1) Pada suatu dinding, digantungkan tali yang telah diberi pemberat untuk mengetahui
kelurusannya terhadap permukaan lantai. Permukaan lantai harus datar.
2) Orang percobaan berdiri dalam posisi anatomis. Postur dinilai dari 2 sisi yaitu
anteroposterior dan lateral.
3) Cara penilaian.
4) Cara penilaian mengacu pada “New York State Posture Rating Position and
Scale”(NYSPRPS)
5) .NYSPRPS telah membuat suatu form yang berisikan bagian-bagian tubuh yang dinilai
dan skor penilaian
6) Pada form tersebut terdapat 3kolom .
Kolom kiri menggambarkan postur tubuh yang normal. Skor 5.
Kolom tengah menggambarkan postur tubuh yang agak abnormal. Skor 3
Kolom kanan menggambarkan postur tubuh yang paling abnormal. Skor 1
7) Deskripsi postur yang normal
A. Dari sisi anteroposterior.
1) Kepala tegak lurus terhadap sumbu horisontal tubuh.
2) Kepala tegak dalam keadaan seimbang/stabil sejajar/segaris vertikal dengan bahu.
3) Leher sejajar dagu tidak menjorok kedepan
4) Dada tegap tidak cekung.
5) Bahu tegap, tidak cembung/bungkuk.
6) Punggung (belakang atas) tegap,tidak cembung ke belakang.
7) Batang badan berdiri tegak.
8) Perut datar
9) Lengkung pinggang (belakang bawah),cekungan normal.
B. Dari sisi lateral
1) Kepala tegak lurus terhadap sumbu horisontal
2) Kedua bahu sejajar horisontal
3) Tulang belakang lurus
4) Pinggul simetris horisontal
5) Kedua tumit menempel,lurus vertikal.
6) Lengkung telapak kaki tinggi/tidak datar
A. LEHER
Torticolli : Pemendekan abnormal satu sisi m.sternocleidomastoideus
B. TULANG BELAKANG
1. Skoliosis non struktural terjadi akibat paralisis otot,histerikal dan perkembangan.
2. skoliosis struktural : terjadi kerusakan diskus dengan ciri terjadi rotasi 1 atau beberapa
korpus vertebra yang disertai hilangnya hubungan antara gerak tulang belakang dan
toraks.
3. Sakralisasi: penyatuan korpus vertebra sakaral 5 dan lumbal 1
4. Tropisme : persendian sacrolumbar junction yang tidak simetris.
5. Spina bifida occulta: celah pada garis tengah korpus vertebra.
6. Cleft(celah) dan pseudoarthrosis : Penutupan inkomplit lengkung vertebra lumbal 5 dan
sakral 1
7. Spondilosis: prosessus artikularis terpisah oleh celah sehingga menjadi
pseudoarthrosis/sindesmosis.
8. Sakrum horizontal: bagian atas sakrum berbentuk horizontal. biasanya ditemukan
bersama vertebra lumbal 5 berbentuk baji dengan komponen posterior terkompressi.
9. Retrospondylolysthesis: vertebra lumbal 5 berpindah kebelakang terhadap sakrum.
C. TORAKS.
1. Funnel chest
2. Pigeon chest
3. Barrel chest
4. Ricketts thorax
5. Harrison s groove
6. Scapula alata.
D. PELVIS
1. Anterior cleft : diastase cincin anterior pelvis sehingga terjadi pemisahan simfisis. Sering
disertai vesica urinaria ektopik.
2. Posterior cleft : celah pada lengkung vertebra lumbal 5 - vertebra sakaral 1.
3. Spondilolysthetic pelvis : pergeseran ke depan vertebra lumbal 5
4. Asimilasi pelvis :vertebra lumbal 5 mengalami transisi sehingga terdapat 6 vertebra sakral
5. Chondrodystrophic pelvis: pelvis gepeng ,acetabulum mendatar dan
menebal,promontorium menonjol,sakrum horisontal,sudut inklinasi pelvis bertambah.
6. Osteomalacia pelvis : deformitas bentuk paruh bebek.
7. Kypotic pelvis: tidak terdapat promontorium,pelvis berbentuk corong
8. Dysplasia sendi panggul: keadaan kelainan perkembangan acetabulum dan kaput
femoris.
