DISUSUN OLEH
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “ Laporan Studi
Kasus Asuhan Gizi Klinik Praktek Kerja Lapangan RSUD Kota Bandung ”.
i
Bandung, April 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang anak laki - laki IS berusia 11 tahun 9 bulan dengan berat badan
22 kg dan tinggi badan 147 cm. Merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dan
berstatus sebagai seorang pelajar SD. Masuk IGD RSUD Kota Bandung dengan
keluhan utama panas, lemas dan batuk. Kurang lebih 3 minggu SMRS anak
panas naik turun disertai batuk dan sesak, nafsu makan menurun, dan berat
badan mengalami penurunan 2 bulan terakhir, berat badan 2 bulan yang lalu 24
kg. Anak tidak ada riwayat kontak dengan pasien positif covid – 19. Orang tua
tidak mengetahui apakah anak mempunyai riwayat kontak dengan keluarga yang
memiliki TB. Pekerjaan orang tua, ibu seorang ibu rumah tangga, dan ayah
seorang buruh pabrik.
Hasil anamnesa gizi pola makan SMRS, sehari 2 kali makan dengan nasi
1 centong, telur ayam 1 butir 3-4x/minggu, ayam 1 potong 2x/minggu, tahu
hanya 2x/minggu, anak tidak menyukai sayuran dan buah. Sebelum sakit anak
mengkonsumsi mie instan 3x/minggu, anak menyukai makanan jajanan pedas
seperti seblak, basreng (baso goreng) dengan taburan cabe kering,
mengkonsumsi minuman teh kemasan hampir setiap hari 1 cup/hari. Ketika di RS
asupan makan bubur hanya 5 sdm, telur rebus ½ butir, sayur tahu ½ porsi,
pisang ½ buah persetiap kali makan, mual (+), dan nyeri di bagian perut.
Bronkupneumonia
4
alveoli dan jaringan interstitial (Riyadi & Sukarmin, 2009). Alveoli dan septa
menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta
relative sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Apabila
proses konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik maka setelah
edema dan terdapatnya eksudat pada alveolus maka membran dari alveolus
akan mengalami kerusakan. Perubahan tersebut akan berdampak pada pada
penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Sehingga berakibat pada
hipoksia dan kerja jantung meningkat akibat saturasi oksigen yang menurun
dan hiperkapnia. Penurunan itu yang secara klinis menyebabkan penderita
mengalami pucat sampai sianosis.
TB Paru
Individu terinfeksi melalui droplet nuclei dari pasien TB paru ketika pasien
batuk, bersin, tertawa. Droplet nuclei ini mengandung basil TB dan ukurannya
kurang dari 5 mikron dan akan melayang-layang di udara. Droplet nuclei ini
mengandung basil TB.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka
dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular.
Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TB paru ini akan
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh
sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di
sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TB paru akan menjadi dormant
(istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai
tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
(neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limpospesifik-tubercolosis
melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini
mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan
bronkopneumonia dan infeksi awal terjadi dalam 2-10 minggu setelah
pemajanan.
Massa jaringan paru yang disebut granulomas merupakan gumpalan basil
yang masih hidup. Granulomas diubah menjadi massa jaringan jaringan
fibrosa, bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel ghon dan
menajdi nekrotik membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami
klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa
perkembangan penyakit aktif. Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu
dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon yang
inadekuat dari respon system imun. Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi
ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah
melepaskan bahan seperti keju dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi
tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel
yang menyerah menyembuh membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi
menjadi lebih membengkak, menyebabkan terjadinya bronkopneumonia lebih
lanjut (Darliana, Tanpa Tahun)
