PERIPARTUM KARDIOMIOPATI
Oleh:
dr. Rizki Syarvini Wilis Utami
Pendamping:
dr. H. Ardiansyah, M.Kes
dr. Robin Situmorang
Pembimbing:
dr. Akhmad Syaifullah, Sp.PD, M.Kes
JAMBI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Sesak nafas sejak 5 hari SMRS
A. Suhu : 36,40 C
B. Nadi : 145 x/i
C. Tekanan darah : 135/105 mmhg
D. SpO2 : 93%
E. Pernafasan : frekuensi 28 x/menit Jenis : Thorakoabdominal
F. Tinggi Badan : 156 cm Berat badan : 55 kg IMT : 22,6 (Normal)
G. Keadaan umum : Baik Sedang Berat
H. Keadaan Sakit : Tampak sakit
Ringan Sedang Berat
MULUT Bibir : Pucat (+), kering (-), sianosis (-), luka pada
sudut mulut (-), ulkus (-), bercak (-)
Bau pernafasan : Normal, alkohol (-)
Gusi : Hiperemis (-), bengkak (-)
Lidah : Kotor (-)
Atrofi (-)
Stomatitis (-)
PARU – PARU
Inspeksi :
Dalam pernafasan : Normal
Jenis pernafasan : Thorakoabdominal
Kecepatan pernafasan : 28 x/ menit
Lain – lain : (-)
Palpasi : ( Fremitus )
Kiri : Tactil vocal fremitus normal
Kanan : Tactil vocal fremitus normal
Perkusi
Kiri : Sonor, nyeri ketok (-)
Kanan : Sonor, nyeri ketok (-)
JANTUNG :
Inspeksi : Impuls apeks ( iktus kordis ) : Tidak terlihat
PUNGGUNG
Inspeksi : Simetris, jaringan parut ( - )
Palpasi : Nyeri di sekitar vertebra (-), vocal fremitus kanan
kiri normal
Perkusi : Sonor kanan-kiri
Nyeri ketok CVA : ( -/- )
Gerakan : Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal
ALAT KELAMIN :
Wanita : TIDAK DILAKUKAN
TANGAN :
Warna : Sianosis (-)
Tremor : Tidak ada
Kuku : Normal, CRT <2detik
3. Foto Rontgen
Kesan: tampak gambaran pembesaran jantung (Kardiomegali)
4. Pemeriksaan EKG
Kesan : Sinus Takikardi
2.7 Tatalaksana
1. Non medikamentosa
- Istirahat
- Diet rendah garam (1 sendok teh garam dapur)
- Pembatasan cairan 2L/hari
2. Medikamentosa
- O2 2-4 liter/menit via nasal kanul
- IVFD RL 10 gtt/menit
- Inj Cefotaxime 3x1gr
- Inj Furosemide 3x1amp
- Inj. Dexametasone 3x1amp
- Digoxin 2x0,25mg
- Antasida 3x1 tab
- Tiaryt 2x1 tab
2.8 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam` : Dubia ad malam
2.9 Follow Up
Tabel Follow Up Pasien
TANGGAL FOLLOW UP
17/12/2019 S: Sesak nafas, lemas, berdebar, nafsu makan menurun
07.00 O: TD: 120/80 N : 100x/menit RR: 28x/menit T : 36,5
Pemeriksaan Generalisata :
Mata
- Konjungtiva : Konjungtiva anemis (+/+)
- Sklera : Sklera Ikterik (-/-)
- Pupil : Isokor
Leher
- JVP : 5+2 cmH2O
- Kelenjar Tiroid : Tidak teraba
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba ICS VI linea axilaris anterior sinistra
Perkusi : Batas Atas : ICS II Linea parasternal sinistra
Batas Kiri: ICS VI Linea axilaris anterior
sinistra
Batas Kanan : ICS III Linea parasternal
dextra
Batas Bawah : ICS IV Line parasternal dextra
Auskultasi : BJ I/II Reguler, Murmur (-), Gallop (+)
Pulmo
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, spider nervi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi :Vesikuler (+) di seluruh lapangan paru,
Rhonki(-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, Simetris, venatasi (-)
