PENDAHULUAN
Seluruh Negara di dunia baru - baru ini sedang mengalami pandemi yang
diakibatkan oleh corona virus, virus ini menyerang sistem saluran pernapasan
yang disertai dengan klasifikasi tanda dan gejala yang berbeda-beda mulai dari
klasifikasi sedang, ringan, berat dan kritis. Virus ini juga sangat tinggi untuk
bermutasi dan corona virus ini juga dapat menetap ditubuh manusia maupun
sebagai situasi pandemik global bahkan menjadi darurat internasional. Saat ini
jumlah kasus pasien terkomfirmasi COVID-19 terus meningkat. Dari data Word
106,125,682 kasus dengan total kasus kematian mencapai 2,320,497 jiwa dari
kasus COVID-19 dilaporkan dalam dua kasus, pertama kali dilaporkan terjadi
pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus pasien terkomfirmasi pada tanggal 9 Februari
27
28
2021 berjumlah 1,174,779 kasus dan 31,976 ( CFR 2,7 % ) kasus kematian.
DKI Jakarta tercatat merupakan provinsi yang paling tinggi kasus COVID-19
yang terkonfirmasi berjumlah 300,406 kasus . Banten juga menjadi zona merah
(https://dinkes.bantenprov.go.id/)
penularan yang sangat cepat sehingga angka kejadian semakin meningkat setiap
harinya. Penularan corona virus ditularkan oleh droplet dari pasien yang
sampel udara yang bertahan selama setidaknya 3 jam, penelitian lain juga
menemukan RNA virus ini dapat bertahan hingga 16 jam dan menemukan virus
cukup luas, terdiri atas 13,8% sakit berat, sekitar 6,1% pasien mengalami kritis
dan sekitar 80% termasuk dalam kategori ringan ataupun sedang.( WHO,2020 ).
Akibat banyaknya pasien- pasien yang datang ke IGD dengan peneumonia berat
ventilator. Dengan pemberian posisi yang tepat pada pasien, minimal dapat
lebih optimal bila di lakukan pada pasien awal datang ke IGD ( Xuefeng
zang,dkk, 2020 )
29
Penelitian yang dilakukan oleh Xuefeng Zang, Qian Wang, dkk, tahun
terdaftar dari 1 Februari 2020 hingga 30 April 2020 . Penelitian ini mengambil
23 pasien dengan posisi prone dan 37 pasien non-prone. Pada kelompok posisi
prone, saturasi oksigen nadi (SpO2) meningkat dari 91,09% menjadi 95,30% (P
<0,01), namun hasil penelitian menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan
pernapasan (RR) menurun dari 28,22 kali / menit menjadi 27,78 kali / menit
perbedaan yang signifikan terjadi pada hasil pengukuran SpO2 di menit ke 10,
Selain itu, posisi prone juga dapat meningkatkan ventilasi pulmonal pada
redistribusi aliran darah dan cairan edema yang didistribusikan kembali ke sisi
central dengan gravitasi dan alveolar atrofi dibuka kembali dalam posisi prone,
zang,dkk, 2020 )
memburuk tanpa dispnea. Setelah tidak berhasil upaya prone positioning, kami
mengganti siklus tiga jam dari posisi semi fowler ke posisi tripod / orthopnec
30
dengan tetap menjaganya di CPAP. Gas darah arteri ( PaO 2 / FiO2, PaO2, SaO2,
klinis pada gas darah arteri dan parameter pernapasan, dengan stabil nya
intubasi.
pasien – pasien yang terkomfirmasi COVID-19. Dari data yang ada RS An-Nisa
peningkatan substansial jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit dengan gagal
napas. Sebagian besar pasien ini memerlukan dukungan ventilasi non invasive,
perbaikan ) sangat tinggi dan intubasi seringkali diperlukan. ( Anna Coppa, 2020
penting untuk menemukan cara yang sederhana dan efektif untuk mengurangi
pasien COVID-19 yang tidak diintubasi dan gagal napas akut ( Xuefeng Zang,
31
Rs An-Nisa Tangerang.
terjadinya penurunan saturasi oksigen yang menjadi risiko penyebab pasien harus
untuk mengurangi sesak, dan dapat meningkatkan saturasi oksingen. Oleh karena
Efektifitas antara posisi prone dan orthopnec terhadap saturasi oksigen pada
1.3 TujuanPenelitian
posisi prone dan orthopnec terhadap saturasi oksigen pada pasien COVID-
Tangerang
Nisa Tangerang
Tangerang.
