Sinonim
Definisi
Etiopatogenesis
Hingga saat ini penyebab dan patomekanisme LE Kutan belum diketahui secara pasti,
tetapi berhubungan erat dengan pathogenesis LES. Faktor pejamu (suseptibilitas,
hormonal) dan faktor lingkungan menyebabkan hilangnya self- tolerancedan
menginduksi proses autoimun. Hal ini diikuti aktivasi dan ekspansi sistem imun
sehingga mencetuskan penyimpangan imunologik yang berdampak pada beberapa
organ dan tampilan klinis penyakit. Beberapa penelitian baru memfokuskan pada
peran sinyal interferon-a (IFN-a) dalam pathogenesis LE.
Gambaran Klinis
Manifestasi klinis keterlibatan kulit pada pasien LE sangat sering ditemukan dan
sangat bervariasi. Klasifikasi Gilliam (1982) yang sering digunakan dan mudah
diterapkan pada kelainan kulit LE yang sangat bervariasi. Gilliam membagi
berdasarkan gambaran karakteristik histopatologis, yaitu LE Kutan spesifik dan KE
Kutan non-spesifik. Sangat penting membedakan kedua subtype LE Kutan spesifik,
karena keterlibatan kulit mencerminkan aktivitas penyakit LES. LE Kutan akut
mencerminkan keparahan LES, sedangkan LE Kutan kronik biasanya menunjukkan
tidak ada kelainan sistemik
LE Kutan akut lokalisata biasanya ditemukan di wajah berupa lesi malar atau butterfly
rash dan dilaporkan terjadi pada 20-60% pasien LES. Gambaran khas berupa lesi
eritematosa yang simetris dan konfluens, serta edema pada area malar dan melintasi
hidung. Biasanya dimulai dengan makula kecil atau papul pada wajah kemudian
konfluens dan hiperkeratotik. Terkadang dapat meluas sampai ke dahi, dagu dan leher
area V. jarang ditemukan mengenai lipatan nasolabial.
LE Kutan akut generalisata merupakan perluasan lesi makulo popular atau erupsi
eksantemantosa yang biasanya mengenai ekstremitas atas dan tangan sisi ekstensor
dan jarang melibatkan sendi. Lesi makulo popular ditemukan pada 35- 60% LES.
LE Kutan akut dicetuskan dan dapat eksaserbasi akibat pajanan radiasi UV. Lesi dapat
bertahan dalam durasi yang bervariasi hingga menetap waktu jangka panjang
bergantung pada aktivitas penyakit. Pigmentasi post inflamasi seringkali ditemukan
pada pasien berkulit gelap. Tidak ditemukan jaringan parut kecuali bila terjadi infeksi
sekunder.
Lesi biasanya menetap lebih lama dibandingkan lesi pada LE Kutan akut dan
meninggalkan macula pigmentasi dalam waktu cukup lama. Lesi LE Kutan subakut
mengalami resolusi tanpa meninggalkan jaringan parut/skar.
Lesi discoid klasik (DLE) merupakan bentuk yang paling sering ditemukan, diulai
macula merah-keunguan, papul atau plak kecil yang secara cepat berkembang
menjadi permukaan yang hiperkeratotik.
Lesi discoid awal berupa plak eritematosa dengan bentuk menyerupai uang logam
yang berbatas tegas, ditutupi skuama yang lekat dan menutupi folikel rambut.
Bentuk khas lesi discoid adalah plak eritema yang meluas dengan area
hiperpigmentasi di bagian perifer, meninggalkan skar atrofik pada bagian sentral,
telangiektasis, dan hipopigmentasi.
LE Kutan kronik mempunyai predileksi pada wajah, scalp, telinga, area leher V dan
sisi ekstensor ekstremitas. Bila lesi discoid meluas sampai ke bawah bagian leher
maka digolongkan dalam LE Kutan kronik generalisata dan dihubungkan dengan LES
serta rekalsitran terhadap pengobatan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS KLINIS
DIAGNOSIS BANDING
TATA LAKSANA
PROGNOSIS
LE Kutan akut sangat erat hubungannya dengan LES, sehingga prognosis sangant
bergantung pada aktivitas dan derajat keparahan LES. Pada pasien dengan LE Kutan
subakut 15% berkembang menjadi LES, termasuk nefritis lupus.
Dibutuhkan pemantauan jangka panjang pada pasien LE Kutan subakut untuk
penemuan dini risiko progresivitas keterlibatan sistemik.
Kebanyak pasien dengan lesi discoid yang tidak diterapi dapat berkembang menjadi
skar yang secar progresif melebar dan alopesia skar. Hal ini sangant mengganggu
secara psikososial dan menurunkan kualitas hidup pasien. Jarang sekali lesi dapat
resolusi spontan. Pada penghentian terapi, lesi non-aktif dapat mengalami
eksaserbasi.