Pendahuluan
Genetika modern dan embriologi percobaan menjelaskan bahwa
dalam kebanyakan species mamalia (termasuk Manusia), beberapa
perbedaan antara pria dan wanita terutama tergantung pada kromosom
tunggal (Kromosom Y) dan pasangan tunggal struktur endokrin yaitu
testis dalam pria dan Ovarium dalam wanita. Kedua struktur endokrin
ini lebih sering dikenal dengan sel Gonad (Gonad laki laki : Testis dan
gonad perempuan: Ovarium). Organ ini juga menghasilkan hormone
(Ingat perkuliahan sistim endocrine) yang menimbulkan perkembangan
sifat kelamin pria dan wanita. Produksi hormone ini dikendalikan oleh
Gonadotropin pada kelenjar hipofise.
Karena perbedaan dan penyatuan perbedaan kedua jenis kelamin
ini, maka keberhasilan hidup dan keturunan umat manusia tetap
dipertahankan dan berlangsung hingga saat ini. Ada banyak factor yang
berperan serta dan mempengaruhi semuanya ini, baik dari organ
pelengkap pria maupun wanita . Dalam Makalah ini akan membahas
tentang fisiologi reproduksi pada pria dan Wanita.
REPRODUKSI PRIA
Review Of Anatomi Reproduksi Pria
Bladder
Pubis
Rectum
Vesica Prostat
Seminalis
Saluran Anus Vas
Bulbus Penis deferens
Urethra
Epididimis Penis
Glans
penis
Scrotu Preputiu
mr m
Testis
Deskripsi :
Testis ; Organ kelamin Laki Laki tempat spermatozoa dibentuk dan hormone
testosterone dihasilkan. Testis berkembang dalam rongga perut sewaktu janin
dan turun melalui saluran inguinal kanan dan kiri ke dalam skrotum menjelang
akhir kehamilan. Terletak oblik menggantung pada urat urat spermatic
didalam scrotum. Terdiri dari 9000 lilitan tubulus seminiferus yang masing
masing mempunyai panjang sekitar meter.
Preputium : Kulit Pembungkus glans penis (Sunatan : pelepasan sama sekali ata
sebagian preputium)
Glans penis : Kepala Zakar, ada lubang dibagian tengahnya (Urethra).
Penis (Zakar) : Terdiri atas jaringan seperti busa dan memanjang dari glans penis,
tempat muara urethra.
Vas deferens : Saluran yang melalui bagian bawah epididimus. Naik dibelakang
testis, masuk ke funikulus spermatikus dan mencapai rongga abdomen melalui
Akrosom
Membran Permukaan
Selubung Kepala Anterior
Vakuola
Mitokondria
FUNGSI TESTOSTERON
Pada umumnya, testosterone bertanggungjawab untuk membedakan
sifat maskulinisasi tubuh. Testis dirangsang oleh gonadotropin karionik
plaseta untuk menghasiklan sedikit testosterone waktu kehidupan fetal,
tapi pada hakekatnya, tidak ada testosterone yang dihasilkan waktu
anak-anak sampai umur kira-kira 10-13 tahun.kemudian pembentukan
testosterone meningkat cepat pada permulaan pubertas dan
berlangsung hamper seluruh kehidupan, berkurang cepat sekitar
setelah usia 40 tahun sampai mungki9n menjadi satu perlima nilai
puncak menjelang 80 tahun.
Fungsi testosterone waktu perkembangan fetus. Testosterone mulai
dikeluarkan oleh pria sekitar bulan kedua kehidupan embrional. Tentu
saja ahli embriologi yakin bahwa perbedaan funfsional utama antara
kromosom seks pria dan wanita adalah bahwa kromosom pria
menyebabkan rigi-rigi genital yang baru berkembang mengsekresi
testosterone, sedangkan kromosom wanita menyebabkan rigi-rigi ini
mengsekresi estrogen.penyuntikan hormone seks pria dalam jumlah
besar ke binatang yang hamil menyebabkan perkembangan organ seks
jantan walaupun fetus tersebut betina. Juga pembuangan testis fetus
pada fetus jantan menyebabkan perkembangan organ seks betina.oleh
karena itu ada atau tidak adanya testosterone pada fetus merpakan
factor yang menentukan perkembangan sifat dan organ genitalia pria
atau wanita.yaitu testosterone yang disekresi oleh ridge genitalia dan
perkembangan selanjutnya testis bertanggungjawab akan
perkembangan sifat kelamin pria, termasuk pertumbuhan penis dan
skrotum bukan pembentukan klitoris dan vagina. Juga, testosterone
menyebabkan perkembangan kelenjar prostate, vesika seminalis, dan
saluran genital pria, sedangkan pada saat yang sama menekan
pembentukan organ genitalia wanita.