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (+) epigastrik, TFU 2 jari
dibawah umbilikus
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Ekstremitas
Superior : akral hangat, CRT <2 Detik, edema (-), luka (-)
Inferior : akral hangat, CRT <2 Detik, edema (+), luka (-)
A: Peripartum Kardiomiopati + Anemia Ringa
P:
- O2 2-4 liter/menit via nasal kanul
- IVFD RL 10 gtt/menit
- Inj. Cefotaxime 3x1 gr
- Inj. Furosemide 3x1 amp (ekstra)
- Inj Dexametason 3x1 amp
- Antasida 3x1 tab
- Tiaryt 2x1 tab
- Digoxin 3x0,25mg
- EKG/8 jam
- Balance Cairan
TANGGAL FOLLOW UP
18/12/2019 S: Sesak nafas berkurang, lemas, nafsu makan menurun
07.00 O: TD: 140/90 N : 88x/menit RR: 24x/menit T : 36,5
Pemeriksaan Generalisata :
Mata
- Konjungtiva : Konjungtiva anemis (+/+)
- Sklera : Sklera Ikterik (-/-)
- Pupil : Isokor
Leher
- JVP : 5+2 cmH2O
- Kelenjar Tiroid : Tidak teraba
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba ICS VI linea axilaris anterior sinistra
Perkusi : Batas Atas: ICS II Linea parasternal sinistra
Batas Kiri: ICS VI Linea axilaris anterior
sinistra
Batas Kanan : ICS III Linea parasternal
dextra
Batas Bawah : ICS IV Line parasternal dextra
Auskultasi : BJ I/II Reguler, Murmur (-), Gallop (+)
Pulmo
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, spider nervi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi :Vesikuler (+) di seluruh lapangan paru,
Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, Simetris, venatasi (-).
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (+) epigastrik, TFU 2 jari
dibawah umbilikus
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Ekstremitas
Superior : akral hangat, CRT <2 Detik, edema (-), luka (-)
Inferior : akral hangat, CRT <2 Detik, edema (+), luka (-)
P:
- O2 2-4 liter/menit via nasal kanul
- IVFD RL 10 gtt/menit
- Inj. Cefotaxime 3x1gr
- Inj. Furosemide 3x1amp
- Inj Dexametason 3x1amp
- Antasida 3x1 tab
- Tiaryt 2x1 tab
- Digoxin 2x0,25mg
- EKG/ 8 jam
- Pasang kateter (menolak)
- Saran Rujuk
TANGGAL FOLLOW UP
19/12/2019 S: Sesak nafas (-), nafsu makan membaik
07.00 O: TD: 130/80 N : 82x/menit RR: 20x/menit T : 36,2
Pemeriksaan generalisata:
Mata
- Konjungtiva : Konjungtiva anemis (+/+)
- Sklera : Sklera Ikterik (-/-)
- Pupil : Isokor
Leher
- JVP : 5+2 cmH2O
- Kelenjar Tiroid : tidak teraba
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba ICS VI linea axilaris anterior sinistra
Perkusi : Batas Atas: ICS II Linea parasternal sinistra
Batas Kiri: ICS VI Linea axilaris anterior
sinistra
Batas Kanan : ICS III Linea parasternal
dextra
Batas Bawah : ICS IV Line parasternal dextra
Auskultasi : BJ I/II Reguler, Murmur (-), Gallop (+)
Pulmo
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, spider nervi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi :Vesikuler (+) di seluruh lapangan paru,
Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, Simetris, venatasi (-).
