1. D. Skizofrenia residual
• Menarik diri dari pergaulan
• Menyendiri dan pendiam
• Sedang menjalani pengobatan skizofrenia
• Sudah tidak melihat bayangan aneh dan
mendengar suara-suara yang menakutkan
• Sudah dapat melakukan aktivitas merawat
diri sendiri dengan baik
• Diagnosis?
Skizofrenia
Diagnosis
• Minimal 2 dari gejala : waham, halusinasi, bicara tidak
teratur, perilaku tidak teratur atau katatonik, gejala
negatif (afek datar, kehilangan gairah)
• Atau satu gejala ini: waham bizarre, halusinasi auditorik
dimana suara mengkomentari perilaku pasien terus, atau
halusinasi auditorik dimana dua atau lebih suara
berbicara satu sama lain
• Gejala lebih dari satu bulan
• Fungsi sosial atau pekerjaan terganggu
Tatalaksana
• Antipsikotik gen. 1: chlorpromazine, haloperidol
• Antipsikotik gen. 2: aripiprazole, clozapine, olanzapine,
risperidone
1. D. Skizofrenia residual
D. Pemberian antipsikotik dan
2. ibu dipisahkan dengan bayinya
• Tatalaksana?
Gangguan Jiwa Pasca Persalinan
1. Postpartum blues/baby blues/matrenity blues
• Gejala depresi paling ringan
• Biasa dialami oleh perempuan setelah melahirkan antara hari
ke7 hingga 14 yang terjadi untuk sementara (umumnya <2
minggu)
• Hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan
2. Depresi Postpartum
• Gejala sama dengan gejala depresi (perasaan sedih, hilangnya
minat dan semanagt beraktvitas,malas mengurus anak, sulit tidur
atau terlalu banyak tidur, nafsu makan menurun, merasa tidak
mampu mengurus anak
• Umumnya > 2minggu
• Pada kasus berat bisa disertai keinginan bunuh diri
• Tatalaksana dengan antidepresan
3. Psikosis Postpartum
• Bentuk paling berat
• Disertai halusinasi dan waham (anak jelmaan setan, makhluk
aneh)
• Ada keinginan untuk membunuh anaknya
• Tatalaksana dengan antipsikotik dan pisahkan dengan bayi pasien
Jawaban Lainnya
• A. Konseling à tidak memungkinkan
• B. Pasien dirawat bersama bayinya karena bayi
membutuhkan ASI à pentingkan keselamatan
nyawa bayi
• C. Pasien diberikan antidepresan à untuk
tatalaksana depresi postpartum
• E. Pemberian antipsikotik dan anti depresan à
tidak diberikan antidepresan
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
• Diagnosis?
Jawaban Lainnya
• B. Somatisasi à banyak keluhan/gejala, hasil
pemeriksaan normal
• C. Gangguan cemas menyeluruh à mencemaskan
berbagai hal
• D. Fobia sosial à takut berbicara/tampil di depan
umum, gelisah, berkeringat dingin
• E. Gangguan hipokondria à yakin mengalami
penyakit tertentu namun hasil pemeriksaan normal
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
3. A. Serangan panik
4. B. Middle Insomnia
• Diagnosis?
Gangguan Tidur
PARASOMNIA
• Sleep terror: pasien terbangun mendadak dari tidur sambil
berteriak ketakutan, tapi dia tidak mengingat ada mimpi
• Somnambulisme: berjalan atau beraktivitas sambil tidur
• Nightmare: mimpi buruk, pasien teringat mimpinya saat
bangun dari tidur
Sumber: Medscape
Tatalaksana Insomnia
• The American Association of Sleep Medicine (AASM)
guideline states that the 2 primary goals of treatment
are to improve sleep quality and to improve related
daytime impairments.
• The AASM guideline recommends psychological and
behavioral interventions (including, but not limited to,
cognitive-behavioral therapy [CBT]) as effective in the
treatment of chronic comorbid insomnia as well as
primary insomnia.
• The treatment of primary (psychophysiologic) insomnia
begins with education about the sleep problem and
appropriate sleep hygiene measures
FDA Approved Insomnia
Treatment
Jawaban Lainnya
• A. Early insomnia à sulit memulai tidur
• C. Late insomnia à terbangun dini hari dan tidak
dapat tidur kembali
• D. Somnambulisme à sleepwalking
• E. Parasomnia à golongan besar kelainan tidur
(namun tidak termasuk insomnia dan
hipersomnia!)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
4. B. Middle insomnia
5. C. Metadon
• Lemas seluruh tubuh dan nyeri seluruh
persendian.
• Cemas, berkeringat, dan gemetar.
