Anda di halaman 1dari 54

CASE REPORT

NEURITIS OPTIC OS

Disusun oleh :
Shesy Sya’haya
Ratu Faradhila Jonis

Preceptor :
dr. Rani Himayani, Sp.M
STATUS PASIEN

•Nama : An. R
•Umur : 17Tahun
•Jenis kelamin : Pria
IDENTITAS •Pekerjaan
•Alamat
: Pelajar
: Tulang bawang
barat
•Masuk RS : Poli Klinik Mata
RSAM
ANAMNESIS

Keluhan •Mata kiri kabur tanpa merah


Utama: sejak 1 minggu yang lalu

Keluhan •Nyeri pada bola mata.


Tambahan:
•Pasien datang ke poliklinik Mata RSAM pada tanggal 17
Desember2019 dengan keluhan mata kiri kabur tanpa disertai
merah. Keluhan kedua mata kabur sudah dirasakan sejak 1 minggu
sebelum MRS. Mata kabur dikatakan muncul mendadak setelah
pasien terbentur benda keras di sekolah pada mata kiri namun
tidak pada mata kanan dengan mata sebelah kanan terlebih dahulu
dirasakan kabur. Besoknya mata kiri dirasakan kabur juga. Mata
Riwayat kabur yang dirasakan membuatkan pasien sulit melakukan
aktivitas secara sehari hari. Namun, pada saat ini pasien masih
Penyakit dapat bersekolah seperti biasa tetapi tidak maksimal. Selain itu,
pasien juga mengeluhkan nyeri di bola matanya terutama apabila
Sekarang: digerakkan. Keluhan-keluhan seperti keluhan mata berair dan mata
merah disangkal oleh pasien.

•Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit mata


sebelumnya. Riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi, kencing
manis, dan penyakit jantung disangkal oleh pasien. Riwayat trauma
sebelumnya terbentur benda keras (handphone). Riwayat alergi dan
penggunaan kaca mata maupun lensa kontak juga
Riwayat
Penyakit
Dahulu:
•Tidak ada
Riwayat
Penyakit
Keluarga:
•Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
• Kesadaran : Compos Mentis
Status • Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Present: • Nadi : 80x/m
• Pernafasan :18x/m
• Suhu : 36,7 derajat Celcius

•Bentuk : Normochepal
•Rambut : Hitam, Merata
•Mata : (lihat status oftalmologis)
KEPALA •Telinga : Sekret (-),
•Hidung : Sekret (-), Epistaksis (-)
•Mulut : Sianosis (-)
•Leher : Pembesaran KGB (-)
•Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
•Palpasi : ictus cordis tidak teraba
JANTUNG •Perkusi : batas jantung dalam batas normal
•Auskultasi : BJ I/II regular, bising (-)

•Inspeksi : Datar, Lesi (-), massa (-)


•Palpasi : Nyeri tekan (-)
ABDOMEN •Perkusi : Timpani (+)
•Auskultasi : Bising Usus (+)
GENITALIA
EKSTERNA : •Tidak dilakukan pemeriksaan

•Superior : edema (-/-), akral hangat, CRT


< 2 dtk
EKTREMITAS
•Inferior : edema (-/-), akral hangat, CRT
< 2 dtk
6/15 VISUS 6/6
Tidak Dilakukan KOREKSI Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan SKIASKOPI Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan SENSUS COLORIS Tidak Dilakukan
Orthoforia Orthoforia
Eksoftalmus (-) BULBUS OCULI Eksoftalmus (-)
Strabismus (-) Strabismus (-)
Dalam batas normal Dalam batas normal
SUPERSILIA
Tidak ditemukan PARESE/PARALISE Tidak ditemukan
Edema (-), Spasme (-) Edema (-), Spasme (-)
PALPEBRA SUPERIOR
Edema (-), Spasme (-) Edema (-), Spasme (-)
PALPEBRA INFERIOR
Hiperemi (-), sikatrik (-) Hiperemi (-), sikatrik (-)
KONJUNGTIVA PALPEBRA
Secret (-) Secret (-)
KONJUNGTIVA FORNIKS
Injeksi Konjuctiva (-) Injeksi Konjuctiva (-)
KONJUNGTIVA BULBI
Siliar injeksi (-) SKLERA Siliar injeksi (-)
Infiltra (-) Infiltra (-)
KORNEA
Ulkus (-) Ulkus (-)
Kedalaman cukup, bening Kedalaman cukup, bening
CAMERA OCULI ANTERIOR
Kripta (+), warna coklat Kripta (+), warna coklat
IRIS
Bulat, Regular, sentral, ukuran 3 mm Bulat, Regular, sentral, ukuran 3 mm
Reflek cahaya (-) PUPIL Reflek cahaya (+)

