Anda di halaman 1dari 44

BAGIAN ILMU BEDAH LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN 17 MEI 2019


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

HERNIA INGUINALIS

DISUSUN OLEH :

DISUSUN OLEH:
REZA AHDA KADIR
111 2017 2066

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019

1
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS

Nama : Tn. B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 53 Tahun
Alamat : Jl. Minasa Upa
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam

2. SUBJEKTIF
ANAMNESIS
a. Keluhan utama
Benjolan pada selangkangan
b. Anamnesis terpimpin
Pasien datang ke Poliklinik Puskesmas Minasa Upa dengan
keluhan terdapat benjolan pada selangkangan. Benjolan pada
selangkangan kiri dirasakan sejak 5 bulan yang lalu sedangkan benjolan
pada selangkangan kanan dirasakan sejak 4 bulan yang lalu. Demam
tidak ada. Batuk ada sejak 2 minggu hilang timbul. Sesak nafas tidak
ada. Nyeri ulu hati tidak ada. Mual dan muntah tidak ada. BAK kesan
lancar. BAB kesan biasa. Riwayat pasien sering mengedan saat
BAB(+).
Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat Diabetes Melitus tidak ada.
- Riwayat Hipertensi tidak ada.
Riwayat pengobatan
- Riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada.
Riwayat keluarga
- Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama (-).
Riwayat alergi

2
- Tidak ada riwayat alergi obat-obatan dan makanan.

3. OBJEKTIF
Keadaan umum : Sakit sedang / Gizi cukup / Composmentis
Status kesadaran
Kuantitatif : GCS 15 (E4M6V5)
Kualitatif : Composmentis
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 155 cm
IMT : 20,8 kg/m2 (Normal)
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 86/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,50C (Aksila)

Kepala : Bentuk :Normocephal, rambut hitam,


sukar dicabut
Ekspresi : Datar
Wajah : Simetris
Deformitas : Tidak ada
Mata : Gerakan : Segala arah
Kelopak mata : Edema tidak ada
Konjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterus (-)
Kornea : Jernih
Pupil : Bulat, isokor d=2,5/2,5 mm
Telinga : Tophi :-
Nyeri tekan di proc. Mastoideus : -
Pendengaran : Normal
Hidung : Perdarahan -, Sekret –

3
Mulut : Bibir : Pucat (-) kering (-) sianosis (-)
Gigi geligi : Karies (-)
Gusi : Perdarahan (-)
Lidah : Kotor (-) tremor (-)
Tonsil : T1- T1,hiperemis(-)
Faring : Hiperemis(-)
Leher :
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
Pembuluh darah : Tidak ada kelainan
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)

Thoraks :
 Inspeksi : Bentuk : Normochest, simetris kiri-kanan
Pembuluh darah : Tidak ada kelainan
Buah dada : Dalam batas normal
Sela iga : Dalam batas normal
Lain-lain : Tidak ada

4
Paru :
 Palpasi : Fremitus raba : Normal
Nyeri tekan : (-)
 Perkusi : Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Sonor
Batas paru – hepar : ICS V-VI
Batas paru belakang kanan : ICS IX belakang kanan
Batas paru belakang kiri : ICS X belakang kiri
 Auskultasi : Bunyi pernapasan : Vesikular
Bunyi tambahan : Rh (---/---) Wh (---/---)
Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tampak
 Palpasi : Ictus cordis tidakteraba
 Perkusi : Pekak
Batas atas jantung : ICS II sinistra
Batas kanan jantung : ICS III-IV linea para sternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS V linea mid clavicularis sinistra
 Auskultasi : BJ I / II murni reguler
Bunyi tambahan : (-)

5
Abdomen :
 Inspeksi : Cekung, ikut gerak napas, tidak terdapat pembesaran
Abdomen, terdapat benjolan pada inguinal kanan
dan kiri

 Palpasi : Hepar : Tidak teraba


Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
Lain-lain : Terdapat benjolan pada inguinal
kanan dan inguinal kiri.Nyeri tekan(-)
tidak dapat direposisi
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Punggung :
 Palpasi : Tidak ada kelainan
 Nyeri ketok : Tidak ada
 Auskultasi : Normal
 Gerakan : Normal
Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat, edema(-), dislokasi (-) luka(-)

4. DIAGNOSIS
Hernia Inguinalis

6
5. PENATALAKSANAAN
Rujuk ke poliklinik bedah RS Haji

A. DEFINISI
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi
hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.
Hernia berasal dari bahasa latin yaitu herniae yang artinya
menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong
dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut
dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus. Kebanyakan hernia terjadi
ketika ada sebagian usus yang keluar melalui dinding perut yang lemah,
sehingga terlihat tonjolan yang dapat dirasakan & diraba. Hernia dapat terjadi
didaerah pangkal paha, umbilicus ataupun bagian lain. Ada hernia yang sudah
muncul sejak lahir, ada juga yang berkembang dalam hitungan bulan atau
tahun, tetapi ada juga hernia yang muncul tiba-tiba.

7
Hernia merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Dapat terjadi
karena kongenital ataupun karena faktor-faktor perdisposisi. Tujuh puluh lima
persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul didaerah sekitar
lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1,
dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri.
Perbandingan pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira
750000 herniorrhaphy dilakukan tiap tahunnay di amerika serikat,
dibandingkan dengan 25000 untuk hernia femoralis, 166000 hernia
umbilicalis, 97000 hernia post insisi dan 76000 untuk hernia abdomen lainya.
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi
hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.