• Menggunakan obat terlarang jenis suntik sejak
1 tahun lalu à terakhir menggunakan 2 hari
yang lalu.
• PF: pupil midriasis dan tangan tremor, disertai
dengan keluar banyak ingus dari hidung dan
berkeringat.
• Tatalaksana?
Gejala Intoksikasi Khas Tiap Golongan
Obat
Jawaban Lainnya
• A. Nalokson à untuk intoksikasi opioid
• B. Flumazenil à untuk intoksikasi benzodiazepin
• D. Asetilsistein à untuk intoksikasi paracetamol
• E. Bikarbonat à untuk intoksikasi asam jengkolat
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
5. C. Metadon
6. E. Ekshibisionis
https://emedicine.medscape.com/article/291419-treatment
Tatalaksana
Obat yang dapat digunakan
• SSRI Dosis SSRI yang digunakan
• Long-acting gonadotropin- • Sertraline - 150-200 mg/day
releasing hormones (leuprolide • Fluoxetine - 20-80 mg/day
acetate & triptorelin) • Fluvoxamine - 200-300
• Antiandrogen, seperti mg/day
medroxyprogesterone acetate • Citalopram - 20-80 mg/day
(10 mg q12hr, with the dosage
doubled every 3 days to a • Paroxetine - 20-60 mg/day
maximum of 200 mg/day, then
maintained for 1 month and
adjusted as necessary)
• Phenothiazines (fluphenazine)
• Mood stabilizers
https://emedicine.medscape.com/ar
ticle/291419-treatment#d10
Jawaban Lainnya
• A. Masokisme à suka menyakiti diri sendiri untuk
mendapat kepuasan seksual
• B. Sadisme à suka menyiksa partner seksual untuk
mendapatkan kepuasan seksual
• C. Fetihisme à ketergantungan terhadap objek-
objek tertentu untuk menimbulkan gairah seksual:
sepatu, stocking, sarung tangan
• D. Voyeurisme à suka mengintip/melihat orang
lain tanpa busana atau sedang melakukan
hubungan seksual
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
6. E. Ekshibisionis
7. B. Geophagia
• Diagnosis?
Pica
• Kebiasaan makan benda-benda yang aneh / substansi
yang tidak/kurang bernutrisi seperti batu, cat, kertas
• Diduga berkaitan dengan kondisi defisiensi besi
• Sering pada anak, tetapi bisa terjadi juga pada orang
dewasa (sering pada orang yang sedang menjalani diet
ketat atau pada wanita hamil)
• Jenis : geophagia (tanah, batu), pagophagia (es),
amylophagia (starch) , trichopagia (rambut), logam
(metallophagia)
• Terapi: CBT, psikoterapi, mengobati penyebab (misal
mengobati anemia defisiensi besi)
Jawaban Lainnya
• A. Amylophagia à starch (tepung)
• C. Pagophagia à es atau minuman dingin tanpa zat
nutrisi
• D. Agorafobia à fobia di tempat terbuka
• E. Anoreksia nervosa à diet ketat, tidak mau
makan, masih merasa gendut padahal sudah kurus
sekali
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
7. B. Geophagia
8. B. Fobia Sosial
• Diagnosis?
Fobia Sosial
• Agorafobia
• Takut ditinggal sendirian di tempat umum
• Fobia sosial
• Takut bersosialisasi dengan orang yang belum dikenal baik,
takut situasi-situasi sosial
• Bedakan takut sosialisasi dengan takut di tempat umum
• Gangguan
• Cemas, tidak ada pencetusnya, hilang timbul
• Reaksi stres akut
• Gejala cemas muncul setelah sebuah kejadian traumatik,
berlangsung sepanjang waktu, sembuh sendiri dalam waktu
<1 bulan
8. B. Fobia Sosial
9. A. Gangguan Konversi
• Diagnosis?
Gangguan Konversi
• Menurut DSM IV : gangguan dengan karakteristik
munculnya satu atau beberapa gejala neurologis
(buta, lumpuh, dll) yang tidak dapat dijelaskan
dengan penjelasan medis ataupun neurologis yang
ada.
Jawaban Lainnya
• B. Hipokondriasis à yakin bahwa dirinya menderita
suatu penyakit tertentu (diagnosis) namun hasil
pemeriksaan normal
• C. Malingering à berpura-pura sakit untuk
mendapat keuntungan (keuntungan eksternal)
• D. Factitious disorder à membuat-buat sakit untuk
cari perhatian
• E. Gangguan somatisasi à menderita berbagai
keluhan/gejala (“koleksi gejala”) namun hasil
pemeriksaan normal
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
9. A. Gangguan konversi
10. E. Proyeksi
• Mekanisme defensif?
