Anda di halaman 1dari 18

FISIOLOGI RESPRODUKSI MANUSIA

Oleh : Simon Sani Kleden, SKep, NS

Pendahuluan
Genetika modern dan embriologi percobaan menjelaskan bahwa
dalam kebanyakan species mamalia (termasuk Manusia), beberapa
perbedaan antara pria dan wanita terutama tergantung pada kromosom
tunggal (Kromosom Y) dan pasangan tunggal struktur endokrin yaitu
testis dalam pria dan Ovarium dalam wanita. Kedua struktur endokrin
ini lebih sering dikenal dengan sel Gonad (Gonad laki laki : Testis dan
gonad perempuan: Ovarium). Organ ini juga menghasilkan hormone
(Ingat perkuliahan sistim endocrine) yang menimbulkan perkembangan
sifat kelamin pria dan wanita. Produksi hormone ini dikendalikan oleh
Gonadotropin pada kelenjar hipofise.
Karena perbedaan dan penyatuan perbedaan kedua jenis kelamin
ini, maka keberhasilan hidup dan keturunan umat manusia tetap
dipertahankan dan berlangsung hingga saat ini. Ada banyak factor yang
berperan serta dan mempengaruhi semuanya ini, baik dari organ
pelengkap pria maupun wanita . Dalam Makalah ini akan membahas
tentang fisiologi reproduksi pada pria dan Wanita.
REPRODUKSI PRIA
Review Of Anatomi Reproduksi Pria

Bladder

Pubis
Rectum
Vesica Prostat
Seminalis
Saluran Anus Vas
Bulbus Penis deferens
Urethra

Epididimis Penis
Glans
penis
Scrotu Preputiu
mr m
Testis

Deskripsi :
Testis ; Organ kelamin Laki Laki tempat spermatozoa dibentuk dan hormone
testosterone dihasilkan. Testis berkembang dalam rongga perut sewaktu janin
dan turun melalui saluran inguinal kanan dan kiri ke dalam skrotum menjelang
akhir kehamilan. Terletak oblik menggantung pada urat urat spermatic
didalam scrotum. Terdiri dari 9000 lilitan tubulus seminiferus yang masing
masing mempunyai panjang sekitar meter.
Preputium : Kulit Pembungkus glans penis (Sunatan : pelepasan sama sekali ata
sebagian preputium)
Glans penis : Kepala Zakar, ada lubang dibagian tengahnya (Urethra).
Penis (Zakar) : Terdiri atas jaringan seperti busa dan memanjang dari glans penis,
tempat muara urethra.
Vas deferens : Saluran yang melalui bagian bawah epididimus. Naik dibelakang
testis, masuk ke funikulus spermatikus dan mencapai rongga abdomen melalui

saluran inguinal, dan akhirnya berjalan masuk ke dalam pelvis.


Spermatogenesis :
Rangkaian perkembangan sel spermatogonia dari epitel tubulis
seminiferus yang mengadakan proliferasi dan selanjutnya berubah
menjadi spermatozoa yang bebas. Terjadi dalam tubulus seminiferus
selama kehidupan seks aktif, mulai rata rata pada usia 13 tahun,
akibat perangsangan hormone gonadotropin adenohipofise. Terdiri tiga
tahap : spermatositogenesis, meiosis dan spermiogenesis. Ketiga tahap
ini berlangsung sekitar 75 hari.
Spermatositogenesis Pembelahan spermatogonia agar tetap tersedia
sel yang akan berkembang menjadi spermatosit
primer. (Tahap I )
Meiosis Merupakan rangkaian dua peristiwa pembelahan
untuk mengurangi jumlah kromosom dari diploid
menjadi haploid yang menghasilkan spermatid.
(Tahap II)
Spermiogenesis Merupakan peristiwa perkembangan dan perubahan
dari spermatid menjadi spermatozoa yang dilepas
kedalam lumen tubulus seminiferus. Saat ini
spermatozoa masih non motil. (Tahap III)

Proses pembentukan Sperma :


Pada tubulus seminiferus terdapat sel epitel germinal yang disebut :
Sprematogonia. Spermatogonia ini membelah diri dan akhirinya
membentuk spermatosit primer (pre kursor sperma). Spermatosit primer
ini membelah diri membentuk dua buar spermatosit sekunder yang
selanjutnya membelah diri menjadi empat buah spermatid. Dalam
beberapa minggu spermatid ini berkembang menjadi spermatozoa.
Perubahan spermatid menjadi spermatozoa dengan cara :
1. Menghilangkan beberapa sitoplasmanya.
2. Reorganisasi benda benda kromatin pada intinya untuk
membentuk kepala
3. Mengumpulkan sisa sisa sitoplasma dan memberan sel pada
salah satu ujung sel untuk membentu ekor.