B. ANATOMI
STRUKTUR DINDING ANTERIOR ABDOMEN
Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam):
1. Kulit.
2. Fascia superficialis, terdiri dari fascia camperi dan fascia scarpae.
3. Otot dinding anterior abdomen, antara lain: muskulus obliquus
externus abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, muskulus
transversus abdominis.
4. Fascia transversalis
5. Lemak extraperitoneal
6. Peritoneum parietale

8
Gambar 2.1 Lapisan-lapisan dinding abdomen

Penjelasan:
1. Kulit
Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal
di sekitar tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang
garis lipatan ini akan sembuh dengan sedikit jaringan parut sedangkan
insisi yang menyilang garis-garis ini akan sembuh dengan jaringan
parut yang menonjol
2. Fascia superficialis:
a. Lapisan luar, Panniculus adiposus (fascia camperi):
berhubungan dengan lemak superficial yang meliputi bagian
tubuh lain dan mungkin sangat tebal (3 inci [8cm] atau lebih
pada pasien obesitas)
b. Lapisan dalam, Stratum membranosum (fascia scarpae): stratum
membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di
bagian inferior, stratum membranosum berjalan di depan paha
dan di sini bersatu dengan fascia profunda pada satu jari di
bawah ligamentum inguinale.

9
3. Otot dinding anterior abdomen:
a. Musculus obliquus externus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh
dua lapisan: superfisial dan profunda menjadi aponeurosis
obliquus externus. Bersama dengan aponeurosis otot obliqus
internus dan transversus abdominis, mereka membentuk sarung
rektus dan akhirnya linea alba. Aponeurosis obliqus eksternus
menjadi batas superfisial dari kanalis inguinalis. Ligamentum
inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke
tuberculum pubicum.Ligamentuminguinale(Poupart) merupakan
penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus
eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior
tulang pubis. Lakunare (Gimbernati) merupakan paling bawah
dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut tendon
obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias.
b. Muskulus obliquus internus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di
profunda muskulus obliquus externus abdominis. Serabut tendon
yang terbawah bergabung dengan serabut-serabut yang sama
dari muskulus transversus abdominis membentuk conjoined
tendon.
c. Muskulus transversus abdominis
Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di profunda
muskulus obliquus internus abdominis dan serabut-serabutnya
berjalan horizontal ke depan. Serabut tendo yang terbawah
bersatu dengan serabut tendo yang sama dari muskulus obliquus
internus abdominis membentuk conjoined tendon.
4. Fascia transversalis
Merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi muskulus transversus
abdominis. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2
lapisan:Fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu

10
terletak sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari
bagian luar; ia keluar dari tendon otot transversalis pada bagian dalam
dari spermatic cord dan berikatan ke linea semulunaris. Ligamentum
Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh
ramus pubis dan fascia. Ligamentum Cooper adalah titik fiksasi yang
penting dalam metode perbaika laparoscopic sebagaimana pada titik
McVay.
5. Lemak extraperitoneal
Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak dalam
jumlah yang bervariasi dan terletak diantara fascia transversalis dan
peritoneum parietale.
6. Peritoneum parietale
Merupakan membrana serosa tipis (pelapis dinding abdomen) dan
melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum parietale yang melapisi
rongga pelvis.
Saraf-saraf dinding anterior abdomen:
 Rami anteriores enam nervi thoracici bagian bawah. Berjalan di dalam
celah antara muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus
transversus abdominis. Saraf tersebut menyarafi kulit dinding anterior
abdomen, otot-otot (termasuk muskulus rectus abdominis dan
muskulus pyramidalis), dan peritoneum parietale. Saraf-saraf ini
berakhir dengan menembus dinding anterior vagina muskuli recti
abdominis.
 Nervus lumbalis 1. Punya perjalanan yang sama namun tidak masuk
ke vagina muskuli recti abdominis. Saraf ini berbentuk sebagai nervus
iliohypogastricus yang menembus aponeurosis muskulus obliquus
externus abdominis di atas anulus inguinalis superficialis dan nervus
ilioinguinalis yang keluar dari anulus ini. Saraf-saraf ini berakhir
dengan menyarafi kulit tepat di atas ligamentum inguinale dan
symphisis pubica.
Arteriae dinding anterior abdomen:

11
 Arteri epigastrika superior: merupakan salah satu cabang terminal
arteri thoracica interna. Mendarahi bagian tengah atas dinding anterior
abdomen dan beranastomosis dengan arteria epigastrika inferior
 Arteri epigastrika inferior: merupakan cabang arteria iliaca externa
tepat diatas ligamentum inguinale. Mendarahi bagian tengah bawah
dinding abdomen anterior dan beranastomosis dengan arteria
epigastika superior.
 Arteri circumflexa profunda: merupakan cabang arteria iliaca externa
tepat diatas ligamentum inguinale. Mendarahi bagian lateral bawah
dinding abdomen.
 Dua arteri intercostales posterior bagian bawah merupakan cabang
aorta descendens dan empat arteri lumbales yang berasal dari aorta
abdominalis. Mendarahi bAgian lateral dinding abdomen.
Vena dinding anterior abdomen:
 Vena epigastrika superior

 Vena epigastrika inferior mengalirkan darah ke vena


thoracica

 Vena circumflexa ilium profunda interna dan vena iliaca externa

 Vena intercostales posterior mengalirkan darah ke vena azygos

 Vena lumbales mengalirkan darah ke vena cava inferior

Bagian dan Jenis Hernia:

1. Kantong hernia.
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa,
hernia intertitialis.
2. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia,
misalnya usus, ovarium, danjaringan penyangga usus (omentum).