Mekanisme Defensif
• Proyeksià impuls internal yang tidak dapat diterima dan dihadapi
à dirasakan dan ditanggapi seakan-akan berasal dari luar
dirinya
• Usaha menyalahkan orang lain atas kegagalannya
• CO. Nilai olahraga kurang baik karena sedang sakit
• Atau seperti pada kasus, mengalami kegagalan karena takut jarum
• Acting out: tidak mengatakan “saya tidak suka dengan kamu”,
melainkan melempar orang tersebut dengan buku, misalnya.
• Reaksi formasià reaksi mencegah keinginan yang berbahaya
dengan melebih2kan sikap dan perilaku kearah yang berlawanan
agar menjadi rintangan
• Contoh: seseorang yang melarang keras perjudian dengan maksud agar
dapat menekan kecenderungannya untuk ke arah itu
• Co. Seseorang yang menyayangi orang lain berlebihan, tetapi
memperlihatkan sikap yang sebaliknya
Mekanisme Defensif
• Simbolisasi à mekanisme pertahanan dengan
menggunakan suatu objek untuk mewakili ide,
tanpa disadari oleh orang yang bersangkutan
• Contoh: Menggunakan pulpen merah utk menunjukkan
kemarahan
• Rasionalisasi --> menggunakan “alasan” yang
terlihat logis untuk menutupi masalah yang
dialaminya.
• Contoh: seorang dokter yang memberikan obat tanpa
indikasi membuat-buat alasan bahwa pasien tersebut
tetap memerlukan obat tersebut
Jawaban Lainnya
• Sesuai dengan yang ada di pembahasan
Yang mekanisme defensif yang
ditunjukkan oleh pasien ini adalah…
10.
E. Proyeksi
11. D. Fugue disosiatif
• Diagnosis?
Gangguan Disosiatif
• Amnesia disosiatif
– Hilang ingatan
• Gangguan identitas disosiatif
– Kepribadian ganda atau lebih
• Fugue disosiatif
– Tiba-tiba pergi dari rumah atau tempat kerja,
dengan kesulitan mengingat sebagian atau
seluruh masa lalu. Pasien bisa menggunakan
identitas baru.
• Depersonalisasi & derealisasi
http://www.msdmanuals.com/home/mental-health-disorders/dissociative-
disorders/dissociative-fugue
Jawaban Lainnya
• A. Disosiasi identitas à kepribadian ganda
• B. Depersonalisasi à merasa dirinya bukan dirinya
yang biasa, “ada yang aneh dengan saya”
• C. Trans disosiatif à kesadaran berubah merasa
dirinya dirasuki oleh roh
• E. Amnesia disosiatif à hilang ingatan
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
• Sulit BAK
• Nyeri pada perut bagian bawah
• PF:
• Bulging (+) di suprapubis
• Pool atas prostat tidak teraba, konsistensi
kenyal, permukaan rata, nyeri (-)
• Diagnosis: BPH
• Gambaran pencitraan?
BPH (benign prostat hyperplasia)
• Pembesaran prostat jinak • α-blocker (terazosin,
doxazosin, prazosin,
• Keluhan sulit kencing tamsulosin, alfulosin,
• RT à lunak, pool atas silodosin) menyebabkan
relaksasi otot polos prostat di
tidak teraba leher buli, kapsul prostat dan
• 2 kelas obat yang dapat uretra pars prostatika.
diberikan • 5α-reductase inhibitor
• α-blocker (finasteride, dutasteride)
bekerja dengan mengurangi
• 5α-reductase inhibitor ukuran kelenjar prostat.
• α-blocker bisa digunakan
untuk hipertensi, yang paling
sering digunakan à prazosin,
EAU Guidelines on the Treatment of Non-neurogenic Male LUTS, 2011
IAUI : Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia.2003
Enzim 5 alfa- reduktase mengubah
testosteron menjadi DHT. DHT akan
memicu growth factor à
proliferasi prostat
Anatomi
prostat
Gejala LUTS - BPH
Pemeriksaan BNO - IVP
BPH
• Indentasi kaudal buli-
buli
• Elevasi pada
intraureter
menghasilkan bentuk J-
ureter
• Divertikulasi dan
trabekulasi vesika
urinaria
Panah: J ureter
Jawaban Lainnya
• A. Indentasi kranial buli-buli à tidak khas, dapat
terjadi pada tumor (filling defect di bagian atas,
dapat menimbulkan indentasi di daerah kranial)
• C. Filling defect à Ca buli
• D. String sign à Hipertrofi stenosis pilorus
• E. Double bubble sign à atresia duodenum
Jadi, gambaran pencitraan pasien ini
adalah…
14. B. Indentasi kaudal buli-
buli
15. A. Epididimitis
• Diagnosis?