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-) epigastrik, TFU 2 jari
dibawah pusat
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Ekstremitas
Superior : akral hangat, CRT <2 Detik, edema (-), luka (-)
Inferior : akral hangat, CRT <2 Detik, edema (-), luka (-)
3.1.3 Patofisiologi4,5
Stress oksidatif selama periode peripartum memiliki peran cukup
penting dalam menyebabkan kerusakan ventrikel kiri. Senyawa
proinflamatorik dan peristiwa stress oksidatif akan makin meningkat selama
proses kehamilan normal dan mencapai puncaknya pada trimester terakhir
kehamilan. Ketidakseimbangan proses stress oksidatif selama periode
kehamilan dan pasca melahirkan dapat menyebabkan terjadinya
pemotongan enzimatik hormon prolaktin oleh cathepsin-D menjadi fragmen
prolaktin dengan berat molekul 16-KDa. Fragmen prolaktin dengan berat
molekul 16-KDa ini dapat menginduksi apoptosis sel endotelial pembuluh
darah, penghambatan proliferasi sel endotel yang diinduksi VEGF (Vascular
Endothelial Growth Factor) dan mengganggu mekanisme vasodilatasi
vaskuler yang diperantarai nitric oxide. Fragmen ini dapat merusak struktur
mikrovaskuler jantung yang pada akhirnya akan menyebabkan dilatasi
ruang jantung dan disfungsi sistolik ventrikel kiri.4
Secara molekuler, beberapa jalur transduksi sinyal telah terbukti
memiliki peran penting dalam melindungi organ jantung maternal dari
kerusakan selama proses kehamilan, termasuk jalur STAT3 (Signal
Transducer and Activator of Transcription Factor-3). Pada binatang
percobaan, delesi gen yang mengkode jalur STAT3 akan menyebabkan
terjadinya pemotongan proteolitik secara enzimatik hormon prolaktin
menjadi faktor antiangiogenik, proapoptotik dan proinflamatorik poten
sehingga berhubungan dengan terbentuknya serta progresivitas
kardiomiopati dilatasi. Pada pasien dengan predisposisi genetik terdapat
setidaknya 6 gen yang berperan dalam patogenesis kardiomiopati dilatasi,
mutasi pada gen-gen ini dapat menimbulkan gangguan produksi protein
mutan sel otot jantung yang tidak sensitif terhadap ion kalsium sehingga
terjadi gangguan kontraksi miokardium. Gagal jantung akibat peripartum
kardiomiopati disebabkan oleh gagalnya adaptasi tubuh untuk
mempertahankan tekanan perfusi ke jaringan perifer. Hal ini disebabkan
oleh aktivasi sistem neurohormonal yang berlebihan dan tidak pada
tempatnya. Aktivasi kronik berlebihan sistem renin-angiotensin-aldosteron
(RAAS) dan sistem saraf simpatik (adrenergik atau katekolaminergik)
menyebabkan remodeling ventrikel kiri yang progresif hingga tingkat
seluler menyebabkan bertambah buruknya gejala klinis. Selain itu kontribusi
aktivasi sitokin proinflamasi pada gagal jantung kronik dapat menyebabkan
fibrosis, hipertrofi dan gangguan fungsi pompa ventrikel kiri.4
3.1.4 Diagnosis3,6
Kriteria diagnostik peripartum kardiomiopati yaitu gagal jantung yang
timbul pada bulan-bulan terakhir kehamilan atau dalam kurun waktu lima bulan
setelah melahirkan, tidak ada riwayat penyakit jantung yang diketahui
sebelumnya, tidak ada penyebab penyakit jantung yang dapat diidentifikasi.
Peripartum kardiomiopati merupakan diagnosis eksklusi hanya jika
seluruh kemungkinan mekanisme dasar penyakit jantung lain sebagai faktor
etiologi telah disingkirkan dengan analisis riwayat perjalanan penyakit,
pemeriksaan fisik yang terarah dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan antara lain
elektrokardiografi , ekokardiografi , dan pemeriksaan darah.
1. Pemeriksaan Fisik : Kriteria Framingham dapat dipakai untuk menegakkan
diagnosis gagal jantung menggunakan kriteria klinis (anamnesis dan
pemeriksaan fisik). Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan kriteria
Framingham yaitu jika didapatkan 2 gejala mayor pada pemeriksaan klinis
atau minimal terdapat 1 gejala mayor dengan 2 gejala minor yang
terpenuhi.
a. Kriteria Mayor : peningkatan tekanan vena jugularis, distensi vena
leher, paroxysmal nocturnal dyspnea, edema paru akut, ronkhi basah
basal paru, kardiomegali, gallop S3, refluks hepatojugular.
b. Kriteria Minor : batuk pada malam hari, sesak saat aktivitas fisik
(dyspnea d’efort), efusi pleura, penurunan kapasitas vital 1/3
pengukuran normal, takikardia dengan laju ventrikel >120 kali/ menit,
hepatomegali, edema ekstremitas, penurunan BB ≥ 4,5 kg dalam 5 hari
pengobatan (termasuk dalam kriteria mayor dan minor).
2. Elektrokardiografi: Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai dan
memantau aktivitas kelistrikan otot jantung secara non-invasif dengan
tingkat akurasi cukup tinggi. Dengan pemeriksaan EKG dapat dideteksi
tanda adanya gagal jantung dan faktor pencetus lain misalnya gangguan
irama jantung (takikarida ventrikular, takikardia supraventrikular dan
sindroma preeksitasi) serta abnormalitas segmen ST dan gelombang T.
