PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kewirausahaan telah menjadi suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam
menghadapi tentang hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai
risiko yang mungkin dihadapinya. Sebagai suatu disiplin ilmu, maka ilmu
kewirausahaan dapat dipelajari dan diajarkan, sehingga setiap individu
memeliki peluang untuk tampil sebagai wirausahawan (interpreuner).
Bahkan untuk menjadi wirausahawan sukses, memiliki bakat saja tidak
cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan segala aspek usaha yang
akan ditemukan.
Problem yang sering dialami oleh pengelola pendidikan tenaga
kesehatan adalah semakin sempitnya lapangan kerja bagi tenaga kesehatan
perawat dan bidan khususnya di institusi pemerintah maka perlu kiranya
tenaga kesehatan dibekali kemanpuan dan keterampilan lain yang sesuai
dengan kompetensinya guna membuka peluang usaha bai secara mandiri
maupun kolaborasi. Kemampuan melakukan wirausaha dapat dilakukan
sejak tenaga kesehatan masih belajar dibangku kuliah maupun ketika
sudah menyelesaikan pendidikan dengan cara memberikan pelatihan
kewirausahaan. Salah satu metode untuk melatih kemampuan wirausaha
yang masih belajar dibangku kuliah adalah dengan memberikan pelatihan,
kunjungan dan magang.
Seorang bidan yang membuka praktik mandiri dapat disebut juga
wirausahawan. Dimana wirausahawan adalah seorang yang memiliki
keahlian menjual, mulai menawarkan ide hingga komoditas yakni layanan
jasa. Sebagai pelaku usaha mandiri dalam bentuk pelayanan jasa kesehatan
dituntut untuk mengetahi dengan baik meangemen usaha. Bidan sebagai
pelaku usaha mandiri dapat berhasil baik dituntut untuk mampu sebagai
managerial dan pelaksana usaha, didukung pula pelaksaan usaha didukung
pula kemampuan menyusun perencanaan berdasarkan visi yang
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengaplikasikan kesinambungan antara teori
kewirausahaan yang di pelajari dengan praktik kewirausahaan di PMB
Kuswatiningsih.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa megetahui tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan di PMB Kuswatinngsiih
b. Mahasiswa mengetahui penyelenggaraan keprofesian bidan di
PMB Kuswatiningsih
c. Mengetahui tentang praktek kebidanan di PMB Kuswatiningsih
d. Mengetahui tentang penyelenggaraan kewirausahaan kebidanan di
PMB Kuswatiningsih
e. Membuka wawasan mahasiswa tentang ide kreatif kewirausahaan
di PMB Kuswatiningsih.
f. Mengetahui adakah pengaruh antara prestasi praktek kerja bisnis
dengan upaya berwirausaha di PMB Kuswatingsih
g. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman berwirausaha terhadap
minat berwirausaha di PMB Kuswatiningsih
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Memperoleh pengetahuan dan gambarantentang pendirian suatu usaha
bidan praktik mandiri.
2. Bagi bidan
Mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai profesi dan mampu
mengelola manangement pelayanan secara professional serta
mempunyai jiwa entrepreneur.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
Menimbang:
1. Bahwa dalam rangka melindungi masyarakat penerima pelayanan kesehatan,
setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan praktik keprofesiannya
harus memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Bahwa Bidan merupakan salah satu dari jenis tenaga kesehatan yang
memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan asuhan kebidanan
sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki;
3. Bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan perlu disesuaikan dengan
perkembangan dan kebutuhan hukum;
4. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf c, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (5)
UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan
4
5
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan; (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 122);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 977);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Pendayagunaan
Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 1320);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508);
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Bidan;
6
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN.
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksut dengan :
1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah
teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh
Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan.
3. Surat Tanda Registrasi Bidan yang selanjutnya disingkat STRB adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada Bidan yang telah memiliki
sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Surat Izin Praktik Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Bidan sebagai
pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik kebidanan.
5. Praktik Mandiri Bidan adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan
kebidanan yang dilakukan oleh Bidan secara perorangan.
6. Instansi Pemberi Izin adalah instansi atau satuan kerja yang ditunjuk oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota untuk menerbitkan izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
8. Organisasi Profesi adalah wadah berhimpunnya tenaga kesehatan bidan di
Indonesia.
9. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
7
Pasal 2
Dalam menjalankan Praktik Kebidanan, Bidan paling rendah memiliki kualifikasi
jenjang pendidikan diploma tiga kebidanan.
Bagian kedua
STRB
Pasal 3
1. Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik
keprofesiannya.
2. STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah Bidan memiliki
sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun.
4. Contoh surat STRB sebagaimana tercantum dalam formulir II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
8
STRB yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian ketiga
SIPB
Pasal 5
1. Bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki SIPB.
2. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Bidan yang telah
memiliki STRB.
3. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu) Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
4. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama STR Bidan masih
berlaku, dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
Pasal 6
1. Bidan hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPB.
2. Permohonan SIPB kedua, harus dilakukan dengan menunjukan SIPB pertama.
Pasal 7
1. SIPB diterbitkan oleh Instansi Pemberi Izin yang ditunjuk pada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
2. Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditembuskan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan kabupaten/kota,
Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditembuskan.