RAPD (+)
jernih LENSA Jernih
Reflek cahaya (+) Reflek Cahaya (+)
Papil Batas tidak tegas (+) FUNDUSKOPI

Tidak dilakukan CORPUS VITREUM Tidak dilakukan


T dig N TENSIO OCULI T dig N
Dalam batas normal Dalam batas normal
SISTEM CANALIS LAKRIMALIS
Darah Lengkap
Hemoglobin 12,6 g/dL
Leukosit 10.400/uL
Eritrosit 4,6 juta/uL
Hematokrit 38 %
Trombosit 333.000
MCV 78fL
MCH 26 pg
MCHC 33 g/dL
LED 15 mm/jam
Koagulasi
CT 8 menit
BT 1 menit
Pemeriksaan Radiologi

•Pulmo dalam batas normal


•Besar cor normal
RESUME
■ Pasien atas nama An. Ryco, Laki-laki, usia 17 tahun dating. Ke poli klinik mata RSAM dengan
keluhan penglihatan mata kiri buram sejak 1 minggu yang lalu. Buram yang dirasakan pasien
mendadak. Pasien menyangkal adanya keluhan mata merah, namun nyeri pada bola mata. Pasien
tidak memiliki riwayat darah tinggi, kencing manis dan penyakit jantung, namun terdapat riwayat
trauma terbentur benda keras (handphone). Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis
dalam batas normal, pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus OD 6/15 dan OS 6/6, pada
pupil reflek cahaya (+/-), RAPD (+), Funduskopi reflek (+/+), papil batas tidak tegas (+) OS.
Pemeriskaan penunjang didapatkan Hb 12,6 g/dL, Leukosit 10.400/uL, Trombosit 333.000.
pemeriksaan radiologi thorax AP didapatkan. Pulmo dan besar cor dalam batas normal.
•Pro MRI
I.PEMERIKSAAN  Cek lab (ANA, IgG,
ANJURAN IgM anti toxo, CMV)

•Neuropathy optic OS
I.DIAGNOSA •Ischemic Optic
BANDING Neuropathy OS

I.DIAGNOSA •Papilitis OS (Atypical


KERJA Neuritis Optic)
•Methyl prednisolon
I.PENATALAKSANAAN inj 4 x 250mg
•Ranitidin 2 x 1gr

•Quo ad Vitam : Ad
bonam
•Quo ad Fungtionam
I.PROGNOSA : Ad bonam
•Quo ad Sanationam
: Ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Neuritis Optik

■ Inflamasi pada nervus optik


Neuritis Optik
Neuritis retrobulbar Papilitis Neuroretinitis
oMemiliki gambaran oDitandai dengan oDitandai dengan
diskus optik pada awal hiperemia dan edema papilitis dengan
penyakit karena proses pada diskus yang gambaran macular star
patologis tidak berkaitan dengan terdiri dari hard exudates.
mengikutsertakan papil perdarahan berbentuk Lesi makula semakin
optik. api (flame-shaped) jelas terlihat dalam
oMerupakan tipe didaerah peripapil. beberapa hari-minggu
tersering pada orang oMerupakan tipe dan bertambah jelas bila
dewasa dan sering tersering pada anak- edema pada diskus
berkaitan dengan anak. optik telah mereda.
multipel sklerosis (MS) oNeuroretinitis
merupakan tipe
terjarang dan sering
berkaitan dengan infeksi
virus dan penyakit cat-
scratch fever
Classification of optic neuritis
Retrobulbar neuritis Neuroretinitis
(normal disc) Papillitis (papillitis, macular star)
(hyperaemia and
oedema)

• Demyelination • Cat-scratch fever


( most common ) • Viral infections
• immunization • Lyme disease
• Sinus-related (ethmoiditis) in children (bilateral)
• Lyme disease • Syphilis
• Demyelination (uncommon)
• Syphilis
Etiologi
■ Demielinisasi, merupakan penyebab tersering.
■ Parainfeksi, terjadi setelah infeksi virus atau imunisasi.
■ Infeksi, dapat berhubungan dengan sinus, atau berhubungan dengan
cat-scratch fever, sifilis, penyakit Lyme, dan gondongan.
Epidemiologi

■ Wanita, usia 20-40 tahun.


