Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kewirausahaan telah menjadi suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam
menghadapi tentang hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai
risiko yang mungkin dihadapinya. Sebagai suatu disiplin ilmu, maka ilmu
kewirausahaan dapat dipelajari dan diajarkan, sehingga setiap individu
memeliki peluang untuk tampil sebagai wirausahawan (interpreuner).
Bahkan untuk menjadi wirausahawan sukses, memiliki bakat saja tidak
cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan segala aspek usaha yang
akan ditemukan.
Problem yang sering dialami oleh pengelola pendidikan tenaga
kesehatan adalah semakin sempitnya lapangan kerja bagi tenaga kesehatan
perawat dan bidan khususnya di institusi pemerintah maka perlu kiranya
tenaga kesehatan dibekali kemanpuan dan keterampilan lain yang sesuai
dengan kompetensinya guna membuka peluang usaha bai secara mandiri
maupun kolaborasi. Kemampuan melakukan wirausaha dapat dilakukan
sejak tenaga kesehatan masih belajar dibangku kuliah maupun ketika
sudah menyelesaikan pendidikan dengan cara memberikan pelatihan
kewirausahaan. Salah satu metode untuk melatih kemampuan wirausaha
yang masih belajar dibangku kuliah adalah dengan memberikan pelatihan,
kunjungan dan magang.
Seorang bidan yang membuka praktik mandiri dapat disebut juga
wirausahawan. Dimana wirausahawan adalah seorang yang memiliki
keahlian menjual, mulai menawarkan ide hingga komoditas yakni layanan
jasa. Sebagai pelaku usaha mandiri dalam bentuk pelayanan jasa kesehatan
dituntut untuk mengetahi dengan baik meangemen usaha. Bidan sebagai
pelaku usaha mandiri dapat berhasil baik dituntut untuk mampu sebagai
managerial dan pelaksana usaha, didukung pula pelaksaan usaha didukung
pula kemampuan menyusun perencanaan berdasarkan visi yang

1
2

diimplementasikan secara strategis dan mempunyai kemampuan personal


selling yang baik guna meraih sukses.
Bidan kuswatiningsih Amd.Keb mendirikan usaha PMB Wati
Subagya di Demagan, Madurejo, Prambanan Sleman Yogyakarta. Jenis
pelayanan atau jasa yang jalankan yaitu pemeriksaan ANC, pelayana
peralinan 24 jam, pelayanan kesehatan bayi, balita dan anak. Bukan hanya
itu, pelayanan komplementer juga tetap diberikan di PMB Wati Subagya
seperti: senam hamil, yoga, pijat bayi, spa bayi, pijat oxitosin, pijat
perineum dan tekhnik marmer payudara. Usaha ini dijalankan mulai dari
pendirian PMB di sleman pada bulan Mei 2006 setelah sebelumnya bidan
menjalanakan praktik mandiri sejak tahun 1997 di wilayah lain.
Sedangkan untuk asuhan komplementer kebidanan seperti senam hamil
sudah ada sejak pendirian PBM dan untuk spa bayi, pikat oksitosin,
tekhnik marmer, pijat bayi, dan yoga hamil melai diberikan setelah bidan
melakukan pelatihan APN dan pelatihan terkait dengan layanan seperti
pijat bayi, baby spa, dan yoga kehamilan.
Berdasakan hasil wawancara dan observasi PMB Kuswatiningsih
sudah memiliki perizinan resmi dari organisasi prefesi terkait pendirian
PMB dan produk atau jaza yang diberikanpun mampu bersaing dengan
jasa yang sudah ada dipasar. Selain peluang usaha yang tinggi dikarenakan
lokasi PMB yang berada di perbatasan kota. PMB Kuswatiningsih juga
sudah memiliki bidan yang sudah berkompeten di bidang KIA, kualitas
pelayanan unggul sehingga eksistensi PMB tetap terjaga. Usaha dijalankan
sesuai moto dan hati sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan yang
tinggi akan pelayanan yang diberikan sehingga jumlah pelanggan
meningkat.
3

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengaplikasikan kesinambungan antara teori
kewirausahaan yang di pelajari dengan praktik kewirausahaan di PMB
Kuswatiningsih.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa megetahui tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan di PMB Kuswatinngsiih
b. Mahasiswa mengetahui penyelenggaraan keprofesian bidan di
PMB Kuswatiningsih
c. Mengetahui tentang praktek kebidanan di PMB Kuswatiningsih
d. Mengetahui tentang penyelenggaraan kewirausahaan kebidanan di
PMB Kuswatiningsih
e. Membuka wawasan mahasiswa tentang ide kreatif kewirausahaan
di PMB Kuswatiningsih.
f. Mengetahui adakah pengaruh antara prestasi praktek kerja bisnis
dengan upaya berwirausaha di PMB Kuswatingsih
g. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman berwirausaha terhadap
minat berwirausaha di PMB Kuswatiningsih
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Memperoleh pengetahuan dan gambarantentang pendirian suatu usaha
bidan praktik mandiri.
2. Bagi bidan
Mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai profesi dan mampu
mengelola manangement pelayanan secara professional serta
mempunyai jiwa entrepreneur.
4

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. REGISTRASI PRAKTIK BIDAN


PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2017
TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang:
1. Bahwa dalam rangka melindungi masyarakat penerima pelayanan kesehatan,
setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan praktik keprofesiannya
harus memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Bahwa Bidan merupakan salah satu dari jenis tenaga kesehatan yang
memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan asuhan kebidanan
sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki;
3. Bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan perlu disesuaikan dengan
perkembangan dan kebutuhan hukum;
4. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf c, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (5)
UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan

4
5

Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan; (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 122);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 977);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Pendayagunaan
Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 1320);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508);
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Bidan;
6

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN.
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksut dengan :
1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah
teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh
Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan.
3. Surat Tanda Registrasi Bidan yang selanjutnya disingkat STRB adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada Bidan yang telah memiliki
sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Surat Izin Praktik Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Bidan sebagai
pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik kebidanan.
5. Praktik Mandiri Bidan adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan
kebidanan yang dilakukan oleh Bidan secara perorangan.
6. Instansi Pemberi Izin adalah instansi atau satuan kerja yang ditunjuk oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota untuk menerbitkan izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
8. Organisasi Profesi adalah wadah berhimpunnya tenaga kesehatan bidan di
Indonesia.
9. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
7

Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
10. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
PERIZINAN
BAGIAN KESATU
KUALIFIKASI BIDAN

Pasal 2
Dalam menjalankan Praktik Kebidanan, Bidan paling rendah memiliki kualifikasi
jenjang pendidikan diploma tiga kebidanan.

Bagian kedua
STRB
Pasal 3
1. Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik
keprofesiannya.
2. STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah Bidan memiliki
sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun.
4. Contoh surat STRB sebagaimana tercantum dalam formulir II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 4
8

STRB yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian ketiga
SIPB
Pasal 5
1. Bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki SIPB.
2. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Bidan yang telah
memiliki STRB.
3. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu) Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
4. SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama STR Bidan masih
berlaku, dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
Pasal 6
1. Bidan hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPB.
2. Permohonan SIPB kedua, harus dilakukan dengan menunjukan SIPB pertama.
Pasal 7
1. SIPB diterbitkan oleh Instansi Pemberi Izin yang ditunjuk pada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
2. Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditembuskan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
3. Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan kabupaten/kota,
Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditembuskan.
Pasal 8
1. Untuk memperoleh SIPB, Bidan harus mengajukan permohonan kepada
Instansi Pemberi Izin dengan melampirkan
a. fotokopi STRB yang masih berlaku dan dilegalisasi asli;
b. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
c. surat pernyataan memiliki tempat praktik;
9

d. surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat Bidan


akan berpraktik;
e. pas foto terbaru dan berwarna dengan ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga)
lembar;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat; dan
rekomendasi dari Organisasi Profesi.
2. Persyaratan surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tempat Bidan akan berpraktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
dikecualikan untuk Praktik Mandiri Bidan.
3. Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan kabupaten/kota,
persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f tidak
diperlukan.
4. Untuk Praktik Mandiri Bidan dan Bidan desa, Rekomendasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f dikeluarkan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota setelah dilakukan visitasi penilaian pemenuhan persyaratan
tempat praktik Bidan.
5. Contoh surat permohonan memperoleh SIPB sebagaimana tercantum dalam
formulir III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
6. Contoh SIPB sebagaimana tercantum dalam formulir IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 9
1. Dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak berkas
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) diterima dan
dinyatakan lengkap, Instansi Pemberi Izin harus mengeluarkan SIPB sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pernyataan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan
surat tanda penerimaan kelengkapan berkas.
10

Pasal 10
SIPB dinyatakan tidak berlaku jika :
1. tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPB
2. masa berlaku STRB telah habis dan tidak diperpanjang
3. Dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin
4. Bidan meninggal dunia.
Pasal 11
1. Bidan warga negara asing yang akan menjalankan Praktik Kebidanan di
Indonesia harus memiliki sertifikat kompetensi, STR sementara, dan SIPB.
2. Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Bidan
warga negara asing setelah lulus evaluasi kompetensi.
3. Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh STR sementara.
4. Untuk memperoleh SIPB, Bidan warga negara asing harus melakukan
permohonan kepada Instansi Pemberi Izin dan memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).
5. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan warga negara
asing harus memenuhi persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 12
STR sementara dan SIPB bagi Bidan warga negara asing sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang
hanya untuk 1 (satu) tahun berikutnya.
Pasal 13
1. Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan melakukan
Praktik Kebidanan di Indonesia harus memiliki STRB dan SIPB.
2. STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah melakukan
proses evaluasi kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
11

3. Untuk memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan


warga negara Indonesia lulusan luar negeri harus melakukan permohonan
kepada Instansi Pemberi Izin dan memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).
Pasal 14
1. Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mempekerjakan Bidan
yang tidak memiliki SIPB.
2. Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus melaporkan Bidan yang bekerja dan berhenti bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatannya pada tiap triwulan kepada kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota dengan tembusan kepada Organisasi Profesi.