9. Paralisis gluteal dan tensor : m.gluteus maximus,medius et minimus dan m.tensor
fasciae.
10. Paralisis gluteal dan tensor : m.iliopsoas,m.tensor fasciae,m.rectus femoris dan
m.sartorius.
1. Coxa Vara : sudut inklinasi collum femoris < 122 ( < normal )
2. Coxa valga : sudut inklinasi collum femoris > 139 (> normal )
3. Genu recurvatum : hiperekstensi sendi lutut > 5
4. Frog s eye patella : patella bergerak ke lateral krn m.vastus medialis lemah.
5. Genu Valgum ( kaki O ): derajatnya dilihat dari jarak sfirion-sfirion. Condylus medialis
membesar,condylus lateralis menghilang dan rata akibat weight bearing melalui b
bagian lateral lutut.Meniscus interna atrofi,meniscus lateralis hipertrofi akibat tekanan
statik.
6. Genu varum (kaki X) : derajatnya dilihat dari jarak kedua epicondylus medialis femoris.
Tidak terdapat eksorotasi tibia. Kaki berada pada posisi adduksi
7. Pronated foot : pertumbuhan asimetris akibat kerusakan epifisa tibia bagian bawah.
Sumbu transversa tallocruralis oblik.
a) Tibia fibula.
· Dalam kandungan : sumbu malleolus medialis lebih posterior dari pada
fibularis.
· Saat lahir: sumbu malleolus medialis - lateralis berada dalam bidang frontal.
· Usia 3 bulan eksorotasi dimulai.
· Usia 6 tahun eksorotasi 18 - 23 sampai dewasa.
a) Pronasi calcaneus
· Saat lahir : 8 - 10 varus
· Usia 9 tahun : 5 varus
· Lebih 9 tahun : 3 varus.
TUGAS II ANATOMI
( Range of motion & Antropometri )
No. 3
Proses pengindraan
Pengenalan terhadap rangsangan dimulai dari adanya stimulus di ujung saraf perifer
sampai berubah menjadi potensial aksi ( transduksi ) dan dihantarkan melalui akson-akson
aferen yang bersinap di neuron I, II, dst, ke sistim saraf pusat yaitu Sensorik korteks serebri
yang menerima terhadap rangsang yang disadari. Pengenalan rangsang disebut Sensasi, dan
Interpretasi suatu sesnsasi disebut Persepsi.
Rangsang
Millie interior/eksteror
Aferen
Somatosensorik Indra
Somastetik Propioseptik Penglihatan
Nyeri otot Penghidu
Kulit tulang Pendengaran
Alat dalam Ortikulus Pengecap
Sakulus
Semisirkularis
Sel saraf bipolar merupakan sel reseptor penghidu yang akson sel sarafnya berpolar
setelah bergabung dengan akson lain yang berdekatan membentuk Filaolfaktoria atau
saraf penghidu. Berkas ini berjalan keatas pada alur di dalam tulang limoid menembus
tulang tengkorak melalui lubang-lubang pada lempeng kiri biformis dan berahir di
Bulbusolfaktorius dan bersinap pada dendrit sel mitral. Sinap antara saraf penghidu
dan sel mitral membentuk bulatan-bulatan yang disebut Glomerolus Olfaktorius , jadi
sel saraf penghidu bersinap di salah satu sel mitral.
Proses penghidu :
Udara masuk dalam epitel penghidu yang terdapat di puncak rongga hidung dengan
cara : difusi, Konveksi, Aliran turbulen. Rangsang bau ( bau asap rokok, keringat, dll )
akan merengsang reseptor bau yang akan merangsang menimbulkan sekresi air liur dan
sekresi asam lambung sampai timbul rasa mual dan ingin muntah, proses adaptasi
berlangsung mula-mula bau terasa, ambang pembauan sedikit demi sedikit meningkat
sehingga peka dan bau tidak dirasakan lagi.
