HIPERTENSI
“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada Mata Kuliah
Metodelogi Keperawatan ”
DOSEN PEMBIMBING
Ns. Mariyati, M.Kep
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
Furqan
Dini Rivani
Isna Halimatussakdiah
Mahfudh MD
Meutia Sahara
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Kasih dan Rahmat-Nya
sehingga tugas Makalah Metodelogi Keperawatan yang kami buat dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi “ dapat terselesaikan tanpa ada
halangan apa-apa.
Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada segenap pihak yang sudah
membantu dalam menyelesaikan makalah yang kami buat, baik itu Dosen
Pembimbing, Teman-teman, Orang Tua dan keluarga yang selalu mendoakan dan
mendukung kami.
Terlepas dari itu semua kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
makalah yang kami buat baik dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal lain yang
tidak kami sadari. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
sebagai sarana perbaikan untuk makalah yang lebih baik.
Dan semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan masyarakat luas. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih banyak atas perhatiannya.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang......................................................................................1
2. Tujuan...................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan public utama di seluruh dunia
dan merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular tersering, serta belum
terkontrol optimal diseluruh dunia. Namun, hipertensi dapat dicegah dan
penanganan dengan efektif dapat menurunkan risiko stroke dan serangan
jantung. Hipertensi berdasarkan criteria JNC 2, didefinisikan sebagai kondisi
dimana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama 140 mmHg atau tekanan
darah diastolic lebih dari atau sama dengan 90 mmHg. hipertensi mengakibatkan
pada ½ penyakit janrung koroner dan sekitar 2/3 penyakit sarebrovaskular.
Banyak masalah penyakit kardiovaskular sekarang terjadi di negara
berpendapatan rendah sampai menengah. Negara-negara ini berjuang
menghadapi penyakit kardiovaskular terkait kemiskinan dan infeksi seperti
penyakit jantung rematik, fibrosis endomiokardial, infeksi human
imundeficiency virus (HIV), perikarditis tuberkolosis, dan penyakit chagas.
Kombinasi dan keterbatasan ekonomi, sumber daya, dan tumpang tindih
beberapa penyakit membebani kemampuan untuk menangani faktor risiko tidak
menular dan penyakit terkait. Delapan puluh persen kematian kardiovaskuler
seluruh dunia terjadi di negara penghasilan rendah sampai menengah dan dalam
perbandingan dengan negara penghasilan tinggi, kematian ini (stroke dan infark
miokard akut) terjadi diusia lebih muda, berdampak pada keluarga dan tenaga
kerja. Diperkirakan bentuk tidak menular dari penyakit kardiovaskular akan
menjadi penyebab utama kematian dan disabilitas seluruh dunia pada tahun
2020. Secara signifikan, hipertensi sebagai keadaan yang mendahului penyakit
kardiovaskular yang bisa dimodifikasi menyebabkan kematian lebih banyak
dibandingkan yang lain, termasuk merokok, obesitas, dan gangguan lipid.
2. Tujuan
Untuk mengetahui apa itu penyakit hipertensi
Untuk mengetahui bagaimana penyebab dari penyakit hipertensi
Untuk mengetahui tanda gejala dari penderita hipertensi
Untuk mengetahui jalan penyakit dari hipertensi
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien hipertensi
3.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Hipertensi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah didalam
arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari jantung dan
dialirkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
bukan berarti emosi yang berlebihan, walaupun emosi dan stres dapat
meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. Seseorang dikatakan
terkena hipertensi mempunyai tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan tekanan
darah diastoltik ≥90mmHg. Seseorang dikatakan terkena hipertensi tidak hanya
dengan 1 kali pengukuran, tetapi 2 kali atau lebih pada waktu yang berbeda.