33
peneliti lainnya yang mempunyai care yang tinggi terhadap pasien yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pada saluran pernafasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu biasa
hingga penyakit berat seperti penyakit MERS dan SARS. Coronavirus ini
Negara Cina. Nama lain dari virus ini adalah SARS-COV2 (Kemenkes RI,
2020).
bahwa virus ini sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah pada
resiko dari infeksi SARS-CoV-2 dapat terjadi pada individu yang memiliki
perokok aktif juga dapat menjadi factor resiko dari infeksi virus ini.
Pasien yang mengidap kanker serta memiliki penyakit hati kronis juga
mudah terkena infeksi dari virus ini. Karena kanker diasosiasikan terhadap
hasil studi menunjukan dari 261 total pasien positif COVID-19 yang
dan 23 pasien dengan penyakit hepatitis B. (,Adityo Susilo dan dkk, dalam
berikut:
36
pada system saluran pernapasan seperti suhu tubuh yang tinggi, batuk,
dan sesak napas. Berdasarkan data dari 55.924 kasus, gejala yang
serta kelelahan. Selain itu gejala lainnya yang bisa ditemukan yaitu
demam diatas 39°c. (,Adityo Susilo dan dkk, dalam Jurnal Penykit
2.1.4 Diagnosis
gejala yang ringan sampai berat. Ketika dilakukan pemeriksaan fisik tidak
ditemukan adanya kelainan yang jelas dan tanda dari inflasi paru.
manifestasi klinis yang dijelaskan secara rinci pada tabel 2.1 berikut:
Gejala Keterangan
Dispneu yaitu : Progresif
yang presistent
COVID 19
Riwayat terpajan factor resiko, Asap rokok
Asap Dapur
Anosmia Kehilangan kemampuan dari indera
2020.
pembacaan oximeter.
samping
39
oksingen
3. Lepaskan elektroda, tensi, dan saturasi yang ada di pasien, dan rapikan
bagian pelvis
sehari 2 kali
lakukan prone
oksingen
4. Siapkan overbed table ( meja buat makan pasien ) dan 1 buah bantal,
letakkan bantal di atas meja dan pasien tidur di atasnya, dengan posisi
senyaman mungkin
8. Rapikan pasien
43
2012).
(Sherwood, 2012)
1. PO2
2. PCO2
3. pH
jumlah O2 (Sherwood,2012)
4. Suhu
5. Hemoglobin
6. Merokok
7. Aktivitas
(Kozier, 2011). Dan tanda yang lebih jelas lagi pasien akan terlihat
penting dari cidera dan kematian sel. Sel tubuh dapat mengalami
oksigen yaitu otak. Apabila dalam lebih dari 5 menit otak tidak
tersaturasi dengan O2. Saturasi oksigen darah arteri dengan PaO2 yaitu
invasive yaitu dengan pulse oximetry. Oksimetry nadi suatu alat yang
dengan meletakkan sensor pada bagian jari. Ibu jarii kaki, hidung,
menjadi cara yang paling benar untuk menilai pasien asma dengan
gambar 3. Oximetry
Posisi prone
Saturasi Oksigen
Posisi orthopnec
Posisi Orthopnec
Variabel Confounding
Hb
Usia
Komorbid
BAB III
COVID 19
Pemberian Posisi
Obstruksi Jalan Presentase oksigen
Prone
Napas akibat tersaturasi meningkat
penyakit mendekati normal
Pemberian Posisi
Presentase Orthopnec/Tripod
oksigen
tersaturasi di
bawah normal
akibat infasi Variabel counfouding
Virus
Umur dan jenis
kelamin
Keterangan :
2011).