Pasal 8
1. Untuk memperoleh SIPB, Bidan harus mengajukan permohonan kepada
Instansi Pemberi Izin dengan melampirkan
a. fotokopi STRB yang masih berlaku dan dilegalisasi asli;
b. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
c. surat pernyataan memiliki tempat praktik;
9
Pasal 10
SIPB dinyatakan tidak berlaku jika :
1. tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPB
2. masa berlaku STRB telah habis dan tidak diperpanjang
3. Dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin
4. Bidan meninggal dunia.
Pasal 11
1. Bidan warga negara asing yang akan menjalankan Praktik Kebidanan di
Indonesia harus memiliki sertifikat kompetensi, STR sementara, dan SIPB.
2. Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Bidan
warga negara asing setelah lulus evaluasi kompetensi.
3. Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh STR sementara.
4. Untuk memperoleh SIPB, Bidan warga negara asing harus melakukan
permohonan kepada Instansi Pemberi Izin dan memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).
5. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan warga negara
asing harus memenuhi persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 12
STR sementara dan SIPB bagi Bidan warga negara asing sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang
hanya untuk 1 (satu) tahun berikutnya.
Pasal 13
1. Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan melakukan
Praktik Kebidanan di Indonesia harus memiliki STRB dan SIPB.
2. STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah melakukan
proses evaluasi kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
11
PENYELENGGARAAN KEPROFESIAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 15
1. Bidan dapat menjalankan Praktik Kebidanan secara mandiri dan/atau bekerja
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2. Praktik Kebidanan secara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa Praktik Mandiri Bidan.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. Klinik;
b. Puskesmas;
c. Rumah sakit; dan/atau
d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
Pasal 16
1. Bidan yang berpraktik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa puskesmas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) huruf b meliputi
12
Bagian Kedua
Bagian Kewenangan
Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan
untuk memberikan:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak; dan
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Pasal 19
1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf
diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pelayanan:
a. konseling pada masa sebelum hamil
b. antenatal pada kehamilan normal
c. persalinan normal
d. ibu nifas normal
e. ibu menyusui
f. konseling pada masa antara dua kehamilan.
3. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Bidan berwenang melakukan:
a. Episiotomi
b. pertolongan persalinan normal
c. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
d. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
f. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
14
Pasal 25
1. Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a, meliputi:
a. pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi
bawah kulit
b. asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit tertentu
c. penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan
d. pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah;
e. melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu
dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan
f. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan
anak sekolah
g. melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom,
dan penyakit lainnya.
h. pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi
i. melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
2. Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin, dan/atau kebutuhan logistik
lainnya dalam pelaksanaan Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 26
1. Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah
tempat Bidan bertugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1)
huruf b tidak berlaku, dalam hal telah tersedia tenaga kesehatan lain dengan
kompetensi dan kewenangan yang sesuai.
18
2. Keadaan tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat Bidan
bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota setempat.
Pasal 27
1. Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara
mandat dari dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b
diberikan secara tertulis oleh dokter pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tingkat pertama tempat Bidan bekerja.
2. Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat diberikan dalam keadaan di mana terdapat kebutuhan pelayanan yang
melebihi ketersediaan dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat
pertama tersebut.
3. Pelimpahan tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan ketentuan:
a. tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kompetensi yang telah
dimiliki oleh Bidan penerima pelimpahan
b. pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan
dokter pemberi pelimpahan
c. tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan klinis
sebagai dasar pelaksanaan tindakan
d. tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.
4. Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi tanggung jawab dokter pemberi mandat, sepanjang pelaksanaan
tindakan sesuai dengan pelimpahan yang diberikan.
19
Bagian Keempat
Kewajiban dan Hak
Pasal 28
Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan berkewajiban untuk:
1. menghormati hak pasien
2. memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan
yang dibutuhkan
3. merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani
dengan tepat waktu
4. meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
5. menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan
6. melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya yang
diberikan secara sistematis
7. mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional
8. melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Praktik Kebidanan
termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.
9. pemberian surat rujukan dan surat keterangan kelahiran
10. meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai
dengan bidang tugasnya
Pasal 29
Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan memiliki hak:
1. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan pelayanannya
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional
2. memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau
keluarganya
20
Ketentuan Peralihan
Pasal 47
1. Praktik Mandiri Bidan yang telah terselenggara berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan tetap dapat menyelenggarakan pelayanan
sampai habis masa berlakunya izin.
2. Praktik Mandiri Bidan yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan, harus menyesuaikan dengan Peraturan
Menteri ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini
diundangkan.
3. Proses permohonan SIPB baru atau perpanjangan SIPB yang telah
memenuhi persyaratan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan,
dan diajukan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, tetap diproses
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010.
Pasal 48
Bidan desa yang telah memiliki SIPB berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan, dan tempat praktiknya di desa/kelurahan belum
26
3. Ruang tindakan
a. Ukuran minimal 3 x 4 m2 untuk 1 (satu) tempat tidur persalinan dengan
ukuran sesuai standar.
b. Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang tidak tembus air dan mudah
dibersihkan, keras, rata, tidak licin.
c. Akses keluar masuk pasien lebar minimal 90 cm.
d. Ruangan bersih dan tidak berdebu.
e. Tersedia meja resusitasi untuk neonatal dan set resusitasi.
f. Tersedia tempat untuk mencuci tangan dengan air mengalirdan tersedia
sabun atau antiseptik.
