Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan unsur vital dan salah satu elemen konstitutif dalam kehidupan
seseorang. Kesehatan sebagai hak asasi telah menjadi kebutuhan mendasar dan tentunya menjadi
kewajiban negara dalam upaya pemenuhannya. Salah satu strategi dalam meningkatkan derajat
kesehatan adalah mengupayakan pelayanan yang berkualitas kepada setiap masyarakat. Sumber
tenaga kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan paling berperan dalam peningkatan kualitas
dan mengoptimalisasikan derajat kesehatan masyarakat tersebut, pembangunan kesehatan
diimplementasikan dalam bentuk pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya pelyanan
kefarmasian.

Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dan sangat menunjang dalam
rangka upaya pembangunan dan pelayanan kesehatan yang baik. Obat dan perbekalan kesehatan
merupakan kebutuhan dasar manusia yang berfungsi social, sehingga tidak boleh digunakan
sebagai komoditas ekonomi semata. Semua obat yang bereedar harus dijamin keamanan, khasiat,
dan mutunya agar benar-benar bermanfaat bagi kesehatan masyarakat. Penggunaan obat yang
rasional merupakan bagian dan tujuan yang harus dicapai.

Salah satu tempat distribusi dan beredarnya obat serta perbekalan farmasi lainnya adalah
apotek. Apotek merupakan salah satu realisasi pembangunan dibidang farmasi oleh pemerintah
dan swasta yaitu dengan menyediakan sarana pelayanan kesehatan. Sebagai perantara apotek
dapat mendistribusikan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan dari supplier kepada
konsumen dan masyarakat luas.

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan
tercapainya derajat kesehatan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok, dana tau masyarakat. Perkembangan apotek sangat ditentukan oleh pengelolaan

1
sumber daya dan pelayanan kefarmasian di apotek tersebut. Oleh sebab itu standar pelayanan
farmasi sangat diperlukan dalam menjalankan suatu apotek, termasuk apotek rakyat.

Apotek rakyat dibentuk untuk memperluas akses obat murah yang mutunya terjamin bagi
masyarakat. Selain memperluas akses, apotek rakyat bertujuan untuk menertibkan peredaran
obat-obat palsu dan illegal. Dalam upaya usaha untuk memajukan kesejahteraan umum yang
berarti mewujudkan suatu tingkat kehidupan secara optimal, yang memenuhi kebutuhan manusia
termasuk kesehatan, kita perlu mengetahui apotek rakyat dan peranan apoteker didalam apotek
rakyat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengetian apotek rakyat?

2. Bagaimana Peraturan Menteri Kesehatan tentang apotek rakyat?

3. Apa saja yang mencakup standar persyaratan apotek rakyat?

4. Bagaimana cara memperoleh izin apotek rakyat?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian apotek rakyat

2. Untuk mengetahui Peraturan Menteri Kesehatan tentang apotek rakyat

3. Untuk mengetahui standar persyaratan apotek rakyat

4. Untuk mengetahui cara memperoleh izin apotek rakyat

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sejak berlakunya Permenkes No. 284/Menkes/Per/III/2007 apotek rakyat menjadi


pembahasan, dukungan dan penolakan diberikan untuk apotek rakyat hingga meninmbulkan
perdebatan dikalangan farmasis, apoteker, dan tenaka kesehatan lain. Program apotek rakyat
adalah usaha pemerintah untuk melindungi rakyat dari obat-obatan yang sudah lewat masa
berlakunya (expiration date), obat-obatan palsu, serta obat yang disediakan oleh penjual grosir
yang illegal. Prioritas lain dari pemerintah adalah mendukung semangat kewirausahaan bagi
apoteker supaya lebih bebas dalam malaksanakan tugasnya, tetapi tetap sesuai dengan pedoman
dan syarat yang berlaku.

Kepemilikan apotek rakyat adalah minimal perorangan dan maksimal terdiri dari
kumpulan empat pedagang eceran obat. Untuk apotek rakyat yang terdiri lebih dari 1 pedagang
eceran obat, lokasi dari pedagang eceran obat tersebut disarankan berdampingan, yang
memungkinkan dibawah satu pengelolaan dan juga mempunyai ikatan kerjasama dalam bentuk
badan usaha atau bentuk lainnya. Layaknya apotek umum yang mempunyai seorang apoteker,
pada apotek rakyat juga memiliki apoteker yang dapat dibantu oleh asisten apoteker.