Pada tahap II spermatogenesis (Meiosis) terjadi pembelahan sel yang


spesifik dimana 23 pasang kromososm tidak dibentuk kembali tetapi
hanya memisahkan diri . 23 kromosom yang tidak berpasangan ini akan
masuk kedalam spermatosit sekunder. Dan Proses ini akan terjadi terus
mmenerus. Oleh karena itu setiap spermatid terdiri dari 23 kromosom
yang tidak berpasangan, sehingga setiap sperma yang matur hanya
membawa kromosom yang tidak berpasangan.
Kromosom seks :
Dalam spermatogonium terdapat 23 pasang kromosom yang
mengandung informasi genetic penentu jenis kelamin anak. Pada
pasangan ini terdapat satu kromosom X (kromosom wanita) dan satu
kromosom Y (kromosom laki laki) . Pada proses meiosis, kromosom
seks ini membelah diantara spermatosit sekunder, sehingga setengah
setengah dari sperma menjadi sperma pria (kromososm Y) dan
setenganya menjadi sperma wanita (Kromosom X). Jenis kelamin Anak
akan ditentukan oleh kedua Jenis sperma ini.

Akrosom
Membran Permukaan
Selubung Kepala Anterior
Vakuola

Selubung Kepala Posterior Leher


Korpus

Mitokondria

Bagian Utama Ekor

Bagian ujung ekor

TINDAKAN SEKSUAL PRIA


RANGSANGAN SARAF UNTUK MELAKSANAKAN TINDAKAN SEKSUAL
PRIA.
Isyarat saraf terpenting untuk memulai tindak seksual pria berasal
dari glans penis, karena glans penis mengandung organ akhir sensoris
yang sangat rapi, yang menghantarkan ke susunan saraf pusat suatu
modalitas kesan khusus yang dinamakan kesan seksual. Kerja pemijitan
glans waktu hubungan kelamin merangsang organ akhir sensorik, dan
kesan seksual selanjutnya dihantarkan melalui nervus pundendus,
kemudian ke pleksus sakralis masuk bagian sacral medulla spinalis., dan
akhirnya berjalan ke atas melalui medulla spinalis menuju ke daerah
serebrum yang belum jelas. Impuls juga dapat masuk medulla spinalis
dari daerah daerah yang berdekatan dengan penis untuk membantu
merangsang tindakan seksual. Misalnya perangsangan epitel anus,
skrotum, dan struktur perineum umumnya semua dapat mengirimkan
impuls kedalam medulla spinalis yang menambah kesan seksual. Kesan
seksual malahan dapat berasal dari struktur interna, seperti
perangsangan daerah uretra, kandung kemih, prostate, vesika seminalis,
testis dan vas deferens. Tentu saja salah satu penyebab dorongan
seksual mungkin oleh pengisian berlebihan organ seksual dengan
secret. Infeksi dan peradangan organ seksual ini kadang-kadang hampir
selalu menyebabkan hasrat seksual yang terus menerus, dan obat
ofrodisiak seperti kantarid, meningkatkan hasrat seksusl dengan
mengiritasi mukosa kandung kemih uratra.
Unsur psikis perangsangan seksual pria. Rangsangan psikis yang
sesuai dapat sangat meningkatkan kemampuan seseorang untuk
melakukan tindakan seksual. Memikirkan gagasan seksual atau
malahan mimpi sedang melakukan hubungan seksual dapat
menyebabkan terjadinya tindakan seksual pria dan mencapai
puncaknya pada ejakulasi. Tentu saja emisi noturna waktu mimpi
terjadi pada banyak pria selama beberapa stadium kehidupan seksual,
khususnya selama usia belasan tahun.
Integrasi Tindakan Seksual Pria pada Medulla Spinalis. Walaupun
factor psikis biasanya memegang peranan penting pada tindakan
seksual pria dan jelas dapat memulainya, serebrum mungkin tidak
diperlukan secara absolute untuk pelaksanaannya, karena
perangsangan genitalia yang cocok dapat menyebabkan ejakulasi
pada beberapa binatang dan kadang-kadang pada manusia yang
medula spinalisnya telah dipotong di atas daerah lumbal. Oleh kerena
itu, tindakan seksual pria akibat dari mekanisme refleks yang
terintegrasi pada daerah sakral dan lumbal medula spinalis, dan
mekanisme ini dapat diaktifkan oleh rangsangan psikis atau
rangsangan seksual yang sebenarnya.