12
3. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong
hernia.
4. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
5. Locus minoris resistence (LMR)

Gambar 2 Bagian-bagian Hernia

13
Hernia yang timbul di atas lipatan abdominokrural adalah hernia inguinalis
dan yang timbul di bawah lipatan adalah hernia femoralis. Kanalis inguinalis
merupakan saluran oblik yang melewati bagian bawah dinding abdomen anterior.
Saluran ini memungkinkan struktur-struktur yang melewati menuju ke dan dari
testis ke abdomen pada pria. Pada wanita, saluran ini dilewati oleh ligamen
rotundum uteri, dari uterus ke labium majus. Selain itu, saluran ini dilewati nervus
Ilioinguinalis pada kedua jenis kelamin.

Panjang kanalis inguinalis pada dewasa adalah sekitar 4 cm, terbentuk dari
annulus inguinalis profundus/interna sampai annulus inguinali
superfisialis/eksterna. Kanalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamen
inguinalis. Pada neonatus, annulus inguinalis interna terletak hampir tepat
posterior terhadap annulus inguinalis eksterna sehingga kanalis inguinalis pada
usia ini sangat pendek. Kemudian, annulus interna bergerak ke arah lateral akibat
pertumbuhan.

Annulus inguinalis interna adalah suatu lubang berbentuk oval pada fascia
transversalis, terletak sekitar 3 cm di atas ligamentum inguinalis, pertengahan
antara SIAS dan symphisis pubis. Di sebelah medial annulus interna terdapat av.
epigastrika inferior. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica interna
pada pria atau pembungkus bagian dalam ligamen rotundum rotundum uteri pada
wanita.

Annulus inguinalis externa merupakan defek berbentuk segitiga


(Hesselbach’s triangle) pada aponeurosis m. obliquus externus abdominis dan
dasarnya dibentuk oleh crista pubica. Pinggir annulus merupakan origo fascia
spermatica externa. Batas lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas medial
adalah m. rectus abdominis bagian lateral, dan batas inferior adalah ligamen
inguinalis.

14
Kanalis inguinalis dibentuk atas dinding anterior, posterior, superior, dan
inferior. Dinding anterior dibentuk oleh aponeurosis m. obliquus eksternus
abdominis yang diperkuat pada 1/3 lateral oleh serabut-serabut m. obliquus
internus abdominis. Seluruh panjang dinding posterior kanalis inguinalis dibentuk
oleh fascia transversalis yang diperkuat cojoint tendon di 1/3 medial. Cojoint
tendon adalah gabungan tendon insersi m. obliquus internus abdominis dan m.
transversus abdominis yang melekat pada crista pubica dan linea pectinea. Dasar
atau dinding inferior kanalis inguinalis dibentuk oleh ligamentum inguinalis,
sedangkan atapnya dibentuk oleh m. obliquus internus abdominis dan
m.transversus abdominis.

Hesselbach’s triangle

C. EPIDEMIOLOGI

Salah satu jenis hernia yang paling sering ditemui dan dapat ditangani
melalui tindakan operasi. Hernia inguinalis dapat dijumpai pada setiap usia.
Insiden penyakit ini lebih banyak mengenai laki-laki daripada
perempuan.Pada Hernia Inguinalis Lateral (HIL)/Indirecta/Oblique, sekitar
60% terjadi di inguinal kanan, 20% di inguinal kiri, dan 20% bilateral.
Sedangkan Hernia Inguinalis Medialis/Directa, lebih sering mengenai usia

15
lanjut dibandingkan dengan anak-anak, dan sebagian besar terjadinya bilateral.
Pada populasi anak-anak, insidennya berkisar antara 1% sampai 4%. Hernia
inguinalis pada anak-anak, lebih sering muncul pada masa bayi dan insidennya
semakin meningkat pada bayi yang prematur.
Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak
tahun 1500 sebelum masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan
seiring bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada regio
inguinal.Hernia Inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
appendicitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan
status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam
penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan
angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah
hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat.
Hernia Inguinalis juga dapat terjadi karena anomali kongenital atau
akuisita. Hernia inguinalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita,
untuk hernia femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita. Sedangkan
jika ditemukan hernia ingunalis pada pria kemungkinan adanya hernia
inguinalis atau berkembangnya menjadi hernia ingunalis sebanyak 50%.
Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis adalah 7 : 1.
Prevalensi hernia inguinalis pada pria dipengaruhi oleh umur.