PENYELENGGARAAN KEPROFESIAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 15
1. Bidan dapat menjalankan Praktik Kebidanan secara mandiri dan/atau bekerja
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2. Praktik Kebidanan secara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa Praktik Mandiri Bidan.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. Klinik;
b. Puskesmas;
c. Rumah sakit; dan/atau
d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
Pasal 16
1. Bidan yang berpraktik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa puskesmas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) huruf b meliputi
12

a. Bidan yang melakukan praktik kebidanannya di puskesma


b. Bidan desa.
2. Bidan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan Bidan
yang memiliki SIPB di puskesmas, dan bertempat tinggal serta mendapatkan
penugasan untuk melaksanakan Praktik Kebidanan dari Pemerintah Daerah
pada satu desa/kelurahan dalam wilayah kerja puskesmas yang bersangkutan.
3. Praktik Bidan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan tempat
praktik bidan desa sebagai jaringan Puskesmas.
4. Dalam rangka penjaminan mutu pelayanan kesehatan praktik Bidan desa
sebagai jaringan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dinas
kesehatan kabupaten/kota setempat harus melakukan penilaian pemenuhan
persyaratan tempat yang akan dipergunakan untuk penyelenggaraan praktik
Bidan desa dengan menggunakan Formulir 1 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
5. Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menjadi dasar
rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf f, sebelum
SIPB untuk Bidan desa diterbitkan.
Pasal 17
Bidan desa dapat mengajukan Permohonan SIPB kedua berupa Praktik
Mandiri Bidan, selama memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) dan mengikuti ketentuan:
1. lokasi Praktik Mandiri Bidan yang diajukan, berada pada satu desa/kelurahan
sesuai dengan tempat tinggal dan penugasan dari Pemerintah Daerah
2. memiliki tempat Praktik Mandiri Bidan tersendiri yang tidak bergabung
dengan tempat praktik Bidan desa
3. waktu Praktik Mandiri Bidan yang diajukan, tidak bersamaan dengan waktu
pelayanan praktik Bidan Desa.
13

Bagian Kedua
Bagian Kewenangan
Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan
untuk memberikan:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak; dan
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Pasal 19
1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf
diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pelayanan:
a. konseling pada masa sebelum hamil
b. antenatal pada kehamilan normal
c. persalinan normal
d. ibu nifas normal
e. ibu menyusui
f. konseling pada masa antara dua kehamilan.
3. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Bidan berwenang melakukan:
a. Episiotomi
b. pertolongan persalinan normal
c. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
d. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
f. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
14

g. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu


eksklusif
h. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
i. penyuluhan dan konseling
j. bimbingan pada kelompok ibu hamil
k. pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
Pasal 20
1. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b
diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Bidan berwenang melakukan:
a. pelayanan neonatal esensial
b. penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
c. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah
d. konseling dan penyuluhan.
3. Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan tali pusat,
pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi B0, pemeriksaan fisik
bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri,
dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat
waktu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.
4. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan
nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung
b. penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR melalui
penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara menghangatkan tubuh
bayi dengan metode kangguru
15

c. penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol atau


povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering
d. membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan
infeksi gonore (GO).
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan
penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran tinggi
badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan tumbuh
kembang balita dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP).
6. Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kepada ibu dan
keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, tanda bahaya
pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, PHBS,
dan tumbuh kembang.
Pasal 21
1. Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan
berwenang memberikan:
a. penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana
b. pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan
Bagian Ketiga
Pelimpahan Kewenangan
Pasal 22
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidan
memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan:
1. penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan
16

2. pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara


mandat dari dokter.
Pasal 23
1. Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari
pemerintah sesuai kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf
a, terdiri atas:
a. kewenangan berdasarkan program pemerintah
b. kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah
tempat Bidan bertugas
2. Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Bidan setelah
mendapatkan pelatihan.
3. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah bersama organisasi profesi terkait
berdasarkan modul dan kurikulum yang terstandarisasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Bidan yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berhak memperoleh sertifikat pelatihan.
5. Bidan yang diberi kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mendapatkan penetapan dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
Pasal 24
1. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Bidan ditempat kerjanya, akibat
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus sesuai dengan
kompetensi yang diperolehnya selama pelatihan.
2. Untuk menjamin kepatuhan terhadap penerapan kompetensi yang diperoleh
Bidan selama pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas
kesehatan kabupaten/kota harus melakukan evaluasi pascapelatihan di
tempat kerja Bidan.
3. Evaluasi pascapelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
paling lama 6 (enam) bulan setelah pelatihan.
17

Pasal 25
1. Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a, meliputi:
a. pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi
bawah kulit
b. asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit tertentu
c. penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan
d. pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah;
e. melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu
dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan
f. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan
anak sekolah
g. melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom,
dan penyakit lainnya.
h. pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi
i. melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
2. Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin, dan/atau kebutuhan logistik
lainnya dalam pelaksanaan Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 26
1. Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah
tempat Bidan bertugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1)
huruf b tidak berlaku, dalam hal telah tersedia tenaga kesehatan lain dengan
kompetensi dan kewenangan yang sesuai.
18

2. Keadaan tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat Bidan
bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota setempat.
Pasal 27
1. Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara
mandat dari dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b
diberikan secara tertulis oleh dokter pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tingkat pertama tempat Bidan bekerja.
2. Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat diberikan dalam keadaan di mana terdapat kebutuhan pelayanan yang
melebihi ketersediaan dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat
pertama tersebut.
3. Pelimpahan tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan ketentuan:
a. tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kompetensi yang telah
dimiliki oleh Bidan penerima pelimpahan
b. pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan
dokter pemberi pelimpahan
c. tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan klinis
sebagai dasar pelaksanaan tindakan
d. tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.
4. Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi tanggung jawab dokter pemberi mandat, sepanjang pelaksanaan
tindakan sesuai dengan pelimpahan yang diberikan.
19

Bagian Keempat
Kewajiban dan Hak
Pasal 28
Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan berkewajiban untuk:
1. menghormati hak pasien
2. memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan
yang dibutuhkan
3. merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani
dengan tepat waktu
4. meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
5. menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan
6. melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya yang
diberikan secara sistematis
7. mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional
8. melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Praktik Kebidanan
termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.
9. pemberian surat rujukan dan surat keterangan kelahiran
10. meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai
dengan bidang tugasnya
Pasal 29
Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan memiliki hak:
1. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan pelayanannya
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional
2. memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau
keluarganya
20

3. melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan kewenangan; dan d.


menerima imbalan jasa profesi

Praktik Mandiri Bidan


Pasal 30
1. Bidan yang menyelenggarakan Praktik Mandiri Bidan harus memenuhi
persyaratan, selain ketentuan persyaratan memperoleh SIPB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).
2. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan
lokasi, bangunan, prasarana, peralatan, serta obat dan bahan habis pakai.
Pasal 31
1. Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) berupa
Praktik Mandiri Bidan harus berada pada lokasi yang mudah untuk akses
rujukan dan memperhatikan aspek kesehatan lingkungan.
Pasal 32
1. Persyaratan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2)
meliputi ruang dalam bangunan Praktik Mandiri Bidan yang terdiri atas:
a. ruang tunggu
b. ruang periksa
c. ruang bersalin
d. ruang nifas
e. WC/kamar mandi
f. ruang lain sesuai kebutuhan
pasal 33
1. Selain persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, bangunan
Praktik Mandiri Bidan harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik
bangunan lainnya.
21

2. Ketentuan tidak bergabung fisik bangunan lainnya sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) tidak termasuk rumah tinggal perorangan, apartemen, rumah
toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
3. Dalam hal praktik mandiri berada di rumah tinggal perorangan, akses pintu
keluar masuk tempat praktik harus terpisah dari tempat tinggal perorangan.
4. Bangunan praktik mandiri Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut
Pasal 34
Persyaratan prasarana Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (2) paling sedikit memiliki:
1. sistem air bersih
2. sistem kelistrikan atau pencahayaan yang cukup
3. ventilasi/sirkulasi udara yang baik
4. prasarana lain sesuai kebutuhan.
Pasal 35
Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) berupa
peralatan Praktik Mandiri Bidan harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi
dengan baik untuk menyelenggarakan pelayanan.
Pasal 36
1. Persyaratan obat dan bahan habis pakai Praktik Mandiri Bidan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) meliputi pengelolaan obat dan bahan
habis pakai yang diperlukan untuk pelayanan antenatal, persalinan normal,
penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga berencana, dan penanganan
awal kasus kedaruratan kebidanan dan bayi baru lahir
2. Obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
diperoleh dari apotek melalui surat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis
pakai.
22

3. Bidan yang melakukan praktik mandiri harus melakukan pendokumentasian


surat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) serta melakukan pengelolaan obat yang baik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Contoh surat pesanan obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tercantum dalam formulir V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 37
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan bangunan, prasarana, peralatan,
dan obat-obatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal
36 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 38
1. Praktik Mandiri Bidan harus melaksanakan pengelolaan limbah medis
2. Pengelolaan limbah medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui kerjasama dengan institusi yang memiliki instalasi
pengelolaan limbah.
Pasal 39
1. Praktik Mandiri Bidan harus memasang papan nama pada bagian atau
ruang yang mudah terbaca dengan jelas oleh masyarakat umum dengan
ukuran 60x90 cm dasar papan nama berwarna putih dan tulisan berwarna
hitam.
2. Papan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat
nama Bidan, nomor STRB, nomor SIPB, dan waktu pelayanan.
Pasal 40
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus melakukan penilaian terhadap
pemenuhan persyaratan Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 36, dengan menggunakan instrumen
23

penilaian sebagaimana tercantum dalam Formulir I yang merupakan bagian


tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
2. Hasil penilaian kelayakan sebagaimana dimaksud pada huruf (1), menjadi
dasar dalam pembuatan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) huruf f.
Pasal 41
1. Praktik Mandiri Bidan tidak memerlukan izin penyelenggaraan sebagai
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2. Izin penyelenggaraan Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) melekat pada SIPB yang bersangkutan.
Pasal 42
1. Bidan dalam menyelenggarakan Praktik Mandiri Bidan dapat dibantu oleh
tenaga kesehatan lain atau tenaga nonkesehatan.
2. Tenaga kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki
SIP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 43
1. Bidan yang berhalangan sementara dalam melaksanakan praktik kebidanan
dapat menunjuk Bidan pengganti dan melaporkannya kepada kepala
puskesmas setempat.
2. Bidan pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki SIPB
dan tidak harus SIPB di tempat tersebut.
Pasal 44
Dalam rangka melaksanakan praktik kebidanan, Praktik Mandiri Bidan dapat
melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana antenatal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
24

Pencatatan dan Pelaporan


Pasal 45
1. Bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan
yang diberikan.
2. Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke puskesmas
wilayah tempat praktik.
3. Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dan disimpan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan
bagi Bidan yang melaksanakan praktik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
selain Praktik Mandiri Bidan.
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 46
1. Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan/atau Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan praktik bidan sesuai dengan kewenangan
masingmasing.
2. Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Menteri, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
mengikutsertakan organisasi profesi.
3. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan
untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien, dan melindungi
masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya
bagi kesehatan.
4. Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Menteri, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dapat memberikan tindakan administratif kepada bidan yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik.
25

5. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


melalui:
a. teguran lisan
b. teguran tertulis
c. pencabutan SIP untuk sementara paling lama 1 (satu) tahun
d. pencabutan SIPB selamanya

Ketentuan Peralihan
Pasal 47
1. Praktik Mandiri Bidan yang telah terselenggara berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan tetap dapat menyelenggarakan pelayanan
sampai habis masa berlakunya izin.
2. Praktik Mandiri Bidan yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan, harus menyesuaikan dengan Peraturan
Menteri ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini
diundangkan.
3. Proses permohonan SIPB baru atau perpanjangan SIPB yang telah
memenuhi persyaratan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan,
dan diajukan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, tetap diproses
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010.
Pasal 48
Bidan desa yang telah memiliki SIPB berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan, dan tempat praktiknya di desa/kelurahan belum
26

mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri ini, harus menyesuaikan diri


paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
B. Persyaratan Praktik Mandiri Bidan
Persyaratan Bangunan :
1. Merupakan bangunan permanen dan menetap
2. Dinding dan lantai tempat praktik berwarna terang, tidak berpori
dan mudah dibersihkan.
3. Lantai tempat praktik tidak licin, tidak berpori dan mudah
dibersihkan
4. Akses/pintu keluar masuk ke ruang praktik terpisah dari rumah
tinggal keluarga.
5. Memiliki ruang tunggu, ruang periksa, ruang bersalin, ruang
nifas/rawat inap, kamar mandi/WC, ruang pemrosesan alat
dengan syarat- syarat tertentu.
Persyaratan Ruangan
1. Ruang tunggu
a. Ruangan bersih dan nyaman
b. Dilengkapi dengan bangku tunggu
c. Tersedia media informasi kesehatan
2. Ruang periksa
a. Ukuran minimal 3x2 m2
b. Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang tidak tembus air dan mudah
dibersihkan, keras, rata, tidak licin.
c. Ruangan bersih dan tidak berdebu
d. Dilengkapi tempat tidur untuk pemeriksaan dengan ukuran sesuai standar,
meja dan kursi
e. Tersedia tempat untuk mencuci tangan dengan air mengalirdan tersedia
sabun atau antiseptic
f. Tersedia media informasi kesehatan ibu dan anak.
27