Menurut Menkes, Apotek Rakyat bisa didirikan dengan syarat lebih ringan dari apotek
biasa. Syaratnya memiliki sarana dan prasarana berupa komoditi, lemari obat, lingkungan yang
terjaga kebersihannya dan syarat lain seperti apotek rakyat tidak boleh melakukan peracikan,
mengutamakan obat generik, dilarang menjual obat-obatan narkotika dan psikotropika, dilarang
menyerahkan obat dalam jumlah besar, serta memiliki apoteker sebagai penanggung jawab dan
dapat dibantu oleh asisten apoteker. Selain itu, Apotek rakyat juga harus mendapat ijin dari
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.

Dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses masyarakat dalam memperoleh obat
dan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian perlu dibuka kesempatan pengembangan
Pedagang Eceran Obat menjadi Apotek Rakyat.

Adapun manfaat dan keuntungan apotek rakyat yaitu, apotek rakyat menurut Permenkes
mempermudah rakyat untuk memperoleh obat dengan mudah dan aman. Pendirian apotek rakyat

3
juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari penggunaan obat-obat palsu serta
meningkatkan penertiban peredaran obat-obatan di sentra perdagangan.

Kerugian apotek rakyat yaitu, konsep apoteker pada apotek rakyat adalah “apoteker tidak
diwajibkan selalu berada di apotek”. Secara sederhana, tidak adanya asuhan pelayanan kesehatan
dibawah pengawasan dan control dari pihak tenaga ahli sehingga rakyat kembali dirugikan.
Kerugian lainnya, apotek rakyat terkesan hanya melegalkan praktek penjualan obat yang
dilakukan pada tempat tertentu yang bersifat illegal.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Apotek Rakyat

Berdasarkan "Permenkes No 284/Menkes/Per/III/2007", apotek rakyat adalah sarana


kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian, dimana dilakukan penyerahan obat
dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan. Apotek rakyat didirikan dengan
tujuan untuk meningkatkan dan memperluas akses masyarakat untuk memperoleh obat serta
meningkatkan pelayanan kefarmasian. Oleh karna itu, perlu dibuka kesempatan pengembangan
padagang eceran obat menjadi apotek rakyat. Berbeda dengan apotek umum, apotek rakyat
dalam prakteknya diutamakan melakukan penjualan obat -obat generik, dilarang menjual obat-
obatan narkotika dan psikotropika dan apotek rakyat dilarang menyerahkan dan menjual obat
dalam jumlahbesar.

3.2 Peraturan Menteri Kesehatan tentang Apotek Rakyat

Peraturan Menteri Kesehatan No.248/MENKES/SK/III/2007 tentang Apotek


Rakyat:

Menimbang:

Bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses masyarakat dalam


memperoleh obat dan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian perlu dibuka kesempatan
pengembangan Pedagang Eceran Obat menjadi Apotek Rakyat; a) Bahwa agar apotek dapat
memberikan pelayanan kefarmasian dengan baik maka perlu mengatur pengelolaan Apotek
Rakyat dengan Peraturan Menteri.

Mengingat:

1) Peraturan Pemerintah No.26/1966 Tentang Apotek sebagaimana telah diubah dengan


Pemerintah No.25/1980 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.26/1966
Tentang Apotek.

5
2) Peraturan Pemerintah No.72/1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1998 No.138, Tambahan Negara No. 3781).

3) Permenkes No. 1747/Menkes/Per/XII/2000 tentang Pedoman Penetapan Standar


Pelayanan Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

Dalam peraturan ini yang dimaksud adalah:

Pasal 1:

1. Apotek Rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan


kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan tidak
melakukan peracikan.
2. Apoteker adalah sarjana farmasi yang lulus pendidikan profesi dan telah
mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang
berlakudan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.
3. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
4. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan
untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
5. Resep adalah permintaan tertulis dari dr, drg, drh kepada apoteker untuk
menyediakan obat bagi pasien sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
6. Pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung dalam
pelayanan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
7. Dinas kesehatan adalah Dinas Kesehatan Propinsi, Kabupaten/Kota dimana Apotek
Rakyat berada.

Pasal 2, tentang Apotek Rakyat bertujuan :

Ayat 1 : untuk memberikan pedoman bagi toko obat yang ingin meningkatkan pelayanan
dan stastus usahanya menjadi apotek rakyat.

Ayat 2 : pedoman bagi perorangan atau usaha kecil yang ingin mendirikan apotek rakyat.

Ayat 3 : melindungi masyarakat untuk dapat memperoleh pelayanan kefarmasian yang


baik dan benar.

6
Pasal 3:

1. Setiap orang atau badan usaha dapat mendirikan apotek


2. Apotek Rakyat sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) harus memiliki izin yang
dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
3. Untuk memperoleh izin Apotek Rakyat tidak dipungut biaya.
4. Tata cara memperoleh izin apotek rakyat sebagaimana terlampir dalam lampiran.