Reseptor Bau
Sekresi Saliva
Asam lambung
Rasa mual
ingin muntah
Proses Adaptasi
Ambang pembauan meningkat
Reseptor Panas/Dingin
Pengindraan
Sikap Berdiri
Righting Reflexes merupakan rentetan respon yang timbul akibat perubahan posisi
tubuh. Integrassinya terjadi di Midbrain yang berguna untuk mempertahankan posisi
berdiri yang normal dengan kepala tetap tegak. Reseptor yang mendeteksi perubahan
tubuh adalah :
· Reseptor Penglihatan
· Alat Vestibuler
· Propioseptor pada otot, tendo dan sendi leher
· Propioseptor diseluruh tubuh
Reseptor Penglihatan :
Rangsang perubahan posisi bayangan di retina
Otot mata berkontraksi mempertahankan
posisi bola mata
Kupula membengkok
Sel Depolarisasi
Ganglia Basal
Area Perencanaan
Ide Pusat di Gerakan
Motorik Korteks Motorik
Intermediet
serebelum
Serebelum lateral
Korteks Serebri :
Dalamperencanaan pengaturan dan penghalusan gerakan berada di :
1. Traktus Kortikospinal Lateral yang merupakan 80% serat dari kortek yang turun langsung
ke Medula spinalis berahir di neuron motor alfa.
2. Traktus Kortikobulber untuk untuk otot-otot daerah kepala hanya sampai di batang otak
juga berahir neuron motor alfa.
Kedua jaras ini berasal dari kortek motorik (daerah 4 Brodman ) yang terdiri dari :
· 30% Korteks Motorik
· 30% Korteks Premotorik
· 40% Somato Sensorik
Daerah Motor Suplemen seratnya berhubungan dengan Kortek Motorik yang terlibat dalam
perencanaan urutan gerakan. Di Korteks Premotorik proyeksinya ke batang otak yang
berhubungan dengan fungsi pengaturan sukap tubuh, bersama-sama korteks motorik
membentuk Traktus Kortikospinal (fungsi belum jelas ). Korteks Perientalis Posterior : daerah
ini berhuibungan erat dengan daerah Somatosensorik Primer (3,1,2 Brodman) yang bersama-
sama membentuk Traktus Kortikospinal/Kortikobulber yang keduanya berhubungan dengan
kortek premotorik.
Ganglia Basal :
Ganglia basal bersama Neoserebelum (Lateral Cerebellum ) merupakan bagian dari terminal
(sirkuit) umpan balik ke kortek Premotorik dan Motorik yang berhubungan dengan
perencanaan dan pengaturan gerakan , mewujutkan pikiran /memori gerakan yang terencana.
Serebelum :
Fisiologi serebelum dibagi menjadi 3 bagian :
· Vestibuloserebelum (Flukolonolobularis) : berhubungan dengan fungsi Vestibuler yaitu:
keseimbangan tubuh.
· Spinoserebelum ( bagian besar Vermis dan bagian medial Hemifer) : menerima impuls
propioseptik dari tubuh dan mencopy rencana motorik dari korteks serebri dengan
membandingkan rencana dan hasil yang dikerjakan, mulai dengan menghaluskan dan
mengkoordinasikan gerakan yang sedang berlangsung. Proyeksi Vermis ke batang otak
yang mengontrol otot-otot aksial dan Hemisfer medial berhubungan dengan otot-otot
ekstremitas. Gerakan langsung di hantarkan kembali (relai) ke korteks motorik dan
spinoserebelum.
· Neoserebelum (lateral) bagian sisa yang terbesar dari serebelum yang berinteraksi dengan
Kortek serebri motorik dalam perencanaan dan program gerakan.
Formatio Retikularis :
Ini dibentuk dari neuron neuron kecil yang saling berhubungan menbentuk suatu anyaman
yang terletak dibagian ventral tengah modula oblongata dan mesensefalon, yang betukas
sebagai pusat Eksitasi dan pusat inhibisi ( pengaturan pernafasan, tekanan darah, denyut
jangtung, pusat sadar/jaga dan tidur.
Modula Spinalis
Impuls sensorik dari bagian tubuh lain disalurkan melalui serat-serat aferen sensorik dan
masuk ke medula spinalis, pengaruh neuron motorik yang langsung/tidal langsung atau lewat
interneuron di medula spinalis dikendalikan melalui terminal refleks-refleks sederhana (refleks
fleksor) membentuk pola yang diperlukan untuk gerakan yang terkoodinasi.