4. Ruang nifas/rawat inap ibu dan bayi
a. Ukuran minimal 2x3 m untuk 1 tempat tidur
b. Jumlah tempat tidur maksimal 5 (lima) tempat tidur disesuaikan dengan
luas ruangan.
c. Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang tidak tembus air dan mudah
dibersihkan, keras, rata, tidak licin.
d. Akses keluar masuk pasien lebar minimal 90 cm.
e. Ruangan bersih dan tidak berdebu.
f. Tersedia tempat untuk mencuci tangan dengan air mengalir dan tersedia
sabun atau antiseptik.
5. WC/Kamar mandi
a. Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang tidak tembus air dan mudah
dibersihkan, keras, rata, tidak licin.
b. Pintu terbuka keluar, lebar daun pintu minimal 90 cm, mudah dibuka dan
ditutup.
c. Dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail), kloset diutamakan kloset
duduk.
d. Tersedia shower/gayung
28
9. Meubelair
No Jumlah Meubelair Jumlah Minimum
1. Kursi kerja 4 buah
2. Lemari arsip 1 buah
3. Meja tulis 1 buah
4. Tempat tidur untuk periksa 1 buah
5. Tempat tidur untuk persalinan 1 set
6. Tempat tidur nifas 1 buah
7. Books bayi 1 buah
Persyaratan peralatan
Peralatan
No Jenis peralatan Jumlah minimum
I. Set Pemeriksaan Obstetri Gynekologi
1. Bak Instrumen dengan tutup 1 buah
2. Bak logam tempat alat steril bertutup 1 buah
3. Palu reflex 1 buah
4. Pen lancet 1 buah
5. Sphygmomanometer dewasa 1 buah
6. Stetoskop dewasa 1 buah
7. Sudip lidah 2 buah
8. Termometer dewasa 1 buah
9. Timbangan dewasa 1 buah
10. Torniquet karet 1 buah
11. Dopler 1 buah
12. Gunting benang 1 buah
13. Gunting episiotomy 1 buah
14. Gunting tali pusat 1 buah
15. Gunting verband 1 buah
16. Klem kasa 1 buah
17. Tempat klem kasa (korentang) 1 buah
30
Set Pelayanan KB
No Jenis peralatan Jumlah minimum
1. Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup 1 buah
2. Impant kit 1 buah
3. IUD kit 1 buah
4. Aligator Ekstraktor AKDR 1 buah
5. Gunting Mayo CVD 1 buah
6. Klem Kasa Lurus (Sponge Foster Straight) 1 buah
7. Klem Penarik Benang AKDR 1 buah
8. Sonde Uterus Sims 1 buah
9. Tenakulum Schroeder 1 buah
10. Scapel 1 buah
11. Trochar 1 buah
Set Imunisasi
No Jenis peralatan Jumlah minimum
1. Vaccine carrier 1 buah
2. Vaccine Refrigerator 1 buah
Peralatan Lain
No Jenis Peralatan Jumlah Minimum
1. Bantal 3 buah
2. Celemek plastik 1 buat
3. Kacamata google 1 buah
4. Sepatu boot 1 pasang
5. Penutup rambut 1 buah
6. Duk bolong 2 buah
7. Kasur 3 buah
8. Lemari alat 1 buah
9. Lemari obat 1 buah
10. Meteran (untuk mengukur tinggi Fundus) 1 buah
11. Perlak 2 buah
12. Pispot 5 buah
13. Pita pengukur LILA 1 buah
14. Sprei 3 buah
15. Set tumbuh kembang anak 1 buah
16. Set tumbuh kembang anak 1 buah
17. Tempat Sampah Tertutup yang dilengkapi 2 buah
dengan injakan pembuka penutup
18. Tirai 3 buah
19. Toples Kapas/Kasa Steril 3 buah
20. Tromol Kasa/Kain Steril 3 buah
21. Waskom Kecil 1 buah
22. Bengkok 3 buah
23. Pengukur tinggi badan 1 buah
24. Pisau pencukur 1 buah
25. Handuk pembungkus neonatus Sesuai kebutuhan
33
Kontrasepsi Suntik
No Jenis obat Sediaan Jumlah
1. Medroxyroprogesterone acetate Vial Sesuai sediaan
(DMPA)
2. Kombinasi Medroxyroprogesterone Vial Sesuai
acetate (DMPA) dan estradiol kebutuhan
cypionate
Kontrasepsi Implant
No Jenis obat Sediaan Jumlah
1. Levonorgestrel Rods Sesuai kebutuhan
2. Etonogestrel Rods Sesuai kebutuhan
Kontrasepsi IUD
No Jenis obat Sediaan Jumlah
1. IUD Cu T 380 A Set Sesuai kebutuhan
2. IUD Levonogestrel Set Sesuai kebutuhan
Kondom
No Jenis obat Sediaan Jumlah
1. Kondom Buah Sesuai kebutuhan
Pasal 1
(1) Pemerintah Daerah Porvinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
wajib menerapkan Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.
(2) Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan yang selanjutnya disebut
SPM Kesehatan merupakan ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan
Dasar yang merupakan Urusan Pemerintah Wajib yang berhak diperoleh
oleh setiap Warga Negara secara Minimal
Pasal 2
(1) SPM Kesehatan terdiri atas SPM Kesehatan Daerah Provinsi dan SPM
Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota.