STADIUM-STADIUM TINDAKAN SEKSUAL PRIA

Ereksi. Ereksi merupakan efek pertama perangsangan seksual pria,


dan derajat ereksi sebanding dengan derajat perangsangan, baik oleh
psikis atau fisik.
Ereksi disebabkan oleh impuls parasimpatis yang berjalan dari
bagian sakral medulla spinalis ke penis. Impuls parasimpatis ini
melebarkan arteri penis dan mungkin serentak menyebabkan kontriksi
pada vena-vena, jadi memungkinkan darah arteri mengalir dengan
tekanan tinggi masuk ke jaringan erektil penis, yang di lukiskan pada
gambar 54-4. Jaringan erektil ini terdiri dari sinosoidvenosus
kavernosus yang besar, yang dalam keadaan normal relative kosong
tetapi akan sangat melebar bila darah arteri mengalir masuk dengan
tekanan. Juga, badan erektil dikelilingi oleh selubung fibrosa yang kuat;
oleh karena itu tekanan tinggi dalam sinusoid menyebabkan
pengembangan jaringan erektil sedemikian rupa sehingga penis
menjadi keras dan memanjang.
Pelumasan. Selama perangsangan seksual, impuls parasimpatis,
selain meningkatkan ereksi, menyebabkan kelenjar Littre dan kelenjar
bulbouretralis menyekresi mucus. Jadi, mukus mengalir melalui uretra
waktu hubungan kelamin untuk membantu melumasi koitus. Akan
tetapi, sebagian besar pelumasan koitus di lakukan oleh organ seksual
wanita bukan oleh organ seksual pria. Tanpa pelumasan yang
memuaskan, tindakan seksual pria jarang berhasil karena hubungan
seksual yang tanpa pelumasan menyebabkan impuls nyeri yang
menghambat kesan seksual, bukan meningkatkan kesan seksual.
Emisi dan Ejakulasi. Emisi dan ejakulasi merupakan puncak tindakan
seksual pria.Bila rangsangan seksual menjadi sangat kuat, pusat-pusat
refleks medula spinalis mulai memancarkan impuls simpatis yang
meninggalkan medulla spinalis pada L-1 dan L-2 dan menuju ke organ
genitalia untuk memulai emisi, yang merupakan pendahuluan
ejakulasi.
Emisi diduga di mulai dengan kontraksi epidinamis, vas deferen,
dan ampula untuk menyebabkan pendorongan sperma masuk uretra
interna. Kemudian, kontraksi pada vesika seminalis dan cairan vesika
seminalis dan cairan prostat, mendorong sperma kedepan. Semua
cairan ini bercampur dengan mukus yang telah disekresi oleh kelenjar
bulbouretralis untuk membentuk semen. Proses sampai di sini
dinamakan emisi.
Pengisian uretra interna kemudian menimbulkan isyarat yang di
hantarkan ke daerah sakral medulla spinalis. Selanjutnya, impuls saraf
berirama dikirim dari medula spinalis ke otot-otot rangka yang meliputi
basis jaringan erektil, menyebabkan peningkatan tekanan berirama
yang seperti gelombang pada jaringantersebut, yang
mengejakulasikan semen dari uretra ke luar. Ini adalah proses
ejakulasi.