3. Foto rontgen toraks: Pemeriksaan radiologi dapat menilai ukuran jantung
(kardiomegali), kondisi parenkim paru, derajat kongesti, edema alveoli,
edema interstitial, efusi pleura dan dilatasi pembuluh darah lobus superior
paru/sefalisasi. Perlu diingat pemeriksaan rontgen toraks memberikan
risiko cukup signifikan terhadap janin dalam kandungan. Penggunaan
teknik diagnostik ini sedapat mungkin dihindari dan dalam keadaan
terpaksa dapat dilakukan dengan menggunakan alat pelindung region
abdomen ibu selama proses pengambilan gambar.
4. Ekokardiografi: Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menilai fungsi
sistolik dan diastolik pasien kardiomiopati peripartum dengan kondis gagal
jantung kronik. Selain itu pemeriksaan ekokardiografi dapat digunakan
untuk mencari kemungkinan penyebab utama gagal jantung lain, misalnya
iskemia kardiomiopati, gangguan katup jantung dan sebagainya. Pada
pemeriksaan ekokardiografi dapat ditemukan bukti disfungsi sistolik
ventrikel kiri dengan fraksi ejeksi <45%, fraksi pemendekan (fractional
shortening) <30% dan dilatasi seluruh ruangan jantung. Pada sekitar 43%
kasus kardiomiopati peripartum dapat ditemukan tanda adanya regurgitasi
mitral dan trombus intramural ventrikel kiri terutama pada pasien dengan
fraksi ejeksi dibawah 35%.
5. Pemeriksaan hematologi: Pemeriksaan darah rutin, kimia darah dan kadar
elektrolit (natrium, kalium) sangat penting dilakukan terutama untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya aritmia. Pemeriksaan biomarker
jantung, seperti BNP (brain natriuretic peptide) dan NT Pro-BNP (N-
terminal pro-brain natriuretic peptide), selain untuk kepentingan diagnosis,
dapat juga digunakan untuk pemantauan hasil terapi dan menilai
prognosis.
3.1.5 Tatalaksana3,4,6
Tujuan utama terapi pasien peripartum kardiomiopati dengan gagal
jantung kronik adalah memperbaiki gejala, memperpanjang angka harapan
hidup, meningkatkan status fungsional, mempertahankan kualitas hidup,
mencegah progresivitas penyakit, mencegah rekurensi, dan menurunkan
angka rehospitalisasi. Penanganan pasien peripartum kardiomiopati dengan
tanda dan gejala gagal jantung kronik dapat menggunakan dua pendekatan
klinis, yakni terapi non-medikamentosa (mekanik) dan terapi
medikamentosa.
1. Terapi non-medikamentosa yang dapat dilakukan antara lain edukasi
pasien, melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi klinis
intervensi diet dengan pembatasan konsumsi garam, mencegah asupan
cairan berlebih menghindari penggunaan obat golongan NSAID tanpa
indikasi mutlak, dan vaksinasi terhadap agen penyebab infeksi saluran
pernafasan yang dapat memperburuk status klinis pasien, misalnya
vaksinasi pneumococcus dan inlfuenza. Karena pada 50% pasien
kardiomiopati peripartum biasanya mengalami perbaikan setelah 6
bulan terdiagnosis, sehingga harus dievalusi dengan akurat.
2. Terapi medikamentosa
a. Antepartum (Amlodipine, hidralazin/nitrat, digoksin, diuretik,
beta blocker). Penggunaan obat golongan ACE-I
dikontraindikasikan secara absolut pada pasien hamil. Obat
golongan ini telah terbukti memiliki efek teratogenik dan
berbahaya bagi pertumbuhan serta perkembangan janin dalam
kandungan.
b. Post partum (ACE inhibitor atau angiotensin II receptor blocker,
digoksin, diuretik, amlodipin, hidralazin/nitrat, beta blocker).
Terapi menggunakan obat golongan ACE-I dapat mulai dilakukan
pasca melahirkan dengan perhatian terhadap beberapa agen yang
juga disekresikan melalui air susu ibu (ASI) selama periode
laktasi; benazepril, captopril, dan enalapril cukup aman.
c. Terapi farmakologi intravena pada pasien dengan gejala yang
berat (tidak berespon terhadap terapi oral) dobutamin, dopamine,
milrinon, nitroprusid.