■ Insidens neuritis optik
– tertinggi: Amerika Utara dan Eropa bagian barat
– terendah: daerah ekuator.
PATOFISIOLOGI
■ Dasar patologi inflamasi, demielinisasi dari saraf optik
– Plak di otak dengan perivascular cuffing, edema pada selubung
saraf yang bermielin, dan pemecahan mielin
■ Inflamasi pada endotel pembuluh darah retina dapat mendahului
demielinisasi
■ demielinisasi yang terjadi pada neuritis optik diperantarai oleh imun,
tetapi mekanisme spesifik dan antigen targetnya belum diketahui
■ Aktivasi sistemik sel T pelepasan sitokin dan agen-agen inflamasi
yang lain.
■ Aktivasi sel Bmelawan protein dasar mielin
Tanda & Gejala Klinis
■ Gambaran akut:
– Hilang penglihatan
– Nyeri pada mata yang semakin memberat bila bola mata
digerakkan
– Defek pupil aferen
– Defek lapang pandang  skotoma sentral
– Papilitis dengan hiperemia dan edema diskus optik
– Fotopsia
– Buta warna
– Perdarahan peripapil
Swinging light test
normal Skotoma sentral
Visual field defects
Central scotoma Centrocaecal scotoma

Altitudinal Nerve fibre bundle


Tanda & Gejala Klinis

■ Gambaran kronik:
– Kehilangan penglihatan secara persisten..
– Defek pupil aferen relatif
– Desaturasi warna, terutama warna merah.
– Fenomena Uhthoff
– Diskus optik terlihat mengecil dan pucat, terutama didaerah temporal.
Pucatnya diskus meluas sampai batas diskus ke serat retina peripapil
Diagnosis

Anamnesis
■ Pandangan berkabut atau visus yang kabur, kesulitan membaca, adanya bintik
buta, perbedaan subjektif pada terangnya cahaya, persepsi warna yang terganggu,
hilangnya persepsi dalam atau kaburnya visus untuk sementara.
■ Unilateral vs bilateral
■ Riwayat demam atau imunisasi sebelumnya  anak, faktor risiko sklerosis multipel
 dewasa
■ Rasa sakit pada mata, terutama ketika mata bergerak
Diagnosis

Pemeriksaan Fisis
■ Pemeriksaan visus
■ Pemeriksaan lapang pandang
– Setelah 7 bulan, 51 % kasus memiliki lapangan pandang yang normal
■ Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan refleks cahaya langsung yang
menurun atau hilang
■ Penglihatan warna
Diagnosis

Pemeriksaan Penunjang
■ Funduskopi
– Perubahan awal  papilitis, normal
– Papilitis yang mencapai perkembangan yang lengkap
– Perubahan lanjut
■ MRI (magnetic resonance imaging)
– nervus optikus dan korteks serebri
■ Pungsi lumbal dan pemeriksaan darah
– melihat proses infeksi atau inflamasi
■ Slit lamp
Diagnosis banding

■ iskemik otak neuropati


■ edema papil akut
■ hipertensi berat
■ toksik neuropati
Tatalaksana

■ The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) :


– metilprednisolon 4 x 250 mg selama 3 hari dan dilanjutkan dengan prednison
oral selama 14 hari
■ Pada anak kebanyakan  pulih sendiri
Prognosis