Tabel 1.PrevalensiHermiaInguinalis berdasarkanUsia

Usia (Tahun) 25–34 35–44 45–54 55–64 65–74 75+


Current prevalence (%) 12 15 20 26 29 34
Lifetime prevalence (%) 15 19 28 34 40 47
Keterangan :
- Current = kasus baru (repaired hernias excluded)
- Lifetime = kasus lama dan baru (repaired hernias included)

D. ETIOLOGI
1. Kongenital

16
Kanalis inguinalis normal pada fetus. Bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut yang menarik peritoneum ke
daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut
prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, prosesus
mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat melalui kanal
tersebut. Namun, dalam beberapa hal, kanalis tidak menutup. Karena
testis kiri turun terlebih dahulu, kanal inguinal kanan lebih sering
terbuka. Bila kanalis kiri terbuka, biasanya kanan terbuka. Normalnya,
kanalis menutup usia 2 bulan. Bila processus terbuka terus (karena
tidak mengalami obliterasi), akan timbul HIL (Hernia Inguinalis
Lateralis) kongenital. Enam puluh persen hernia inguinalis terjadi di
sisi kanan. Pada orang tua, kanalis tersebut telah menutup. Namun,
karena merupakan Locus Minoris Resistance (LMR), maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat, kanal
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis akuisita.
2. Akuisita
Hernia inguinalis yang didapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Anulus inguinalis internus cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia.
2. Prosesus vaginalis tempat turun masuk testis, vas deferens,
pembuluh darah, dan saraf ke skrotum terbuka. Testis tidak sampai
ke skrotum. Penurunan baru terjadi 1-2 hari pre partus sehingga
prosesus belum sempat menutup dan waktu dilahirkan masih
terbuka.
3. Peninggian tekanan intraabdomen kronik mendorong isi hernia
melewati annulus internus (kehamilan, batuk kronis, mengangkat
berat, mengejan saat BAB dan BAK).
4. Kelemahan otot dinding perut karena meningkatnya usia,
kerusakan nervus iliofemoralis dan nervus ilioinguinalis setelah
apendektomi dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.

17
E. FAKTOR RESIKO
Seperti penyakit pada umumnya yang mempunyai faktor risiko Hernia
Inguinalis juga mempunyai beberapa faktor risiko diantaranya yaitu :

1. Umur
Hernia inguinalis terjadi pada semua umur. Bisa terjadi pada bayi
sampai pada orang tua. Berdasarkan data didapat jika yang terjadi
pada usia 24-39 tahun persentasenya sebesar 7.3, usia 24-39 tahun
persentasenya sebesar 14.8, usia 40-59 tahun persentasenya sebesar
22,8. Sehingga diketahui jika insiden hernia inguinalis meningkat
dengan bertambahnya umur.
2. Jenis kelamin
Hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada laki-laki yaitu 13,9 persen
dengan jumlah 500 kasus dibandingkan dengan wanita yaitu 2,1 persen
dengan jumlah 120 kasus.
3. Ras
Orang kulit putih memiliki risiko lebih besar terkena hernia inguinalis
yaitu 15,1 persen, dibandingkan dengan orang berkulit hitam yaitu
sebesar 8,4 persen.
4. Merokok
Merokok merupakan salah satu factor risiko terjadinya hernia
inguinalis,tetapi risikonya masih rendah.
5. Obesitas
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hernia
inguinalis , tetapi risikonya juga masih rendah.
6. Pekerjaan
Pekerjaan yang melibatkan usaha fisik yang berat seperti mengangkat
barang, juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hernia
inguinalis.

F. PATOGENESIS

18
Padabulan ke-8 darikehamilan,
terjadinyadesensustestikulorummelaluikanan.Penurunan testis akanmenarik
peritoneum kedaerah scrotum sehinggaterjaditonjolan peritoneum yang
disebutdenganprosesusvaginalisperitonei. Bilabayilahir,
umumnyaprosesusinitelahmengalamiobliterasisehinggaisironggaperuttidakd
apatmelaluikanalistersebut.Tetapi,
dalambeberapahalseringbelummenutupkarena testis yang
kiriturunterlebihdahuludari yang kanan, makaprosesusvaginalis yang
kananlebihseringterbuka.Dalamkeadaan normal, prosesus yang
terbukainiakanmenutuppadausia 2 bulan. Bilaprosesustidakberobliterasi,
makaakantimbul hernia inguinalislateraliskongenital.
Biasanya hernia pada orang
dewasainiterjadikarenausialanjutkarenapadausialanjutototdindingronggaper
utmelemah. Sejalandenganbertambahnyaumur, organ,
danjaringantubuhmengalami proses degenerasi. Pada orang tua,
prosesustersebuttelahmenutup.Namun, karenadaerahinimerupakan locus
minoris resistance, makapadakeadaan yang menyebabkantekananintra
abdominalmeningkatsepertibatuk-batukkronik, bersin yang
kuatdanmengangkatbarang-barangberatsertamengejan.Prosesus yang
sudahtertutupdapatterbukakembali dantimbul hernia
inguinalislateraliskarenaterdorongnyasesuatujaringantubuhdankeluarmelalui
defektersebut.Akhirnyamenekandindingrongga yang telahmelemasakibat
trauma, hipertofiprostat, ascites, kehamilan, obesitas,
dankelainankongenital.