3. Ruang tindakan
a. Ukuran minimal 3 x 4 m2 untuk 1 (satu) tempat tidur persalinan dengan
ukuran sesuai standar.
b. Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang tidak tembus air dan mudah
dibersihkan, keras, rata, tidak licin.
c. Akses keluar masuk pasien lebar minimal 90 cm.
d. Ruangan bersih dan tidak berdebu.
e. Tersedia meja resusitasi untuk neonatal dan set resusitasi.
f. Tersedia tempat untuk mencuci tangan dengan air mengalirdan tersedia
sabun atau antiseptik.
4. Ruang nifas/rawat inap ibu dan bayi
a. Ukuran minimal 2x3 m untuk 1 tempat tidur
b. Jumlah tempat tidur maksimal 5 (lima) tempat tidur disesuaikan dengan
luas ruangan.
c. Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang tidak tembus air dan mudah
dibersihkan, keras, rata, tidak licin.
d. Akses keluar masuk pasien lebar minimal 90 cm.
e. Ruangan bersih dan tidak berdebu.
f. Tersedia tempat untuk mencuci tangan dengan air mengalir dan tersedia
sabun atau antiseptik.
5. WC/Kamar mandi
a. Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang tidak tembus air dan mudah
dibersihkan, keras, rata, tidak licin.
b. Pintu terbuka keluar, lebar daun pintu minimal 90 cm, mudah dibuka dan
ditutup.
c. Dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail), kloset diutamakan kloset
duduk.
d. Tersedia shower/gayung
28

6. Ruang lainnya bila difungsikan untuk pemrosesan alat dan pengelolaan


limbah
a. Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang tidak tembus air dan mudah
dibersihkan, keras, rata, tidak licin.
b. Tersedia wastafel khusus pencucian alat dengan air mengalir
c. Tersedia alat dan tempat pemrosesan alat sesuai standar.
d. Untuk pengelolaan limbah padat tersedia tempat sampah tertutup yang
terpisah untuk limbah medis dan limbahdomestik, dilapisi kantong
plastik. Limbah medis yang infeksius hanya boleh disimpan maksimal 48
jam.
e. Untuk pengelolaan limbah cair diperlukan septic tank yangkedap air
terpisah dari limbah rumah tangga
C. Persyaratan Prasarana
1. Sirkulasi udara 15% x Luas lantai (dalam hal tidak terpenuhi 15%, maka bisa
ditambah alat pengatur sirkulasi udara seperti: AC, kipas angin)
2. Cahaya terang dan tidak menyilaukan
3. Pintu dapat dikunci, dan terbuka keluar
4. Tersedia sketsel, gorden yang mudah dibersihkan
5. Tersedia air mengalir
6. Tersedia sistem kelistrikan yang sesuai dengan peralatan yang digunakan
7. Tersedia minimal 1 titik kelistrikan tiap ruangan, sedangkan khusus ruangan
tindakan minimal 2.
8. Tersedia minimal 1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dalam kondisi siap
pakai
29

9. Meubelair
No Jumlah Meubelair Jumlah Minimum
1. Kursi kerja 4 buah
2. Lemari arsip 1 buah
3. Meja tulis 1 buah
4. Tempat tidur untuk periksa 1 buah
5. Tempat tidur untuk persalinan 1 set
6. Tempat tidur nifas 1 buah
7. Books bayi 1 buah

Persyaratan peralatan
Peralatan
No Jenis peralatan Jumlah minimum
I. Set Pemeriksaan Obstetri Gynekologi
1. Bak Instrumen dengan tutup 1 buah
2. Bak logam tempat alat steril bertutup 1 buah
3. Palu reflex 1 buah
4. Pen lancet 1 buah
5. Sphygmomanometer dewasa 1 buah
6. Stetoskop dewasa 1 buah
7. Sudip lidah 2 buah
8. Termometer dewasa 1 buah
9. Timbangan dewasa 1 buah
10. Torniquet karet 1 buah
11. Dopler 1 buah
12. Gunting benang 1 buah
13. Gunting episiotomy 1 buah
14. Gunting tali pusat 1 buah
15. Gunting verband 1 buah
16. Klem kasa 1 buah
17. Tempat klem kasa (korentang) 1 buah
30

No Jenis peralatan Jumlah minimum


18. Lampu periksa helogen 1 buah
19. Masker oksigen + kanul nasal dewasa 1 buah
20. Meja instrument 1 buah
21. Needle holder matheju 1 buah
22. Pelvinter obstetrik 1 buah
23. Pinset jaringan 1 buah
24. Pinset kasa 1 buah
25. Pinset bedah 1 buah
26. Setengan kocher 1 buah
27. spekulum 1 buah
28. Speculum cocok bebek 1 buah
29. Standar komunitas 1 buah
30. Stetoskop dewasa 1 buah
31. Stetoskop janin 1 buah
32. Tabung oksigen dan regulator 1 set
33. Standar infus 2 buah

Set Pemeriksaan Kesehatan Anak


No Jenis peralatan Jumlah Minimum
1. Alat pengukur panjang bayi 1 buah
2. Lampu periksa 1 buah
3. Pengukur lingkar kepala 1 buah
4. Pengukur tinggi badan anak 1 buah
5. Timbangan bayi 1 buah
31

Set Pelayanan KB
No Jenis peralatan Jumlah minimum
1. Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup 1 buah
2. Impant kit 1 buah
3. IUD kit 1 buah
4. Aligator Ekstraktor AKDR 1 buah
5. Gunting Mayo CVD 1 buah
6. Klem Kasa Lurus (Sponge Foster Straight) 1 buah
7. Klem Penarik Benang AKDR 1 buah
8. Sonde Uterus Sims 1 buah
9. Tenakulum Schroeder 1 buah
10. Scapel 1 buah
11. Trochar 1 buah

Set Imunisasi
No Jenis peralatan Jumlah minimum
1. Vaccine carrier 1 buah
2. Vaccine Refrigerator 1 buah

Set resusitasi bayi


No Jenis peralatan Jumlah minimum
1. Baby Suction Pump portable 1 set
2. Meja Resusitasi dengan Pemanas (Infant 1 set
Radiant Warmer)
3. Penghisap Lendir DeLee (neonatus) 1 buah
32

Peralatan Lain
No Jenis Peralatan Jumlah Minimum
1. Bantal 3 buah
2. Celemek plastik 1 buat
3. Kacamata google 1 buah
4. Sepatu boot 1 pasang
5. Penutup rambut 1 buah
6. Duk bolong 2 buah
7. Kasur 3 buah
8. Lemari alat 1 buah
9. Lemari obat 1 buah
10. Meteran (untuk mengukur tinggi Fundus) 1 buah
11. Perlak 2 buah
12. Pispot 5 buah
13. Pita pengukur LILA 1 buah
14. Sprei 3 buah
15. Set tumbuh kembang anak 1 buah
16. Set tumbuh kembang anak 1 buah
17. Tempat Sampah Tertutup yang dilengkapi 2 buah
dengan injakan pembuka penutup
18. Tirai 3 buah
19. Toples Kapas/Kasa Steril 3 buah
20. Tromol Kasa/Kain Steril 3 buah
21. Waskom Kecil 1 buah
22. Bengkok 3 buah
23. Pengukur tinggi badan 1 buah
24. Pisau pencukur 1 buah
25. Handuk pembungkus neonatus Sesuai kebutuhan
33

26. Kantong Metode Kanguru sesuai ukuran 1 set


neonatus
27. Lemari kecil pasien 1 buah
28. Selimut bayi 2 buah
29. Selimut dewasa 3 buah
30. Tempat Sampah Tertutup yang dilengkapi 3 buah
dengan injakan pembuka penutup
31. Sterilisator 1 set

9. Persyaratan Obat dan Obat Habis Pakai


Kontrasepsi Oral
No Jenis Obat Sediaan Jumlah
1. Desogestrel Tablet Sesuai kebutuhan
2. Kombinasi desogestrel dan Tablet Sesuai kebutuhan
etinilestradiol
3. Kombinasi levonorgestrel dan Tablet Sesuai kebutuhan
ethinylestradiol
4. Lynestrenol Tablet Sesuai kebutuhan
5. Kombinasi Cyproterone acetat Tablet Sesuai kebutuhn
dan ethynylestradiol
6. Kombinasi Gestodene dan Tablet Sesuai kebutuhan
ethynylestradiol
7. Levonorgestrel Tablet Sesuai kebutuhan
8. Kombinasi drospirenone dan Tablet Sesuai kebutuhan
ethynylestradiol
9. Kombinasi ethynylestradiol Tablet Sesuai kebutuhan
dan lynestrenol
34

Kontrasepsi Suntik
No Jenis obat Sediaan Jumlah
1. Medroxyroprogesterone acetate Vial Sesuai sediaan
(DMPA)
2. Kombinasi Medroxyroprogesterone Vial Sesuai
acetate (DMPA) dan estradiol kebutuhan
cypionate

Kontrasepsi Implant
No Jenis obat Sediaan Jumlah
1. Levonorgestrel Rods Sesuai kebutuhan
2. Etonogestrel Rods Sesuai kebutuhan

Kontrasepsi IUD
No Jenis obat Sediaan Jumlah
1. IUD Cu T 380 A Set Sesuai kebutuhan
2. IUD Levonogestrel Set Sesuai kebutuhan

Kondom
No Jenis obat Sediaan Jumlah
1. Kondom Buah Sesuai kebutuhan

Obat kegawatdaruratan dan obat lain


No Jenis obat Sediaan Jumlah
1. Oksitosin Inj Ampul Sesuai kebutuhan
2. Metilergometrin Inj Ampul sesuai kebutuhan
3. MgSO4 40% inj Ampul Sesuai kebutuhan
4. Kalsium Glukonat 10% inj Ampul Sesuai kebutahan
35

No Jenis obat Sediaan Jumlah


5. Nifedipin/amlodipin Softgel Sesuai Kebutuhan
6. Metildopa Tablet Sesuai kebutuhan
7. Vitamin A Dosis tinggi Sesuai kebutuhan
8. Tablet tambah darah Sesuai kebutuhan
9. Vit K1 injeksi Ampul Sesuai kebutuhan
10. Salep mata gentamicin Tube Sesuai kebutuhan

Bahan abis pakai


No Nama bahan Jumlah
1. Alkohol Sesuai kebutuhan
2. Cairan Desinfektan Sesuai kebutuhan
3. Kain steril Sesuai kebutuhan
4. Kapas Sesuai kebutuhan
5. Kasa Non Steril Sesuai kebutuhan
6. Kasa steril Sesuai kebutuhan
7. Lidi kapas steril Sesuai kebutuhan
8. Masker Sesuai kebutuhan
9. Podofilin Tinctura 25% Sesuai kebutuhan
10. Sabun Tangan atau Antiseptik Sesuai kebutuhan
11. Benang Chromic Catgut Sesuai kebutuhan
12. Gelang bayi Sesuai kebutuhan
13. Infus set dewasa 2 set
14. Infus Set dengan Wing Needle untuk Anak dan 2 set
Bayi nomor 23 dan 25
15. Jarum jahit Sesuai kebutuhan
16. Kantong urin Sesuai kebutuhan
17. Kateter folley dewasa Sesuai kebutuhan
36