KASUS
Ketika bis tiba, Ahmad yang semula duduk diruang tunggu terminal segera berdiri dan lari
mengejar bis.
Pembahasan :
Dari Reseptor mata meberikan imformasi ke kortek serebri motorik membentuk ide yang
berupa impuls yang dilanjutkan ke pusat motorik . di pusat motorik akan menyusun
perencanaan mulai dari melihat Bis masuk terminal, dari duduk ke berdiri, dari berdiri
langsung lari.
Korteks serebri terlibat dalam perncanaan pengaturan /penghalusan gerakan sampai di traktus
kortikospinal. Di ganglia basal merencanakan dan memogram gerakan dan mewujutkan
pikiran serta memori gerakan. Selanjutnya di Serebelum melibatkan : Vestibuloserebelum
(Keseimbangan tubuh), Spinoserebelum (menghaluskan, mengkoordinasikan gerakan),
Neoserebelum (merencanakan dan memogram gerakan).
Reseptor Ide di
Dari Mata Korteks Rencana Traktus Otot
badan
Serebri Kortikospinalis
Ekstremitas
Serebelum Lateral
Refleks
Perifer
Memori
Pemantauan Pelaksanaan
Penyesuaian Gerakan
Gerakan
Masukan
Sensorik
Hasil perencanaan gerakan akan menjadi lebih baik, maka diolah kembali (masukan) ke
Propioseptik imformasi ini merupakan umpanbalik yang menyesuaikan dan
menghaluskan gerakan yang dipadukan dengan memori gerakan yang sudah ada
(berdiri dan lari) dari duduk langsung berdiri, lari yang bagaimana yang cocok karena
sambil membawa tas dan berebutan menyesuaikan dengan kecepatan bis yang sedang
berjalan. Dari perencanaan program ini di pancarkan kembali (direlai) langsung ke
kortek motorik dan ke spinoserebelum. Dari spinoserebelum diproyeksikan lagi ke
batang otak membentuk traktus-traktus rubrospinal, retrikulospinal, tektospinal,
vestibulospinal dan serabut yang sesuai dengan proyeksi neuron motor dibatang otak
yang berhubungan dengan pengaturan sikap dan koordinasi gerakan yang diharapkan.
Sekali dalam melaksanakan gerakan mulai dari duduk ke berdiri langsung mengejar bis
dan tidak berhasil terangkut, kegiatan ini sudah termemori dengan baik. Untuk gerakan
selanjutnya sudah menjadi gerakan reflek, misal : begitu Bis terlihat reflek langsung
berdiri dan lari megejar prosesnya sudah cepat sekali (seperti proses reflek perifer
melalui jalur yang langsung di Medula spinalis).
Spinosrebelum T. Vestibulospinal
MASALAH
ANJING MENGGONGGONG KAFIL TERJATUH
Kafil mahsiswa PSIK tingkat II sedang menunggu bis di depan sebuah rumah mewah. Tiba-
tiba dari balik pagar seekor anjing emnggonggong sehingga kafil terjatuh , ternyata pintu
pagar tidak tertutup rapat sehingga anjing menyelinap keluar dan mengejar Kafil . Kafil berlari
sampai terkencing-kencing tetapi anjing berhasil menggigit betis kirinya. Setelah menggigit
Kafil, anjing berlalu menjauhi karena dihalau oleh orang dijalan. Kafil berkeringat, nafasnya
terengah-engah. pucat, lemah dan dari betisnya metetes darah. Kafil digotong kerumah sakit
terdekat ternyata :
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Frekuensi Pernafasan : 24 x / menit
Denyut Nadi : 120 x/menit
Hb : 14 gr % Ht : 50 %
Pengaturan Pernafasan
Pernafasan spontan berirama dihasilkan oleh pelepasan listrik motor neuron berirama (rhytmic
discharge ) dari pusat pernafasan di batang otak. Samai batas tertentu , aktifitas pernafasan
dapat dimodifikasi dan diatur secara volunter (dibawah kemauan) sepreti berbicara ,
bernyanyi, teriak, atau menahan nafas waktu berenang.