Waktu yang paling baik saat melakukan tekanan darah adalah saat istirahat dan
dalam keadaan duduk atau berbaring. [ CITATION Ana16 \l 1033 ][ CITATION Suh16 \l
1033 ]
2. Etiologi
Sampai saat ini, penyebab kasus-kasus hipertensi banyak yang belum diketahui,
tetapi secara umum di bedakan menjadi dua :
a. Hipertensi primer/esensial adalah hipertensi yang tidak atau belum di ketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopaik. Tedapat 95% kasus. Banyak
faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, hiperativitis susunan
simpatis, system reninangiotensis, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na
dan Ca intraselular,dan factor-faktor yang meningkatkan risiko,seperti
obesitas, alcohol, merokok serta polisitemia.[ CITATION Ana16 \l 1033 ]
b. Hipertensi sekunder. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui seperti penggunaan estrogen,penyakit ginjal,hipertensi vascular
renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom, feokromositomo, koarktasio
aorta, hipertensi yang berhubung dengan kehamilan, dan lain-lain.[ CITATION
Ana16 \l 1033 ]
2
penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit
hitam:[ CITATION Ana16 \l 1033 ]
Kolesterol. Faktor ini bisa dikendalikan Kandungan lemak yang berlebih
dalam darah Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding
pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan
akibatnya tekanan darah akan meningkat. Kendalikan kolesterol Anda sedini
mungkin.[ CITATION Ana16 \l 1033 ]
Obesitas/Kegemukan. Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki
berat badan di atas 30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih
besar menderita tekanan darah tinggi.[ CITATION Ana16 \l 1033 ]
Stres. Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil
juga dapat memicu tekanan darah tinggi.[ CITATION Ana16 \l 1033 ]
Rokok. Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan
tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko
diabetes, serangan jantung dan stroke Karena itu, kebiasaan merokok yang
terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi
yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan jantung dan darah.[ CITATION Ana16 \l 1033 ]
Kafein. Faktor ini dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun
minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.[ CITATION Ana16
\l 1033 ]
Alkohol. Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan
juga menyebabkan tekanan darah tinggi.[ CITATION Ana16 \l 1033 ]
Kurang Olahraga. Faktor ini bisa dikendalikan, Kurang olahraga dan
bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga
teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi Anda namun jangan
melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita tekanan darah tinggi.
[ CITATION Ana16 \l 1033 ]
3
4. Klasifikasi Berat Ringan Hipertensi
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tekanan darah seseorang
dikatakan normal jika sistoliknya kurang dari 140 mmHg dan diastoliknya
kurang dari 90 mmHg Jika sistolik di antara 140-160 mmHg dan diastolik di
antara 90-95 mmHg disebut borderline hypertension. Pada posisi ini seseorang
harus waspada karena memilik kecenderungan kuat mengidap hipertensi. Jika
seseorang memiliki sistolik lebih dari 160 mmHg dan diastolik lebih dari 95
mmhg maka jelas orang tersebut mengidap hipertensl. Berikut ini klasifikasi
tekanan darah orang dewasa usia > 18 tahun.
Menurut Khairul Anam dalam jurnalnya Gaya Hidup Sehat Mencegah Penyakit Hipertensi,2016
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan non Farmakologis
Diet pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurusan berat
badan dapat menurunkan tekanan darah disertai dengan penurunan
aktifitas rennin dalam plasma dan kadar aldosteron dalam plasma.
Aktifitas Pasien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan serta
berjalan, jogging atau berenang.
b. Penatalaksanaan farmakologik
Sesuai dengan rekomendasi WHO / ISH dengan mengingat kondisi pasien,
sasarkan pertimbangan dan prisif sebagai berikut :
Mulai dosis rendah yang bersedia, naikkan bila respon belum optimal,
contoh : agen beta bloker ACE.
Kombinasi dua obat, dosis rendah lebih baik dari pada satu obat dosis
tinggi. Contoh : diuretik dengan beta bloker.
Bila tidak ada respon satu obat, respon minim atau ada efek samping
ganti DHA yang lain.
Pilih yang kerja 24 jam, sehingga hanya sehari sekali yang akan
meningkatkan kepatuhan.
Pasien dengan DM dan insufisiensi ginjal terapi mulai lebih dini yaitu
pada tekanan darah normal tinggi ( Suyono, 2001 ).
