Anda di halaman 1dari 33

MENINGITIS

Rahmat Hidayat

Pembimbing Klinik :
dr. Haryanty Kartini Huntoyungo, M.Biomed, Sp.A
PENDAHULUAN
Sistem saraf pusat (SSP) memiliki karakteristik anatomi yang unik.
SSP dilindungi oleh blood-brain barrier (BBB), namun masih sangat rentan
terhadap invasi mikroba melalui perluasan dari fokus yang berdekatan,
penyebaran hematogen atau yang lebih jarang, lewat intraneural organisme

Berbagai bakteri, virus, jamur, protozoa, atau parasit dapat


bermigrasi ke SSP yang menyebabkan berbagai infeksi. Manifestasi klinis
dari infeksi SSP dapat berupa demam, sakit kepala, muntah, fotofobia, leher
kaku, dan gejala neurologis fokal

Infeksi SSP diklasifikasikan menurut lokasi anatominya. Infeksi


pada meninges, otak dan sumsum tulang belakang yang masing-masing
menyebabkan meningitis, ensefalitis, abses otak dan mielitis. Infeksi
mungkin terbatas pada satu kompartemen anatomi atau mungkin melibatkan
banyak tempat (misalnya meningoensefalitis dan ensefalomielitis).
EPIDEMIOLOGI

Insiden meningitis neonatal


bervariasi menurut lokasi geografis.

Di negara maju, mortalitas akibat


meningitis neonatal berkisar 10-
15%.

Di negara berkembang, insiden


meningitis neonatal yang dilaporkan
jauh lebih tinggi pada 0,8 - 6,1 per
1000 kelahiran hidup, dengan
mortalitas 40–58%.
LAPORA
N
KASUS
IDENTITAS PASIEN

By. A
Tanggal
Usia Jenisa Kelamin Tempat
Pemeriksaan

5 Bulan 20 hari Laki-laki 02 Feb 2021 PICU


ANAMNESIS
Keluhan Utama : Gangguan kesadaran
Riwayat penyakit sekarang:
Bayi laki-laki usia 5 bulan 20 hari, rujukan dari RS Ampana ke RSUD Undata dengan keluhan gangguan
kesadaran yang disertai kejang-kejang dengan durasi ± 5 menit, kejang terjadi hanya pada sebelah sisi kiri.
Sebelumnya pasien demam naik turun dan berlangsung dari 2 minggu yang lalu, selain itu didapatkan juga sesak
dan batuk berlendir. Muntah (+) 2 kali, BAB dan BAK tidak ada masalah.
 
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak pernah menderita hal yang sama
 
Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat keluhan yang sama. Ayah
pasien merupakan seorang perokok aktif
Riwayat Sosial-ekonomi : Menengah
 
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan : Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien merupakan
bayi yang aktif.

Kemampuan dan Kepandaian Anak: Sesuai dengan usia


 
Anamnesis Makanan: ASI : 1 Bulan pertama Kemudian dilanjut dengan susu formula
 
Riwayat kehamilan dan persalinan : Saat mengandung ibu pasien mengaku rutin memeriksakan ANC.
Pasien merupakan anak ke 3 dari ibu G3P2A0. Lahir secara SC atas indikasi CPD, saat lahir bayi tidak
langsung menangis dengan BBL : 3800 gr
 
Riwayat Imunisasi : Imunisasi tidak lengkap ( HB0, BCG )
 
Riwayat Alergi : Tidak ada
PEMERIKSAAN
FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : (E2M3V3) Somnolen
Pengukuran Tanda vital :
Nadi : 150 kali/menit, reguler
Suhu : 37,0° C
Respirasi : 44 kali/menit
Berat Badan : 7,9 kg
Tinggi Badan : 64 cm
Lingkar Lengan Atas : 15 cm
Lingkar Dada : 43 cm
Lingkar Perut : 46 cm
Status gizi : Gizi baik
BB/U : Normal
TB/U : Tinggi
BB/TB : Gizi Baik
Kulit : Warna : Sawo matang
Pigmentasi : tidak ada