10. Standar Prosedur Operasional (SPO) sesuai dengan standar pelayanan


kebidanan, minimal tersedia:
Jenis SPO Jumlah
SPO Pelayanan Antenatal
SPO Pelayanan Persalinan
SPO Pelayanan Nifas
SPO Penanganan Bayi Baru Lahir
SPO pelayanan KB
SPO Penanganan PER, PEB, Eklamsi SPO
1
Penatalaksanaan Rujukan
SPO Hemmoragic Ante Partum
SPO Hemmoragic Post Partum
SPO Penanganan Bayi Asfiksia
SPO Mengatasi Syok
SPO Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI
37

11. Peraturan Pemerintah Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan


Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

PERMENKES NOMOR 4 TAHUN 2019


PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO 4 TAHUN 2019 TENTANG
STANDAR TEKNIS PEMENUHAN MUTU PELAYANAN DASAR PADA
STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN

Pasal 1
(1) Pemerintah Daerah Porvinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
wajib menerapkan Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.
(2) Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan yang selanjutnya disebut
SPM Kesehatan merupakan ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan
Dasar yang merupakan Urusan Pemerintah Wajib yang berhak diperoleh
oleh setiap Warga Negara secara Minimal
Pasal 2
(1) SPM Kesehatan terdiri atas SPM Kesehatan Daerah Provinsi dan SPM
Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota.
(2) Jenis pelayanan dasar SPM Kesehatan Derah Provinsi antara lain :
a. Pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat
bencana dan/atau berpotensi bencana provinsi; dan
b. Pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa
provinsi
(3) Jenis pelayanan dasar pada SPM Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota
terdiri atas :
a. Pelayanan kesehatan ibu hamil
b. Pelayanan kesehatan ibu bersalin
c. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
d. Pelayanan kesehatan balita
38

e. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar


f. Pelayanan kesehatan pada usia produktif
g. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut
h. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi
i. Pelayanan kesehatan penderita diabetes mellitus
j. Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat
k. Pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis; dan
l. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi virus yang
melemahkan daya tahan tubuh manusia (Human Immunodeficeincy
Virus)
Yang bersifat peningkatan/ promotif dan pencegahan/ preventif.
(4) Pelayanan yang bersifat peningkatan/ promotif dan pencegahan/ preventif
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mencakup :
a. Peningkatan kesehatan
b. Perlindungan spesifik
c. Diagnosis dini dan pengobatan tepat
d. Pencegahan kecacatan; dan
e. Rehabilitasi
(5) Pelayanan dasar pada SPM Kesehatan dilaksanakan pada fasilitas
pelayanan kesehatan baik milik pemerintah pusat, pemerintah daerah,
maupun swasta.
(6) Pelayanan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan.
(7)Selain oleh tenaga kesehatan sebagimana dimaksud pada ayat (6) untuk jenis
pelayanan dasar tertentu dapat dilakukan oleh kader kesehatan terlatih di luar
fasilitas pelayanan kesehatan di bawah pengawasan tenaga kesehatan.
Pasal 3
(1) Pemerintah Daerah wajib memenuhu mutu pelayanan setiap jenis
pelayanan dasar pada SPM Kesehatan.
39

(2) Mutu pelayanan setiap jenis pelayananan dasar pada SPM Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam standar teknis yang
terdiri atas :
a. Standar jumlah dan kualitas barang dan/ atau jasa
b. Standar jumlah dan kualitas personel/ sumber daya manusia kesehatan;
dan
c. Petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan standar.
(3) Standar teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pasa Standar Pelayanan
Minimal Bidan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 4
Capaian kinerja Pemerintah Daerah dalam pemenuhan mutu pelayanan setiap
jenis pelayanan dasar pada SPM Kesehatan harus 100% ( seratus persen).
Pasal 5
Perhitungan pembiayaan pelayanan dasar pada SPM Kesehatan memperhatikan
berbagai sumber pembiayaan agar tidak terjadi duplikasi anggaran.
Pasal 6
Pelaksanaan pelayanan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5)
dicatat dan dilaporkan kepada pemerintah daerah Kabupaten/ Kota, pemerintah
daerah provinsi, dan Mneteri Kesehatan secara berjenjang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Menteri Kesehatan, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota melakukan monitoring dan evaluasi serta pembinaan dan
pengawasan secara berjenjang sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Pasal 8
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehata (
40

Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1473), dicabut dan
dinayatakan tidak berlaku.
Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan mempunyai
daya laku surut sejak tanggal 1 Januari 2019. Agar setiap orang mengetahuinya,
memeintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
12. Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan
Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan
membantu melayani apa yang dibutuhkan oleh seseorang, selanjutnya menurut
kamus besar Bahasa Indonesia, jika dikaitkan dengan masalah kesehatan
diartikan pelayanan yang diterima oleh sesorang dalam hubungannya dengan
pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu.
Menurut Pasal 1 UU Kesehatan No: 36 Th. 2009, dalam Ketentuan
Umum, terdapat pengertian pelayanan kesehatan yang lebih mengarahkan pada
obyek pelayanan yaitu pelayanan kesehatan yang ditujukan pada jenis upaya,
meliputi upaya peningkatan (promotif) pencegahan (preventif), pengobatan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Pengertian pelayanan kebidananan yang termuat dalam Kepmenkes. RI
Nomor: 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standart profesi bidan, Pelayanan
Kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
Dari beberapa pengertian tentang pelayanan kebidanan diatas maka
dapat disimpulkan pelayanan kebidanan adalah kegiatan membantu memenuhi
kebutuhan seseorang atau pasien, oleh bidan, dalam upaya kesehatan (meliputi
peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan) yang sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya. Sedangkan kata Legal sendiri berasal dari
kata leggal (bahasa Belanda) yang artinya adalah sah menurut undang-undang
41

atau menurut kamus Bahasa Indonesia, legal diartikan sesuai dengan undang-
undang atau hukum.
Aspek legal didefinisakn sebagai studi kelayakan yang
mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau dari segi hukum yang
berlaku di indonesia. Tujuan aspek legal dalam pelayanan kebidanan adalah
dijadikan sebagai suatu persyaratan untuk melaksanakan praktik bidan
perorangan dalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang sudah ditetapkan dalam perundang-undangan serta memberikan
kejelasan batas-batas kewenangannya dalam menjalankan praktik kebidanan.
(Ristica & Julianti, 2014)
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan, pengertian
Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan norma hukum
yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk menjadi sumber hukum
yang paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dan membantu
memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan
dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan.
1. Otonomi Bidan dalam Pelayanan
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang
penting dan dituntun dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan
dengan keselamatan jiwa manusia, adalah pertanggungjawaban dan tanggung
gugat (accountability) atas semua tindakan yang dilakukannya. Sehingga semua
tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu
evidence based. Akuntabiliti diperkuat dengan satu landasan hukumyang mengatur
batas-batas wewang profesi yang bersangkutan.Dengan adanya legitimasi
kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memiliki hak otonomi dan mandiri untuk
bertindak secara profesional yang dilandasi kemampuan berfikir logis dan
sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
42

Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam


penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya
melalui :
a. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
b. Penelitian dalam kebidanan
c. pengembangan ilmu dan tehknologi dalam kebidanan
d. Akreditasi
e. Sertifikasi
f. Registrasi
g. Uji Kompetensi
h. Lisensi
2. Legislasi dalam Pelayanan Kebidanan
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi
(pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan kewenangan), dan lisensi
(pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
Ketetapan hukum yang mengantur hak dan kewajiban seseorang yang
berhubungan erat dengan tindakan dan pengabdiannya. (IBI)Rencana yang sedang
dijalankan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sekarang adalah dengan
mengadakan uji kompetensi terhadap para bidan, minimal sekarang para bidan
yang membuka praktek atau memberikan pelayanan kebidanan harus memiliki
ijasah setara D3.
Uji kompetensi yang dilakukan merupakan syarat wajib sebelum terjun ke
dunia kerja. Uji kompetensi itu sekaligus merupakan alat ukur apakah tenaga
kesehatan tersebut layak bekerja sesuai dengan keahliannya. Mengingat maraknya
sekolah-sekolah ilmu kesehatan yang terus tumbuh setiap tahunnya.
Jika tidak lulus dalam uji kompetensi, jelas bidan tersebut tidak bisa
menjalankan profesinya. Karena syarat untuk berprofesi adalah memiliki surat
izin yang dikeluarkan setelah lulus uji kompetensi.
43

Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat


terhadap pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah
meliputi Mempertahankan kualitas pelayanan, memberi kewenangan, menjamin
perlindungan hukum, meningkatkan profisionalisme:(Farelya& Nurrobikha,
2015).
3. Aspek legislasi bidan Indonesia adalah melalui tahapan sebagai berikut:
a. Sertifikasi
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui
kegiatan pendidikan formal maupun non formal (Pendidikan berkelanjutan).
Lembaga pendidikan non formal misalnya organisasi profesi, rumah sakit,
LSM bidang kesehatan yang akreditasinya ditentukan oleh profesi.
Sedangkan sertifikasi dan lembaga non formal adalah berupa sertifikat yang
terakreditasi sesuai standar nasional.
Ada dua bentuk kelulusan, yaitu:
1) Ijazah merupakan dokumentasi penguasaan kompetensi tertentu,
mempunyai kekuatan hukum atau sesuai peraturan perundangan yang
berlaku dan diperoleh dari pendidikan formal.
2) Sertifikat adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu, bisa
diperoleh dari kegiatan pendidikan formal atau pendidikan berkelanjutan
maupun lembaga pendidikan non formal yang akreditasinya ditentukan
oleh profesi kesehatan.
Tujuan sertifikasi antara lain: (Farelya & Nurrobikha, 2015)
a) Tujuan umum Sertifikasi adalah sebagai berikut:
1) Melindungi masyarakat pengguna jasa profesi.
2) Meningkatkan mutu pelayanan.
3) Pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan.
b) Tujuan khusus Sertifikasi adalah sebagai berikut:
1) Menyatakan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku
(kompetensi) tenaga profesi.
44

2) Menetapkan kualifikasi dari lingkup kompetensi.


3) Menyatakan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (kompetensi)
pendidikan tambahan tenaga profesi.
4) Menetapkan kualifikasi, tingkat dan lingkup pendidikan tambahan
tenaga profesi.
5) Memenuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi.
b. Registrasi
Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus
mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic guna
mendapatkan kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan profesionalnya
setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh badan tesebut.
Registrasi bidan adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan
pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kopetensi
inti atau standar penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik
dan mental mampu melaksanakan praktik profesinya.(Registrasi menurut
keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
900/MENKES/SK/VII/2002)
Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan
mendapatkan haknya untuk ijin praktik (lisensi) setelah memenuhi beberapa
persyaratan administrasi untuk lisensi. Tujuan dilakukannya registrasi antara
lain:
a) Meningkatkan keemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan
ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berkembang pesat.
b) Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam
penyelesaian kasus mal praktik.
c) Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
Alur proses regisrtasi dalam praktek kebidanan adalah sebagai berikut,
bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan
kelengkapan registrasi kepada kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana
45

institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB (surat ijin bidan)


selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima Ijasah bidan.
Kelengkapan registrasi menurut Kepmenkes No.
900/Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi: fotokopi ijasah bidan,
fotokopi transkrip nilai akademik, surat keterangan sehat dari dokter, pas
foto sebanyak 2 lembar.SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat
diperbaharui, serta merupakan dasar untuk penerbitan lisensi praktik
kebidanan atau SIPB (surat ijin praktik bidan). SIB tidak berlaku lagi
karena: dicabut atas dasas ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
habis masa berlakunya dan tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan
sendiri.
c. Lisensi
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah
atau yang berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga
profesi yang teregistrasi untuk pelayanan mandiri. Lisensi adalah pemberian
ijin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah
ditetapkan IBI.Tujuan umum lisensi adalah untuk melindungi masyarakat
dari pelayan profesi. Tujuan khusus dari lisensi adalah memberikan kejelasan
batas wewenang dan menetapkan sarana dan prasarana.
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SIPB
(Surat Ijan Praktik Biadan). SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Depkes RI kepada tenaga bidan yang menjalankan praktik setelah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki
SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten atua Kota setempat dengan memenuhi
persyaratan sebagai berikut : fotokopi SIB yang masih berlaku, fotokopi
ijasah bidan, surat persetujuan atasan, surat keterangan sehat dari dokter,
rekomendasi dari organisasi profesi, pas foto.
46