■ Rasa sakit hilang dalam beberapa hari


■ Pemulihan ketajaman penglihatan  92% pasien.
– Jarang yang mengalami kehilangan penglihatan progresif
■ Penglihatan tidak dapat sepenuhnya kembali normal
Multipel Sklerosis (MS)
■ Kelainan demielinisasi dari SSP yang bersifat kronik berulang.
■ Penyebabnya tidak diketahui.
■ Beberapa pasienpenyakit yang progresif, dgn periode relaps dan
remisi.
■ Lesi biasanya timbul pada saat yang berlainan dan di lokasi yang
tidak berhubungan di SSP .
■ Onsetnya terjadi pada dewasa muda
■ saraf optik dan kiasma optik, batang otak, pedunkuli serebeli, dan
medula spinalis.
■ Penyakit ini jarang mengenai sistem saraf tepi.
Tanda dan Gejala

■ Neuritis optik
■ Lesi medula spinalis
– Kelemahan
– Kekakuan
– gangguan fungsi seksual dan sfingter
– spasme otot
– Gangguan sensorik trousers distribution
■ Lesi batang otak
– Diplopia
– Nistagmus
– Ataksia
– Disartria
– disfagia.
■ Lesi hemisfer
– hemiparesis
– Hemianopia
– disfasia.
– penurunan intelektual
– Depresi
– euforia,
– dimensia.
■ Fenomena transien
– Lhermitte sign
– sindrom transient disartria—disekuilibrium—diplopia
– spasme tonik
– Uhthoff’ phenomenon
Pemeriksaan Penunjang

■ Pungsi lumbal
– peningkatan konsentrasi protein
– konsentrasi gamma globulin yang tinggi (kadar IgG > 15% dari protein total)
– pita oligoklonal, pada elektroforesa protein
– limfositosis, leukositosis
■ Pemeriksaan patologi sel otak
– banyak area demielinisasi diselubung saraf
■ Visual evoked response (VER)
– penurunan amplitudo dengan peningkatan latensi yang jelas
■ MRI
– gambaran plak periventrikular dan korpus kalosum yang khas
Tatalaksana

■ Steroid!!
– Metilprednisolon intravena 1 g/hari selama 3 hari
– Prednison oral, 1 mg/kg/hari, selama 11 hari
Neuritis optik demielinatif idiopatik
(idiopathic demyelinative optic neuritis)

■ Dekade ketiga atau keempat kehidupan

■ Wanita dibandingkan pria  3:1

■ 13 – 85% kasus terkait dengan multipel sklerosis


Gambaran klinis

■ Kehilangan visus subakut


■ Terjadi lebih dari 2 – 7 hari, rata-rata visus >20/40 pada
serangan pertama dan beberapa lebih buruk dari 20/200
■ Penglihatan warna dan ketajaman kontras terganggu
■ > 90% kasus nyeri pada bagian mata, 50%  dibangkitkan
dengan pergerakan bola mata
Gambaran klinis

■ Skotoma sentral pada perimetri manual


– Pada skotoma yang meluas hingga perifer harus dicurigai sebagai lesi
kompresif
■ Refleks cahaya pupil menurun  relative afferent pupillary defect (RAPD) dapat
(+)
■ Papilitis dengan hiperemia diskus optikus dan distensi vena besar
■ Margin diskus optikus yang buram dan pembesaran
Neuritis optik tipe yang lain

■ Neuritis optik parainfeksius


■ Neuritis optik infeksius
Neuritis optik parainfeksius

■ Setelah infeksi viral: campak, mumps, cacar air, difteria, dan demam glandular.
■ Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)
■ Anak-anak lebih sering daripada dewasa
■ 1 – 3 minggu setelah infeksi viral kehilangan visus mendadak pada kedua mata
■ Gejala neurologis yang lain: sakit kepala, kejang, atau ataksia (meningoensefalitis)
(+)
■ Oftalmoskop: papilitis bilateral, neuroretinitis atau diskus optikus yang normal
■ Biasanya, sembuh sendiri dengan visus kembali normal
Neuritis optik infeksius
■ Neuritis optik sinusitis: serangan unilateral terjadi berulang yang
disertai dengan sakit kepala hebat dan sinusitis etmoidalis akut
■ Demam cat-scratch: infeksi sistemik swasirna dengan limfadenopati
regional yang didahului oleh cakaran kucing
– penyebannya Bartonella henselae,
– neuroretinitis unilateral maupun bilateral
– efektif dengan antibiotik rifampicin dan siprofloksasin
– pemulihan visus terjadi 1–4 minggu setelah terapi dimulai
■ Sifilis: penyebab papilitis akut atau neuroretinitis pada stadium
pertama dan kedua, dapat unilateral maupun bilateral, disertai
vitritis ringan
Neuritis optik infeksius