4
6. Komplikasi
Tekanan darah yang menetap pada kisaran angka tinggi membawa risiko
berbahaya. Biasanya, muncul berbagai komplikasi. Aterosklerosis merupakan
salah satu komplikasi yang kerap menyertai hipertensi. Saat darah dialirkan
dengan tekanan tinggi dapat merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan
penumpukan platelet yang kemudian membentuk mikrotrombi. Terbentuknya
mikrotrombi ini menyebabkan lemak dan kolesterol tertahan dan menumpuk
sehingga terbentuklah plak. Terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah
otomatis menurunkan fleksibilitas pembuluh darah sehingga menghambat laju
aliran darah dan tekanan darah semakin meningkat. Konsekuensinya timbul
kerusakan dan gangguan pada organ-organ tubuh. Berikut ini komplikasi
hipertensi yang dapat terjadi :
Kerusakan dan gangguan pada otak
Stroke/ CVA
Gangguan dan Kerusakan Mata
Gangguan dan Kerusakan Jantung
Gangguan dan Kerusakan Ginjal
Infark Miokard[ CITATION Jul05 \l 1033 ]
5
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
A. Pengkajian
1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis,
tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin
lambat/ bertunda.
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan
pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu).
5. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir-akhir
ini(meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
6. Neurosensori
Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,
subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan
setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur, epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,
efek, proses piker, penurunan kekuatan genggaman tangan.
6
7. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit
kepala.
8. Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,
dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesoris pernafasan
bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.[ CITATION
Nur15 \l 1033 ]
7
c. Hasil yang diharapkan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan
TD, mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima,
memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.[ CITATION Nur15 \l 1033
]
3. Potensial
perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi.
a. Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
b. Intervensi :
Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia.
Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
Amati adanya hipotensi mendadak
Ukur masukan dan pengeluaran
Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan
c. Hasil yang diharapkan : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang
membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat
diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium
8
dalam batas normal. Haluaran urin 30 ml/ menit ada tanda-tanda vital
stabil.[ CITATION Nur15 \l 1033 ]
9
Kaji emahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi
dengan kegemukan. (Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah
tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah
jantung berkaitan dengan masa tumbuh).
Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan kebiasaan makan
menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan
predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke,
penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam
memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal
yang lebih memperburuk hipertensi).
Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk
penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan
untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali
tidak berhasil).
Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi
kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam
menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan).
Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya :
penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan masukan kalori
seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan
berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat
mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya
dengan cara mengubah kebiasaan makan).
Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian
termasukkapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan
perasaan sekitar saat makanan dimakan. (memberikan data dasar
tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat
makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana
pasien telah / dapat mengontrol perubahan).
Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan
dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging
dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk
kalengan,jeroan). (Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan
kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis).
Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling dan
bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual).
10
6. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak
efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
a. Kriteria Hasil : Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan
konsekkuensinya, menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan
pribadi, mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah
untuk menghindari dan mengubahnya.[ CITATION Nur15 \l 1033 ]
b. Intervensi :
Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan. (Mekanisme adaptif perlu
untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan
mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-
hari).
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak
mampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah. (Manifestasi
mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah
yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic).
Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah
langkah.
pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor).
Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan
partisifasi maksimum dalam rencana pengobatan. (keterlibatan
memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan.
Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama
dalam regiment teraupetik.
Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan
pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang
anda inginkan ?. (Fokus perhtian klien pada realitas situasi yang relatif
terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja
keras, kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada
kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal).
Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan
hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan
tujuan diri / keluarga. (Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya).
[ CITATION Nur15 \l 1033 ]
11
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah didalam
arteri dengan tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan tekanan darah diastoltik
≥90mmHg.
Secara umum Hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu : Hipertensi
primer/esensial, Hipertensi sekunder.
penyebab hipertensi : Keturunan, Usia, GaramKolesterol,
Obesitas/Kegemukan, Stres, Rokok, Kafein, Alkohol, Kurang Olahraga.
SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Anam, K. (2016). Gaya Hidup Sehat Mencegah Penyakit Hipertensi. Gaya Hidup
Sehat Mencegah Penyakit Hipertensi, 97-101.
Julianti, E. D. (2005). Bebas Hipertensi dengan terapi Jus. Jakarta: Puspa Swara
Anggota IKAPI.
Nurhidayat, S. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi. Ponorogo:
UNMUH Ponorogo Press.
S.Pikir, B. (2015). Hipertensi Manajemen Komprehensif. Surabaya: Airlangga
University Press (UAP).
Suhadi, R. dkk. (2016). Seluk Beluk Hipertensi: Peningkatan Kompetensi Klinis
untuk Pelayanan Kefarmasian. Yogyakarta: Fakultas Farmasi, Universitas
Sanata Dharma.
tambayong, j. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
13