TESTOSTERON DAN HORMON SEKS PRIA LAINNYA


Sekresi Testoteron oleh Sel Interstisial Testis. Testis mensekresikan
beberapa hormon seks pria yang bersama-sama dinamai androgen.
Tetapi, salah diantaranya, testoteron, jauh lebih banyak dan kuat dari
pada lainnya serta dapat dianggap merupakan satu hormone
bermakna yang bertanggung jawab akan efek hormonal pria.
Testoteron, dibentuk oleh sel interstisial Leydig yang terletak pada
interstisial antara tubulus semi niferus seperti dilukiskan dalam
gambar 54-5 dan membentuk sekiyar 20 persen massa testis
dewasa .Sel-sel interstisial testis pada anak-anak tidak banyak, tetapi
banyak pada bayi pria yang baru lahir dan pada pria dewasa
setelah pubertas. Pada kedua waktu tersebut testis menyekresi banyak
testosterone. Selanjutnya, bila timbul tumor dari sel interstisial Leydig,
maka testosterone disekresikan dalam jumblah besar sekali . Akhirnya,
bila epitel germinativum testis dirusak oleh pengobatan sinar x atau
oleh panas yang berlebihan, sel interstisial yang lebih sukar
dihancurkan tetap menghasilkan testosterone.
Sekresi Androgen disuatu tempat dalam tubuh. Istilah
androgendigunakan sinonim dengan istilah ormon seks pria, tapi
androgen juga termasuk hormone seks priayang dihasilkan dalam
tubuh selain testis. Misalnya kelenjar adrenal menyekresi paling sedikit
lima androgen, walaupunaktivitas total maskulinisasi dari semua
androgen ini dalam keadaan normal demikian kecil sehingga mereka
tidak menyebabkan sifat maskulinasi yang bernmakna., meskipun
pada wanita. Tetapi bila menghasilkan tumor adrenal yang
menghasilkan endrogen, jumlah hormon androgen dapat menjadi
cukup besar untuk menjadi cukup besar untuk menyebabkan semua
sifat seksual sekunder pria yang biasa.
Kimia testosteron. Semua androgen merupakan senyawa steroid,
seperti dilukiskan oleh rumus bangun pada gambar 54-6, untuk
testoteron. Dalam testis dan adrenal androgen dapat disintetis dari
kolesterol atau langsung dari asetil ko ensim A.
Metabolisme testoteron. Setelah disekresi oleh testis, sebagian
besar testosterone berikatan longgar dengan dengan protein plasma.,
beredar dalam darah tidak lebih dari 15-30 menit sebelum ia diikat
pada jaringan atau didegradasi menjadi bentuk tak aktiv dan kemudian
disekresi.
Sebagian testoteron yang terikat pada jaringan diubah dalam sel
menjadi dihidrotestostero ; dalam bentuk ini testosterone melakukan
banyak fungsi intraselnya.
Degradasi dan ekskresi testosterone. Testosterone yang tidak
terikat pada jaringan akan dengan cepat diubah terutama oleh hati,
menjadi androsteron dan dehidroepiandosteron dengan serentak
berkonyugasi sebagai glukuronida atau sulfat (khususnya glukuronida).
Konjugasi ini diekskresi dalam usus melalui empedu atau ke dalam
urina.