duga atau dalil sementara yang kebenaranya akan di buktikan dalam penelitian
relevan. Pengujian hipotesis bisa dua kemungkinan, yaitu menolak hipotesis dan
1. Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan
BAB IV
METODE PENELITIAN
Penjelasan :
1 : Presentasi oksigen tersaturasi sebelum dilakukan pemberian posisi prone
orthopnec/tripod
orthopnec/tripod
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian yang akan diambil yaitu pasien rawat inap isolasi
covid di RS An-Nisa Tangerang dengan memperhatikan kriteria
inklusi dan esklusi.
4.3.3 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi yang memenuhi kriteria secara teori dengan topic
penelitian, atau kriteria inklusi merupakan ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai
sampel.( Imas,dkk, 2018 ). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Pasien dengan Covid 19 terkonfirmasi
2. Usia responden 20-50 tahun.
3. GCS 15
4. Bersedia menjadi responden.
4.3.5 Teknik Pengambilan Sampel Sampling
Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nonprobability sampling. Yaitu menggunakan
pemilihan sampel tanpa menggunakan randomisasi.(Setiadi, 2013).
4.3.6 Perhitungan Jumlah Sampel
Besaran sampel menggunakan rumus uji hipotesis dari
Lameshow. ( Lameshow, 1997 )
Memperoleh suatu data yang sesuai dengan tujuan penelitian adalah Instrumen
penelitian ini dengan menggunakan lembar wawancara, lembar observasi. Dan leafleat .
4.6.3 leaflet
Lembar edukasi berisi pengertian dan mamfaat dari posisi prone dan posisi
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti mengurus surat ijin dari institusi untuk penelitian yang ditujukan
Tangerang
consent
b. Observasi partisipatif
pendekatan pada pasien dan wawancara selain itu juga menggunakan alat
Pasien yang telah bersedia akan diberikan contoh pemberin posisi prone
menjadi pasien kelompok pemberin posisi prone dan pasien kedua akan
berikan tindakan.
posisi orthopnec.
a. Editing
58
b. Coding
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dan diolah kedalam program
Dalam analisis deskriptif dapat berupa gambar, bentuk tabel atau grafik
(Nursalam, 2011).
Sedangkan data yang akan di tampilkan dalam bentuk mean yaitu usia dan
jenis kelamin
: Rata2 hitung
P = F x 100%
N
Keterangan:
P : Prosentase
N : Jumlah responden
ukuran mean dan standart deviasi dari variabel posisi prone dan posisi
1. Analisis Bivariat
yang di muncukan Oximeter antara pemberin posisi prone dan pemberian posisi
orthopnec.
Setelah dilakukan uji K-S maka lanjutkan ke uji statistik. Sehingga jenis uji
statistik yang digunakan apabila hasil uji K-S berdistribusi normal adalah
menggunakan uji paired t-test atau uji beda berpasangan dengan taraf
kepercayaan 95% dan taraf kesalahan 5% dengan bantuan SPSS for windows pada
paired t test adalah uji statistik parametrik yang digunakan untuk menguji
perbedaan dari data dependent (sampel terikat). Hasil uji paired t-test akan
1. Jika harga p value > harga (0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak
2. Jika harga p value < harga (0,05), maka harga H0 ditolak dan H1
Pada penyajian data harus dalam bentuk yang mudah di baca agar informasi hasil
analisis yang diberikan mudah dimengerti (Setiadi, 2013). Biasanya ada 3 kelompok yaitu
penyajian dalam bentuk teks (textular), penyajian dalam bentuk tabel, dan penyajian dalam
Peneliti harus mengetahui prinsip dan moral harus di perhatikan, yaitu sebagai
b. Kerahasian informasi
2. Kewajiban Responden
2. Kewajiban Penelti