5
BAB II
HASIL SKRINING GIZI
No Parameter Skor
1 Apakah pasien tampak kurus?
a. Tidak 0
b. Ya 1
6
BAB III
ASUHAN GIZI DENGAN PAGT
Comparative
Assesment Interpretasi
Standard
1. Client History (CH)
CH.1.1. Data Personal
CH.1.1.1 Umur: 11 tahun 9 bulan Kriteria usia
menurut WHO, Usia : Anak - anak
2017:
- 0-17 tahun :
CH.1.1.2 Jenis Kelamin: laki-laki Anak –anak
7
CH.3. Riwayat social
CH.3.1.6 Pekerjaan/kesibukan : Status ekonomi :
menengah
pelajar SD mempunyai Ibu seorang
kebawah
ibu rumah tangga, dan ayah
seorang buruh pabrik
2. Riwayat terkait gizi dan makanan (Riwayat Gizi) (FH)
FH.1.1 Asupan Energi Total : 502,3 Estimasi Asupan energi
kkal kebutuhan sehari
mencapai 32,3%
E : 1554 kkal
FH.4.Pengetahuan/Kepercayaan/ Sikap
8
AD.1.1.1 Tinggi Badan : 147 cm Kategori IMT/U
AD.1.1.2 Berat Badan : 22 kg anak usia 5-18 Penurunan BB
AD.1.1.4 Penurunan BB : berat badan tahun (PMK sebanyak 2 kg
2 bulan yang lalu 24 kg Tahun 2020) (8,3%) dalam 2
AD.1.1.5 IMT : 10,18 - Gizi Buruk : <- bulan terakhir
3SD Status Gizi :
Nilai Z Score
- Gizi Kurang : Gizi Buruk
IMT/U = -4,25 SD -3SD sd <-2SD
- Gizi Baik :
-2SD sd +1SD
- Gizi Lebih :
+1SD sd +2SD
Obesitas >+2SD
4. Data biokinia, tes medis dan prosedur (BD)
BD.1.10. Profil Anemia Gizi
Hb 8,8 g/dl Hb Normal Laki- Hb Rendah
laki:
(Anemia)
13,2 - 17,3 g/dl
Leukosit 15.000/µl Leukosit Normal:
3.800 – 10.600/µl Leukosit Tinggi
Trombosit 104.000/µl Trombosit Normal :
150.000 - 440.000/ Trombosit Rendah
mm³
Ig G covid non reaktif,
Ig M covid non reaktif
Anti s Typhi – H 1/320
9
100x/ menit
Respirasi normal:
16-20x/menit
COMPARATIVE STANDAR
CS. Estimasi kebutuhan energi Rumus schofiled
1
REE = (17,5 x BB (kg)) + 651
= (71,5 x 22) + 651
= 1035
TEE = REE X IF (aktivitas faktor )
1035 x 1,5
=1554 kkal
2. Estimasi kebutuhan
protein Protein = 15% x 1554/4 = 58,2 gr
10
DOMAIN BEHAVIOUR (NB)
NB.1.7 Kurang terpapar informasi Senang mengkonsumsi
Pemilihan yang akurat terkait gizi makanan kemasan (mie instan)
makan yang sebelumnya. 3x/minggu, jajanan dengan
salah bumbu pedas, minuman teh
kemasaan 1 cup/hari.
Domain Klinis(NC) :
Domain Behaviour
NB.1.7 Pemilihan makan yang salah berkaitan dengan Kurang
terpapar informasi yang akurat terkait gizi sebelumnya.yang ditandai
dengan Senang mengkonsumsi makanan kemasan (mie instan)
3x/minggu, jajanan dengan bumbu pedas, minuman teh kemasaan 1
cup/hari.
11
1. Memenuhi kebutuhan Pemberian makan dan zat 2. Protein = 58,2 gr
energi dan protein gizi: 3. Lemak = 51,8 gr
yang meningkat untuk 1. Energi tinggi diperoleh 4. Karbohidrat =
mencegah dan berdasarkan dengan BB, 213,7 gr
TB, usia dan aktivitas fisik
mengurangi kerusakan 2. Karbohidrat 50-60% dari 5. Vitamin dan
jaringan tubuh. TE (KH kompleks, cukup mineral diberikan
serat)
2. Mencapai status gizi 3. Protein tinggi atau 10 -15% cukup sesuai AKG
yang optimal. dari TE (diutamakan nilai 6. Serat = 28 gram
biologi tinggi)
3. Membantu mencapai 4. Lemak cukup 25-30% dari 7. Air = 1850 ml
berat badan normal TE, PUFA (dianjurkan 8. Bentuk makanan :
Poliunsaturated Fatty Acid /
secara bertahap Asam Lemak tidak jenuh Lunak
4. Meningkatkan ganda) 9. Frekuensi makan :
5. Mikronutrien yang perlu
pengetahuan terkait diperhatikan yaitu vitamin C 5 kali pemberian (3
makanan dan gizi. harus lebih tinggi dari akg, kali makanan
vitamin A, vitamin D,
vitamin B6, zinc, besi, dan utama, 2 kali
selenium. snack) + makanan
6. Makanan mudah cerna,
porsi kecil padat zat gizi enteral
tapi sering 10. Rute pemberian :
7. Cairan cukup minimal 1850
ml perhari (Anak laki-laki Oral
usia 11 tahun, AKG 2019)
8. Hindari memberikan
makanan yang bergas
seperti kubis, durian,
nanas, Nangka, lobak dll.
9. Hindari memberikan
makanan berlemak apabila
ada mual/muntah
10. Dan perhatikan jadwal
pemberian obat agar tidak
terjadi interaksi obat dan
makanan yang dapat
merugikan.