G. KLASIFIKASI
a. Berdasarkan Terjadinya
1. Hernia Inguinalis Medialis/Directa
Terjadi pada dinding posterior di bagian medial dari arteri
epigastrik inferior. Disebut medialis karena penonjolan berada di
sebelah medial vasa epigastrika inferior dan disebut direk karena
langsung menuju anulus inguinalis eksterna, lewat kelemahan

19
dinding posterior (trigonum Hesselbach). Hernia inguinalis
medialis hampir selalu disebabkan faktor peninggian tekanan intra
abdomen kronik dan kelemahan dinding trigonum Hesselbach.
Umumnya tonjolan berbentuk bulat, dapat terjadi bilateral. Jarang
mengalami inkarserasi dan strangulasi.

Gambar 3. Hernia Inguinalis Medialis (HIM)

b. Hernia Inguinalis Lateralis/Indirecta/Oblique (HIL)


Dimulai pada area cincin inguinal interna. Disebut lateralis karena
penonjolan berada disebelah lateral vasa epigastrika inferior dan
disebutindirecta karena tidak langsung keluar ke anulus inguinalis
eksternus (dinding abdomen), melainkan masuk melalui anulus
inguinalis internus terlebih dahulu kemudian melalui kanalis inguinalis,

20
baru keluar melalui annulus inguinalis eksternus. Disebut oblique
(kanal) karenakeluarnyaberjalanmiringdari lateral atas ke medial bawah.
Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan kelainan kongenital
meskipun ada karena akuisita.
Umumnya tonjolan berbentuk lonjong. Pada bayi dan anak
disebabkan karena kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus
vaginalis peritoneum sebagai akibat proses turunnya testis ke skrotum.
Hernia ini bersifat kongenital dan disebabkan oleh kegagalan
penutupan prosesus vaginalis (kantong hernia) sewaktu turun ke dalam
skrotum. Kantong yang dihasilkan bisa meluas sepanjang kanalis
inguinalis dan jika meluas ke skrotum disebut hernia lengkap. Karena
prosesus vaginalis terletak di dalam funikulus spermatikus, maka
prosesus ini dikelilingi oleh muskulus cremaster dan dibentuk oleh
pleksus venosus pampiniformis, duktus spermatikus, dan arteri
spermatica. Lubang interna ke dalam kavitas peritonealis selalu lateral
terhadap arteri epigastrica profunda dengan adanya hernia inguinalis
indirek, sedangkan lubang interna medial terhadap pembuluh darah ini
bila hernianya directa.

Gambar4. Hernia Inguinalis Lateralis (HIL)

21
Tabel 2.Perbedaan HIM dan HIL

Faktor Pembeda Hernia Inguinalis Hernia Inguinalis


Lateralis Medialis
Penyebab Kongenital/Akuisita Akuisita
Penonjolan melewati
atas cincin inguinal
akibat gagal penutupan Keluarnya langsung
cincin inguinalis interna menembus fascia
Deskripsi
waktu embrio setelah dinding abdomen.
penurunan testis. Bentuk hernia bulat.
Bentuk hernia
lonjong/oblique.
Letak pada vasa Medial, di Trigonum
Lateral
epigastrica inferior Hesselbach
Dibungkus oleh fascia
Ya Tidak
spermatica interna
Biasanya usia muda Pada orang yang lebih
Onset
(pria > wanita) tua (pria > wanita)
Bilateral 20% 50%
Tidak segera mencapai Mencapai ukuran
Muncul saat berdiri
ukuran terbesarnya terbesar dengan segera
Reduksi saat
Tidak tereduksi segera Tereduksi segera
berbaring
Penurunan ke
Dapat Tidak dapat
skrotum
Oklusi cincin internus Terkontrol Tidak terkontrol
Leher kantong Sempit Lebar
Strangulasi, inkarserasi,
Komplikasi Jarang
obstruksi
Herniotomy dan
Terapi Herniotomy
herniorrhaphy
Tangan di cincin Tangan di cincin
eksterna teraba tekanan eksterna teraba tekanan
Valsava test
pada ujung jari, jalan pada sisi medial dan
keluar hernia tertutup hernia timbul lagi

H. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat terlihat pada pasien, dengan
pemeriksaan meliputi:
1. Riwayat Penyakit

22
 Umur
Inguinal hernia terjadi pada semua umur.usia puncak pada 1 bulan
pertama kehidupan, 20 tahun awal,antara usia 40 dan 60 tahun.
 Pekerjaan
Pekerja berat kususnya mengangkat benda berat,menimbulkan
tegangan kuat pada otot abdomen.
 Gejala lokal
Hal yang paling umum dirasa adalah rasa tidak nyaman dan
nyeri.pasien biasanya mengeluh adanya tarikan,rasa nyeri di
pangkal paha. Hernia akan terasa sangat menyakitkan dan keras,
bila terjepit. Beberapa hernia tidak disertai rasa sakit, dan bisa
mengecil bila pasien tidur terlentang atau hilang bila di tekan.
 Gejala sistemik
Jika hernia mengobstruksi lumen usus,pasien bisa mengeluhkan
satu atau lebih dari empat gejala cardinal berikut,yaitu obstruksi
intestinal, nyeri colic abdomen, muntah, distensi abdomen, dan
konstipasi.