Efek pada desensus testis. Tyestis biasanya mengalami densesus
masuk skrotum selama dua bulan terakhir kehamilan, waktu testis
menyekresi testosteron dalam jumlah yang cukup. Bila anak lelaki
dilahirkan dengan testis yang tidak mengalami desensus, pemberian
testoteron menyebabkan testis mengalami desensus dengan cara yang
biasa bila kanalis inguinalis cukup besar untuk dilalui testis. Atau,
pemberian hormon gonadotropin, yang merangtsang sel intersial testis
menghasilkan testoteron, juga myebabkan desensus testis. Jadi
rangsangan untuk desensus testis adalah testoteron, menunjukan sekali
lagi bahwa testoteron mungkin merupakan hormone yang penting untuk
perkembangan seks pria selama kehidupan fetal.
Efek Testoteron pada Perkembangan Sifat Seksual Primer dan
Sekunder Dewasa. Sekresi testoteron setelah pubertas menyebabkan
penis, skrotum dan testis semuanya membesar beberapa kali sampai
sekitar usia 20 tahun. Selain itu testoteron menyebabkann sifat
seksual sekunder pria berkembang pada saat yang sama, mulai pada
pubertas dan berakhir waktu dewasa. Sifat seksual sekunder ini, selain
organ seksual itu sendiri, membedakan pria dan wanita sebagai berikut :
Distribusi Rambut Tubuh. Testoteron menyebabkan pertumbuhan
rambut ( 1 ) di atas pubis, ( 2 ) pada wajah, (3) biasanya pada dada dan
(4) lebih jarang pada daerah tubuh lain, seperti punggung. Testoteron
juga menyebabkan rambut pada sel bagian besar tubuh lain menjadi
lebih subur.
Botak. Testoteron mengurangi pertumbuhan rambut pada puncak
kepala; pria yang tidak mempunyai testis yang berfungsi tidak menjadi
botak. Akan tetapi, banyak pria virilisme tidak pernah botak, karena
botak merupakan akibat dari dua factor: pertama, dasar
genetikperkembangan botak dan kedua, tumpang tindih pada dasar
genetic ini, jumlah hormone androgen yang banyak. Wanita yang
mempunyai dasar genetic yang cocok dan yang menderita tumor
androgenic yang berlangsung lama menjadi botak dengan cara yang
sama seperti pria
Efek pada Suara. Testoteron yang disekresi testis atau yang
disuntikan pada tubuh menyebabkan hipertrofi mukosa laring dan
pembesaran laring. Efek ini menyebabkan mula mula suara menjadi
relative sumbang seperti pecah , tetapi hal ini lambat laun berubah
menjadi suara bass yang khas untuk pria.
Efek pada Kulit. Testoteron meningkatkan tebal kulit pada seluruh
tubuh dan menignkatkan kekasaran jaringan sub kutis.
Efek pada Pembentukan Protein dan Perkembangan Otot. Salah satu
sifat pria yang terpenting adalah perkembangan peningkatan otot
setelah pubertas. Hal ini dihubungkan dengan peningkatan protein pada
bagian tubuh lainnya. Banyak perubahan pada kulit juga disebabkan
karena pengendapan protein pada kulit, dan perubahan pada suara
mungkin sekurang kurangnya sebagian, akibat fungsi anabolic protein
dari testoteron.
Testoteron sering dianggap merupakan hormone remaja karena
efeknya pada otot otot, dan kadang kadang digunakan untuk
pengobatan pada orang yang perkembangan ototnya jelek.