11. Asupan serat perlu dibatasi
dikarenakan adanya tifus
Mikronutrien:
Vitamin A : 600 RE Zn : 8 mg
Vitamin B1 : 1,1 mg Fe : 8 mg
Vitamin B2 : 1,3 mg Ca : 1200 mg
Vitamin B3 : 12 mg Se : 22 mcg
12
Vitamin C : 50 mg Fosfor : 1250 mg
Vitamin D : 15 mcg K : 3900 mg
IV Sayuran 2 10 2 0 50
V Buah-buahan 3 36 0 0 150
VI Susu
VII Minyak 4 0 0 20 200
Lemak Jenuh 0 0 0 0
VII
- - - -
I Makanan Tanpa Kalori
TOTAL 216.5 60.5 49.5 1587.5
KEBUTUHAN 213.7 58.2 51.8 1554
PERSENTASE 101.31% 103.95% 95.56% 102.16%
13
Menu makan sehari (3 har yaitu menu hari 1-3i) RSUD Kota Bandung
PAGI SNACK SIANG SNACK SORE
NB / NT / BB / BS bakpau ayam NB / NT / BB/ BS bolu gulung coklat NB / NT / BB/ BS
TELUR CEPLOK BB KECAP GADON DAGING SAPI ( NB / NT / BB/ BS ) KRECEK AYAM
OPOR TAHU TEMPE BB KUNING ( NB / NT / BB) GADON AYAM ( BS )
HARI KE 1 TUMUS BUNCIS + SOUN PEPES TAHU ( BS ) TAHU LAPIS PANIR
SUP SAYURAN OPOR TAHU ( BS )
BISTIK IKAN daging masak pandan
APEL MERAH SAYUR MANIS
PIR KUNING
14
2) Edukasi Gizi (E) dan konseling Gizi (tanggal, tempat,
sasaran, tujuan, materi dll)
1) Hari dan tanggal : Senin, 10 Februari 2021
2) Tempat : Ruang Sakura (ruang anak)
kamar 313 bed 1
3) Waktu : 10 menit
4) Sasaran konseling : Pasien dan keluarga pasien
5) Tujuan : Pasien dan keluarga pasien
dapat memberikan diet yang sesuai dengan kondisi
pasien
6) Diet yang diberikan : Diet tinggi energi dan tinggi
protein (TETP)
7) Media konseling : Leaflet dan daftar penukar
makanan untuk informasi jenis makanan dan besar porsi
makanan.
8) Materi :
15
3) Koordinasi Asuhan Gizi (RC)
Berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memantau
perkembangan kondisi pasien dan bisa diberikan asuhan gizi yang tepat
dalam pemulihan penyakit bronkonnoeumoniaTB paru serta membantu
mencapai status gizi yang optimal
VI Susu 0 0 0 0
VII Minyak 3 0 0 15 150
VII
- - - -
I Makanan Tanpa Kalori
TOTAL 114.75 28 28.5 850
KEBUTUHAN 213.7 58.2 51.8 1554
48.11 55.02 54.70
PERSENTASE 53.70% % % %
16
Daya terima Karbohidrat = ¼ x 4 = 1 penukar
Daya terima Protein hewani = ¼ x 5 = 1 ¼ penukar
Daya terima Protein nabati = ¼ x 1 ½ = 3/8 penukar
Daya terima sayur = ¼ x 2 = ½ penukar
Buah-buahan = ¾ x 3 = 2 ¼ penukar
Minyak = ¾ x 4 = 3 penukar
Didapatkan :
Protei
Penuka Karbohidrat Lemak
Bahan Makanan Penukar n Kalori
r
(gram) (gram) (gram)
VI Susu 0 0 0 0
VII Minyak 1 0 0 5 50
VII Makanan Tanpa
- - - -
I Kalori
15.12 12.37 471.87
72.125
TOTAL 5 5 5
KEBUTUHAN 213.7 58.2 51.8 1554
25.99 23.89
PERSENTASE 33.75% % % 30.37%
Karbohidra
Protein Lemak
Bahan Makanan Penukar Penukar t Kalori
(gram) (gram) (gram)
17
IV Sayuran 1 5 1 0 25
V Buah-buahan 3 36 0 0 150
VI Susu 0 0 0 0
VII Minyak 3 0 0 15 150
VII
- - - -
I Makanan Tanpa Kalori
TOTAL 168.875 44.875 37.125 1215.625
KEBUTUHAN 213.7 58.2 51.8 1554
71.67
PERSENTASE 79.02% 77.10% % 78.23%
80.00%
70.00%
60.00%
DAYA TERIMA
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
KH PROTEIN LEMAK ENERGI
18
TABEL EVALUASI
Tabel 3. Dokumentasi Rencana Monev
Evalua Pelaks H H H
Indikator anaan Target a a a
si
(waktu E= r 521.875r Energi =r
818,75 (78,23%
gr (30,37% )
Setiap
Metode Mencapai 80% dari (54,70% )
Asupan Oral kali
Comstock kebutuhan )
makan
- - -
Berat badan
mencapai status
gizi normal
PenimbanSetiap
Antropometri Kurang lebih 14 kg
gan bb hari
dalam waktu 7
bulan untuk
mencapai 36 kg.
