Anda di halaman 1dari 4

TUGAS FARMAKOLOGI KLINIK

“SEL MEMBRAN PHOSPOLIPIT”

DISUSUN OLEH :

Wahyu azizah 2001086

DOSEN PENGAMPU :

Dr. apt. Adriani Susanty, M. Sc

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU

PEKANBARU

2022
Pada membran phospolipid dengan bantuan phospolipases menghasilkan asam arachidonic kemudian
denhan bantuan cyxloxygenase terbentuk prostaglandin G2 (PGG2) berubah menjadi prostagclin dan
trombosane A2 (TXA2) yaitu vasokontriksi.

Asam arakhidonat merupakan prekursor dari sejumlah besar mediator inflamasi. Senyawa ini
merupakan mediator inflamasi, senyawa ini merupakan komponen utama lipid seluler dan hanya
terdapat dalam keadaan bebas dengan jumlah kecil yang sebagian besar berada dalam fosfolipid
membran sel. Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan maka enzim fosfolifase
diaktivasi untuk mengubah fosfolipid tersebut menjadi asam arakhidonat, kemudian sebagian diubah
oleh enzim siklooksigenase atau COX dan seterusnya menjadi prostagladin, prostasiklin dan tromboksan.
Bagian lain dari asam arakhidonat diubah oleh enzim lipooksigenase menjadi leukotrin. Siklooksigenase
terdiri dari dua iso enzim, COX 1 dan COX 2. Iso enzim COX 1 terdapat kebanyakan di jaringan seperti
ginjal, paru-paru, platelet dan saluran cerna sedangkan COX 2 tidak terdapat di jaringan, tetapi dibentuk
selama proses peradangan oleh sel-sel radang. Leukotrin yang dibentuk melalui alur lipooksigenase yaitu
LTA4 yang tidak stabil yang kemudian oleh hidrolase diubah menjadi LTB4 atau LTC4, yang terakhir bisa
diubah menjadi LTD4 dan LTE4, selain pada rema, leukotrin juga berperan pada proses peradangan dan
alergi pada asma. Leukotrin dibentuk digranulosit cosinofil dan berkhasiat sebagai vasokonstriksi di
bronkhus dan mukosa lambung. Khusus LTB4 disintesa di makrofag dan bekerja menstimulasi migrasi
leukosit. Mediator-mediator ini dinamakan slow reacting substance of anaphylaxis (SRS-A) (Tjay, 2002).

Obat NSID sedikit berbeda dari golongan steroid, perbedaannya yaitu golongan steroid itu akan
menghambat dijalur phospholipase, jadi ia akan menghambat keduanya (siklooxigenase &
lipooxigenase). Sedangkan untuk NSID lebih spesifik menghambat pada jalur siklooxigenase untuk
menghambat prostaglandin saja yang merupakan mediator inflamasi untuk menyebabkan nyeri dan
peradangan, sehingga lebih fokus pada prostaglandin dan tidak mempegaruhi jalur lipooxigenase.

Contoh obat NSID :

1.Ibuprofen adalah obat yang digunakan untuk meredakan nyeri dan peradangan, misalnya sakit gigi,
nyeri haid, dan radang sendi. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 400 mg, sirup, dan
suntikan.Ibuprofen bekerja dengan cara menghalangi tubuh memproduksi prostaglandin, yaitu senyawa
yang menyebabkan peradangan dan rasa sakit. Sebagai dampaknya, nyeri dan peradangan menjadi
berkurang. Selain mengatasi nyeri dan peradangan, ibuprofen juga digunakan sebagai obat penurun
panas.

2. Naprocen

Golongan : Obat resep

Kategori : Antiinflamasi nonsteroid (OAINS)

Manfaat : Meredakan nyeri, bengkak, dan kemerahan akibat peradangan

Dikonsumsi oleh : Dewasa dan anak-anak usia di atas 5 tahun

Bentuk obat : Kaplet

Naproxen adalah obat untuk mengurangi nyeri, bengkak, dan kemerahan akibat peradangan yang
disebabkan oleh sejumlah kondisi, seperti penyakit asam urat, rheumatoid arthritis, juvenile arthritis,
atau ankylosing spondylitis.

Naproxen bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin. Prostaglandin akan diproduksi saat
tubuh mengalami luka atau cedera serta menyebabkan munculnya tanda dan gejala peradangan,
termasuk nyeri dan bengkak.

3.Diclofenac

Golongan : Obat resep

Kategori : Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)

Manfaat : Mengobati nyeri dan peradangan

Dikonsumsi oleh : Dewasa dan anak-anak

4.Celecoxib

Golongan : Obat resep

Kategori : OAINS jenis COX-2 inhibitor


Manfaat : Meredakan nyeri akibat osteoarthritis, rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, atau
dismenore

Dikonsumsi oleh : Dewasa dan anak-anak usia ≥2 tahun

Dewasa: 200 mg per hari, yang dapat dibagi ke dalam 1–2 jadwal konsumsi. Jika diperlukan, dosis bisa
ditingkatkan hingga 400 mg, 2 kali sehari.

Kondisi: Nyeri akut dan nyeri haid (dismenore)

Dewasa: dosis awal 400 mg, bila perlu bisa diberikan dosis lanjutan 200 mg. Dosis perawatan 200 mg, 2
kali sehari.

Kondisi: Rheumatoid arthritis

Dewasa: 100 atau 200 mg, 2 kali sehari.

Kondisi: Radang sendi pada anak-anak dan remaja (juvenile idiopathic arthritis)

Anak-anak usia ≥2 tahun dengan berat badan 10–25 kg: 50 mg, 2 kali sehari.

Anak-anak usia ≥2 tahun dengan berat badan >25 kg: 100 mg, 2 kali sehari.

Kondisi: Ankylosing spondylitis

Dewasa: 200 mg per hari, yang dapat dibagi ke dalam 1–2 jadwal konsumsi. Dosis bisa ditingkatkan
hingga 400 mg per hari setelah 6 minggu.

Anda mungkin juga menyukai