FUNGSI TESTOSTERON
Pada umumnya, testosterone bertanggungjawab untuk membedakan
sifat maskulinisasi tubuh. Testis dirangsang oleh gonadotropin karionik
plaseta untuk menghasiklan sedikit testosterone waktu kehidupan fetal,
tapi pada hakekatnya, tidak ada testosterone yang dihasilkan waktu
anak-anak sampai umur kira-kira 10-13 tahun.kemudian pembentukan
testosterone meningkat cepat pada permulaan pubertas dan
berlangsung hamper seluruh kehidupan, berkurang cepat sekitar
setelah usia 40 tahun sampai mungki9n menjadi satu perlima nilai
puncak menjelang 80 tahun.
Fungsi testosterone waktu perkembangan fetus. Testosterone mulai
dikeluarkan oleh pria sekitar bulan kedua kehidupan embrional. Tentu
saja ahli embriologi yakin bahwa perbedaan funfsional utama antara
kromosom seks pria dan wanita adalah bahwa kromosom pria
menyebabkan rigi-rigi genital yang baru berkembang mengsekresi
testosterone, sedangkan kromosom wanita menyebabkan rigi-rigi ini
mengsekresi estrogen.penyuntikan hormone seks pria dalam jumlah
besar ke binatang yang hamil menyebabkan perkembangan organ seks
jantan walaupun fetus tersebut betina. Juga pembuangan testis fetus
pada fetus jantan menyebabkan perkembangan organ seks betina.oleh
karena itu ada atau tidak adanya testosterone pada fetus merpakan
factor yang menentukan perkembangan sifat dan organ genitalia pria
atau wanita.yaitu testosterone yang disekresi oleh ridge genitalia dan
perkembangan selanjutnya testis bertanggungjawab akan
perkembangan sifat kelamin pria, termasuk pertumbuhan penis dan
skrotum bukan pembentukan klitoris dan vagina. Juga, testosterone
menyebabkan perkembangan kelenjar prostate, vesika seminalis, dan
saluran genital pria, sedangkan pada saat yang sama menekan
pembentukan organ genitalia wanita.
Efek pada desensus testis. Tyestis biasanya mengalami densesus
masuk skrotum selama dua bulan terakhir kehamilan, waktu testis
menyekresi testosteron dalam jumlah yang cukup. Bila anak lelaki
dilahirkan dengan testis yang tidak mengalami desensus, pemberian
testoteron menyebabkan testis mengalami desensus dengan cara yang
biasa bila kanalis inguinalis cukup besar untuk dilalui testis. Atau,
pemberian hormon gonadotropin, yang merangtsang sel intersial testis
menghasilkan testoteron, juga myebabkan desensus testis. Jadi
rangsangan untuk desensus testis adalah testoteron, menunjukan sekali
lagi bahwa testoteron mungkin merupakan hormone yang penting untuk
perkembangan seks pria selama kehidupan fetal.
Efek Testoteron pada Perkembangan Sifat Seksual Primer dan
Sekunder Dewasa. Sekresi testoteron setelah pubertas menyebabkan
penis, skrotum dan testis semuanya membesar beberapa kali sampai
sekitar usia 20 tahun. Selain itu testoteron menyebabkann sifat
seksual sekunder pria berkembang pada saat yang sama, mulai pada
pubertas dan berakhir waktu dewasa. Sifat seksual sekunder ini, selain
organ seksual itu sendiri, membedakan pria dan wanita sebagai berikut :
Distribusi Rambut Tubuh. Testoteron menyebabkan pertumbuhan
rambut ( 1 ) di atas pubis, ( 2 ) pada wajah, (3) biasanya pada dada dan