Rekomendasi yang telah diberikan organisasi profesi setelah terlebih


dahulu dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan,
kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan melakukan praktik bidan.
Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan inilah yang
diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidan
yang mengurus SIPB atau lisensi. SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis
masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali. (Farelya & Nurrobikha,
2015)
47

BAB III
HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA

A. Deskripsi Umum Usaha


1. Latar Belakang Usaha
Praktik Bidan Mandiri (PMB) dibuka berdasarkan minat masyarakat
terhadap pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang bermutu dan
berkualitas semakin meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah
kunjungan klien ke-PMB sehingga menimbulkan suatu peluang usaha sesuai
kebutuhan klien seperti pertolongan persalinan 24 jam, pemeriksaan kehamilan,
pelayanan KB, pelayanan kesehatan ibu dan anak, pap smear dan IVA test,
imunisasi, dan konsultasi kesehatan reproduksi. Adapun usaha dalam bentuk
komplementer kebidanan seperti senam hamil, senam hamil maryam, yoga
hamil, pijat oksitosin, pijat bayi dan spa bayi yang memberikan nilai positif dan
keuntungan baik dari aspek keuangan, aspek pengetahuan, dan mampu
menambah eksistensi PMB.
2. Struktur Organisasi
Pimpinan PMB
Kuswatiningsih, Amd.Keb

Bidan Pj Pencatatan Dan


Bidan PJ Operasional
Pelaporan
Nunik Marwati, Amd.Keb
Galuh Oktriana Amd.Keb

Bidan Magang
Desmaniar, Amd.Keb

47
48

B. Jenis dan kelayakan usaha


a. Jenis usaha
No Jenis pelayanan Waktu Tarif
1 Pemeriksaan kehamilan Setiap hari Rp. 30.000
(ANC)tanpa obat Pukul 06.00-21.00 WIB
2 Pertolongan persalinan 24 Jam
a. Tanpa jaminan Rp. 800.000
b. 100% Jaminan kesehatan Gratis
3 Pelayanan KB
a. Suntik 1 bulan Setiap hari Rp. 25.000
b. Suntik 3 bulan Pukul 06.00-21.00 WIB Rp. 25.000
c. Suntik 3bln BPJS Gratis
d. Pil kombinasi Rp.15.000-
Rp. 18.000
e. Pil menyusui microlute Rp. 35.000
f. Pasang IUD
Rp. 250.000-
IUD Bkkbn Kontrol IUD Rp.750.000
Lepas IUD Gratis
Rp.30.000
g. Pasang Implant JKN Rp.75.000
h. Pasang Implant mandiri
i. Lepas implan Gratis
h. Kondom
sutra/ bok Rp. 300.000

Rp. 100.000
Rp.20.000-
Rp.25.000
4 Pelayanan Ibu dan Anak Setiap hari
Pukul 06.00-21.00 WIB
49

5 Kesehatan reproduksi Setiap hari


a. Pap smear Pukul 06.00-21.00 WIB Rp. 150.000
b. IVA Test dilayani Gratis
(Pasang IUD, control IUD,
Lepas IUD)
c. Konsultasi kespro
Gratis
6 Imunisasi Setiap hari minggu pada
a. BCG minggu ke-2 dan ke-4 Rp. 20.000
b. IPV Rp. 20.000
c. Penta Rp. 20.000
d. MR Rp. 20.000
e. Penta bio Rp. 20.000
f. Penta bo boster Rp. 20.000
g. MR Boster Rp. 20.000
8 Ibu hamil Senin dan jum’at pukul
a. Senam + Yoga hamil 16.00WIB Rp. 10.000
b. Senam hamil maryam
Gratis
9 Layanan bayi
a. Pijat bayi - Rp. 25.000
b. Baby spa Rp. 50.000
11 Layanan PNC
a. Pijat oksitosin - Gratis
b. Tehnik marmet Gratis
12 Laboratorium
a. Hb Sahli Rp. 20.000
b. Protein urin - Rp. 20.000
c. Reduksi urin Rp. 20.000
d. PP test Rp. 15.000
50

b. Kelayakan usaha
1) Aspek hukum
Berguna menganalisis kelayakan legalitas usaha yang dijalankan,
ketepatan bentuk badanhukum dengan ide bisnis yang akan dilaksanakan,
dankemampuan bisnis yang akan diusulkan dalammemenuhi persyaratan
perizinan. Bidan di PMB Kuswatiningsih memiliki SIPB dan STR yang
masih berlaku sampai tahun 2023 sebagaimana menjadi salah satu syarat
pendirian sesuai yang tertera pada Permenkes 28 tahun 2017 tentang
penyelenggaraan praktik bidan dalam BAB II Pasal 2 dan 3. PMB juga
memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dalam pendirian usaha serta
memiliki persayaratan pengelolaan lingkungan (Dokumen Lingkungan
Hidup) yang dikeluarkan oleh instansi pemerintahan.
2) Aspek Lingkungan
Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek lingkungan
jikakondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan dan mampu memberikan
manfaat yang lebih besar dibandingkan dampak negatifnya. PMB
Kuswatiningsih terletak di Demangan, Madurejo, Prambanan yang
berbatasan Kabupaten Bantul, Gunung Kidul dan Klaten Jawa
Tengah.Lokasi pendirian kurang strategis dikarenakan jauh dari akses jalan
raya maupun dari pusat keramaian, PMB juga dekat dengan pelayanan
kesehatan lain yang akan menambah jumlah pesaing, akan tetapi karena
kualitas pelayanan yang bagus, harga pelayanan yang terjangkau dan sudah
adanya dukungan lokasi pendirian dari pemerintah setempat sehingga minat
masyarakat terhadap layanan yang ditawarkan di PMB tetap tinggi dan
mempunyai prospek nilai ekonomis yang tinggi di masa mendatang.
3) Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar menganalisis potensi pasar,intensitas persaingan, market share
yang dapatdicapai, serta menganalisis strategi pemasaran yangdapat
digunakan untuk mencapai market share yangdiharapkan. Dengan analisis
51

ini, potensi ide bisnisdapat tersalurkan dan sesuai dengan kebutuhan


dankeinginan pasar.
a) Peluang pasar
Tingginya kebutuhan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) di
daerah setempat sehingga memunculkan suatu ide berdasrkan bidang ilmu
yang dipelajari yaitu kebidanan dengan pendirian PMB. Bidan
Kuswatiningsih merupakan seorang bidan yang memberikan layanan
berbeda yaitu tidak hanya pelayanan KIA dan KB,akan tetapi
menyediakan layanan komplementer kebidanan seperti senam hamil
dengan yoga, pijat bayi, baby spa, pijat ibu hamil, pijat nifas dan senam
hamil Maryam.
Keunggulan layanan seperti layanan konsultasi gratis, layanan
pijat perineum, tehnik marmet , pijat oksitosin pada ibu hamil aterm, ibu
yang akan bersalin, dan ibu nifas. Pada ibu bersalin diberi pendidikan
kesahatan dan demo perawatan bayi sehari-hari, untuk pelayanan senam
hamil ada senam hamil yoga dan senam hamil maryam khusus muslim,
pada pijat ibu hamil, pijat nifas, pijat bayi menggunakan aromatherapy.
Masyarakat sekitar memiliki ketertarikan hal-hal baru seperti
layanan komplementer tersebut sehingga dapat dipastikan banyak
pengunjung. PMB Kuswatiningsih juga menyediakan layanan dengan
harga terjangkau yang tidak membebani masyarakat, mengedepankan
kualitas layanan. Suasana/ desain setiap ruangan yang sangat menarik
membuat pasien lebih relaks sehingga menjadi daya pikat dan keunikan
dari PMB ini.
b) Daerah pemasaran
PMB Kuswatiningsih terletak di Demangan, Madurejo,
Prambanan Kabupaten Sleman yang berada didekat pemukiman warga,
dekat layanan kesehatan lain. Wilayah Bokoharjo, Madurejo, Sumberejo,
Gayamharjo, Sambirejo, Wukirharjo yang menjadi sasaran utama akan
52

tetapi pasien dari luar wilayah juga banyak yang mendatangi PMB
Kuswatiningsih.
c) Pasar sasaran
Sasaran yang dipilih PMB Kuswatiningsih dalam menawarkan jasa, yaitu:
a. Klien yang membutuhkan pelayanan KIA, KB, persalinan dan kespro
b. Klien yang membutuhkan pelayanan komplementer lengkap dengan
harga terjangkau
d) Analisis persaingan dan strategi bersaing
Pelayanan KIA dan KB lebih menekankan pada kualitas
pelayanan dengan harga terjangkau, dengan adanya layanan
komplementer lengkap menjadikan usaha tidak memiliki masalah dalam
hal persaingan walaupun dekat dari layanan kesehatan lain seperti PMB
dan Rumah Sakit.Pelayanan kesehatan di Wilayah tersebut belum ada
yang memberikan layanan seperti PMB Kuswatiningsih sehingga hal
tersebut menjadi strategi dalam bersaing. Bidan yang berkompeten dan
ramah dalam memberikan pelayanan, memiliki rasa empati yang tinggi,
menjadikan masyarakat semakin loyal dan percaya untuk kembali datang
ke PMB ataupun menyarakan ke orang lain serta menjadikan PMB
semakin unggul dan memiliki nilai ekonomi tinggi kedepanya.
4) Aspek Teknis dan Teknologi Pelayanan Komplementer
Aspek teknis menganalisis kesiapan teknis dan ketersediaan teknologi yang
dibutuhkan untuk menjalankan bisnis.
a) Aspek Teknis
(1) Senam hamil yoga
Senam hamil yoga dilatih oleh bidan berkompeten yang sudah
mengikuti pelatihan, ruangan memadai ukuran 6x7 m, terdapat kipas
angin, type recorder, matras 13 buah, gym ball 1 buah, bantal 13
buah, cermin besar ukuran 5,5m x 2,5m dan pemberian 1 gelas susu
setelah senam.
53

(2) Pijat bayi


Pelayanan pijat bayi dilakukan oleh tenaga pijat ahli, ruangan
memadai, terdapat mainan anak, matras, bantal, aromatherapy
khusus bayi agar lebih relaks.
(3) Baby Spa
Pelayanan baby Spa dilakukan oleh bidan ahli yang telah mengikuti
pelatihan momy and baby spa, ruangan memadai, terdapat mainan
anak, 1 kolam renang, pelampung bayi 2 buah.
(4) Senam Maryam
Pelayanan senam Mariam dilakukan oleh dosen ahli berguna untuk
memfasilitasi ibu hamil islam yang dipadukan dengan dzikir dan
menyerupai gerakan sholat, ruangan memadai 6 x 7m, kipas angin,
type recorder, matras 13 buah, bantal 13 buah, cermin besar ukuran
5,5m x 2,5m
(5) Pijat oksitosin
Pijat oksitosin merupakan dilakukan oleh bidan jaga pada ibu hamil
aterm, ibu yang akan bersalin, dan ibu nifas dengan layanan pijat
tidak dibebankan biaya atau gratis
(6) Pijat ibu hamil
Pijat ibu hamil dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah bekerja sama
secara on call. Ruangan pijat 2 x 3 m di ruang laktasi.
(7) Pijat ibu nifas
Pijat ibu nifas dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah bekerja sama
secara on call. Ruangan pijat nifas 2 x 3 m dengan fasilitas
memadai.
b) Teknologi
Untuk mendukung pelayanan di PMB Kuswatiningsih yaitu USG oleh
dokter Sp.OG setiap hari kamis pukul 16.00 WIB -19.00 WIB.
54

5) Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia


Aspek manajemen dan sumber daya manusia menganalisis tahap-tahap
pelaksanaan bisnis dan kesiapan tenaga kerja, baik tenaga kerja kasar
maupun tenaga kerja terampil yang diperlukan untuk menjalankan bisnis.
a) Kepemilikan : Kuswatiningsih, Amd.Keb
b) Struktur Organisasi
Kuswatiningsih, Amd.Keb : Penanggung Jawab
Nunik Marwati, Amd.Keb : PJ Operasional
Galuh O. S, Amd.Keb : PJ Pencatatan dan pelaporan
Desmaniar, Amd.Keb : Bidan Magang
c) Tenaga kerja
1. Nunik Marwati, Amd.Keb
2. Galuh O. S, Amd.Keb
3. Desmaniar, Amd.Keb
4. Juhartini (Tenaga pijat)
5. Siti Sholekhah (Tenaga kebersihan dan dapur)
6) Aspek Keuangan
Aspek keuangan menganalisis besarnya biaya investasi dan modal kerja serta
tingkat pengembalian investasi dari bisnis yang akan dijalankan.
a) Jumlah equitas/ modal
PMB Kuswatiningsih memulai pembangunan PMB secara bertahap
mulai tahun 2006 hingga saat ini 5 tahap pembangunan, sehingga modal
tidak bisa ditentukanjumlahnya.
b) Sumber modal
Semua modal yang dikeluarkan berasal dari dana pribadi
c) Pengeluaran
(1) Mendirikan bangunan :-
(2) Perelengkapan praktik :-
(3) Biaya perizinan : ± Rp. 600.000,-
55

(4) Peembelian obat awal :-


(5) Pembelian bahan habis pakai :-
d) Biaya operasional
1. Biaya rutin per bulan
No Pengeluaran Jumlah
1. Tenaga kerja ( ± Rp.
4 orang) 6.500.000
2. Listrik ± Rp.
1.000.000
3. Transport -
4. Telpon -
Total biaya per bulan ± Rp.
7.500.000
Total biaya per tahun ±Rp.
90.000.000

2. Proyeksi pendapatan rata-rata per bulan


No Jenis pelayanan Jumlah Tarif Jumlah
pasien/bulan pelayanan
1 Pemeriksaan kehamilan 114 orang Rp 30.000 Rp 3.420.000
2 Persalinan 15 orang Rp 800.000 Rp 12.000.000
3 Imunisasi
a. HB-0 15 bayi Rp 20.000 Rp 300.000
b. BCG 18 bayi Rp 20.000 Rp 360.000
c. IPV 1, Penta 1 21 bayi Rp 40.000 Rp 840.000
d. IPV 2, Penta 2 17 bayi Rp 40.000 Rp 680.000
e. IPV 3, Penta 3 18 balita Rp 40.000 Rp 720.000
f. MR 16 balita Rp 20.000 Rp 320.000
g. Penta Boster 13 balita Rp 20.000 Rp 260.000
h. MR Lanjutan 13 balita Rp 20.000 Rp 260.000
4 Pelayanan KB
a. Suntik 1 bulan 64 orang Rp 25.000 Rp 1.600.000
56

b. Suntik 3 bulan 64 orang Rp 25.000 Rp 1.600.000


c. Pil 13 orang Rp 15.000 Rp 195.000
d. Pasang IUD 21 orang Rp 450.000 Rp 9.450.000
e. Control IUD 15 orang Rp 75.000 Rp 1.125.000
f. Pasang implant 3 orang Rp 300.000 Rp 900.000
g. Aff implant 1 orang Rp 100.000 Rp 100.000
h. Kondom 3 orang Rp 20.000 Rp 60.000
5 Pelayanan KIA 174 orang Rp 30.000 Rp 5.220.000
6 Senam hamil 54 orang Rp 10.000 Rp 540.000
7 Pijat bayi 15 orang Rp 25.000 Rp 300.000
Total Rp 40.375.000

3. Proyeksi pendapatan per tahun


No Pendapatan per tahun
1 Rp 40.375.000 x @12
Total 484.500.000

4. Laba dan Rugi


Pendapatan per tahun : Rp 484.500.000,-
Jumlah biaya per tahun : Rp 90.000.000,- +
Total Laba per tahun Rp. 394.500.000
C. Aspek Produk Layanan dan Jasa
1. Senam Hamil dan Yoga
Senam hamil (prenatal) merupakan terapi latihan berupa aktivitas atau
gerak yang diberikan pada ibu hamil untuk mempersiapkan diri, baik persiapan
fisik maupun psikologis untuk menjaga keadaan ibu dan bayi tetap sehat.
Sedangkan Yoga adalah program khusus untuk kehamilan dengan teknik dan
intensitas yang telah disesuaikan dengan kebutuhan fisik dan psikis ibu hamil
dan janin yang dikandungnya. Program ini menekankan pada teknik - teknik
postur yoga, olah napas, rileksasi, teknik teknik visualisasi dan meditasi yang
57

berguna sebagai media self help yang akan memberi kenyamanan,


ketentraman, sekaligus memperkuat diri saat menjalani kehamilan.
Di PMB Kuswatiningsih terdapat pelayanan asuhan komplementer
senam hamil dan yoga yang dilaksanakan setiap hari senin dan jumat pada
pukul 16.00 WIB dengan jumlah peserta kurang lebih 8-15 ibu hamil. Senam
hamil di PMB Kuswatiningsih berdiri sejak tahun 2006 sedangkan untuk yoga
ibu hamil berdiri sejak tahun 2014.
2. Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin adalah pemijatan yang dilakukan pada ibu setelah
melahirkan untuk membantu kerja hormon oksitosin dalam pengeluaran ASI,
mempercepat syaraf parasimpatis menyampaikan sinyal ke otak bagian
belakang untuk merangsang kerja oksitosin dan mengalirkan ASI.
Di PMB Kuswatiningsih terdapat pelayanan asuhan komplementer
Pijat Oksitosin yang dilakukan pada setiap ibu nifas yang bersalin di PMB
Kuswatiningsih. Asuhan komplementer pijat oksitosin berdiri sejak bidan
mendapatkan pelatihan APN.
3. Teknik Marmet Payudara
Teknik marmet adalah metode memijat dan menstimulasi payudara
menggunakan tangan agar ASI keluar lebih optimal yang paling banyak
digunakan. Di PMB Kuswatiningsih terdapat pelayanan asuhan komplementer
teknik marmet yang dilakukan pada setiap ibu nifas yang bersalin di PMB
Kuswatiningsih atau di tempat lain. Asuhan komplementer teknik marmet
berdiri sejak bidan mendapatkan pelatihan APN.
4. Pijat Bayi
Pijat bayi merupakan stimulasi taktil yang memberikan efek biokimia
dan efek fisiologi pada berbagai organ tubu. Pijat yang dilakukan dengan benar
dan teratur pada bayi memiliki berbagai keuntungan dalam proses tumbuh
kembang bayi. Di PMB Kuswatiningsih terdapat pelayanan asuhan
komplementer pijat bayi yang dilakukan setiap hari dengan melakukan
58

reservasi terlebih dahulu dengan cara menghubungi bidan jaga. Asuhan


komplementer pijat bayi berdiri sejak tahun 2006 setelah bidan mendapatkan
pelatihan mengenai pijat bayi.
5. Baby SPA
Spa merupakan ungkapan latin dari salus per aquam yang secara
harfiah berarti sehat melalui air. Baby spa merupakan rangkaian kegiatan yang
diberikan kepada bayi dengan tujuan untuk memberikan relaksasi pada bayi.
Di PMB Kuswatiningsih terdapat pelayanan baby spa yang dilakukan setiap
hari dengan melakukan reservasi terlebih dahulu dengan cara menghubungi
bidan jaga. Asuhan komplementer baby spa berdiri sejak tahun 2014 setelah
bidan mendapatkan pelatihan mengenai baby spa.
6. Senam Maryam
Senam Maryam adalah terapi latihan berupa aktivitas atau gerakan
yang dipadukan dengan gerakan sholat serta dzikir pada ibu hamil untuk
mempersiapkan diri, baik persiapan fisik maupun psikologis untuk menjaga
keadaan ibu dan bayi tetap sehat. Di PMB Kuswatiningsih terdapat pelayanan
asuhan komplementer senam Maryam yang dilaksanakan pada hari jumat
pukul 16.00 WIB dengan jumlah peserta kurang lebih 8-15 ibu hamil.
7. Pijat Ibu Hamil
Pijat ibu hamil adalah pemijatan yang diberikan kepada ibu hamil dan
memberikan berbagai macam manfaat seperti mengurangi hormon penyebab
stress, mencegah kaki bengkak, melancarkan peredaran darah sehingga suplai
nutrisi dan oksigen ke janin dapat berjalan lancar.Di PMB Kuswatiningsih
terdapat pelayanan pijat ibu hamil yang dilakukan setiap hari dengan
melakukan reservasi terlebih dahulu dengan cara menghubungi bidan jaga.
8. Pijat Ibu Nifas
Pijat ibu nifas adalah pemijatan yang diberikan kepada ibu nifas dan
dapat memberikan beberapa manfaat seperti membantu pemulihan ibu dalam
masa nifas, meredakan beberapa titik kelelahan pada tubuh, melepaskan
59

tegangan pada otot, memperbaiki peredaran darah, dan meningkatkan


pergerakan sendi serta peremajaan tubuh. Di PMB Kuswatiningsih terdapat
pelayanan asuhan komplementer pijat ibu nifas yang dilakukan setiap hari
dengan melakukan reservasi terlebih dahulu dengan cara menghubungi bidan
jaga.
D. Pemasaran Jasa dan Produk
Pemasaran jasa dan produk di PMB Kuswatiningsih menggunakan komunikasi
dari mulu ke mulut yang sering disebut dengan Word of Mouth yang dinilai lebih
efektif. Word of Mouth tidak memerlukan biaya tang begitu besar, tetapi dapat
memperoleh efektivitas yang sangat tinggi. Komunikasi word of mouth juga
diimbangi dengan kualitas pelayanan dan fasilitas yang diberikan, sehingga
menghasilkan rekomendasi baik secara individu maupun kelompok terhadap
suatu produk atau jasa yang bertujuan memberikan informasi secara personal.
PMB Kuswatiningsih memberikan pelayanan yang berkualitas dan fasilitas yang
nyaman kepada pasien yang datang, sehingga pasien merasa puas dan kemudian
merekomendasikannya kepada orang dilingkungannya. Hal tersebut terus
berlanjut sehingga mendatangkan konsumen.
E. Manajemen dan Aspek Pasar
1. Manajemen
Terdapat lima fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian.
a) Perencanaan
Merupakan proses yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, dan menyiapkan bagaimana mengatasi kesulitan yang tidak
diharapkan dengan sumber daya yang cukup. Perencanaan PMB
Kuswatiningsih sudah tersusun dengan baik dari awal sebelum usaha
dibangun. Pendiri usaha merupakan bidan yang sudah berpengalaman
dalam pelayanan KIA, KB, dan komplementer. Perencanaan sudah
terkonsep dan tersusun secara rapi dan sistematis baik dari biaya, tenaga
60