(2) Jenis pelayanan dasar SPM Kesehatan Derah Provinsi antara lain :
a. Pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat
bencana dan/atau berpotensi bencana provinsi; dan
b. Pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa
provinsi
(3) Jenis pelayanan dasar pada SPM Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota
terdiri atas :
a. Pelayanan kesehatan ibu hamil
b. Pelayanan kesehatan ibu bersalin
c. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
d. Pelayanan kesehatan balita
38
(2) Mutu pelayanan setiap jenis pelayananan dasar pada SPM Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam standar teknis yang
terdiri atas :
a. Standar jumlah dan kualitas barang dan/ atau jasa
b. Standar jumlah dan kualitas personel/ sumber daya manusia kesehatan;
dan
c. Petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar.
(3) Standar teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pasa Standar Pelayanan
Minimal Bidan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 4
Capaian kinerja Pemerintah Daerah dalam pemenuhan mutu pelayanan setiap
jenis pelayanan dasar pada SPM Kesehatan harus 100% ( seratus persen).
Pasal 5
Perhitungan pembiayaan pelayanan dasar pada SPM Kesehatan memperhatikan
berbagai sumber pembiayaan agar tidak terjadi duplikasi anggaran.
Pasal 6
Pelaksanaan pelayanan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5)
dicatat dan dilaporkan kepada pemerintah daerah Kabupaten/ Kota, pemerintah
daerah provinsi, dan Mneteri Kesehatan secara berjenjang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Menteri Kesehatan, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota melakukan monitoring dan evaluasi serta pembinaan dan
pengawasan secara berjenjang sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Pasal 8
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehata (
40
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1473), dicabut dan
dinayatakan tidak berlaku.
Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan mempunyai
daya laku surut sejak tanggal 1 Januari 2019. Agar setiap orang mengetahuinya,
memeintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
12. Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan
Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan
membantu melayani apa yang dibutuhkan oleh seseorang, selanjutnya menurut
kamus besar Bahasa Indonesia, jika dikaitkan dengan masalah kesehatan
diartikan pelayanan yang diterima oleh sesorang dalam hubungannya dengan
pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu.
Menurut Pasal 1 UU Kesehatan No: 36 Th. 2009, dalam Ketentuan
Umum, terdapat pengertian pelayanan kesehatan yang lebih mengarahkan pada
obyek pelayanan yaitu pelayanan kesehatan yang ditujukan pada jenis upaya,
meliputi upaya peningkatan (promotif) pencegahan (preventif), pengobatan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Pengertian pelayanan kebidananan yang termuat dalam Kepmenkes. RI
Nomor: 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standart profesi bidan, Pelayanan
Kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Dari beberapa pengertian tentang pelayanan kebidanan diatas maka
dapat disimpulkan pelayanan kebidanan adalah kegiatan membantu memenuhi
kebutuhan seseorang atau pasien, oleh bidan, dalam upaya kesehatan (meliputi
peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan) yang sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya. Sedangkan kata Legal sendiri berasal dari
kata leggal (bahasa Belanda) yang artinya adalah sah menurut undang-undang
41
atau menurut kamus Bahasa Indonesia, legal diartikan sesuai dengan undang-
undang atau hukum.
Aspek legal didefinisakn sebagai studi kelayakan yang
mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau dari segi hukum yang
berlaku di indonesia. Tujuan aspek legal dalam pelayanan kebidanan adalah
dijadikan sebagai suatu persyaratan untuk melaksanakan praktik bidan
perorangan dalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang sudah ditetapkan dalam perundang-undangan serta memberikan
kejelasan batas-batas kewenangannya dalam menjalankan praktik kebidanan.
(Ristica & Julianti, 2014)
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan, pengertian
Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan norma hukum
yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk menjadi sumber hukum
yang paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dan membantu
memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan
dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan.
1. Otonomi Bidan dalam Pelayanan
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang
penting dan dituntun dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan
dengan keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggungjawaban dan tanggung
gugat (accountability) atas semua tindakan yang dilakukannya. Sehingga semua
tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu
evidence based. Akuntabiliti diperkuat dengan satu landasan hukumyang mengatur
batas-batas wewang profesi yang bersangkutan.Dengan adanya legitimasi
kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak otonomi dan mandiri untuk
bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan berfikir logis dan
sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
42
BAB III
HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA
Bidan Magang
Desmaniar, Amd.Keb
47
48
Rp. 100.000
Rp.20.000-
Rp.25.000
4 Pelayanan Ibu dan Anak Setiap hari
Pukul 06.00-21.00 WIB
49
b. Kelayakan usaha
1) Aspek hukum
Berguna menganalisis kelayakan legalitas usaha yang dijalankan,
ketepatan bentuk badanhukum dengan ide bisnis yang akan dilaksanakan,
dankemampuan bisnis yang akan diusulkan dalammemenuhi persyaratan
perizinan. Bidan di PMB Kuswatiningsih memiliki SIPB dan STR yang
masih berlaku sampai tahun 2023 sebagaimana menjadi salah satu syarat
pendirian sesuai yang tertera pada Permenkes 28 tahun 2017 tentang
penyelenggaraan praktik bidan dalam BAB II Pasal 2 dan 3. PMB juga
memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dalam pendirian usaha serta
memiliki persayaratan pengelolaan lingkungan (Dokumen Lingkungan
Hidup) yang dikeluarkan oleh instansi pemerintahan.