Efek pada Pertumbuhan Tulang dan Retensi Kalsium. Setelah
pubeertas atau setelah penyuntikan testosteron jangka lama, tulang
tumbuh sangat tebal dan juga mengendapkan banyak garam garam
kalsium. Jadi testosterone meningkatkan jumlah total matriks tulang,
dan juga menyebabkan retensi kalsium. Peningkatan matriks tulang
diduga akibat dari fungsi anabolic umum testosteron pada protein.
Bila testosterone (atau androgen lain ) disekresi dalam jumlah
besarpada anak yang sedang tumbuh, kecepatan pertumbuhan tulang
meningkat nyata, menyebabkan percepatan peertumbuhan tubuh
seluruhnya juga. Akan tetapi, testoteron juga menyebabkan epifisis
tulang bersatu dengan batang tulang dengan usia yang lebih muda.
Oleh karena itu, walaupun peertumbuhan cepat, persatuan epifisis ini
mencegah orang tumbuh setinggi seperti pertumbuhan yang akan
terjadi bila testosterone tidak disekresi sama sekali. Meskipun pada pria
normal, tinggi dewasa akhir sedikit kurang daripada yang diperoleh
seseorang yang telah dilakukan kastrasi sebelum pubertas.
Eek pada Sel Darah Merah. Rata rata pria mempunyai 700.000 sel
darah merah per milliliter kubik daripada rata rata wanita. Akan tetapi,
perbedaan ini mungkin sebagian akibat peningkatan laju metabolisme
setelah pemberian testosterone bukan efek langsung testosterone pada
pembentukan sel darah merah.
Periode Fertil Setiap Siklus seksual. Ovum tetap dapat hidup dan
mampu dibuahi setelah ia dikeluarkan dari ovarium mungkin tidak lebih
dari 24 jam. Oleh karena itu, sperma harus ada segera setelah ovulasi
agar vertilisasi dapat berlangsung. Sebaliknya, beberapa sperma dapat
tetap hidup pada saluran reproduksi wanita sampai 72 jam, walaupun
bagian terbesar tak lebih dari 24 jam. Oleh karena itu, agar fertilisasi
dapat terjadi, hubungan seksual biasanya harus terjadi antara satu hari
sebelum ovulasi sampai satu hari setelah ovulasi.
Metode kontrasepsi berirama, salah satu cara kontrasepsi yang
sering digunakan adalahmenghindari hubungan seksual dekat saat
ovulasi. Kesukaran dengan cara kontrasepsi ini adalah tidak mungkin
meramalkan waktu ovulasiyang tepaqt. Namun interval dari ovulasi
sampai munculnya menstruasi berikutnya hamper selalu antara 13-15
hari dengan kata lain, bila periodisitas siklus menstruasi berikutnya
adalah 28 hari, ovulasi biasanya terjadi dalam hari ke 14 siklus
haid.sebaliknya bila siklus periodisitas haid adalah 40 hari,ovulasi
biasanya terjadi dalam satu hari dari hari ke 26 siklus haid. Sehingga jika
periodisitas siklus haid 21 hari, biasanya ovulasi terjadi dalam satu hari
dari hari ke 7 siklus haid. Oleh karena itu biasanya dikemukakan bahwa
menghindari dalam 4 hari sebelum dan 3 hari sesudah ovulasi yang
dihitung mencegah konsepsi.cara kontrasepsi seperti ini hanya dapat
digunakan bila periodisitas siklus menstruasi teratur, karena bila tidak,
tidak mungkin menentukan timbulnya menstruasi yang akan dating .
sehingga tidak mungkin menetukan hari ovulasi.
Penekanan hormonal pada fertilitas pil. Telah lama diketahui
bahwa pemberian estrogen atau progesterone, dalam jumlah mencukupi
dapat menhambat ovulasi. Walaupun mekanisme tepat efek i ni belum
jelas, telah diketahui bahwa adanya salah satu atau kedua hormone
tersebut dalam jumlah mencukupi, maka hipotalamus tidak dapat
mengekskresi gelora LH-releasing factor yang normal dan prodik
perangsannya LH, yang biasanya terjadi sekitar 13 hari setelah mulainya
siklus seksual bulanan. Dari pembicaraan fenomena ini pada permulaan
bab ini, diingatkan kembali bahwa gelora LH penting untuk
menimbulkan ovulasi.