kerja,administrasi, tata ruang, target penjualan jasa dan arus laba rugi
perusahaan.
b) Pengorganisasian
Menetukan tugas dan tanggungjawab masing-masing sumber daya manusia
dalam melakukan kegiatan usaha. Pengorganisasian di PMB
Kuswatiningsih tertata dengan baik sesuai tugas dan tanggung jawab yang
efektif dalam management. Namun usaha ini masih keterbatasan sumber
daya manusia karena banyakanya pelayanan di PMB.
c) Pemberian motivasi dan pengaruh
Merupakan proses memberikan pengaruh kepada orang lain untuk
mencapai tujuan tertentu. PMB Kuswatiningsih hanya mengunakan tehnik
word of mouthdalam strategi promosi.
d) Pengelolaan pegawai/ pekerja
Hal ini mencakup aktivitas perekrutan, wawancara, pengujian,
penyeleksian, pengorientasian, pelatihan, pengembangan, pengevaluasian,
pengkompensasian, pendisiplinan, dan pemecatan karyawan. PMB
Kuswatiningsih mengutamakan bidan yang telah tersertifikasi/ memiliki
STR untuk dijadikan pegawai di PMB
e) Pengendalian
Dilakukan pada penetapan standar kerja, mengukur kinerja individu dan
organisasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar kinerja yang
direncanakan, dan melakukan tindakan korektif. Bidan Kuswatiningsih
selalu melakukan evaluasi positif terhadap pekerja, memberikan pelatihan,
dan mengutamakan kedisiplinan pekerja.
2. Aspek pasar
Aspek pasar merupakan aspek yang memberikan gambar keuntungan bagi
perusahaan yang dapat dilihat dari potensi pasar dalam menyerap produk/ jasa
yang ditawarkan. PMB Kuswatiningsih sangat memenuhi kabutuhan dan
kepuasan konsumen hal ini dilihat dari jumlah klien yang terus bertambah.
61

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pendirian Usaha
Bidan Wati mendirikan suatu usaha PMB (Praktik Mandiri Bidan)
Kuswatiningsih di Demangan, Madurejo, Prambanan sejak tahun 2006 setelah
sebelumnya bidan menjalankan praktik mandiri sejak 1997 di lain
wilayah.Bidan Kuswatiningsih sudah menjadi anggota IBI,memiliki surat
keterangan Kepala Puskesmas wilayah setempat, memiliki surat keterangan
tidak sedang dalam profesi/hukum, juga memiliki surat keterangan Ketua
Ranting IBI wilayah.
PMB Kuswatiningsih menjalankan praktik sudah mencantumkan izin
praktik bidannya atau foto praktiknya di ruang praktinya dan dibantu tenaga
bidan yang sudah memiliki STR dan SIPB untuk membantu tugas pelayanan
kebidanannya, ibu Wati dalam menjalankan praktik sudah mempunyai
peralatan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan peralatan tersedia di
tempat praktiknya, pelayanan yang dimiliki bidan sudah menjalankan praktik
bidan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.
PMB Kuswatiningsih memiliki tempat dan ruangan praktik yang
memenuhi persyaratan kesehatan, menyediakan ruang tunggu periksa 1, ruang
konseling 1, ruang pendaftaran 1, ruang periksa ibu/ANC 1,ruang
imunisasi/balita sakit 1, ruang tindakan/KB 1, ruang laktasi/pijat mom 1,
ruang bersalin 1, ruang bidan jaga 1, ruang nifas 2, ruang tunggu ps ranap 1,
kamar PKL 2, ruang senam hamil dan pijat Spa 1, toilet dalam 2, toilet luar 1,
dapur pasien 1.
Ibu Wati sudah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan saling
tukar informasi dengan sesama bidan, sudah juga engikuti kegiatan-kegiatan
akademis dan pelatihan sesuai dengan tugasnya, seminar-seminar baik yang
diselenggarakan pemerintah maupun oleh organisasi profesi untuk

61
62

mengupdate ilmu kebidanan yang berkembang, dan ibu Wati juga memelihara
dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktik agar tetap siap dan
berfungsi dengan baik.
PMB Kuswatiningsih memiliki papan nama yang berukuran seluas
40cm x 60cm m tulisan blok warna hitam dan dasarnya warna putih,
pemasangan papan nama pada tempat yang mudah dan jelas terbaca oleh
masyarakat. Untuk tata ruang setiap ruang periksa memiliki diameter yang
berbeda-beda ada yang 3 x 3 m dan ada yang 3 x 4 m. terdapat ruang periksa,
ruang konseling, ruang nifas, ruang laktasi, ruang bersalin, ruang administrasi,
ruang tunggu priksa, ruang tunggu keluarga pasien nginap, kamar mandi/ WC,
ruang senam, ruang pijat spa, dan ruang pijat ibu.
Lokasi pendirian telah disetujui oleh pemerintah daerah setempat tidak
berbaur dengan kegiatan umum lainnya seperti pusat perbelanjaan, tempat
hiburan, dan sejenisnya. Tidak mempunyai surat kepemilikan (surat hak
milik/ surat hak guna pakai), tidak mempunyai surat hak guna (surak kontrak
bangunan) karena tempat milik pribadi. Memiliki surat perizinan SIPB yang
dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang seterusnya
akan disampaikan laporannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
setempat dengan tembusan kepada organisasi profesi setempat.
Ada kelengkapan administrasi, sarana dan prasarana PMB, memiliki
papan nama bidan praktek swasta, ada visi dan misi, ada falasafah, memiliki
buku standar pelayanan kebidanan, memiliki buku pelayanan KB, ada buku
standar pelayanan kebidanan neonatal, ada buku register pasien. Terdapat
format catatan medic seperti antenatal, perslinan, nifas, bayi baru lahir,
keluarga berencana, bayi sehat, rujukan, laporan, surat kelahiran, surat
kematian, partograf, inform consent, formulir permintaan darah.
B. Profil Usaha
Berdasarkan keterangan atau hasil wawancara bidang usaha yang
dijalankan sesuai dengan profesinya yaitu bidang Kesehatan Ibu dan Anak
63

(KIA). Jenis produk atau jasa yang dijalankan yaitu pemeriksaan ANC,
layanan persalinan 24 Jam, layanan kesehatan bayi balita anak, dan KB serta
layanan komplementer kebidanan seperti: senam hamil yoga, senam hamil
maryam, pijat bayi, spa bayi, pijat oksitosin, tehnik marmet payudara, pijat
nifas, dan pijat hamil
Biodata usahawan
1. Penanggung jawab : Kuswatiningsih, Amd.Keb
2. TTL : Sleman 22 Januari 1978
3. Alamat : Demangan, Madurejo, Prambanan
Sleman Yogyakarta
4. Nomer telpon : 0813xxx
5. Fax :-
6. Email : Watisubagya@yahoo.co.id
7. Bentuk badan hukum :-
8. Tahun berdiri : 2006
Berdasarkan hasil wawancara, PMB Kuswatiningsih belum memiliki
izin tersendiri terkait usaha komplementar yang dijalankan akan tetapi
memiliki perizinan resmi dari organisasi profesi terkait pendirian usaha. PMB
Kuswatiningsih tidak memilki perizinan penggunaan tanah dikarenakan
tempat yang digunakan untuk usaha adalah milik pribadi, tidak memiliki izin
mendirikan bangunan dikarenakan tidak bekerja sama dengan permerintah
terkait usaha yang didirikan, tidak ada gangguan HO, memiliki NPWP dalam
pendirian usaha, tidak memiliki akte pendirian dalam badan usaha akan tetapi
akte yang digunakan saat ini adalah akte tanah rumah, danjuga memiliki
persyaratan pengelolaan lingkungan atau dokumen lingkungan hidup.
C. Visi dan Misi Usaha
1. Visi usaha
PMB Kuswatiningsih sebagai tempat pelayanan kebidanan dan pelayanan
kesehatan yang berkualitas guna meningkatkan kesehatan masyarakat
64

dengan ketepatan, cepat, aman, professional, ramah dan unggul dalam


kualitas pelayanan.
2. Misi usaha
a. Misi
1) Melaksanakan pengabdian dan pendekatan kepada masyarakat
terutama untuk perempuan
2) Memberikan kemudahan pelayanan kebidanan khususnya pada ibu
dan anak
3) Memberikan pelayanan kesehatan tingkat primer yang biayanya
relative terjangkau dan tetap memberikan pelayanan yang
maksimal
b. Motto
Melayani dengan” HATI” yaitu:
H : Hargai. Menghargai pendapat, Hak dan Privasi pasien
A : Aman. Melakukan pelayanan yang sesuai standar
sehingga pasien dapat merasa aman dan nyaman
T : Tepat dan terjangkau. Sesuai sasaran dan biaya relative
terjangkau
I : Ikhlas. Melakukan pelayanan dengan ikhlas tanpa pamrih dan
tidak membeda-bedakan pasien
D. Latar belakang usaha
Bidan Kuswatiningsih sebelumnya bekerja di Klinik Puri Adisti, dan
berbagai pelatihan.Usaha mulai berkembang sejak pendirian PMB yaitu
pertengahan juli 2006, pelayanan umum dimulai sejak PMB berdiri,
pelayanan khusus seperti senam hamil di mulai pada tahun 2006, yoga hamil
tahun 2014, pijat oksitosin dan teknik marmet sejak pelatihan APN, pijat bayi
tahun 2006, spa bayi tahun 2014. Alasan mengembangkan usaha PMB karena
sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajari, ingin memberikan pelayanan yang
65

berkualitas untuk ibu dan anak. Pelayanan umum merupakan usaha pokok dan
penerapan usaha komplemneter kebidanan sebagai usaha sampingan.
Waktu operasional pelayanan pukul 06.00 – 21.00 yang meliputi
pertolongan persalinan 24 jam pemeriksaan kehamilan , pelayanan KB,
pelayanan Ibu dan Anak, pap smear ,konsultasi kesehatan reproduksi dan
IVA, dan Imunisasi setiap minggu ke-2 dan ke-4, pukul 06.00-21.00 WIB,
senam hamil dan yoga hari senin dan jum’at pukul 16.00 WIB
PMB Kuswatiningsih memiliki harga yang terjangkau, kualitas
pelayanan yang baik dan keramahtamahan petugas, pemberian susu ibu hamil
saat senam dan yoga, pemberian aromatherapy pada pijat bayi, asuhan
persalinan dengan layanan pijat perineum pada kasus tertentu, tehnik marmet
gratis pada kasus tertentu, layanan konsultasi. Prospek usaha kedepanya akan
lebih maju karena meningkatnya kebutuhan masyarakat terkait pelayanan
kesehatan ibu dan anak, peminat jasa akan meningkat dengan adanya
kecanggihan teknologi seperti memanfaatkan sosial media FB, Instagram dan
WA akan tetapi seiring kemajuan usahan akan membutuhan SDM bidan yang
lebih banyak dan berkompeten.
Sumber pembiayaan pendirian usaha adalah modal pribadi , wadah
yang menaungi usaha adalah organisasi profesi IBI (Ikatan Bidan Indonesia).
Pihak tenaga kesehatan yang terlibat dalam usaha PMB adalah bidan dan
seorang dokter Sp.OG. Tidak menjalin kemitraan dengan pihak lain. Untuk
rencana pengembangan meningkatkan kualitas layanan sehingga pasien
bertambah dan berusaha menjadi klinik pratama
E. Struktur organisasi
Bidan Kuswatiningsih memiliki 3 bidan yang membantu dalam
pelaksanaan usaha PMB yang didirikanya, yaitu Bidan Nunik Maarwati
Amd.Keb sebagai bidan penanggung jawab operasional, bidan Galuh ktariana
sari Amd.Keb sebagai bidan penangungjawab pencatatan dan pelaporan serta
bidan Desmaniar selaku bidan magang atau anggota pelaksana. Keunggulan di
66