Epididimitis vs orchitis
Epididimitis vs Orchitis
• Epididimitis = radang di epididimis
15. A. Epididimitis
16. A. Hipospadia glanular
• Diagnosis?
Hypospadia
• Hipospadia adalah kelainan
kongenital uretra laki-laki dimana • Diagnosis dengan PF, dimana
didapatkan OUE terletak pada didapatkan:
lokasi abnormal di ventral penis. • Preputium abnormal (dorsal
hooded prepuce)
• Klasifikasi • Kurvatura penis abnormal
(chordee)
• Derajat 1: OUE di glans atau • Terlihat 2 OUE: posisi normal
subcorona dan abnormal
• Derajat 2: OUE di batang penis
• Derajat 3: OUE di skrotum • Tatalaksana: (operasi
atau perineum sebaiknya dilakukan sebelum
usia 18 bulan); teknik:
• Patogenesis terjadi akibat • Primary tubularization
gangguan stimulasi androgenik • Onlay island flap
pada saat proses embriologi • Two-stage hypospadias repair
genitalia • Penile curvature (Chordee)
• Fimosis: preputium tidak dapat diretraksi,
sakit dan nyeri saat berkemih, perlu
mengedan dan sebelum berkemih ada
gelembung di penis
• Parafimosis: preputium menjepit batang
penis, saat diretraksi tidak dapat
dikembalikan lagi, merupakan keadaan
emergency dalam urologi
• Hipospadia: orifium uretra eksterna tidak
berada di ujung glans penis, tetapi di
bagian bawah (ventral), keluhan pasien:
kencing menetes
• Epispadia: OUE pada bagian atas (dorsal)
penis
Jawaban Lainnya
• B. Hipospadia penoscrotal à lubang BAK di ventral
daerah dekat skrotum
• C. Epispadia corpus à lubang BAK di dorsal penis
daerah corpus/shaft
• D. Epispadia penoscrotal à lubang BAK di dorsum
daerah dekat skrotum
• E. Parafimosis à preputium menjepit gland penis,
tidak bisa tarik ke depan kembali
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
• Diagnosis?
Infeksi Saluran Kemih
Definisi Manifestasi klinis
•ISK non-komplikata: sistitis •Sistitis: disuria, urgensi,
pada perempuan tidak hamil frekuensi (gejala LUTS),
imunokompeten tanpa
penyakit struktural atau urin keruh, NT
neurologik yang mendasari suprapubik, demam (-)
•ISK komplikata: •Uretritis: mirip sistitis,
• ISK atas pada
perempuan tapi ada kencing nanah
• ISK apapun pada pria •Prostatitis: demam,
atau perempuan hamil nyeri perineum, NT
• ISK dengan kelainan
struktural atau prostat pada RT
imunosupresi •Pielonefritis: demam
tinggi, nyeri pinggang,
mual muntah, nyeri ketok
CVA
Etiologi Tata laksana
•Non-komplikata: E. coli • Sistitis: fluorokuinolon atau
cotrimoxazole PO selama 3
•Komplikata: E. coli,
enterococci, pseudomonas hari (non-komp) atau 2
minggu (komplikata)
•Uretritis: C. trachomatis, N.
gonorrhoeae • Uretritis: ceftriaxon 125 mg
IM 1x (untuk Neisseria) +
doxycycline 2x100 mg PO
Penunjang atau azithromycin 1 g PO 1x
•Urinalisis: pyuria, (untuk Chlamydia)
bakteriuria
• Prostatitis: fluorokuinolon
•Urinalisis penting pada atau cotrimoxazole PO 2-4
wanita hamil untuk mencari
bakteriuria asimptomatik minggu
• Pielonefritis: ceftriaxone IV
selama 14 hari
• http://www.chemotherapie-journal.de/archiv/artikel/2011/05/388.htm
tmedweb.tulane.edu
Jawaban Lainnya
• A. Pyelonefritis : infeksi pada pyelum ginjal, ketok
CVA +, demam +, urin keruh, sakit BAK
• B. Glomerulonefritis à paling sering pasca
streptokokus, BAK merah/air cola, edema,
hipertensi, azotemia
• D. Vaginitis à radang vagina, dispareunia
• E. Servisitis à radang serviks, kemerahan pada
serviks, dispareunia
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
18. C. Sistitis
19. A. Batu Buli
• Diagnosis?
Urolithiasis
• Nefrolithiasis: nyeri pinggang atas, tidak menjalar,
nyeri ketok CVA (+)
• Ureterolithiasis: nyeri menjalar sesuai arah ureter.