(4) lebih jarang pada daerah tubuh lain, seperti punggung. Testoteron
juga menyebabkan rambut pada sel bagian besar tubuh lain menjadi
lebih subur.
Botak. Testoteron mengurangi pertumbuhan rambut pada puncak
kepala; pria yang tidak mempunyai testis yang berfungsi tidak menjadi
botak. Akan tetapi, banyak pria virilisme tidak pernah botak, karena
botak merupakan akibat dari dua factor: pertama, dasar
genetikperkembangan botak dan kedua, tumpang tindih pada dasar
genetic ini, jumlah hormone androgen yang banyak. Wanita yang
mempunyai dasar genetic yang cocok dan yang menderita tumor
androgenic yang berlangsung lama menjadi botak dengan cara yang
sama seperti pria
Efek pada Suara. Testoteron yang disekresi testis atau yang
disuntikan pada tubuh menyebabkan hipertrofi mukosa laring dan
pembesaran laring. Efek ini menyebabkan mula mula suara menjadi
relative sumbang seperti pecah , tetapi hal ini lambat laun berubah
menjadi suara bass yang khas untuk pria.
Efek pada Kulit. Testoteron meningkatkan tebal kulit pada seluruh
tubuh dan menignkatkan kekasaran jaringan sub kutis.
Efek pada Pembentukan Protein dan Perkembangan Otot. Salah satu
sifat pria yang terpenting adalah perkembangan peningkatan otot
setelah pubertas. Hal ini dihubungkan dengan peningkatan protein pada
bagian tubuh lainnya. Banyak perubahan pada kulit juga disebabkan
karena pengendapan protein pada kulit, dan perubahan pada suara
mungkin sekurang kurangnya sebagian, akibat fungsi anabolic protein
dari testoteron.
Testoteron sering dianggap merupakan hormone remaja karena
efeknya pada otot otot, dan kadang kadang digunakan untuk
pengobatan pada orang yang perkembangan ototnya jelek.
Efek pada Pertumbuhan Tulang dan Retensi Kalsium. Setelah
pubeertas atau setelah penyuntikan testosteron jangka lama, tulang
tumbuh sangat tebal dan juga mengendapkan banyak garam garam
kalsium. Jadi testosterone meningkatkan jumlah total matriks tulang,
dan juga menyebabkan retensi kalsium. Peningkatan matriks tulang
diduga akibat dari fungsi anabolic umum testosteron pada protein.
Bila testosterone (atau androgen lain ) disekresi dalam jumlah
besarpada anak yang sedang tumbuh, kecepatan pertumbuhan tulang
meningkat nyata, menyebabkan percepatan peertumbuhan tubuh
seluruhnya juga. Akan tetapi, testoteron juga menyebabkan epifisis
tulang bersatu dengan batang tulang dengan usia yang lebih muda.
Oleh karena itu, walaupun peertumbuhan cepat, persatuan epifisis ini
mencegah orang tumbuh setinggi seperti pertumbuhan yang akan
terjadi bila testosterone tidak disekresi sama sekali. Meskipun pada pria
normal, tinggi dewasa akhir sedikit kurang daripada yang diperoleh
seseorang yang telah dilakukan kastrasi sebelum pubertas.
Eek pada Sel Darah Merah. Rata rata pria mempunyai 700.000 sel
darah merah per milliliter kubik daripada rata rata wanita. Akan tetapi,
perbedaan ini mungkin sebagian akibat peningkatan laju metabolisme
setelah pemberian testosterone bukan efek langsung testosterone pada
pembentukan sel darah merah.