Pusat pengaturan pernafasan ada 2 yaitu :
· Pusat pernafasan volunter (di bawah kemauan), terletak dikorteks serebri. Umpulsnya
disalurkan melalui traktus kortiko spinalis menuju motor neuron saraf -saraf
pernafasan.
· Pusat pernafasan otomatis, terletak dipons dan medula oblongata , jarasnya berjalan
dibagian ventral dan lateral medula spinalis.
Pusat pernafasan dibatang otak (otomatis) bertanggung jawab membentuk pola pernafasan
ritmik , terdiri atas tiga bagian :
1. Pusat respirasi (inspirasi dan ekspirasi)
2. Teletak di formatio retikularis medula oblongata, secara anatomis dibagi mejadi dua
· Kelompok dorsal ; terdiri dari neuron I secara periodik melepas impuls dengan
frekuensi 12 - 15 x /menit . Serat aferen keluar dari neuron I sebagian besar
berakhir pada motor neuron dio medula spinalis yang mempersarafi otot-otot
inspirasi sehingga lepas motor neuron I akan menimbulkan gerak inspirasi.
· Kelompok ventral; terdiri dari neuron I dan neuron E , keduanya tidak aktif pada
pernafasan tenang, tidak ada impuls yang dihantarkan melalui serat saraf yang
keluar dari neuron E.
Bila kebutuhan ventilasi meningkat , neuron I kelompok ventral diaktifkan melalui rangsang
dari kelompok dorsal . Impuls yang keluar dari neuron I bagian ventral akan mrangsang
neuron yang mempersarafi otot-otot inspirasi tambahan melalui N IX dan N X. Demikian
neuron E akan dirangsang untuk mengeluarkan impiuls yang menyebabkan kontrakso otot-
otot ekspirasi aktif. Terdapat pula mkanisme feedback negatif antara neuron I kelompok
Dorsal dan neuron E kelomok ventral. Impuls dari keompok dorsal neuron I selain
merangsang motor neuron otot inspirasi , juga merangsang kelompok E dari kelompok ventral
dan sebaliknya neuron E ventral akan mengeluarkan impuls yang menghambat neuron I
kelompok dorsal. Dengan demikian neuron I kelompok dorsal akan menghentaikan
aktifitasnya sendiri melalui penglepasan rangsang inhibisi. Pusat respirasi ini dipengaruhi
impuls dari berbagai bagian yaitu impils aferen dari jaringan parenkim paru melalui n. vagus ,
kortek serebri , pusat apneustik, dan pusat pneumotaksik
Pusat Apneustik
Terletak di formatioretikularis pons bagian bawah, mempuntai pengaruh tonik terhadap
respirasi. Dihambat oleh impuls aferen melalui n. Vagus.
Pusat Pneumoaksik
Terletak di pons bagian atas . Impuls dari sini akan menghambat aktifitas neuron I sehingga
rangsang inspirasi dihentikan.
Pusat apnustik dan pneumotaksik menyebabkan impuls spotan dan berirama pada pusat
respirasi menjadi halus dan teratur. Dengan demikian proses inspirasi dan kspirasi berjalan
dengan mulus.
Rangsang Kimia
Pusat pernafasan menerima input yang memberikan informasi tentang kebutuhan tubuh
akan pertukaran gas selanjutnya akan mengirmkan impuls yang sesuai untuk menyelaraskan
frekuensi dan kedalaman ventilasi dengan kebutuhan jaringan.
Rangsang yang meningkatkan ventilasi : penurunan PO2, peningkatan PCO2, dan peningkatan
ion H darah arteri.
erubahan O2, CO2, dan ion H akan mempegaruhi pusat respirasi melalui perangsangan
reseptor kimia di perifer dan pusat.
Kemoreseptor Perifer
Yaitu glomus karotikus yang terleak di percabangan arteri karotis komunis dan glomus
aortikum yang terletak di arkus aorta.
Kemoreseptor perifer peka terhadap peningkatan PCO2 dan penurunan PO2/pH darah.