2. Pemeriksaan Fisik
 Posisi
Semua hernia inguinalis dapat dilihat sebagai suatu tojolan, ketika
melalui cincin inguinal superficial.
 Warna
Kulit yang melapisi hernia biasanya normal, tetapi bila hernia
terjepit hernia akan tampak sedikit kemerahan.
 Temperatur
Temperaturrnya akan sama seperti daerah sekitarnya, kecuali jika
terjepit atau terjadi infeksi akan menjadi panas
 Konsistensi
Hernia bisa mengandung sedikit caiaran dan seperti struktur
abdomen memiliki sensori visceral, tekanan manual akan

23
menimbulkan rasa tidak nyamam. Pada hernia terjepit akan teraba
sangat keras.
 Bentuk
Sebagian besar berbentuk seperti pear besar. Beberapa juga
menyebabkan tonjolan sepanjang garis inguinal, disertai
penyempitan cincin inguinal eksterna, sehingga member
penapakan seperti jam kaca.
 Ukuran
Hernia ingunal bervariasi dari tonjolan berukuran kecil, 1-2 cm
sampai masa besar yang memanjang sampai sendi lutut.
 Komposisi
Hernia yang mengandung usus biasanya lembek, fluktuan dan
kadang bisa terdapat suara usus. Bila hernia mengandung masa
maka akan taraba keras. Banyak hernia yang mengandung
omentum, sehingga terasa elastis, tidak fluktuan, dan pekak saat di
perkusi.

I. DIAGNOSIS

Diagnosis hernia dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis
- Benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu berdiri, menangis
kuat, batuk, bersin atau mengedan dan hilang setelah berbaring.
- Nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya pada region epigastrium
atau paraumbilikal, berupa nyeri visceral karena regangan pada
satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
- Keluhan nyeri disertai mual dan muntah (bila timbul strangulasi
karena nekrosis/gangren atau inkarserata akibat ileus).10

2. PemeriksaanFisik

24
Inspeksi
- Hernia Reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang saat
berbaring atau saat direposisi.
- Hernia Irreponibel terdapat benjolan di lipat paha yang muncul
pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan tidak
menghilang saat berbaring atau saat direposisi.
- Hernia Inguinal
 Lateralis (HIL) : muncul benjolan di regio inguinalis yang
berjalan dari lateral ke medial,tonjolanberbentuk lonjong.
 Medialis (HIM) : tonjolan biasanya terjadi bilateral,berbentuk
bulat.
- Hernia skrotalis: benjolan yang terlihat sampai skrotum yang
merupakan tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
- Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
- Hernia epigastrika: benjolan dilinea alba.
- Hernia umbilikal: benjolan diumbilikal.
- Hernia perineum: benjolan di perineum.

Palpasi
- Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum ditekan lalu
pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial
maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
- Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum ditekan
lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik
yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai hernia inguinalis
lateralis.
- Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan kanalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat
benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di
medialnya hernia inguinalis medialis.

25
- Hernia inguinalis: kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera.
Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti
karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu
jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan
kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis
dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia
inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguinal dan
lateral tuberkulum pubikum.
- Hernia femoralis: benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum
inguinal
- Hernia inkarserata: nyeri tekan.

Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan herniastrangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.

Auskultasi
Hiperperistaltik didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).

Colok dubur
Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship – romberg
(hernia obturatoria).10 Terdapat3 (tiga) teknik pemeriksaan
sederhana,meliputi:
Pemeriksaan Finger Test :

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.


2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal
inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:

26
 Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
 Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 5.

Pemeriksaan Ziemen Test :

27
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

 jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.


 jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
 jari ke 4 : Hernia Femoralis.

28
Gambar 6

Pemeriksaan Thumb Test

 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

29
Gambar 7

Gambar 8

PemeriksaanPenunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
 Ht meningkat, leukositosis dengan shift to the left yang
menandakan strangulasi
 Elektrolit imbalance, BUN, kadar kreatinin tinggi akibat muntah
dan dehidrasi
 Urinalisis: menyingkirkan masalah GIT yang menyebabkan nyeri
lipat paha.

2. PemeriksaanRadiologis
 Herniografi
Injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal dan dilakukan
x-ray untuk memastikan adanya hernia pada pasien dengan nyeri
kronis pada groin. Pada pemeriksaan radiologis terdapat gambaran

30
abnormal kadar gas dalam usus/obstruksi usus, massa, dikenal
dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse, yakni suatu
keadaan berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta isinya
ke rongga ekstraperitoneal.
 USG, untuk membedakan massa pada lipat paha atau dinding
abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.
 CT Scan, dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk
mencari adanya hernia obturator.

I. Diagnosis Banding
1. Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber
infeksi di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari
tingkat umbilikus.
2. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak
preperitoneal pada hernia femoralis.
3. Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat
menonjol di fosa ovalis.
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia
erat hubungannya dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak lain
yang disertai dengan peninggian tekanan intra-abdomen, sedangkan
penyakit lain seperti limfadenitis femoralis tidak berhubungan dengan
aktivitas demikian.

J. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi.
a. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali
pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan

31
kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi
menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih
sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih
sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin
hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian
sedatif dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil
anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia
tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
Pada tindakan reposisi ini posisi penderita dapat dilakukan dengan
posisi seperti pada gambar:

32
Gambar 9. Reposisi dengan posisi trendelenberg

b. Bantalan penyangga ( sabuk Truss)

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia


yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000
tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang.

Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi,


antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang
tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara
ini dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada funikulus
spermatikus yang mengandung pembuluh darah dari testis.

Gambar 10 dan 11.

2.Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip

33
dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan
hernioplasti.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Indikasi :

1. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)


2. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
3. Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)
4. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)

Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan


inkarserasi/ strangulasi. Herniotomy pada dewasa lebih dulu faktor-faktor
penyebab harus dihilangkan dulu, misal BPH harus dioperasi sebelumnya.

Teknik Operasi

 Insisi inguinal 2 jari medial SIAS sejajar ligamentum inguinale ke


tuberculum pubicum.
 Insisi diperdalam sampai sampai nampak aponeurosis MOE : tampak crus
medial dan lateralis yang merupakan anulus eksternus.
 Aponeurosis MOE dibuka kecil dengan pisau , dengan bantuan pinset
anatomis dan gunting dibuka lebih lanjut ke kranial sampai anulus internus
dan ke kaudal sampai membuka annulus inguinalis eksternus. Hati-hati
dengan N. Ilioinguinalis dan N. Iliohypogastrik. M. Cremaster disilangi
sampai nampak funiculus spermaticus.
 Funiculus dibersihkan dicantol dengan kain kasa dibawa ke medial,
sehingga nampak kantong peritoneum.

34
 Peritoneum dijepit dengan 2 bh pinset kemudian dibuka selanjutnya usus
didorong ke cavum abdomen dengan melebarkan irisan ke proksimal
sampai leher hernia, kantong sebelah distal dibiarkan.
 Leher hernia dijahit dengan kromik dan puntung ditanamkan di bawah
conjoint tendo dan digantungkan.
 Selanjutnya dilakukan hernioplasty secara :

Ferguson
Funiculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE dan MOI abdominis.
MOI & transversus dijahitkan pada ligamentum inguinale dan meletakkan
funiculus di dorsalnya. kemudian aponeurosis MOE dijahit kembali, sehingga
tidak ada lagi canalis inguinalis.

Bassini
MOI dan transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinal,
Funiculus diletakkan disebelah ventral, aponeurosis MOE tidak dijahit, sehingga
canalis inguinalis,tetrap ada. Kedua musculus berfungsi memperkuat dinding
belakang canalis,sehingga LMR hilang.

35
Gambar 12: Teknik bassini

Halsted
Dilakukan penjahitan MOE, MOI dan m. transversus abdominis, untuk
memperkuat/ menghilangkan LMR. Funiculus spermaticus diletakkan di subcutis
Cara Ferguson dan Bassini dilakukan pada orang dewasa. Cara Halsted dilakukan
pada orang tua, supaya dinding perut lebih kuat.

 Kemudian luka ditutup lapis demi lapis

1. Aponeurosis MOE jahit simpul dengan cromic catgut


2. Subcutan fat dijahit simpul dengan catgut
3. Kulit dijahit dengan zyde secara simpul

Teknik operasi Herniotomi – Herniorafi Lichtenstein

Hernia inguinalis lateralis dan medialis:

36
a) Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum, spinal
anestesi atau anestesi lokal.
b) Dilakukan insisi oblique 2 cm medial sias sampai tuberculum pubicum.
c) Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE (Musculus Obliquus
Abdominis Eksternus).
d) Aponeurosis MOE dibuka secara tajam.
e) Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya dan dikait pita
dan kantong hernia diidentifikasi.
f) Isi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia secara
tajam dan tumpul sampai anulus internus .
g) Kantong hernia diligasi setinggi lemak preperitonium , dilanjutkan dengan
herniotomi.
h) Perdarahan dirawat, dilanjutkan dengan hernioplasty dengan mesh.
i) Luka operasi ditutup lapis demi lapis.

Durante Operasi

 Lesi funiculus spermaticus


 Lesi usus, vesica urinaria, vasa epigastrica inferior, dan/ atau vasa iliaca
ekterna.
 Putusnya arteri Femoralis

Post Operasi

 Hematom, Infeksi, dan Wound defisiensi.


 Atropi testes
 Hidrokel
 Rekurens

Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih

37
penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan
herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus
inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia
transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m.
oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke
ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia
tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum
cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang
diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks
untuk menutup defek.

Shouldice
Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar tehnik Shouldice adalah
Bassini multi layer, di klinik khusus hernia Shouldice digunakan kawat baja no 32
atau 34 untuk menjahit defek dinding posterior kanal inguinal. Tetapi penggunaan
benang monofilamen sintetis non absorbsi lebih biasa dipakai diluar Toronto.
Adapun tahapan hernioplasty menurut Shouldice:
Langkah pertama:
Setelah dilakukan insisi garis kulit sampai fasia, dengan preparasi saraf
ilioinguinal dan iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari fasia transversalis
sampai ke cincin interna, membuang kantong dan ligasi setinggi mungkin.
Dilanjutkan dengan memotong fasia transversalis dan membebaskan lemak pre
peritoneal.

38
Gambar 13.

Gambar 14.

Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal dengan


jahitan jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang flap
superior, usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4 mm. Bagian flap
superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya dengan jeluur
membentuk lapisan ke dua (gambar 14). Demikian seterusnya

dengan menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke


tiga (gambar 15). Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk
lapisan ke empat (gambar 16).

39
Gambar 15.

Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan


dibawahnya dengan jelujur membentuk lapisan ke dua (gambar 14). Demikian
seterusnya dengan menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk
lapisan ke tiga. Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk
lapisan ke empat.

Lichtenstein Tension free


Teknik pemasangan mesh pada Lichtenstein seperti berikut (Wexler,
1997) :
1. Dilakukan terlebih dahulu herniotomi
2. Letakkan bahan mesh ukuran 10x5 cm diletakkan di atas defek, di sebelah
bawah spermatik kord.

40
3. Dilakukan penjahitan dengan benang non absorbsi 3-0 ke arah :
- Medial : perios tuberkulum pubikum.
- Lateral : melingkari spermatik kord.
- Superior : pada konjoin tendon.
- Inferior : pada ligamentum inguinal.

Gambar 16. Setelah pemasangan mesh

Karena penjahitan pada tehnik Shouldice dilakukan cara jelujur tidak


terputus pada titik yang berbeda kesegarisannya menyebabkan tarikan yang terjadi
menyebar dan terdistribusi dibanyak titik sehingga rasa nyeri menjadi tidak
dominan disatu tempat. Hal inilah yang menyebabkan keluhan rasa nyeri pasca
operasi menjadi lebih ringan dibanding tehnik konvensional lainnya.
Penggunaan material sintetis sebagai penutup defek miopektineal dinding
belakang kanalis inguinal memerlukan persyaratan tertentu, prostesis yang dipakai
harus cukup kuat sebagai penyangga, tidak bersikap alergen, mempunyai potensi
untuk menimbulkan respon inflamasi dan cepat berintegrasi dengan jaringan
sekitar. Agar integrasi menjadi solid, prostesis berupa anyaman yang berpori
sehingga jaringan tumbuh diantara pori-pori tersebut. Polypropylene mesh
dikategorikan memiliki sifat tersebut serta mampu bersifat permanen sehingga
tidak diperbolehkan kontak langsung dengan organ visera karena akan
menimbulkan perlengketan serta obstruksi atau pembentukan fistula. Saat ini

41
polypropylen mesh dipilih sebagai prostesis baku dalam petatalaksanaan hernio
plasty.
Hernioplasty dengan polypropylene mesh mencegah terjadinya
peregangan sewaktu rekonstruksi dinding belakang kanalis inguinal sehingga
perasaan nyeri pasca operasi dapat berkurang dengan nyata. Diikuti pemulihan
dan kembali kepada aktivitas rutin yang lebih dini, serta pencegahan rekurensi
jangka panjang. Pemulihan dan kemampuan kerja setelah operasi ternyata sangat
dipengaruhi oleh rasa sakit. Melaporkan dengan polypropylene mesh lebih dari
60% pekerja kasar dan lebih dari 90% pekerja kantoran telah dapat bekerja dalam
10 hari. Ismail (2000) melaporkan 74 % penderita telah kembali mengemudikan
mobil dalam 10 hari, 49 % diantaranya dalam 7 hari.
Untuk mencegah rekurensi jangka panjang penggunaan material harus cukup lebar
untuk menutup seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5 cm), tidak
terjadi lipatan-lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di daerah kanalis
inguinal interna.

K. PROGNOSIS
Hernia inguinalis merupakan suatu kondisi yang memerlukan
penanganan pembedahan. Penanganan pembedahan yang tepat dan lebih
awal dari kondisi ini akan mendatangkan prognosis yang baik, komplikasi
dari herniorrhaphy secara umum kecil dan bisa sembuh sendiri dan angka
kekambuhannya juga rendah.

L. KOMPLIKASI
- Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia. Isi hernia dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia
irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia terlalu besar atau terdiri dari
omentum, organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini tidak
timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.

42
- Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadi hernia strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang
sederhana. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi
jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga
terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke
dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada
cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah
jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia
terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan
dengan rongga perut.
- Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual,
muntah, dan nyeri abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia
strangulata. Hernia strangulata merupakan suatu kondisi yang
mengancam jiwa (gawat darurat) yang membutuhkan pembedahan
segera.

DAFTAR PUSTAKA
1. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
2. Adityabiantoro, Pratama. 2014. Hernia. Fakultas Kedokteran Universitas
Yarsi.

43
3. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317
4. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step
approach). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global
Hospital & Endosurgery Institute. New Delhi. 2003. (Ebook, di akses 10
juli 2010)
5. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran; alih
bahasa: LilianaSugiharto, edisi ke-6. Jakarta:EGC, 2006, hal. 148-65, 189-
90
6. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery.
New York.WB Saunders Company. 795-801
7. Nurlela, Arini. 2013. Hernia. Fakultas Kedokteras Universitas Trisakti.
8. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
9. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step
approach). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global
Hospital & Endosurgery Institute. New Delhi. 2003. (Ebook, di akses
maret 2019)
10. Heniford, Todd. Carolinas Hernia Handbook Chapter 2: Umbilical
Hernias. Carolinas HealthCare System

44

Anda mungkin juga menyukai