povidon iodine dan diplester
• Ringkasi alat-alat dan buang bahan yang telah dipakai

5. SKENARIO
Seorang wanita, 60 tahun, datang ke UGD dengan keluhan utama sesak nafas.
Penderita telah lama batuk-batuk. Pada tanda vital tensi 150/90 mmHg, nadi 88 x
permenit, laju nafas 36 x permenit, dan suhu aksila 36,5 0C. Pemeriksaan fisik
thorak tampak hemithorak kanan cembung, tertinggal saat bernafas.

5
6. CHECK LIST
Nilai
No Aspek ketrampilan dan medis yang dilakukan
0 1 2 3
1 Memperkenalkan diri, menanyakan identitas pasien
2 Persiapan operator, alat bahan, dan pasien
Tentukan titik spasium intercostalis V di linea axillaris
3
anterior. Buat tanda dengan spidol
4 Cuci tangan dan pakai sarung tangan steril
Hubungkan kanul, 3 way stop chock dan spuit 20 cc. Posisi
5 kran 3 way stop chock menghadap ke kanul. Lepas
rangkaian
Desinfeksi daerah yang mau dilakukan pungsi dan
6
sekitarnya dengan povidon iodine
7 Tutup dengan doek lubang
Lakukan anestesi lokal infiltrasi dengan spuit lidocain 2 %
8
pada tempat yang akan dilakukan pungsi
Tusukkan kanul pelan-pelan dengan arah tegak lurus sambil
melakukan aspirasi pada spuit, sampai tidak terasa adanya
tahanan dinding dada dan dalam spuit terisi cairan,
kemudian hentikan penusukan. Tarik sedikit mandrin dan
9
masukkkan sedikit kanul plastiknya. Cabut mandrin,
tinggalkan kanul plastik di dada. Kemudian lepas mandrin
dan hubungkan kembali 3 way stop chock dan spuit dengan
kanul plastik di dada.

6
Lakukan aspirasi sampai spuit penuh, lepas spuit yang
berisi cairan dan serahkan ke petugas Lab PA. Ambil spuit
10
baru, sambungkan ke 3 way stop chock, lakukan aspirasi
kembali spuit sampai penuh
Alihkan arah kran 3 way stop chock kearah tempat lubang
pembuangan, tempatkan bengkok di bawah lubang
11
pembuangan, kemudian dorong pendorong spuit sampai isi
cairan spuit keluar semua di bengkok
Kembalikan arah kran ke kanul, lakukan aspirasi sampai
12 spuit penuh, arahkran kran ke pembuangan, buang isi spuit
ke bengkok
13 Lepaskan alat dari tempat penusukan
Tutup bekas tusukan dengan kasa povidon iodine dan
14
diplester
15 Ringkasi alat-alat dan buang bahan yang telah dipakai
Tindakan telah selesai dan ucapkan terima kasih atas kerja
16
samanya, cuci tangan post tindakan
Profesionalisme
❑ melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti
sehingga tidak membahayakan pasien dan diri sendiri
17 ❑ memperhatikan kenyamanan pasien
❑ melakukan tindakan sesuai prioritas
❑ menunjukan rasa hormat kepada pasien

Anda mungkin juga menyukai