Rangsang pada glomus karotikum diteruskan ke pusat respirasi melalui cabang n.
glosoparingeus, perangsangan pada glomus aortikum diteruskan ke pusat melalui cabang
asenden n. Vagus.
Akibat perangsangan reseptor kimia ini ventilasi akan meningkat.
Penurunan PCO2 dan peningkatan PO2 /PH darah menyebabkan kemoreseptor kurang
terangsang sehingga impuls ke pusat respirasi berkurang dan ventilasi menurun .
Kemoreseptor Pusat:
Terletak dibagian ventral medula oblongata;
· CO2 dan mudah menembus membran abar darah,
· otak dan abar darah cairan otak. Sedangkan ion H dan ion HCO3 sukar menembus.
· Co2 yang masuk ke otak dan cairan otak segera berubah menjadi H2CO3 dan kemudian
terurai kembali menjadi ion H dan ion HCO3. Maka kadar ion H di cairan otak
meningkat, hal ini merangsang reseptor kimia di medula oblongata sehingga ventilasi
meningkat.
Respon ventilasi terhadap penurunan PO2 arteri : ventilasi meningkat bila PCO2 arteri turun
< 60 mmHg
Respon ventilasi terhadap peningkatan PCO2 arteri :
· Ventilasi meningkat bila PCO2 meningkat
· Ventilasi menurun bila PCO2 arteri menurun
· Bila PCO2 arteri terus turun, ventilasi tidak akan turun sampai nol
Respon ventilasi terhadap peningkatan ion H arteri : Kemoreseptor perifer lebih sensitif
terhadap perubahan kadar ion H.
Hiperventilasi akan menurunkan PCO2 arteri, sehingga konsentrasi ion H arteri turun pada
asidosis metabolik.
Pada alkalosis metabolik, ventilasi dihambat sehingga PCO2 arteri meningkat dan kadar ion H
meningkat menuju normal.
1. Isi sekuncup
Makin besar volume akhir diastole (EDV) atau makin kecil volume akhior sistol
(ESV), makin besar isi sekuncup. EDV tergantung pada kecepatan aliran balik vena,
edangkan ESV bergantung pada kuat kontraksi ventrikel serta besar tekanan dalam
pembuluh darah yang harus di lawan oleh ventrikel pada wakltu memompakan darah.
Dengan demikian, besar isi sekuncup ditentukan oleh 3 faktor/variabel, yaitu :
2. Preload, yaitu derajat pengisian. Makin basnyak darah yang kembali ke jantung, makin
banyak pula darah yang diinjeksikan oleh ventrikel. Hubungan langsung antara EDV
dan sisi sekuncup merupakan pengaturan intrisik curah jantung. Yang menggambarkan
kemampuan jantung untuk mengatur besar jumlah curah jantungnya sendiri.
Pengaturan intrisik ini tergantung pada hubungan panjang awal dengan tegangan
miokardium, yaitu penerapan hukum Frank-Starling pada otot jantung (makin besar
preload), makin kuat kontraksi jantung, sehingga isi sekuncup jga meningkat, sampai
batas tertentu.
3. Kontraktilitas, Pengaturan curah jantung juga dapat dilakukan melalui faktor yang tidak
berasal dari jantung sendiri (pengaturan ekstrinsik), misalnya persarafan otonom.
Rangsang simpatis dan peningkatan epineprin akan meningkatkan kontraktilitas
jantung (efek inotropik positif ). Hal ini terjadi melalui peningkatan influks ion Ca.
Meningkatnya ion Ca dalam sitosol memungkinkan otot jantung untuk memungkinkan
menghimpun kekuatan yang lebih besar saat berkontraksi. Menggunakan contoh pada
uraian sebelumnya,bila pada keadaan normal EDV adalah 135 ml dan ESV 65 ml,
maka isi sekuncup 70 ml. Pada perangsangan simpatis, untuk EDV yang sama, ESV
menjadi 35 ml, sehingga isi sekuncup adalah 100 ml. Efek perangsang simpatis yang
lain ialah meningkatkan arus balik vena melalui efek vasokontriksi pembuluh darah
vena . Peningkatan arus balik vena akan meningkatkan EDV, sehingga sesuai dengan
hukum Sterling, kuat kontraksi jantung akan meningkat.