2) Aspek Lingkungan
Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek lingkungan
jikakondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan dan mampu memberikan
manfaat yang lebih besar dibandingkan dampak negatifnya. PMB
Kuswatiningsih terletak di Demangan, Madurejo, Prambanan yang
berbatasan Kabupaten Bantul, Gunung Kidul dan Klaten Jawa
Tengah.Lokasi pendirian kurang strategis dikarenakan jauh dari akses jalan
raya maupun dari pusat keramaian, PMB juga dekat dengan pelayanan
kesehatan lain yang akan menambah jumlah pesaing, akan tetapi karena
kualitas pelayanan yang bagus, harga pelayanan yang terjangkau dan sudah
adanya dukungan lokasi pendirian dari pemerintah setempat sehingga minat
masyarakat terhadap layanan yang ditawarkan di PMB tetap tinggi dan
mempunyai prospek nilai ekonomis yang tinggi di masa mendatang.
3) Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar menganalisis potensi pasar,intensitas persaingan, market share
yang dapatdicapai, serta menganalisis strategi pemasaran yangdapat
digunakan untuk mencapai market share yangdiharapkan. Dengan analisis
51
tetapi pasien dari luar wilayah juga banyak yang mendatangi PMB
Kuswatiningsih.
c) Pasar sasaran
Sasaran yang dipilih PMB Kuswatiningsih dalam menawarkan jasa, yaitu:
a. Klien yang membutuhkan pelayanan KIA, KB, persalinan dan kespro
b. Klien yang membutuhkan pelayanan komplementer lengkap dengan
harga terjangkau
d) Analisis persaingan dan strategi bersaing
Pelayanan KIA dan KB lebih menekankan pada kualitas
pelayanan dengan harga terjangkau, dengan adanya layanan
komplementer lengkap menjadikan usaha tidak memiliki masalah dalam
hal persaingan walaupun dekat dari layanan kesehatan lain seperti PMB
dan Rumah Sakit.Pelayanan kesehatan di Wilayah tersebut belum ada
yang memberikan layanan seperti PMB Kuswatiningsih sehingga hal
tersebut menjadi strategi dalam bersaing. Bidan yang berkompeten dan
ramah dalam memberikan pelayanan, memiliki rasa empati yang tinggi,
menjadikan masyarakat semakin loyal dan percaya untuk kembali datang
ke PMB ataupun menyarakan ke orang lain serta menjadikan PMB
semakin unggul dan memiliki nilai ekonomi tinggi kedepanya.
4) Aspek Teknis dan Teknologi Pelayanan Komplementer
Aspek teknis menganalisis kesiapan teknis dan ketersediaan teknologi yang
dibutuhkan untuk menjalankan bisnis.
a) Aspek Teknis
(1) Senam hamil yoga
Senam hamil yoga dilatih oleh bidan berkompeten yang sudah
mengikuti pelatihan, ruangan memadai ukuran 6x7 m, terdapat kipas
angin, type recorder, matras 13 buah, gym ball 1 buah, bantal 13
buah, cermin besar ukuran 5,5m x 2,5m dan pemberian 1 gelas susu
setelah senam.
53
kerja,administrasi, tata ruang, target penjualan jasa dan arus laba rugi
perusahaan.
b) Pengorganisasian
Menetukan tugas dan tanggungjawab masing-masing sumber daya manusia
dalam melakukan kegiatan usaha. Pengorganisasian di PMB
Kuswatiningsih tertata dengan baik sesuai tugas dan tanggung jawab yang
efektif dalam management. Namun usaha ini masih keterbatasan sumber
daya manusia karena banyakanya pelayanan di PMB.
c) Pemberian motivasi dan pengaruh
Merupakan proses memberikan pengaruh kepada orang lain untuk
mencapai tujuan tertentu. PMB Kuswatiningsih hanya mengunakan tehnik
word of mouthdalam strategi promosi.
d) Pengelolaan pegawai/ pekerja
Hal ini mencakup aktivitas perekrutan, wawancara, pengujian,
penyeleksian, pengorientasian, pelatihan, pengembangan, pengevaluasian,
pengkompensasian, pendisiplinan, dan pemecatan karyawan. PMB
Kuswatiningsih mengutamakan bidan yang telah tersertifikasi/ memiliki
STR untuk dijadikan pegawai di PMB
e) Pengendalian
Dilakukan pada penetapan standar kerja, mengukur kinerja individu dan
organisasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar kinerja yang
direncanakan, dan melakukan tindakan korektif. Bidan Kuswatiningsih
selalu melakukan evaluasi positif terhadap pekerja, memberikan pelatihan,
dan mengutamakan kedisiplinan pekerja.
2. Aspek pasar
Aspek pasar merupakan aspek yang memberikan gambar keuntungan bagi
perusahaan yang dapat dilihat dari potensi pasar dalam menyerap produk/ jasa
yang ditawarkan. PMB Kuswatiningsih sangat memenuhi kabutuhan dan
kepuasan konsumen hal ini dilihat dari jumlah klien yang terus bertambah.