- - -
Pengetahuan
terkait Detiap Orang tua pasien
makanan dan Konseling dilakukan dapat menyebutkan
zat gizi dan daya konseling Kembali jenis
jawab (re- makanan yang
(orangtua
edukasi) dianjurkan dan tdk.
dan pasien)
19
BAB IV
PEMBAHASAN
Terapi diet yang diberikan adalah diet tinggi energi tinggi protein
(TETP). Tujuan diet ini adalah untuk mengatasi masalah dan risiko
malnutrisi pada pasien akibat kekurangan energi dan protein karena
kebutuhan yang meningkat sebagai dampak dari peningkatan stress
metabolik, penurunan daya tahan tubuh, faktor penyakit, inflamasi, gagal
tumbuh pada anak, dan sebagainya. Perhitungan kebutuhan pasien
menggunakan rumus schofield didapatkan kebutuhan energi pasien
sebesar 1.554 kkal, protein 58,2 gr, lemak 51,8 gr, dan karbohidrat 213,7
gr.
20
Selanjutnya dilakukan monitoring evaluasi daya terima makanan
pada pasien yang dilakukan selama 3 hari, berdasarkan metode
Comstock didapatkan rata-rata makanan yang dikonsumsi pada hari ke-1
yaitu Kh ½ , protein hewani ½ , protein nabati ¾ , sayur ½ dan buah ¾.
Namaun pada hari ke-2 terjadi penurunan daya terima asupan dimana
rata-ratanya yaitu Kh ¼ , protein hewani ¼ , protein nabati ¾ , sayur ¼
dan buah ¾. Maka dari itu untuk meningkatkan daya terima/asupan
makan pasien di hari ke 3 dilakukan dengan memodifikasi pemberian
makan dalam porsi kecil dan frekuensi sering dengan penambahan
makanan enteral dan didapatkan rata-rata asupan hari ke-3 yaitu Kh ¼,
protein hewani ¾ , protein nabati ¾, sayur ½ , dan buah 1 (habis) dan
makanan enteral habis (100%). Makanan enteral disini berupa F125 1cc=
1 kalori yang diberikan 3 x 150cc sehari.
21
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Seorang anak laki - laki IS berusia 11 tahun 9 bulan dengan
diagnosis Bronkopneumonia + TB Paru + Demam Tifoid + KEP III
+ Anemia ec Defisiensi Gizi dd Defisiensi F, mengalami panas,
lemas dan batuk. Kurang lebih 3 minggu SMRS anak panas naik
turun disertai batuk dan sesak, nafsu makan menurun, dan berat
badan mengalami penurunan 2 bulan terakhir, berat badan 2
bulan yang lalu 24 kg. Dari hasil pengkajian Riwayat makanan
dengan recall 1x24 jam E : 502,3 kkal (32,3%) , protein: 31,7 g
(54,4%), lemak : 27,8 g (51,8%), karbohidrat= 55,9 g (26%).
2. Perencanaan intervensi dilakukan 3 hari diberikan makanan
dalam bentuk mudah cerna (makanan lunak) sebanyak 3x makan
utama dan 2x snack. Bentuk makanan lunak ini diberikan karena
kondisi pasien yang demam dengan suhu tubuh 38ºC.dan pada
hari ke-2 terjadi penurunan daya terima pasien maka pada hari
ke-3 dilakukan dengan memodifikasi pemberian makan dalam
porsi kecil dengan frekuensi sering dengan penambahan
makanan enteral.
3. Hasil intervensi yang dilakukan selama 3 hari , asupan
makan pasien semakin meningkat.
B. Saran
Diharapkan pada orang tua pasien dapat memperhatikan dalam hal
pemilihan makanan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh
anaknya agar kebutuhan zat gizi anaknya dapat terpenuhi dengan
baik seperti menetapkan perilaku makan makanan bergizi seimbang
serta mengurangi jajan makanan/snack diluar.
22
DAFTAR PUSTAKA
23