4. Afterload , yaitu tekanan rata-rata dalam pembuluh aorta dan pembuluh pulmonal. Pada
saat ventrikel berkntraksi, tekanan di dalam rongga ventrikel harus meningkatkan
sedemikian rupa sehingga melampaui tekanan di dalam aorta atau pembuluh pulmonal,
agar katup semilunaris dapat terbuka. Tekanan di dalam pembuluh arteri dinyatakan
sebagai afterload, karena merupakan bahan yang harus dilawan (tegangan yang harus
dikembangkan) oleh ventrikel pada awal fase sistol. Apabila tekanan di dalam pembuluh
arteri meningkat, atau katup semilunar menyempit (stenosis), ventrikel harus
membangkitkan tekanan yang lebih besar di dalamnya agar dapat mengejeksikan darah. Sel
otot jantung juga memperlihatkan hubungan antara beban kerja dengan kecepatan
kontraksi, seperti halnya otot rangka. Makin besar beban kerja jantung, makin lama waktu
yang dibutuhkan oleh ventikel untuk memompa darah melawan peningkatan afterload.
Bergantung pada frekuensi denyut jantung, waktu ejeksi ventrikel berkisar antara 100-150
milidetik. Adanya keterbatasan waktu ejeksi serta hubungan antara beban kerja dan
kecepatan kontraksi, peningkatan afterload menyebabkan penuruna jumlah yang dapat
dipompa ventrikel dalam fase sistol. sebagai hasil akhir tampak bahwa peningkatan
afterload menyebabkan penurunan curah jantung.
Indeks Jantung
Dasar curah jantung berkaitan dengan besar tubuh seseorang. Terdapat korelasi antara curah
jantung dengan luas permukaan tubuh seseorang. Pada keadaan tertentu, besar curah jantung
dinyatakan per satuan luas permukaan tubuh. Parameter ini dikenal sebagai Indeks Jantung.
Sebagai contoh, seorang dengan berat badan 60 kg dan tinggi badan 170 cm memiliki
permukaan tubuh 1,5 m2. Apabila curah jatungnya 4,5 l/menit indeks jantungnya = 3 liter
normal, ineks jantung berkisar antara 3,2-3,8 liter.
Pengaturan Kerja Jantung
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya jantung dapat mengatur curah jantungnya sendiri
sesuai dengan kebutuhan, melalui pengaturan intrisik dan ekstrinsik. Pengaturan intrisik terjadi
melalui mekanisme Frank-Strarling. Pengaturan ini sering dinyatakan pula sebagai pengaturan
heterometrik, karena perubahan curah jantung didasarkan atas perubahan panjang serat otot
jantung. Faktor ekstrinsik yang mengatur kerja jantung misalnya faktor saraf dan zat kimia.
Pengaturan ini merupakan pengaturan homometrik karena tidak bergantung pada panjang
serat otot miokardium.
Beberapa zat yang dikatakan mempengaruhi kerja jantung,antara lain: Epineprin, Zantine,
digitalis tiroksin, yang akan meningkatkan kerja jantung, efeknya dapat berupa peningkatan
kontraktilitas atau penigkatan frekuensi jantung atau keduanya.
Acetikolin dan barbiturat akan menurunkan kerja jantung.
Refleks Jantung
Pengaturan kerja jantung umumnya terjadi secara refleks. Penggiatan atau penghambatan kerja
jantung merupakan jawaban atas rangsang tertentu yang akan diterima oleh reseptor tertentu.
Reseptor-refleks jantung yang spesifik dan penting ialan :
· Baroreseptor pada dinding sinus carotikus dan arkus aorta
· Kemoreseptor pada glomur karotikus dan glomus aortikus
· Baroreseptor pada dinding atrium
Baroreseptor peka terhadap perubahan, tekanan darah, sedangkan kemoreseptor peka
terhadap perubahan kadar zat kimia tertentu dalam darah, misalkan oksigen, karbondioksida,
dan ion H.
Penting diingat bahwa respon tubuh terhadap berbagai rangsang tidak saja menimbulkan
respon yang terbatas pada jantung, namun umumnya juga diikuti oleh respon pada pembuluh
darah serta sistem pernapasan.
Beberapa contoh refleks jantung pada tubuh antara lain:
1. Refleks kardivaskuler : yitu refleks pada jantung dan pembuluh darah yang bertujuan
mempertahankan tekanan darah dalam batas normal. Apabila oleh suatu sebabtekanan
darah sistemik meningkaat, baroreseptore pada sinus karotikus dan arkus aorta akan
terangsang dan mengirimkan implus ke pusat jaringan jantung dan vasomotor. Sebagai
jawabab terhadap rangsang tersaebut akan terjadi penghambatan kerja jantung
(penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas) serta vasodilatasi pembuluh
darah oleh peningkatan tonus parasimpatis dan simpatis. Sebaliknya penurunan
tekanan sistemik akan menimbulkan refleks peningkatan denyut jantung, peningkatan
kekuatan kontraksi jantung serta vasokontriksi pembuluh darah.
2. Refleks Bainbrige; yaitu refleks meningkatkan denyut jantungapabila volume darah dalam
sistem meningkat. Refleks ini pertama kali dilaporkan oleh Brainbrige yang
menem,ukan adanya peningkatan frekuensi denyut jantung pada pemberian infus garam
fisiologi. Pemberian infus tersebut disebabkan peningkatan tekanan darah vena sentral
yang cukup besar, sehingga atrium kanan meregang. Hal ini akan merangsang reseptor
regang pada muara vena kava dan impul dikirimkan ke pusat jantung melalui serat
eferens (N. Vagus) sebagai respon tampak peningkatan frekuensi denyut jantung.
Refleks ini dapat dihilangkan apabila dilakukan pemotongan nervus vagus.
3. Refleks kemoreseptor: yaitu refleks yang timbul apabila terjadi perubahan kadar substansi
kimia tertentu di dalam tubuh. Kemoreseptor spesifik pada glomus karotikus dasn glomus
aortikus peka terhadap perubahan oksigen, kerbondioksida dan Ph darah. Pengaruh O2
dan CO2 terhadap jantung sukar dinilai melalui percobaan karena zat ini memperngaruhi
sistem kardiovaskuler baik secara langsung maupun tidak langsung (efek lokal) maupun
melalui perangsangan kemoreseptor refleks. Apabila oleh suatu sebab, kandungan oksigen
dalam darah menurun, kemoreseptor dalam pembuluh darah besar akan mengirimkan
inpuls ke pusat pengaturan kerja jantung dan pusat vasomotor. Sebagai jawaban tampak
peningkatan frekuensi denyut jantung disertai vasokontriksi pembuluh darah. Tetapi
apabila O2 dalam darah menurun(hipoksia) berat terjadi penghambatan kerja jantung.
Hiperkapnia (peningkatan kadar CO2 darah) juga akan menggiatkan kerja jantung,
disamping itu hiperkapmia secara langsung mempengaruhi jaras penghantar khusus,
menimbulkan efek kronotropik negatif, dromotropik negatif dan sering akli menimbulkan
aritmia jantung.
Sistem Sistem
intrisik ekstrinsik
Inaktif XII Tissue
Kolagen tromboplas
Aktif XII tin
Aktif XI
Inaktif IX Aktif IX Aktif VII Inaktifd
Inaktif X VIII Aktif X Inaktif X VII
Trombosit
(Platelet) Ca 2+
Trombosit
Protrombin Trombin
Fibrinogen Fibrin
(losse)
XIII
Fibrin
(Tight)
V. Jelaskan mekanisme kopensasi sistem cairan tubuh akibat kehilangan sejumlah cairan tubuh
pada waktu berkeringat dan terkencing-kencing, menncakup perpindahan cairan antar
kompartemen !
Ada 3 kompartemen dalam tubuh yaitu :
1. Plasma darah (cauran intravaskuler)
2. Cairan interstisial (bagian cairan ekstrasel yang terdapat diluar sistem vaskuler dan yang
membasahi sel)
3. Cairan intrasel (cairan sel)
Terkejut
DISUSUN OLEH :
Kelompok I