PMB Kuswatiningsih mengutamakan kualitas pelayanan dan harga


terjangkau. Produk atau jasa yang diberikan di PMB Kuswatiningsih mampu
bersaing dengan jasa yang sudah ada dipasar. PMB Kuswatiningsih memiliki
bidan yang sudah berkompeten di bidang KIA, kualitas pelayanan unggul
sehingga eksistensi PMB tetap terjaga. Usaha dijalankan sesuai moto dengan
HATI sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan, dengan tingkat kepuasan
pelanggan yang tinggi akan layanan yang diberikan dapat menambah jumlah
pelanggan sehingga outcome meningkat. Usaha yang dijalankan lebih
menekankan kualitas, menjadi investor dan usaha yang dijalankan beorientasi
pada pelanggan dan produk jasa yang dihasilkan
Wilayah yang dituju yaitu Demangan Madurejo dan sekitarnya,
sasarannya yaitu Ibu hamil, ibu bersalin, nifas, BBL dan PUS. Rencana
strategi pemasaran dengan mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan
pelanggan dengan memotivasi ibu hamil usia 7 bulan untuk meakukan
senam hamil. Untuk lokasi pemasaran untuk memaparkan produk/jasa
dilakukan di BPM karena jika melakukan di luar BPM harus memakai
perizinan, cara mempromosikan pijat bayi, senam hamil dan lain-lain dengan
memberikan harga terjangkau atau sesuai dengan isi dompet dan memberikan
tambahan untuk susu ibu hamil, agar pelanggan tertarik dengan jasa/produk
yang disajikan dengan cara membangun kualitas karena dengan membangun
kualitas maka akan banyak pelanggan yang tertarik, untuk disenangi
pelanggan yaitu dengan cara memberikan pelayanan dengan ramah dan
dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien.Cara mengembangkan tim
kerja yaitu Bidan Kuswatiningsih memberikan arahan pada bidan jaga agar
bidan jaga lebih mengerti dan memahami mengenai senam hamil, pijat bayi,
pijat oksitosin, tehnik marmet, dan baby spa.Kemudahan yang diberikan
dengan cara via Wa sehingga lebih mempermudah, waktu yang ditentukan
saat weekend biar lebih mempermudah dan tidak banyak kesibukan sehingga
bisa semuanya mengikuti.
67

G. Analisis pesaing
Hasil yang didapatkan pesaing terdekat yaitu PMB Rinawati, PMB Isti
dan Klinik Sayang Ibu, pesaing secara tidak langsung yaitu RSUD
Prambanan, PKM Pramabanan. Kondisi usaha pesaing PMB dengan
memberikan keramahan, harga dan kenyamanan pelanggan/pasien, pelajaran
yang diambil dari pesaing yaitu lebih ramah dan tidak memandang status
pasien, kelemahan dan kekuatan dari pesaing yaitu tidak standby 24 jam,
keramahan , harga , teknik silang, bangunan dan bidan desa. Menurut analisa
kami kondisi lingkungan sekitar PMB terlihat bersih, limbah yang terdapat
yaitu padat, cair, dan gas tidak ada dampak lingkungan terkait
pendirian.Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, rencana
pengembangan beberapa tahun kedepan diharapkan PMB dapat menjadi
Klinik Pratama sehingga pelayanan yang diberikan semakin maksimal dan
usaha komplementer kebidanan lebih berkembang.
H. Hasil Observasi Alat
1. Peralatan Tidak Steril
No NamaPeralatan Jumlah
1. Tensimeter 6
2. Stetoskop biokuler -
3. Stetoskop monokuler 5
4. Timbangan dewasa 4
5. Timbangan bayi 3
6. Pengukuran panjang bayi 1 (kayu) dan 3 (metline)
7. Thermometer 2
8. Oksigen dalam regulator 3
9. Ambubag dengan masker resusitasi 1
( ibu+bayi)
10. Penghisap lender 4
68

No NamaPeralatan Jumlah
11. Lampu sorot 2
12. Penghitung nadi -
13. Sterilisator 1 (mesin), 1 (rebus
kukus)
14. Bak instrument dengan tutup 4 (partus), 1 (kecil),
3 (IUD)
15. Reflek hammer 1
16. Alat pemeriksaan HB sahli 2
17. Set pemeriksaan urin 1
18. Pita pengukur 3
19. Plastik penutup instrument steril -
20. Sarung tangan karet untuk mencuci 2
alat
21. Apron / celemek 6
22. Masker 1 box
23. Pengaman mata 1
24. Sarung kaki plastic 5
25. Infus set 8
26. Standar infus 2
27. Semprit disposable 3ml (1box, 0,5ml (2
box), 10 ml (5), 20 ml
(4), 1 ml (1/2 box)
28. Tempat kotoran/sampah 9
29. Kendil Banyak
30. Pot 1 box
31. Bengkok 3
32. Sikat, sabun cair, dan tempatnya 3
69

No NamaPeralatan Jumlah
33. Kertas lakmus 1 bendel
34. Sempritglyserin 1
35. Gunting verband 2
36. Spateln lidah 2
37. IUD kit 5
38. Implant kit 4
39. Covis 2 (dopler), 2
40. Leanek 2
41. Gergaji implant 1 box (bisturi)

2. Peralatan Steril
No Nama Peralatan Jumlah
1. Klempean 6
2. Klem ½ kocher 2
3. Korentang 2
4. Gunting talipusat 3
5. Gunting benang 1
6. Gunting episiotomy 3
7. Karet kateter 3
8. Pinset anatomis 3
9. Pinset chirurgic 3
10. Speculum vagina 6
11. Mangkok metal kecil 4
12. Pengikat tali pusat 20
13. Pengisap lender (dele,sleep 2
penghisap lendir)
14. Tampon tang dan vagina 5
70

No Nama Peralatan Jumlah


15. Pemegang jarum 3
16. Jarum kulit dan otot 20
17. Sarung tangan 1 box
18. Benang suter+catgut 2 box
19. Doeksteril

3. Bahan Habis Pakai


No Nama Peralatan Jumlah
1. Kapas 1 plastik
2. Kainkasa 1 plastrik
3. Plester 2 gulung
4. Handuk 4 buah
5. Pembalut wanita (maternity 1 pack, 2 pack
biasa jumbo 1 pack)

4. Formulir Yang Disediakan


No Nama Formulir Keterangan
1. Formulir informed consent Ada
2. Formulir ANC Ada
3. Partograf Ada
4. Formulir persalinan/ nifasdan KB Ada
5. Formulir rujukan Ada
6. Formulir surat kelahiran Ada
7. Formulir permintaan darah Tidak Ada
8. Formulir kematian Ada
71

5. Obat- Obatan
No Nama Obat Keterangan
1. Roborantia Ada
2. Vaksin Ada
3. Syokanafilak Ada
4. Adrenalin 1:1000 Tida kada
5. Anti histamine Ada
6. Hidrokortison Ada
7. Aminophilin 230/10ml Ada
8. Dopamine Ada
9. Sedatife Tida kada
10. Anti biotic Ada
11. Uretonika Ada
12. Antipiretika Ada
13. Koagulantika -
14. Anti kejang (SUPPO) Ada
15. Glyserin Tidak ada
16. Cairaninfus Ada
17. Obat luka Ada
18. Cairan desinfektan Ada
19. Obat penanganan asphiksiapada Tidak ada
BBL
20. Injeksi lewat tali pusat Tidak ada

6. Saranadan Prasarana Asuhan Rooming-In/ Rawat Gabung


No Nama Peralatan Jumlah
1. Ruang rawat gabung (kamar nifas) 2 Ruang , 4 tempat tidur
72

7. Media Penyuluhan
No Nama Media Keterangan
1. Poster dinding Ada
2. Pesan ASI eksklusif Ada
3. Pesan imunisasi Ada
4. Pesan vitamin A Ada
5. Persalinan Ada
6. Tanda bahaya Ada
7. Leaflet Ada
8. Booklet Ada
9. Majalah bidan Ada
10. Lain-lain Ada

8. Sarana
No Nama Sarana Keterangan
1. Rumah terbuat dari tembok Rumah terbuat dari tembok
2. Lantai keramik Lantai keramik
3. Ruang tempat periksa Ruang periksa ibu/ANC 1,
Ruang balita 1, ruang
KB/tindakan 1. Ruang
konseling 1
4. Ruang perawatan / Nifas 2 ruang (4 tempat tidur)
5. Dapur 1 ruang
6. Kamar mandi 3 ruang
7. Ruang cuci alat 1 ruang
8. Ruang tunggu 2 ruang
9. Wastafel 3 ruang
73

No Nama Sarana Keterangan


10. Tempat sampah 14 ruang
11. Tempat parkir 1 ruang

9. Pelayanan Yang Diberikan


No Nama Pelayanan Keterangan
1. Penyuluhan kesehatan Ada
2. Konseling KB Ada
3. ANC (senam hamil, Ada
perawatan payudara)
4. Asuhan persalinan Ada
5. Perawatan nifas Ada
6. Perawatan bayi Ada
7. Pelayanan KB Ada
8. Imunisasi ( ibu dan bayi) Ada
9. Kesehatan reproduksi remaja Ada
10. Perawatan pasca keguguran Ada
74

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demikian laporanyang telah kami buat, hal tersebut merupakan
bentukdedikasi kami untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas
sehingga dapat meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, dan dapat menekan
angka kematian ibu dan anak dengan mendirikan Praktik Mandiri Bidan (PMB).
PMB merupakan bentuk pelayanan kesehatan dibidang kesehatan dasar. Praktek
bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus
memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga dapat menjalankan praktek
pada sarana kesehatan atau program. Persyaratan pendirian juga perlu
diperhatikan, agar bidan dapat memberikan pelayanan yang bermutu kepada
setiap pasien.
PMB merupakan bentuk pelayanan kesehatan di bidang kesehatan dasar.
Dalam membuat rencana usaha bidan praktek mandiri, pemilihan lokasi usaha
adalah hal utama yang perludipertimbangkan. lokasi strategis menjadi salah satu
faktor penting dan sangatmenentukan keberhasilan suatu usaha. banyak hal yang
harus dipertimbangkan dalammemilih lokasi, sebagai salah satu faktor mendasar,
yang sangat berpengaruh kemudahannya mencapai konsumen. Lokasi juga
berpengaruh terhadap kenyamananpembeli dan juga kenyamanan anda sebagai
pemilik usaha. Padapenghasilan dan biaya, baik biaya tetap maupun biaya
variabel. lokasi usaha juga akanberhubungan dengan masalah efisiensi
transportasi, sifat bahan baku atau sifat produknya,danperalatan dan obat-obatan.
Peralatan tidak steril,peralatan steril,bahan habis pakai, formulir yang
disediakan,obat-obatan, papan nama, kerjasama dengan dokter spesialis, jenis
pelayanan konsultasi kehamilandan tarif.

74
75

B. Saran
Inilah Laporan yang kami buat tentang Praktik Mandiri Bidan
(PMB), semoga laporan ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan bagi pembaca dan penulis.apabila ada kritik dan saran,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan laporan ini.
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa hendaknya menjadikan haasil observasi maupun wawancara
sebagai sumber insiparsi pendirian PMB di masa yang akan datang
2. Bagi Bidan
PMB Kuswatiningsih untuk tetap mempertahankan kualitas pelayanan
agar usaha semakin berkembang dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Anda mungkin juga menyukai