Sianosis : tidak ada


Turgor : cepat kembali
Kelembapan : cukup
Ruam : tidak ada
Kepala : Bentuk : Normocephal

Rambut : Warna hitam, tidak


mudah dicabut, tebal,
alopesia (-)
Mata : Palpebra : edema (-/-)

Konjungtiva : anemis (+/+)


Sklera : ikterik (-/-)
Reflek cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Pupil : Bulat, isokor
Exophthalmus : (-/-)
Cekung : (-/-)
Telinga : Sekret : tidak ada Lidah : Tremor/tidak : tidak tremor

Kotor/tidak : tidak kotor


Serumen : minimal
Warna : kemerahan
Nyeri : tidak ada
Faring : Hiperemis : (-)
Hidung : Nafas cuping hidung : tidak ada
Tonsil : T1-T1 hiperemis : (-)

Epistaksis : tidak ada Leher :

Sekret : tidak ada  Pembesaran kelenjar leher : -/-


 Trakea : Di tengah
Mulut : Bibir : tidak sianosis, tidak
hiperemis

Gigi : belum tumbuh gigi


Gusi : tidak hiperemis
Toraks :
Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk :
simetris
Dispnea : (+)
Retraksi : (+)
subcostal
Palpasi : Vokal fremitus : kanan = kiri, kesan normal
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara Napas Dasar : Bronkovesikuler (+/+)
Suara Napas Tambahan : Rhonki (+/+),
Wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi :Ictus cordis teraba pada SIC V linea


midclavicula
sinistra
Perkusi :Batas jantung normal

Auskultasi : Suara dasar : BJ I dan BJ II murni, regular,


Bising : tidak ada
Abdomen :
Inspeksi :
Bentuk : Datar, ikut gerak nafas
Auskultasi :
Bising usus (+) kesan normal
Perkusi :
Bunyi : timpani seluruh
quadran
Asites : (-)
Palpasi :
Nyeri tekan : (-)

Hati : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Ginjal : tidak teraba


 
Ekstremitas : akral hangat, edem tidak ada.
Genitalia : Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis
Refleks primitif bayi : Babinski (+)
Pemeriksaan lain :
Pemeriksaan Rangsang Menings
a. Kaku kuduk : (+)

b. Kernig sign: (-)

c. Lasaque : (-)

d. Brudzinski I : (-)

e. Brudinski II : (-)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan Radiologi :
Darah Rutin : Glukosa :
a. Bercak infiltrate pada kedua suprahiler paru
WBC 27.72 x 91 mg/dl : (N)
10 /uL (↑)
3 b. Cor ukuran normal
Elektrolit :
RBC 4.05 x c. Sinus costophrenicus tidak berselubung
106/uL (N) Natrium 131 nmol/L (↓)
d. Kedua diafragma intak
HGB 10.1 g/dL Kalium 4.1 nmol/L (N)
e. Kesan bronkopneumonia
(↓) Clorida 92 nmol/L (↓)

HCT 29.9 % (↓)

MCV 74.7 fL (↓)

MCH 24.9 pg (↓)

MCHC 33.2 g/dL


RESUME
Bayi laki-laki usia 5 bulan 20 hari, rujukan dari RS Ampana ke RSUD Undata
dengan keluhan gangguan
kesadaran yang disertai kejang-kejang dengan durasi ± 5 menit, kejang focal pada
sisi kiri. Demam naik turun sudah berlangsung dari 2 minggu yang lalu juga
disertai dengan batuk berlendir, serta muntah. Pada pemeriksaan didapatkan
kesadaran Somnolen (E2M3V3), tanda vital N : 150 x/m, R : 44 x/m, S; 37,0 ° C.
Pemeriksaan fisik didapatkan kaku kuduk (+), dyspneu, retraksi subcostal (+),
rhonki basah halus kedua lapang paru. BAB dan BAK tidak ada masalah. Hasil
labolatorium menunjukan adanya leukositosis 27.72 x 103/uL, Natrium 131
nmol/L, clorida 92 nmol/L (↓). Pada foto thorax didapatkan hasil bercak infiltrate
pada kedua suprahiler paru : kesan bronkopneumonia.
DIAGNOSA
Meningitis
Bronkopneumonia
 
ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lumbal pungsi
Head CT Scan
Darah Rutin
TERAPI
02 Nasal canul 5 lpm
IVFD NaCl 0.9% 10 tpm
Inj. Meropenem 160mg/8jam
Inj. Dexamethasone 2 mg/8jam
Inj. Fenobarbital 10-20 mg/kgbb IV dalam 10-15 menit
Follow Up
Tanggal 3 /02/2021
S : Kejang (-), Demam (-)
O : KU : Sakit Berat
Kesadaran ( Compos mentis )
Vital sign :
N : 122 x/m
R : 44 x/m
S : 36,5 ° C
A : Meningitis
P : 02 Nasal canul 5 lpm
IVFD NaCl 0.9% 10 tpm
Inj. Meropenem 160mg/8jam
Inj. Dexamethasone 2 mg/8jam
Follow Up
Tanggal 04/02/2021
S : Kejang (-), Demam (-)
O : KU : Sakit Berat
Kesadaran ( Compos mentis )
Vital sign :
N : 113x/m
R : 35 x/m
S : 36,4 ° C
A : Meningitis
P : 02 Nasal canul 5 lpm
IVFD NaCl 0.9% 10 tpm
Inj. Meropenem 160mg/8jam
Inj. Dexamethasone 2 mg/8jam
PEMBAHASA
N
DEFINISI
Meningitis didefinisikan sebagai peradangan pada meninges
yang dapat mengenai satu atau semua lapisan selaput
meninges
KLASIFIKA
SI MENINGITIS

PRESENTASI ETIOLOGI
KLINIS

BAKTERI
VIRUS
JAMUR
AKUT SUBAKUT KRONIS PENYEBAB
LAINNYA
ETIOLOGI
Bakterial : Escherichia coli, Haemophilus Virus : Enterovirus, HSV tipe 1 dan 2, Varicella zoster,
influenzae, Neisseria meningitidis, Streptococcus HIV, EBV, Mumps virus, CMV, Arbovirus. Meningitis
pneumoniae grup B, Streptococcus virus lebih sering dijumpai pada anak daripada orang
agalactiae , Staphylococcus aureus , dan Listeria dewasa.
monocytogenes.
Bervariasi menurut kelompok umur.
Jamur : Criptococcus, Coccidioides, Exserihilum,
Pada neonatus, sebagian besar : Streptococcus
Candida, histoplasma. Infeksi jamur pada susunan
agalactiae grup B , Escherichia coli , dan Listeria
saraf pusat dapat menyebabkan meningitis akut,
monocytogenes ,
subakut dan kronik. Biasanya sering pada anak dengan
Anak-anak dan orang dewasa disebabkan
imunosupresif terutama anak dengan leukemia dan
oleh Streptococcus pneumoniae dan Neisseria
asidosis.
meningitidis .
Haemophilus influenza : lebih dominan pada anak-
anak <5 tahun
PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIS

Meninigitis memiliki trias gejala klinis yang cukup


khas, yaitu onset demam yang mendadak, sakit kepala, dan
kaku kuduk. Selain itu, pasien juga dapat mengeluhkan
gejala lainnya seperti:

- Mual dan muntah


- Kejang
- Fotofobia
- Penurunan kesadaran

NB : Pada bayi berusia di kisaran 3 bulan – 2 tahun, gejala yang


biasanya timbul adalah demam, kejang, muntah, dan gelisah. Selain itu,
tumbuh dan kembang anak juga dapat terhambat
DIAGNOSIS