61
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pendirian Usaha
Bidan Wati mendirikan suatu usaha PMB (Praktik Mandiri Bidan)
Kuswatiningsih di Demangan, Madurejo, Prambanan sejak tahun 2006 setelah
sebelumnya bidan menjalankan praktik mandiri sejak 1997 di lain
wilayah.Bidan Kuswatiningsih sudah menjadi anggota IBI,memiliki surat
keterangan Kepala Puskesmas wilayah setempat, memiliki surat keterangan
tidak sedang dalam profesi/hukum, juga memiliki surat keterangan Ketua
Ranting IBI wilayah.
PMB Kuswatiningsih menjalankan praktik sudah mencantumkan izin
praktik bidannya atau foto praktiknya di ruang praktinya dan dibantu tenaga
bidan yang sudah memiliki STR dan SIPB untuk membantu tugas pelayanan
kebidanannya, ibu Wati dalam menjalankan praktik sudah mempunyai
peralatan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan peralatan tersedia di
tempat praktiknya, pelayanan yang dimiliki bidan sudah menjalankan praktik
bidan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.
PMB Kuswatiningsih memiliki tempat dan ruangan praktik yang
memenuhi persyaratan kesehatan, menyediakan ruang tunggu periksa 1, ruang
konseling 1, ruang pendaftaran 1, ruang periksa ibu/ANC 1,ruang
imunisasi/balita sakit 1, ruang tindakan/KB 1, ruang laktasi/pijat mom 1,
ruang bersalin 1, ruang bidan jaga 1, ruang nifas 2, ruang tunggu ps ranap 1,
kamar PKL 2, ruang senam hamil dan pijat Spa 1, toilet dalam 2, toilet luar 1,
dapur pasien 1.
Ibu Wati sudah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan saling
tukar informasi dengan sesama bidan, sudah juga engikuti kegiatan-kegiatan
akademis dan pelatihan sesuai dengan tugasnya, seminar-seminar baik yang
diselenggarakan pemerintah maupun oleh organisasi profesi untuk
61
62
mengupdate ilmu kebidanan yang berkembang, dan ibu Wati juga memelihara
dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktik agar tetap siap dan
berfungsi dengan baik.
PMB Kuswatiningsih memiliki papan nama yang berukuran seluas
40cm x 60cm m tulisan blok warna hitam dan dasarnya warna putih,
pemasangan papan nama pada tempat yang mudah dan jelas terbaca oleh
masyarakat. Untuk tata ruang setiap ruang periksa memiliki diameter yang
berbeda-beda ada yang 3 x 3 m dan ada yang 3 x 4 m. terdapat ruang periksa,
ruang konseling, ruang nifas, ruang laktasi, ruang bersalin, ruang administrasi,
ruang tunggu priksa, ruang tunggu keluarga pasien nginap, kamar mandi/ WC,
ruang senam, ruang pijat spa, dan ruang pijat ibu.
Lokasi pendirian telah disetujui oleh pemerintah daerah setempat tidak
berbaur dengan kegiatan umum lainnya seperti pusat perbelanjaan, tempat
hiburan, dan sejenisnya. Tidak mempunyai surat kepemilikan (surat hak
milik/ surat hak guna pakai), tidak mempunyai surat hak guna (surak kontrak
bangunan) karena tempat milik pribadi. Memiliki surat perizinan SIPB yang
dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang seterusnya
akan disampaikan laporannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
setempat dengan tembusan kepada organisasi profesi setempat.
Ada kelengkapan administrasi, sarana dan prasarana PMB, memiliki
papan nama bidan praktek swasta, ada visi dan misi, ada falasafah, memiliki
buku standar pelayanan kebidanan, memiliki buku pelayanan KB, ada buku
standar pelayanan kebidanan neonatal, ada buku register pasien. Terdapat
format catatan medic seperti antenatal, perslinan, nifas, bayi baru lahir,
keluarga berencana, bayi sehat, rujukan, laporan, surat kelahiran, surat
kematian, partograf, inform consent, formulir permintaan darah.
B. Profil Usaha
Berdasarkan keterangan atau hasil wawancara bidang usaha yang
dijalankan sesuai dengan profesinya yaitu bidang Kesehatan Ibu dan Anak
63
(KIA). Jenis produk atau jasa yang dijalankan yaitu pemeriksaan ANC,
layanan persalinan 24 Jam, layanan kesehatan bayi balita anak, dan KB serta
layanan komplementer kebidanan seperti: senam hamil yoga, senam hamil
maryam, pijat bayi, spa bayi, pijat oksitosin, tehnik marmet payudara, pijat
nifas, dan pijat hamil
Biodata usahawan
1. Penanggung jawab : Kuswatiningsih, Amd.Keb
2. TTL : Sleman 22 Januari 1978
3. Alamat : Demangan, Madurejo, Prambanan
Sleman Yogyakarta
4. Nomer telpon : 0813xxx
5. Fax :-
6. Email : Watisubagya@yahoo.co.id
7. Bentuk badan hukum :-
8. Tahun berdiri : 2006
Berdasarkan hasil wawancara, PMB Kuswatiningsih belum memiliki
izin tersendiri terkait usaha komplementar yang dijalankan akan tetapi
memiliki perizinan resmi dari organisasi profesi terkait pendirian usaha. PMB
Kuswatiningsih tidak memilki perizinan penggunaan tanah dikarenakan
tempat yang digunakan untuk usaha adalah milik pribadi, tidak memiliki izin
mendirikan bangunan dikarenakan tidak bekerja sama dengan permerintah
terkait usaha yang didirikan, tidak ada gangguan HO, memiliki NPWP dalam
pendirian usaha, tidak memiliki akte pendirian dalam badan usaha akan tetapi
akte yang digunakan saat ini adalah akte tanah rumah, danjuga memiliki
persyaratan pengelolaan lingkungan atau dokumen lingkungan hidup.