Masalah pada meremcanakan cara penekanan hormonal pada ovulasi
telah mengembangkan kombinasi yang sesuai antara estyrogen dan
progesterone yang akan menekan ovulasi tapi tidak akan menimbulkan
efek-efek yang tidak diinginkan oleh kedua hormone. Misalnya terlau
banyak salah satunya dapat menyebabkan kelainan pasda pola
perdarahan menstruasai. Akan tetapi mengguanakan progrestin sintetik
dalam menggantikan progesterone, khususnya 19 non steroid, disertai
dengan estrogren biasanya akan mencegah ovulasi dan memungkinkan
memberikan pola menstruasi yang hamper normal. Oleh karena itu,
hamper semua pil yang digunakan untuk mengatur fertilitas terdiri
dari beberapa gabungan estrogen sintetik dan progestin sintetik. Alas
an utama untuk menggunakan estrogen sintetik dan progestin sintetik
adalah bahwa hormone hormone alamiah hamper seluruhnya dirusak
oleh hati segera setelah mereka diabsorpsi dari saluran pencernaan
masuk sirkulasi portal. Tetapi banyak pencernaan masuk sirkulasi portal.
Tetapi banyak hormon sintetik dapat tahan terhadapa kecenderungan
destruktif hati ini, jadi memungkinkan pemberian oral.
Pengobatan biasanya dimulai pada stadium permulaan siklus seksual
wanita dan diteruskan sampai melewati saat ovulasi yang normal
diperkirakan akan terjadi. Kemudian dihentikan menjelang akhir siklus,
memungkinkan menstruasi terjadi dan siklus baru timbul lagi.
Paduan oral kontrasepsi juga telah dirancang dengan menggunakan
ekstrrogen dan progesteron dosis sangat rendah. Dalam hal ini sering
terjadi ovulasi, tetapi efek lain yang mencegah konsepsi. Efek ini adalah
1. waktu transport yang abnormal melalui tuba falopi ( waktu yang
biasanya dibutuhkan hampir pasti 3 hari ) sehingga implintasi tidak akan
terjadi ; 2. perkembangan abnormal endometrium sehingga
endometrium tidak menyokong ovum yang telah dibuahi; 3. sifat
mukoserviks yang abnormal, membuat ia mematikan sperma atau
dengan cara lain mematikan sperma ke dalam uterus; 4. kontraksi
abnormal tuba fallopi dan otot uterus sehingga ovum akan dikeluarkan
bukan mengalami implantasi .
Anovulasi dan Sterilitas Wanita. Sekitar satu dari setiap enam sampai
sepuluh pasangan adalah invertil; sekitar 60 prosen invertilitas ini
disebabkan karena sterilitas pada wanita.
Kadang-kadang, tidak ada kelainan apapun dapat ditemukan pada
organ genitalia wanita, pada keadaan harus dianggap bahwa invertilitas
disebabkan karena fun gsi fisiologis sistim gemitalia ya ng abnormal
atau kelainan perkembangan genetic dari ovum sendiri.
Akan tetapi, sejauh ini mungkin penyebab tersering sterilitas pada
wanita adalah kegagalan ovulasi. Hal ini dapat akibat hiposekresi
hormone gonadotropin, pada kasus ini intensitas perangsangan
hormonal tidak cukup menyebabkan ovulasi, atau dapat diakibatkan dari
kelainan ovaraium yang tidak memungkinkan terjadinya ovulasi.
Misalnya, kapsula yang tebal terkadang terdapat pada bagian ovarium
yang menghalangi ovulasi.
Tidakm ada ovulasi yang disebabkan oleh hilabgnya hiposekresi
hormon gonadotropin hipogfisis dapat diobati dengan pemberian
gonatropik kronik manusia, suatu hormone yang akan dibicarakan pada
bab berikutnya dan yang kan diekstrak dari plasent a manusia. Homon
ini, walau diekskresi oleh plesenta, mempunyai efek yang hamper sama
seperti hormoon luteinasi dan karena itu merupakan perangsang ovulasi
yang kuat. Tetapi pemakaian hormone ini secara berlebihan dapat
menyebabkan ovulasi banyak folikel secara stimulant: dan hal ini dapat
menyebabkan kelainan ganda. Sebanyak enam anak terlah dilahirkan
oleh ibu yang diobati dengan hormone ini untuk infet6ilitas.