A. Kardiomiopati dilatasi
Kardiomiopati dilatasi adalah jenis kardiomiopati dengan ciri-ciri
yaitu terdapatnya dilatasi ruang ventrikel yang progresif dan disertai
disfungsi dari kontraksi ventrikel saat sistolik. Pada kardiomiopati dilatasi
Secara mikroskopik dapat terlihat degenerasi kardiomiosit dengan
hipertrofi yang iregular dan atrofi dari serat otot. Terkadang dapat
ditemukan fibrosis interstitial dan fibrosis perivaskular yang sangat luas.
Gejala klinis yang tampak pada kardiomiopati dilatasi adalah
adanya penurunan fungsi kontraksi miokardium diikuti oleh adanya
dilatasi pada ruang ventrikel. Hal ini disebabkan karena adanya kerusakan
pada kardiomiosit, kerusakan ini akan mengakibatkan kontraksi ventrikel
menurun, dan diikuti dengan penurunan volume sekuncup serta curah
jantung.
Pada kardiomiopati dilatasi juga terjadi peningkatan tekanan
pengisian ventrikel yang akan menimbulkan gejala-gejala kongesti paru
seperti dispnea, ortopnea, ronki basah dan juga gejala-gejala kongesti
sistemik seperti peningkatan tekanan vena jugularis, hepatomegali dan
edema perifer.
B. Kardiomiopati Hipertofi
Kardiomiopati hipertrofi merupakan kardiomiopati dengan ciri
yang dominan adalah terjadinya hipertrofi otot jantung. Etiologinya adalah
kelainan genetik dengan pola penuruan autosomal dominan. Gambaran
mikroskopis yang penting pada kelainan ini adalah terjadinya: (1)
hipertrofi miokardium yang ekstensif yang jarang dijumpai pada keadaan
lain, dengan diameter transversal miokardium >40 mikrometer dimana
nilai normalnya adalah kurang lebih 15 mikrometer (2) terjadi miofiber
disarray yaitu susunan miokardium yang berubah, antara lain miosit
terlihat sendiri-sendiri dan susunan yang tidak teratur (3) terjadinya
fibrosis interstitial dan fibrosis penganti jaringan yang rusak.
Kardiomiopati ditandan dengan oleh adanya hipertrofi ventrikel
kiri tanpa diikuti dilatasi ruang ventrikel kiri dan juga yang tidak
disebabkan oleh tekanan yang meningkat karena peningkatan resistensi
sistemik kronis (contoh bukan karena hipertensi ataupun stenosis aorta).
Hipertrofi ventrikel kiri yang terjadi dapat bersifat simterik (pada 10%
kasus kardiomiopati hipertrofi) dan asimetrik. Penebalan yang bersifat
asimetrik yaitu penebalan septum ventrikel tidak proposional dengan
penebalan dinding ventrikel kiri, dengan rasio lebih dari 1:3.
Gambar 4. (A) Gambaran mikroskopis jantung normal, terlihat
miokardiosit ukuran masih normal dengan susunan paralel. (B) Hipertrofi
jantung patologis, terlihat kardiomiosit membesar dengan susunan masih
paralel. (C) Kardiomiopati hipertrofik, terlihat pembesaran kardiomiosit
dengan susunan tidak lagi paralel (miofiber disarray).
C. Kardiomiopati restriktif
Kardiomiopati resktriktif merupakan kardiomiopati dengan ciri
kekakuan ventrikel yang abnormal serta gangguan dalam pengisian
ventrikel. Kekakuan ventrikel yang abnormal dan gangguan pengisian
ventrikel disebabkan karena terbentuknya banyak jaringan parut pada
endokardium dan infiltrasi miokardium oleh substansi yang abnormal.
Etiologi dari keadaan ini adalah idiopatik, genetik, radiasi, infiltrasi
(amiloid, sarkoidosis, hemokromatosis,glycogen), skleroderma.
Gambaran mikroskopis pada kardiomiopati restriktif yaitu: terlihat
adanya fibrosis interstitial dalam bentuk patchy atau difus yang bervariasi
dari minimal sampai ekstensif.
KESIMPULAN