C. Visi dan Misi Usaha
1. Visi usaha
PMB Kuswatiningsih sebagai tempat pelayanan kebidanan dan pelayanan
kesehatan yang berkualitas guna meningkatkan kesehatan masyarakat
64
berkualitas untuk ibu dan anak. Pelayanan umum merupakan usaha pokok dan
penerapan usaha komplemneter kebidanan sebagai usaha sampingan.
Waktu operasional pelayanan pukul 06.00 – 21.00 yang meliputi
pertolongan persalinan 24 jam pemeriksaan kehamilan , pelayanan KB,
pelayanan Ibu dan Anak, pap smear ,konsultasi kesehatan reproduksi dan
IVA, dan Imunisasi setiap minggu ke-2 dan ke-4, pukul 06.00-21.00 WIB,
senam hamil dan yoga hari senin dan jum’at pukul 16.00 WIB
PMB Kuswatiningsih memiliki harga yang terjangkau, kualitas
pelayanan yang baik dan keramahtamahan petugas, pemberian susu ibu hamil
saat senam dan yoga, pemberian aromatherapy pada pijat bayi, asuhan
persalinan dengan layanan pijat perineum pada kasus tertentu, tehnik marmet
gratis pada kasus tertentu, layanan konsultasi. Prospek usaha kedepanya akan
lebih maju karena meningkatnya kebutuhan masyarakat terkait pelayanan
kesehatan ibu dan anak, peminat jasa akan meningkat dengan adanya
kecanggihan teknologi seperti memanfaatkan sosial media FB, Instagram dan
WA akan tetapi seiring kemajuan usahan akan membutuhan SDM bidan yang
lebih banyak dan berkompeten.
Sumber pembiayaan pendirian usaha adalah modal pribadi , wadah
yang menaungi usaha adalah organisasi profesi IBI (Ikatan Bidan Indonesia).
Pihak tenaga kesehatan yang terlibat dalam usaha PMB adalah bidan dan
seorang dokter Sp.OG. Tidak menjalin kemitraan dengan pihak lain. Untuk
rencana pengembangan meningkatkan kualitas layanan sehingga pasien
bertambah dan berusaha menjadi klinik pratama
E. Struktur organisasi
Bidan Kuswatiningsih memiliki 3 bidan yang membantu dalam
pelaksanaan usaha PMB yang didirikanya, yaitu Bidan Nunik Maarwati
Amd.Keb sebagai bidan penanggung jawab operasional, bidan Galuh ktariana
sari Amd.Keb sebagai bidan penangungjawab pencatatan dan pelaporan serta
bidan Desmaniar selaku bidan magang atau anggota pelaksana. Keunggulan di
66
G. Analisis pesaing
Hasil yang didapatkan pesaing terdekat yaitu PMB Rinawati, PMB Isti
dan Klinik Sayang Ibu, pesaing secara tidak langsung yaitu RSUD
Prambanan, PKM Pramabanan. Kondisi usaha pesaing PMB dengan
memberikan keramahan, harga dan kenyamanan pelanggan/pasien, pelajaran
yang diambil dari pesaing yaitu lebih ramah dan tidak memandang status
pasien, kelemahan dan kekuatan dari pesaing yaitu tidak standby 24 jam,
keramahan , harga , teknik silang, bangunan dan bidan desa. Menurut analisa
kami kondisi lingkungan sekitar PMB terlihat bersih, limbah yang terdapat
yaitu padat, cair, dan gas tidak ada dampak lingkungan terkait
pendirian.Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, rencana
pengembangan beberapa tahun kedepan diharapkan PMB dapat menjadi
Klinik Pratama sehingga pelayanan yang diberikan semakin maksimal dan
usaha komplementer kebidanan lebih berkembang.