MEKANISME KERJA DASAR


TESTOSTERON INTRASEL
TINDAKAN SEKSUAL WANITA

Perangsang tindakan seksual wanita. Seperti halnya dengan tindakan


seksual pria, penampilan tindakan seksual wanita yang berhasil
bergantung pada perangsang psikis seksual local.
Factor psikis yang merupakan dorongan seksual pada wanita yang
sulit ditafsirkan. Hormone-hormon seks dan hormone korteks adrenal
juga, tampaknya memberi pengaruh langsung pada wanita untuk
menimbulkan dorongan seksual. Tetapi sebaliknya anak wanita yang
sedang tumbuh dalam lingkungan modern sering beranggapan bahwa
seks merupakan sesuatu yang harus disembunyikan dan tak bermoral.
Sebagai akibat pendidikan ini basnyak dorongan seks alamaiah
terhambat dan apakah wanita akan mempunyai dorongan seksual yang
kecil atayu tidak mempinyai dorongan seks (frigiditas) atau akan
mempunyai dorongan seksual yang tinggi sebagian mungkin tergantung
pada keseimbangan antara factor-faktor alamiah dan pendidikan
sebelumnya.
Perangsangan seksual lokal pada wanita terjadi kurang lebih sama
separti pada pria, karena pengurutan, iritasi atau perangsangan jenis
lain pada daerah perineum, organ seksual, dan saliran kemih
menimbulkan kesan seksual. Klitoris sangat sensitif untuk memulai
kesan seksual. Seperti pada pria, isyarat sensoris seksual diperantarai
segmen sacral medulla spinalis melalui nervus pudendus dan pleksus
sakralis. Setelah isyarat ini masuk medulla spinalis, kemudian ia
dihantarkan ke serebrum. Refleks local juga paling sedikit sebagian
bertanggung jawab akan orgasmus pada wanita yang diintegrasikan
pada bagian sacral dan lumbal medulla spinalis.
Ereksi dan Pelumasan pada wanita. Sekitar introitus dan meluas
sampai klitoris terdapat jaringan erektil yang hamper identik dengan
jaringan erektil penis. Jaringan erektil ini, seperti penis, diatur oleh saraf
parasimpatis yang berjalan melaui nervi erigentesdari pleksus sakralis
ke genitalia eksterna. Pada fase permulaan perangsangan seksual,
parasimpatis melebarkan arteri dan menyempitkan vena vena jaringan
erektil, dan hal ini memungkinkan penimbunan darah dengan cepat
pada jaringan erektil sehingga introitus menjepit penis, hal ini sangat
membantu pria mencapai perangsangan seksual yang cukup untuk
timbulnya ejakulasi.
Impuls parasimpatis juga berjalan ke kelenjar Bartolini bilateralyang
terletak di bawah labia minora untuk menyebabkan sekresi mucus
dengan tepat di sisi dalam introitus. Mucus ini bertanggung jawab akan
sebagian besar pelumasan selama hubungan seksual. Pelumasan
selanjutnya perlu untuk menimbulkan kesan pemijatan yang
memuaskan waktu hubungan seksual bukan kesan iritasi yang dapat
ditimbulkan oleh vagina yang kering. Kesan pemijatan merupakan jenis
kesan optimum untuk menimbulkan refleks yang sesuai yang
memuncakpada klimak pria dan wanita.
Orgasmus pada Wanita. Bila rangsangan seksual local mencapai
intensitas maksimum, khususnya bila kesan local disokong oleh isyarat
bersyarat psikis yang sesuai dari serebrum, timbul refleks yang
menyebabkan orgasmus pada wanita, yang juga dinamakan klimaks
wanita. Orgasmus pada wanita analog dengan ejakulasi pada pria, dan
mungkin ini penting untuk fertilisasi ovum. Tentu saja wanita diketahui
sedikit lebih vertil bila dibuahi oleh hubungan seksual normal
dibandingkan oleh cara artificial, jadi menunjukan pentingnya fungsi
orgasmus pada wanita. Mungkin efek yang terjadi adalah:
Pertama, selama orgasmus, otot parinemum wanita berkontraksi
berirama, yang mungkin akibat refleks spinal yang sama seperti refleks
yang menyebabkan ejakulasi pada pria. Mungkin ini juga merupakan
refleks yang sama meningkatkan pergerakan uterus dan tuba fallopi
waktu orgasmus, jadi membantu transport sperma ke ovum tetapi
sedikit informasi mengenai subjek ini.
Kedua, pada banyak binatang rendah, kopulasi menyebabkan
kelenjar hipofisis posterior menyekresi oksitosin, efek ini mungkin di
perantarai melalui nuclei amikdala dan kemudian melalui hipotalamus
ke hipofisis. Oksitosin selanjutnya menyebabkan peningkatan
kontraktilitas uterus, yang juga dianggap menyebabkan transport cepat
sperma. Sperma telah terbukti berjalan sepanjang tuba fallopii sapi
sekitar lima menit, suatu kecepatan yang besarnya paling sedikit 10 kali
kecepatan yang dapat dilakukan sperma itu sendiri. Apakah hal ini
terjadi pada manusia atau tida, tidak diketahui.
Selain efek orgasmus pada fertilisasi, kesan seksual mendalam yang
timbul waktu orgasmus juga melalui serebrum sedemikian rupa
sehingga mengakibatkan perasaan puas yang ditandai oleh perasaan
tenteram dan damai, suatu efek yang dinamai resolusi.