■ Penyakit Lyme: infeksi spirochaeta penyebab neuroretinitis, dapat pula


menyebabkan neuritis akut retrobulbar
– seftriakson intravena 2 g per hari selama 14 hari.8
■ Meningitis kriptokokus: pasien AIDS, kehilangan visus akut
■ Herpes zoster oftalmikus: vaskulitis maupun invasi neuron secara langsung,
prognosis buruk
■ Neuromielitis optika (penyakit Devic’s): jarang, neuritis optik bilateral dan mielitis
tranversa, pada beberapa kasus merupakan bentuk akut dan berat dari multipel
sklerosis, 50% pasien meninggal dalam dekade pertama karena paraplegia,
prognosis lebih baik pada pasien dengan multipel sklerosis
PEMBAHASAN
Diagnosis
•Pasien ini didiagnosis dengan papilitis OS karena dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan mata kirinya kabur secara
mendadak tanpa keluhan pada mata kanan. Mata kabur yang dirasakan membuatkan pasien tidak dapat melakukan aktivitas
secara maksimal. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yaitu salah satu keluhan yang dialami oleh pasien dengan Papilitis adalah
pandangan kabur mendadak pada satu mata (monocular) kemudian pada mata lainnnya yang berlangsung secara simultan
maupun berlangsung cepat.
Gejala Klinis
•Selanjutnya, pasien juga mengeluhkan adanya rasa nyeri pada mata kiri terutama apabila digerakkan tetapi tidak disertai dengan
keluhan mata merah dan mata berair serta pandangan menjadi silau. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang menyebutkan
bahwa keluhan nyeri dirasakan pada hampir sembilan puluh persentase pasien, diikuti dengan adanya penurunan ketajaman
penglihatan yang dapat berlangsung dalam hitungan jam maupun hari, dan memuncak dalam 1-2 minggu. Hal ini dikatakan karena
proses pembentukan kelenjar myelin dan proliferasi saluran natrium di segmental-segmental saraf telah dimulai dan dapat
bertahan lebih dari dua tahun. (Jose Perez-Cambrodi, 2014)
Riwayat Sosial
•Pada riwayat sosial, pasien masih di bangku sekolah menengah atas selalunya neuritis optik terjadi setelah infeksi viral, di mana
usia anak-anak sampai remaja lebih rentan terkena infeksi.
Tatalaksana
•Pada pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa visus menurun pada kedua mata sedangkan palpebra, konjungtiva, kornea, bilik mata
depan dan iris dalam batas normal. Namun, ditemukan Relative afferent papillary defect (RAPD) (+) pada mata kiri pasien. Pada
pemeriksaan funduskopi, ditemukan mata kiri pasien papil batas tidak tegas. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang
menyebutkan bahwa pada kasus papilitis disertai dengan penurunan tajam penglihatan, adanya defek pupil aferen yaitu pupil
berdilatasi karena tidak adanya dorongan aferen pada refleks cahaya, serta perdarahan peripapil. Terapi yang diberikan kepada
pasien terdiri atas terapi medikamentosa dan juga edukasi. Terapi medika mentosa yang diberikan terdiri atas: Methyl prednisolon
inj 4 x 250mg untuk menurunkan progresivitas Multiple Sclerosis selama 3 tahun. Terapi steroid hanya mempercepatkan pemulihan
visual tapi tidak meningkatkan hasil pemulihan pandangan visual. Ranitidin 2x 1 gr untuk profilaksis gastriti. Hal ini sudah sesuai
dengan literature yang menyebutkan bahwa menurut neuritis optikus Treatment Trial (ONTT), pengobatan dengan steroid bertujuan
untuk menurunkan progresivitas Multiple Sclerosis selama 3 tahun. Hal ini sudah sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa
dengan terapi yang adekuat, neuritis optikus pada anak-anak akan sembuh sepenuhnya

Anda mungkin juga menyukai