Pasal 4:

1. Pedagang eceran obat dapat merubah statusnya menjadi apotek rakyat sepanjang
memnuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan ini.
2. Pedagang eceran obat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat merupakan satu
atau gabungan dan paling banyak empat pedagang eceran obat.
3. Apabila perubahan status dari pedagang eceran obat menjadi apotek rakyat
merupakan gabungan dari beberapa pedagang eceran obat sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat (2).

Pasal 5:

1. Apotek Rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat generic.


2. Apotek Rakyat dilarang menyediakan Narkotika dan Psikotropika, meracik obat dan
menyerahkan obat dalam jumlah besar.

Pasal 6:

1. Setiap apotek rakyat harus memiliki satu apoteker sebagai penanggung jawab dan
dapat dibantu oleh asisten apoteker.
2. Apoteker dan asisten apoteker sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam
melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan standar profesi masing-masing.

Pasal 7:

1. Apotek rakyat harus memnuhi standar persyaratan.


2. Standar dan persyaratan terlampir dalam lampiran peraturan.

7
Pasal 8:

Pembinaan dan pengawasan terhadap apotek rakyat dilakukan oleh Departemen


Kesehatan, Badan POM, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mengikutsertakan organisasi
profesi.

Pasal 9:

1. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan apotek rakyat yang melanggar ketentuan
sebagaimana diatur dalam Permekes ini akan dikenakan tindakan administrative.
2. Tindakan administrative sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dapat berupa:

 Teguran lisan

 Teguran tertulis

 Pencabutan izin

Pasal 10:

1. Pedagang eceran obat yang statusnya sudah berubah menjadi apotek sederhana
dianggap telah menjadi apotek rakyat.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus mengganti izin Apotek sederhana
sebagaimana dimaksud ayat (1) selambat-lambatnya dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan terhitung sejak ditetapkannya peraturan menteri ini tanpa dipungut biaya.

Permenkes No.53 Tahun 2016 mencabut keberadaan Apotek Rakyat.

Permenkes No.53 Tahun 2016 menimbang, bahwa dalam rangka menjamin perlindungan
kepada masyarakat serta untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian, perlu penataan
penyelenggaraan fasilitas pelayanan kefarmasian. Selain itu, Peraturan Menteri Kesehatan
No.248/Menkes/Per/III/2007 tentang apotek rakyat perlu disesuaikan dengan perkembangan dan
kebutuhan hukum. Dengan pertimbangan tersebut maka perlu menetapkan peraturan Menteri
Kesehatan tentang pencabutan Peraturan Menteri Kesehatan No.248/Menkes/Per/III/2017
tentang apotek rakyat. Sehingga, Permenkes No.53 Tahun 2016 memutuskan, bahwa pada
tanggal 18 Oktober 2016 ditetapkan, bahwa Peraturan Menteri Kesehatan
No.284/Menkes/Per/III/2007 tentang Apotek Rakyat, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

8
3.3 Standar Persyaratan Apotek Rakyat
 Ketenagakerjaan

Apotek rakyat harus memiliki seorang apoteker sebagai penanggung jawab dan dapat
dibantu oleh asisten apoteker.

 Sarana dan Prasarana


1. Komoditi,apotek rakyat harus dapat menyimpan dan menyerahkan obat-obatan yang
termasuk golongan keras, obat bebas terbatas, obat bebas, perbekalan kesehatan rumah
tangga.
2. Lemari obat, harus dapat melindungi obat yang tersimpan didalamnya dari pencemaran,
pencurian dan penyalahgunaan.
3. Lingkungan, harus dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat dan memiliki papan
nama yang jelas. Lingkungan apotek rakyat harus dapat dijaga kebersihannya, bebas dari
hewan pengerat, serangga/pest dan memiliki suplau listrik yang cukup untuk
menjalankan kegiatannya serta lemari pendingin jika diperlukan.
4. Kepemilikan sarana, sarana apotek rakyat dapat merupakan milik sendiri/sewa/kontrak.

 Pengelolaan

Pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan sesuai dengan


pengaturan pemerintah terhadap perencanaan, pengadaan, penyimpanan yang diterapkan
serta pengeluaran obat perlu memakai system FIFO (First In First Out), maksudnya obat
yang lebih dulu dibeli atau disimpan pengelola harus lebih dulu dijual atau dikeluarkan.
Aturan lain adalah system FEFO (First Expire First Out), maksudnya obat yang memiliki
masa kadaluarsa lebih awal harus lebih dulu dijual atau dikeluarkan. Dalam memberikan
pelayanan, seorang APA harus lebih dulu melakukan pemeriksaan resep dan sebelum obat
diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian obat dan
resep. Yang termasuk didalam pengelolaan, diantaranya ialah:

1. Perencanaan, pengadaan sediaan farmasi dengan memperhatikan:


- Pola penyakit
- Kemampuan masyarakat

9
- Budaya masyarakat
2. Pengadaan, pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi untuk menjamin
kualitas pelayanan kefarmasian.
3. Penyimpanan, harus dapat mencegah terjadinya kontaminasi, wadah sekurang-
kurangnya memuat No.Bacth dan expire date.
4. Administrasi, pengarsipan resep sesuai peraturan yang berlaku dan pencatatan jumlah
obat dan perbekalan kesehatan yang masuk dan keluar (kartu stock).