Riwayat Infeksi
ANAMNESIS
Riwayat Imunisasi

PEMERIKSAAN Vital sign, GCS,


FISIK Rangsang menings

Darah Rutin
PEMERIKSAAN Analisa CSF
PENUNJANG Kultur Bakteri
CT Scan Kepala
Meningitis Bakterial Meningitis Viral
- Didapatkan cairan LCS yang keruh (cloudy) - Ditemukan sel pleositosis
- Hasil tes Nonne dapat negatif ataupun positif, namun - Hitung jenis sel, biasanya didominasi
tes Pandy menunjukkan (+) atau (++) oleh limfosit
- Pada analisis, biasanya jumlah sel adalah 100- - Kadar protein tidak terlalu meningkat,
10.000/m3 dengan hitung  jenis predominan biasanya < 200 mg/dL
polimorfonuklear (PMN)
- Protein meningkat cukup tinggi, berkisar di 200-500
mg/dL

- Glukosa: < 40 mg/dL


PENATALKSANAAN

Antipiretik
SIMPTOMATIK
Antikonvulsan

ANTIBIOTIK Empiris

STEROID 0,1-0,25 mg/kgBB


Menurut Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak pada
tahun 2004, terapi empirik untuk nenoatus dengan meningitis
bakterial adalah sebagai berikut:

Usia 0-7 hari

- Injeksi ampisilin 150 mg/kg BB/hari, setiap 8 jam + injeksi


cefotaxim 100mg/ kg bb/ hari, setiap 12 jam; atau
- Injeksi ceftriaxon 50 mg/kg bb/hari, setiap 24 jam; atau
- Injeksi ampisilin 150 mg/kg bb/hari, setiap 8 jam + injeksi
gentamycin 5 mg/kg bb/ hari, setiap 12 jam

Usia > 7 hari

- Injeksi ampisilin 200 mg/kg bb/ hari, setiap 6 jam + injeksi


gentamycin 7,5 mg/kg bb/ hari, setiap 12 jam; atau
- Injeksi ampisilin 200 mg/kg bb/hari, setiap 8 jam
- injeksi ceftriaxone 75 mg/kg bb/hari, setiap 24 jam
KOMPLIKASI
Edema Serebral

Komplikasi ini paling sering terjadi pada kasus-kasus


meningitis bakterial. Serta merupakan penyebab kematian
yang penting.

Kelumpuhan saraf kranial


Kelumpuhan saraf kranial serta terganggunya aliran darah,
merupakan sekunder dari adanya peningkatan tekanan
intrakranial. Pada beberapa kasus yang cuku parah pungsi
lumbal mungkin diperlukan untuk mengurangi tekanan
intrakranial.
Efusi Subdural
Pada setiap kasus meningitis, harus dipikarkan akan adanya
kemunginan efusi subdural, terutama pada kasus dengan demam
terus menerus selama 72 jam, walaupun telah diberikan pengobatan
yang adekuat. Selain itu, pasien yang  berpredileksi mengalami
komplikasi efusi subdural, biasanya mengeluhkan ubun ubun yang
besar dan membenjol, timbul kelainan neurologis fokal, serta
muntah  proyektil.

Gangguan Cairan dan Elektrolit


Komplikasi ini paling sering ditemukan pada meningitis
bakterial, kadang disertai dengan hypervolemia, oliguria,
gelisah, iritabel, dan kejang.
KESIMPULAN
Meningitis merupakan infeksi pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Hal
ini dapat membahayakan kehidupan anak, karena menyebabkan kerusakan permanen pada penderita yang hidup.
Insidens meningitis sangat bervariasi. Amat  bergantung kepada tingkat sosio ekonomi dan kesehatan masyarakat,
status gizi serta faktor genetik yang menentukan respon imun seseorang.

Tanpa memandang etiologi, kebanyakan gejala-gejala yang timbul tidak ada yang spesifik. Gejala klinis
seperti demam terus-menerus yang tidak dapat diterangkan  penyebabnya, kejang berulang, kesadaran menurun,
dan gejala lain yang berpotensi menjadi meningitis harus diwaspadai sejak awal. Tingkat keparahan penyakit dan
gejala klinis, sangat ditentukan oleh patogen penyebab meningitisnya, hospes, dan mekanisme penyebaran
infeksinya
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai