TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi fraktur
Fraktur dapat disebabkan oleh peristiwa trauma dan patologis.
Peristiwa trauma dibagi menjadi trauma langsung dan trauma tidak
langsung. Trauma langsung dapat menyebabkan patah tulang langsung
pada titik terjadinya trauma. Trauma tidak langsung menyebabkan patah
tulang jauh dari tempat terjadinya trauma. Keadaan patologis bisa terjadi
akibat kelelahan atau stress fraktur pada aktivitas berlebih dan kelemahan
tulang (Purwadianto, 2015).
Fraktur ditimbulkan dari berbagai faktor antara lain stress, cidera dan
melemahnya fungsi tulang akibat abnormalitas misalnya fraktur patologis,
adapun penyebab terjadinya fraktur sebagai berikut :
a. Trauma langsung, akibat terjadinya benturan dalam tulang bisa
mengakibatkan fraktur.
b. Trauma tidak langsung, tidak terjadi ditempat benturan tetapi terjadi
ditempat lain, sehingga kekuatan trauma diteruskan sumbu tulang ke
tempat lain.
c. Kondisi patologis terjadi, lantaran adanya penyakit pada bagian tulang
degeneratif dan kanker tulang (Apleys, 2018).
4. Klasifikasi Fraktur
a. Fraktur Tertutup ( Simple Fracture )
b. Kulit Masih Utuh Tetapi Terjadi Tulang Patah
c. Fraktur Terbuka (Compound Fractures)
5. Patofisiologi
Fraktur dapat terjadi saat tulang tidak mampu menahan tekanan terlalu
besar. Fraktur ditimbulkan karena trauma langsung, penekanan secara
berlebihan, gerakan otot yang berlebihan dan gerakan memutar dengan
tiba-tiba. Ketika struktur tulang patah jaringan pada sekitarnya ikut rusak
yang mengakibatkan perdarahan, edema dalam otot dan sendi, dislokasi
sendi, kerusakan saraf, rupture tendon, dan pembuluh darah. Selain itu,
organ tubuh dapat terluka karena adanya fragmen tulang yang patah (Ikhda
Ulya, B.Ratih, 2017).
6. Pemeriksaan Fisik
Menurut (Ikhda Ulya, B.Ratih, 2017)
a. Penampakan umum: terjadi perubahan gaya saat berjalan,
ketidaknyamanan atau distress.
b. Insfeksi : luka, deformitas, pucat, bengkak, spasme otot, fraktur
terbuka, cairan keluar berdasarkan luka.
c. Palpasi : adanya pergerakan abnormal berdasarkan sendi atau tulang,
krepitasi (sensasi berderik akibat tabrakan tulang), nyeri pada area
cedera, denyut nadi proksimal dan distal dibagian terkena
cedera,bandingkan menggunakan ektermitas yang berlawanan, denyut
sensasi, dan kekuatan saraf motorik
7. Kompilkasi
Komplikasi terdiri atas 2 kategori yaitu, terjadi komplikasi awal dan
komplikasi lanjut. Dalam konteks kegawat daruratan hal yang wajib
diantisipasi terlebih dahulu adanya komplikasi awal. Komplikasi
diantaranya emboli lemak, emboli pulmonal, syok, sindrom kompartemen
deep vien thrombosis, diseminated intravascular coagulopathy, dan terjadi
infeksi.
No
Work posible Plain
Plain
Tidak Nyeri
Nyeri Akut
Nyeri Sedang
3. Etiologi
Etiologi fraktur terdiri dari (Sulistyaningsih, 2016) :
1. Trauma dalam jaringan tubuh, bisa menghambat jaringan disekitarnya
2. Luka parah dimana kerusakan langsung dalam jaringan lunak
3. Adanya pembengkakan jaringan
4. Post op
5. Efek perilaku
6. Tanda dan gejala fisik
4. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Gangguan pada saat tidur
2. Kegiatan sehari-hari
3. Kegiatan seksual
4. Perubahan nafsu makan
5. Kegiatan lainnya
5. Patofisiologi
Pada waktu sel saraf mengalami kerusakan dampak dari trauma jaringan,
terbentuklah zat-zat kimia misalnya serotonin, bradikinin dan enzim
proteotik. Kemudian zat-zat tadi merangsang dan menghambat ujung saraf
reseptor nyeri dan rangsangan tadi dihantarkan ke hypothalamus melalui
saraf asenden. Sedangkan pada korteks nyeri akan mempersiapkan sebagai
akibatnya individu timbul rasa nyeri. Selain dihantarkan ke hypotalamus
nyeri bisa menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanik sensitif pada
termosensitif sehingga mengalami nyeri.
C. Konsep Teori
1. Usia
Menurut Lasut (2017) Usia adalah usia individu yang terhitung
mulai saat dilahirkan sampai dengan berulang tahun. semakin cukup
usia, tingkat kematangan, dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyakarakat,
seorang yang lebih dewasa dipercaya dari oran gyang belum tinggi
kedewasaanya. Hal ini sebagai pengalaman dan kematangan jiwa.
Kategori usia menurut DepKes RI (2009) dibagi menjadi :
a. Usia 0 sampai dengan 5 Tahun merupakan Masa Balita
b. Usia 5 sampai dengan 11 Tahun merupakan Masa Kanak – kanak
c. Usia 12 sampai dengan 16 Tahun merupakan Masa Remaja Awal
d. Usia 17 sampai dengan 25 Tahun merupakan Masa Remaja Akhir
e. Usia 26 sampai dengan 35 Tahun merupakan Masa Dewsa Awal
f. Usia 36 sampai dengan 45 Tahun merupakan Masa Dewasa Akhir
g. Usia 46 sampai dengan 55 Tahun merupakan Masa Lansia Awal
h. Usia 56 sampai dengan 65 Tahun merupakan Masa Lansia Akhir
i. Sesorang dengan Usia 65 Tahun keatas masuk Masa Manula
2. Jenis kelamin
Menurut Hungu (2016) jenis kelamin adalah perbedaan antara
perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seorang itu dilahirkan.
Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak
dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan
laki-laki dan perempuan yang ada di muka bumi. Gender merupakan
penggolongan secara gramatikal terhadap kata-kata dan kata-kata lain
yang berkaitan dengannya yang secara garis besar berhubungan dengan
keberadaan dua jenis kelamin atau kenetralan. Gender juga berkaitan
dengan pembedaan peran, fungsi dan tanggung jawab laki-laki dan
perempuan sebagai hasil kesepakatan atau hasil bentukan masyarakat.
Gender juga merupakan suatu konstruksi budaya yang sifatnya terbuka
bagi segala perubahan (Juditha, 2015). Selain pembedaan fungsi, peran
dan tanggungjawab secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara
signifikan dalam berespon terhadap nyeri. Hanya beberapa budaya yang
menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak
boleh menangis dibandingkan anak perempuan dalam situasi yang sama
ketika merasakan nyeri.
3. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga menurut Friedman (2013) adalah sikap tindakan
penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan
dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk
hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan
terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikan. Orang yang berada dalam lingkungan sosial yang
suportif umumnya memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan
rekannya yang tanpa keuntungan ini, karena dukungan keluarga
dianggap dapat mengurangi atau menyangga efek kesehatan mental
individu. Bentuk dan dimensi dukungan keluarga di bagi menjadi 4
dimensi yaitu :
a. Dukungan emosional
Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman
dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu
penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya
kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan
emosional melibatkan ekspresi empati, perhatian, pemberian
semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan emosional
(Friedman, 2013). Dengan semua tingkah laku yang mendorong
perasaan nyaman dan mengarahkan individu untuk percaya bahwa
ia dipuji, dihormati, dan dicintai, dan bahwa orang lain bersedia
untuk memberikan perhatian (Sarafino, & Smith 2011)
b. Dukungan fasilitas
Dukungan fasilitas adalah keluarga merupakan sumber pertolongan
praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal kebutuhan
keuangan, makan, minum, dan istirahat (Friedman, 2013).
c. Dukungan informasi
Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai pemberi
informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran,
sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu
masalah. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan,
saran, petunjuk dan pemberian informasi (Friedman, 2013).
d. Dukungan penghargaan
Dukungan penghargaan atau penilaian adalah keluarga bertindak
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber
dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan
support, penghargaan, dan perhatian (Friedman, 2013).
Menurut Friedman (2013) ada bukti kuat dari hasil penelitian yang
menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif
menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak
yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian
daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang lebih besar. Selain
itu dukungan keluarga yang diberikan oleh orang tua (khususnya ibu)
juga dipengaruhi oleh usia. Ibu yang masih muda cenderung untuk lebih
tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih
egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.
NO Indikator
1 Dukungan emosional
2 Dukungan instrumental
3 Dukungan penghargaan
4 Dukungan informasi
4. Ansietas
Menurut Stuart (2013) kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan
tidak berdaya. Kecemasan merupakan suatu kondisi emosional yang
ditandai dengan rasa takut yang tidak jelas sumbernya. Ia diliputi oleh
kekhawatiran terhadap berbagai hal yang mungkin dialami dalam
perjalanan hidupnya.
Stuart (2013) mengelompokkan kecemasan (anxiety) dalam respon
perilaku, kognitif, dan afektif, diantaranya :
a. Perilaku, diantaranya: gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi
terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami
cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi,
melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi, dan sangat
waspada.
b. Kognitif, diantaranya: perhatian terganggu, konsentrasi buruk,
pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan
berpikir, lapang persepsi menurun, kreativitas menurun,
produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, keasadaran diri,
kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada
gambaran visual, takut cedera atau kematian, kilas balik, dan mimpi
buruk.
c. Afektif, diantaranya: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang,
gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan,
mati rasa, rasa bersalah, dan malu.
dengan kategori :
5. Pendidikan
Tingkatan Pendidikan menurut Lestari dalam Wirawan (2016) adalah
merupakan suatu kegiatan seseorang dalam mengembangkan kemampuan,
sikap , dan bentuk tingkah lakunya, baik untuk kehidupan masa yang akan
datang dimana melalui organisasi tertentu ataupun tidak teroganisasi.
Tujuan pendidikan dalam Republik Indonesia. 2003. Undang- Undang
No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan. Pasal 3 menyatakan bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Indikator tingkat pendidikan menurut Lestari dalam Edy Wirawan
(2016:3), yaitu :
a. Pendidikan Formal
Indikator nya berupa pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh
setiap pekerja yang meliputi Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas dan perguruan tinggi.
b. Pendidikan Informal
Indikator nya berupa sikap dan kepribadian yang dibentuk dari
keluarga dan lingkungan.
D. Kerangka teori
Faktorv yang
berhubungan
dengan nyeri
1. Pola koping
2. Kelelahan
3. Budaya
1. Usia
2. Jenis
kelamin
3. Pendidikan
4. Ansietas
5. Dukungan
keluarga
Diteliti
Tidak di teliti
Faktor yang
berhubungan
dengan nyeri
F. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian secara
teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi kebenarannya.
b) Hipotesis kerja (Ha)1 dalam penelitian ini adalah ada hubungan usia
dengan nyeri pada pasien fraktur di IGD RSUD Sultan Fatah Demak
c) Hipotesis kerja (Ha)2 dalam penelitian ini adalah ada hubungan jenis
kelamin dengan nyeri pada pasien fraktur di IGD RSUD Sultan Fatah
Demak
d) Hipotesis kerja (Ha)3 dalam penelitian ini adalah ada hubungan
pendidikan dengan nyeri pada pasien fraktur di IGD RSUD Sultan
Fatah Demak
e) Hipotesis kerja (Ha)4 dalam penelitian ini adalah ada hubungan
ansietas dengan nyeri pada pasien fraktur di IGD RSUD Sultan Fatah
Demak
f) Hipotesis kerja (Ha)5 dalam penelitian ini adalah ada hubungan
dukungan keluarga dengan nyeri pada pasien fraktur di IGD RSUD
Sultan Fatah Demak
g) Hipotesis nol (Ho)1 dalam penelitian ini adalah tidak ada hubungan
usia dengan nyeri pada pasien fraktur di IGD RSUD Sultan Fatah
Demak
h) Hipotesis nol (Ho)2 dalam penelitian ini adalah tidak ada hubungan
jenis kelamin dengan nyeri pada pasien fraktur di IGD RSUD Sultan
Fatah Demak
i) Hipotesis nol (Ho)3 dalam penelitian ini adalah tidak ada hubungan
pendidikan dengan nyeri pada pasien fraktur di IGD RSUD Sultan
Fatah Demak
j) Hipotesis nol (Ho)4 dalam penelitian ini adalah tidak ada hubungan
ansietas dengan nyeri pada pasien fraktur di IGD RSUD Sultan Fatah
Demak
k) Hipotesis nol (Ho)5 dalam penelitian ini adalah tidak ada hubungan
dukungan keluarga dengan nyeri pada pasien fraktur di IGD RSUD
Sultan Fatah Demak