H. Hasil Observasi Alat
1. Peralatan Tidak Steril
No NamaPeralatan Jumlah
1. Tensimeter 6
2. Stetoskop biokuler -
3. Stetoskop monokuler 5
4. Timbangan dewasa 4
5. Timbangan bayi 3
6. Pengukuran panjang bayi 1 (kayu) dan 3 (metline)
7. Thermometer 2
8. Oksigen dalam regulator 3
9. Ambubag dengan masker resusitasi 1
( ibu+bayi)
10. Penghisap lender 4
68
No NamaPeralatan Jumlah
11. Lampu sorot 2
12. Penghitung nadi -
13. Sterilisator 1 (mesin), 1 (rebus
kukus)
14. Bak instrument dengan tutup 4 (partus), 1 (kecil),
3 (IUD)
15. Reflek hammer 1
16. Alat pemeriksaan HB sahli 2
17. Set pemeriksaan urin 1
18. Pita pengukur 3
19. Plastik penutup instrument steril -
20. Sarung tangan karet untuk mencuci 2
alat
21. Apron / celemek 6
22. Masker 1 box
23. Pengaman mata 1
24. Sarung kaki plastic 5
25. Infus set 8
26. Standar infus 2
27. Semprit disposable 3ml (1box, 0,5ml (2
box), 10 ml (5), 20 ml
(4), 1 ml (1/2 box)
28. Tempat kotoran/sampah 9
29. Kendil Banyak
30. Pot 1 box
31. Bengkok 3
32. Sikat, sabun cair, dan tempatnya 3
69
No NamaPeralatan Jumlah
33. Kertas lakmus 1 bendel
34. Sempritglyserin 1
35. Gunting verband 2
36. Spateln lidah 2
37. IUD kit 5
38. Implant kit 4
39. Covis 2 (dopler), 2
40. Leanek 2
41. Gergaji implant 1 box (bisturi)
2. Peralatan Steril
No Nama Peralatan Jumlah
1. Klempean 6
2. Klem ½ kocher 2
3. Korentang 2
4. Gunting talipusat 3
5. Gunting benang 1
6. Gunting episiotomy 3
7. Karet kateter 3
8. Pinset anatomis 3
9. Pinset chirurgic 3
10. Speculum vagina 6
11. Mangkok metal kecil 4
12. Pengikat tali pusat 20
13. Pengisap lender (dele,sleep 2
penghisap lendir)
14. Tampon tang dan vagina 5
70
5. Obat- Obatan
No Nama Obat Keterangan
1. Roborantia Ada
2. Vaksin Ada
3. Syokanafilak Ada
4. Adrenalin 1:1000 Tida kada
5. Anti histamine Ada
6. Hidrokortison Ada
7. Aminophilin 230/10ml Ada
8. Dopamine Ada
9. Sedatife Tida kada
10. Anti biotic Ada
11. Uretonika Ada
12. Antipiretika Ada
13. Koagulantika -
14. Anti kejang (SUPPO) Ada
15. Glyserin Tidak ada
16. Cairaninfus Ada
17. Obat luka Ada
18. Cairan desinfektan Ada
19. Obat penanganan asphiksiapada Tidak ada
BBL
20. Injeksi lewat tali pusat Tidak ada
7. Media Penyuluhan
No Nama Media Keterangan
1. Poster dinding Ada
2. Pesan ASI eksklusif Ada
3. Pesan imunisasi Ada
4. Pesan vitamin A Ada
5. Persalinan Ada
6. Tanda bahaya Ada
7. Leaflet Ada
8. Booklet Ada
9. Majalah bidan Ada
10. Lain-lain Ada
8. Sarana
No Nama Sarana Keterangan
1. Rumah terbuat dari tembok Rumah terbuat dari tembok
2. Lantai keramik Lantai keramik
3. Ruang tempat periksa Ruang periksa ibu/ANC 1,
Ruang balita 1, ruang
KB/tindakan 1. Ruang
konseling 1
4. Ruang perawatan / Nifas 2 ruang (4 tempat tidur)
5. Dapur 1 ruang
6. Kamar mandi 3 ruang
7. Ruang cuci alat 1 ruang
8. Ruang tunggu 2 ruang
9. Wastafel 3 ruang
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikian laporanyang telah kami buat, hal tersebut merupakan
bentukdedikasi kami untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas
sehingga dapat meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, dan dapat menekan
angka kematian ibu dan anak dengan mendirikan Praktik Mandiri Bidan (PMB).
PMB merupakan bentuk pelayanan kesehatan dibidang kesehatan dasar. Praktek
bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus
memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga dapat menjalankan praktek
pada sarana kesehatan atau program. Persyaratan pendirian juga perlu
diperhatikan, agar bidan dapat memberikan pelayanan yang bermutu kepada
setiap pasien.
PMB merupakan bentuk pelayanan kesehatan di bidang kesehatan dasar.
Dalam membuat rencana usaha bidan praktek mandiri, pemilihan lokasi usaha
adalah hal utama yang perludipertimbangkan. lokasi strategis menjadi salah satu
faktor penting dan sangatmenentukan keberhasilan suatu usaha. banyak hal yang
harus dipertimbangkan dalammemilih lokasi, sebagai salah satu faktor mendasar,
yang sangat berpengaruh kemudahannya mencapai konsumen. Lokasi juga
berpengaruh terhadap kenyamananpembeli dan juga kenyamanan anda sebagai
pemilik usaha. Padapenghasilan dan biaya, baik biaya tetap maupun biaya
variabel. lokasi usaha juga akanberhubungan dengan masalah efisiensi
transportasi, sifat bahan baku atau sifat produknya,danperalatan dan obat-obatan.
Peralatan tidak steril,peralatan steril,bahan habis pakai, formulir yang
disediakan,obat-obatan, papan nama, kerjasama dengan dokter spesialis, jenis
pelayanan konsultasi kehamilandan tarif.
74
75
B. Saran
Inilah Laporan yang kami buat tentang Praktik Mandiri Bidan
(PMB), semoga laporan ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan bagi pembaca dan penulis.apabila ada kritik dan saran,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan laporan ini.
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa hendaknya menjadikan haasil observasi maupun wawancara
sebagai sumber insiparsi pendirian PMB di masa yang akan datang
2. Bagi Bidan
PMB Kuswatiningsih untuk tetap mempertahankan kualitas pelayanan
agar usaha semakin berkembang dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.