FERTILITAS PADA WANITA

Periode Fertil Setiap Siklus seksual. Ovum tetap dapat hidup dan
mampu dibuahi setelah ia dikeluarkan dari ovarium mungkin tidak lebih
dari 24 jam. Oleh karena itu, sperma harus ada segera setelah ovulasi
agar vertilisasi dapat berlangsung. Sebaliknya, beberapa sperma dapat
tetap hidup pada saluran reproduksi wanita sampai 72 jam, walaupun
bagian terbesar tak lebih dari 24 jam. Oleh karena itu, agar fertilisasi
dapat terjadi, hubungan seksual biasanya harus terjadi antara satu hari
sebelum ovulasi sampai satu hari setelah ovulasi.
Metode kontrasepsi berirama, salah satu cara kontrasepsi yang
sering digunakan adalahmenghindari hubungan seksual dekat saat
ovulasi. Kesukaran dengan cara kontrasepsi ini adalah tidak mungkin
meramalkan waktu ovulasiyang tepaqt. Namun interval dari ovulasi
sampai munculnya menstruasi berikutnya hamper selalu antara 13-15
hari dengan kata lain, bila periodisitas siklus menstruasi berikutnya
adalah 28 hari, ovulasi biasanya terjadi dalam hari ke 14 siklus
haid.sebaliknya bila siklus periodisitas haid adalah 40 hari,ovulasi
biasanya terjadi dalam satu hari dari hari ke 26 siklus haid. Sehingga jika
periodisitas siklus haid 21 hari, biasanya ovulasi terjadi dalam satu hari
dari hari ke 7 siklus haid. Oleh karena itu biasanya dikemukakan bahwa
menghindari dalam 4 hari sebelum dan 3 hari sesudah ovulasi yang
dihitung mencegah konsepsi.cara kontrasepsi seperti ini hanya dapat
digunakan bila periodisitas siklus menstruasi teratur, karena bila tidak,
tidak mungkin menentukan timbulnya menstruasi yang akan dating .
sehingga tidak mungkin menetukan hari ovulasi.
Penekanan hormonal pada fertilitas pil. Telah lama diketahui
bahwa pemberian estrogen atau progesterone, dalam jumlah mencukupi
dapat menhambat ovulasi. Walaupun mekanisme tepat efek i ni belum
jelas, telah diketahui bahwa adanya salah satu atau kedua hormone
tersebut dalam jumlah mencukupi, maka hipotalamus tidak dapat
mengekskresi gelora LH-releasing factor yang normal dan prodik
perangsannya LH, yang biasanya terjadi sekitar 13 hari setelah mulainya
siklus seksual bulanan. Dari pembicaraan fenomena ini pada permulaan
bab ini, diingatkan kembali bahwa gelora LH penting untuk
menimbulkan ovulasi.
Masalah pada meremcanakan cara penekanan hormonal pada ovulasi
telah mengembangkan kombinasi yang sesuai antara estyrogen dan
progesterone yang akan menekan ovulasi tapi tidak akan menimbulkan
efek-efek yang tidak diinginkan oleh kedua hormone. Misalnya terlau
banyak salah satunya dapat menyebabkan kelainan pasda pola
perdarahan menstruasai. Akan tetapi mengguanakan progrestin sintetik
dalam menggantikan progesterone, khususnya 19 non steroid, disertai
dengan estrogren biasanya akan mencegah ovulasi dan memungkinkan
memberikan pola menstruasi yang hamper normal. Oleh karena itu,
hamper semua pil yang digunakan untuk mengatur fertilitas terdiri
dari beberapa gabungan estrogen sintetik dan progestin sintetik. Alas
an utama untuk menggunakan estrogen sintetik dan progestin sintetik
adalah bahwa hormone hormone alamiah hamper seluruhnya dirusak
oleh hati segera setelah mereka diabsorpsi dari saluran pencernaan
masuk sirkulasi portal. Tetapi banyak pencernaan masuk sirkulasi portal.
Tetapi banyak hormon sintetik dapat tahan terhadapa kecenderungan
destruktif hati ini, jadi memungkinkan pemberian oral.
Pengobatan biasanya dimulai pada stadium permulaan siklus seksual
wanita dan diteruskan sampai melewati saat ovulasi yang normal
diperkirakan akan terjadi. Kemudian dihentikan menjelang akhir siklus,
memungkinkan menstruasi terjadi dan siklus baru timbul lagi.
Paduan oral kontrasepsi juga telah dirancang dengan menggunakan
ekstrrogen dan progesteron dosis sangat rendah. Dalam hal ini sering
terjadi ovulasi, tetapi efek lain yang mencegah konsepsi. Efek ini adalah
1. waktu transport yang abnormal melalui tuba falopi ( waktu yang
biasanya dibutuhkan hampir pasti 3 hari ) sehingga implintasi tidak akan
terjadi ; 2. perkembangan abnormal endometrium sehingga
endometrium tidak menyokong ovum yang telah dibuahi; 3. sifat
mukoserviks yang abnormal, membuat ia mematikan sperma atau
dengan cara lain mematikan sperma ke dalam uterus; 4. kontraksi
abnormal tuba fallopi dan otot uterus sehingga ovum akan dikeluarkan
bukan mengalami implantasi .
Anovulasi dan Sterilitas Wanita. Sekitar satu dari setiap enam sampai
sepuluh pasangan adalah invertil; sekitar 60 prosen invertilitas ini
disebabkan karena sterilitas pada wanita.
Kadang-kadang, tidak ada kelainan apapun dapat ditemukan pada
organ genitalia wanita, pada keadaan harus dianggap bahwa invertilitas
disebabkan karena fun gsi fisiologis sistim gemitalia ya ng abnormal
atau kelainan perkembangan genetic dari ovum sendiri.
Akan tetapi, sejauh ini mungkin penyebab tersering sterilitas pada
wanita adalah kegagalan ovulasi. Hal ini dapat akibat hiposekresi
hormone gonadotropin, pada kasus ini intensitas perangsangan
hormonal tidak cukup menyebabkan ovulasi, atau dapat diakibatkan dari
kelainan ovaraium yang tidak memungkinkan terjadinya ovulasi.
Misalnya, kapsula yang tebal terkadang terdapat pada bagian ovarium
yang menghalangi ovulasi.
Tidakm ada ovulasi yang disebabkan oleh hilabgnya hiposekresi
hormon gonadotropin hipogfisis dapat diobati dengan pemberian
gonatropik kronik manusia, suatu hormone yang akan dibicarakan pada
bab berikutnya dan yang kan diekstrak dari plasent a manusia. Homon
ini, walau diekskresi oleh plesenta, mempunyai efek yang hamper sama
seperti hormoon luteinasi dan karena itu merupakan perangsang ovulasi
yang kuat. Tetapi pemakaian hormone ini secara berlebihan dapat
menyebabkan ovulasi banyak folikel secara stimulant: dan hal ini dapat
menyebabkan kelainan ganda. Sebanyak enam anak terlah dilahirkan
oleh ibu yang diobati dengan hormone ini untuk infet6ilitas.

Anda mungkin juga menyukai