 Pelayanan
1. Pelayanan resep
a) Skrining resep
o Persyaratan administrative, mencakup semua informasi dalam resep,
kesesuaian obat dan diagnose penyakit, dosis, jumlah obat, dan cara
pemakaian obat yang jelas.
o Kesesuaian farmasetik, mencakup bentuk sediaan, dosis, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lamanya pemakaian.
o Pertimbangan klinis, mencakup efek samping obat, interaksi obat, dan
kesesuain obat dan resep.
b) Penyiapan obat
o Etiket, harus jelas dan dapat dibaca
o Kemasan obat, harus dapat menjaga kualitas obat.
2. Penyerahan
Harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian obat dan resep sebelum
obat diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat disertai dengan pemberian
informasi obat.

2.4 Tata Cara Memperoleh Izin Apotek Rakyat

Tata cara memperoleh izin apotek rakyat:

 Pemohon izin apotek rakyat diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dengan menggunakan contoh formulir model APR-1

10
 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja
menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Balai Pom untuk
melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.

 Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Balai POM selambat-lambatnya 6 (enam)


hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh
formulir model APR-2

 Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dan 3 tidak dilaksanakan,
apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala
Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh formulir ARP-3

 Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja, setelah diterima laporan hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud angka 3, atau pernyataan dimaksud angka 4, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan izin apotek dengan menggunakan
contoh model formulir APR-4

 Dalam hal hasil pemeriksaan tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai
POM dimaksud angka 3 masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan surat
penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APR-5. Terhadap surat
penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 6, apoteker diberi kesempatan untuk
melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1
(satu) bulan sejak tanggal surat penundaan.

 Terhadap pemohon izin apotek rakyat yang ternyata tidak memnuhi persyaratan, atau
lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari
kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasan-alasannya dengan
menggunakan contoh formulir model APR-6

11
Izin apotek rakyat berlaku untuk seterusnya selama yang bersangkutan masih aktif
melakukan kegiatan pelayanan kefarmasian dan APA (Apoteker Pengelola Apotek) dapat
melakukan pekerjaannya dan sesuai persyaratan.

Contoh Apotek Rakyat

12
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Apotek rakyat merupakan sarana kesehatan tempat dilakukannya pelayanan kefarmasian,


kecuali peracikan dan penjualan atau penyerahan obat dalam jumalah besar. Apotek rakyat
bermanfaat agar masyarakat dapat dengan mudah memperoleh obat dengan mudah, murah,
aman, dan terhindar dari obat-obatan palsu serta illegal.

Peraturan Menteri Lesehatan No.248/Menkes/Per/III/2007 disesuaikan dengan


perkembangan dan kebutuhan hokum. Pembinaan apotek rakyat dilakukan oleh Departemen
Kesehatan, Badan POM, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan mengikutsertakan
organisasi profesi.

4.2 Saran

Diharapkan konsep “apoteker tidak diwajibkan selalu berada di apotek” lebih


diperhatikan. Sehingga, pelayanan kesehatan mendapat pengawasan yang lebih baik dan aman.
Akan lebih baik jika Apoteker Pengelola Apotek (APA) memiliki jadwal tetap dalam
melaksanakan tugasnya, sehingga penyalahgunaan obat dan perbekalan lainnya dapat dicegah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Siswosoediro, Henry S. 2008. Buku Pintar Pengurusan Perizinan dan Dokumen. Penerbit
Visimedia. Jakarta

Spillane, James L. 2010. Ekonomi Farmasi. Penerbit Grasindo. Yogyakarta.

Restiasari, Anggi. 2010. Tesis Kepastian Hukum Apotek Rakyat dan Pekerjaan Kefarmasian.
Semarang.

Anonym. https://www.scribd.com.mobile.doc.Makalah-Apotek-Rakyat diakses tanggal 16-09-


2017-22:15

Anonym. https://eprints.ums.ac.id/12679/2/BAB-I.Pdf diakses tanggal 18-09-2017-21:10

Anonym. https://www.hukor.depkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_284_ttg_Apotek-
Rakyat_Pdf diakses tanggal 18-09-2017-21:47

14

Anda mungkin juga menyukai