Bila di proksimal umumnya menjalar ke pinggang
dan disertai keluhan mual-muntah, bisa di distal
nyeri menjalar ke selangkangan
• Vesikolithiasis: kesulitan BAK posisional,
berhubungan dg bph
• Urethrolithiasis: nyeri BAK, BAK mengedan, nyeri di
ujung kemaluan
Vesikolitiasis
• Penjalaran nyeri
merupakan nyeri
alih.
• BAK yang tiba-
tiba tersendat
menyatakan
adanya obstruksi
tiba-tiba di leher
kandung kemih
yang
kemungkinan
disebabkan oleh
batu.
Khas: Nyeri mendadak setelah BAK (kandung kemih kosong, batu mengenai dinding
kandung kemih)
Tatalaksana
• Because a bladder stone is in itself a sign of an
underlying problem, both removal of the stone
and treatment of the underlying abnormality are
nearly always indicated.
• Currently, 3 different surgical approaches to this
problem are used:
• Transurethral cystolitholapaxy
• Percutaneous suprapubic cystolitholapaxy
• Open suprapubic cystotomy
Jawaban Lainnya
• B. Batu ureter proksimal à nyeri kolik, retensi urin,
radiasi nyeri ke perineum. Klinis penjalaran nyeri
mirip dengan batu ginjal
• C. Batu ureter distal à nyeri kolik, retensi urin,
radiasi nyeri ke paha bagian dalam/ illiac fossa
• D. Batu uretra à tidak bisa BAK, retensi urin, nyeri
di ujung penis
• E. Batu ginjal à nyeri ketok CVA (+), penjalaran
nyeri sepanjang flank abdomen dari belakang ke
depan
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
• Diagnosis?
Hidronefrosis
• Keadaan dimana kaliks ginjal distensi akibat
penumpukkan cairan
• Paling sering disebabkan obstruksi pada area distal
pelvis à batu ginjal atau ureter paling sering
• Gejala à sulit buang air kecil, nyeri pinggang (obstruksi
di ginjal) atau menjalar hingga selangkangan (obstruksi
ureter)
• Evolusi radiologi kaliks renal: cupping (normal) à
blunting à flattening à clubbing à ballooning
• Terapi medikamentosa pada hidronefrosis terbatas
untuk mengurangi nyeri dan mengobati/mencegah
infeksi. Kebanyakan kondisi membutuhkan penanganan
yang sedikit invasif atau open surgical treatment.
Grading Hidronefrosis:
1. Calices berbentuk blunting
(tumpul)
2. Calces berbentuk flattening
(datar)
3. Calices berbentuk clubbing
(menonjol)
4. Calices berbentuk ballooning
(menggembung)
Jawaban Lainnya
• A. Pielonefritis à ISK, ada demam
• B. Nefrolitiasis à belum mengalami pelebaran
kaliks. Ditemukan batu di ginjal (baik radiopak –
polos maupun radiolusen dengan kontras)
• C. Urolitiasis à nyeri pinggang menjalar ke daerah
selangkangan
• E. Tumor wilms à massa di ginjal, pada anak-anak
dan manifestasi pembengkakan abdomen pada
anak-anak
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
20. D. Hidronefrosis
21. B. Dorsumsisi cito
dilanjutkan sirkumsisi
• Nyeri pada alat kelamin dan sulit buang air
kecil.
• Beberapa hari yang lalu anak mencoba
menarik-narik kulitnya ke arah penis.
• PF: preputium tertarik ke corona glandis dan
menjepit penis.
• Tatalaksana?
• Fimosis: preputium tidak dapat diretraksi, sakit dan
nyeri saat berkemih, perlu mengedan dan sebelum
berkemih ada gelembung di penis
• Parafimosis: preputium menjepit batang penis, saat
diretraksi tidak dapat dikembalikan lagi, merupakan
keadaan emergency dalam urologi
• Hipospadia: orifium uretra eksterna tidak berada di
ujung glans penis, tetapi di bagian bawah (ventral),
keluhan pasien: kencing menetes
• Epispadia: OUE pada bagian atas (dorsal) penis
Fimosis VS Parafimosis
FIMOSIS PARAFIMOSIS
• Emergensi
• Bukan emergensi • Prepusium yang ditarik ke belakang
tidak bisa ditarik kembali à terjepit
• Prepusium tidak bisa dan edema
ditarik ke belakang • Gejala umum à kulit prepusium
edema, terdapat cincin menjepit
penis à bisa iskemia
• Gejala umum à ujung • Tatalaksana:
penis menggembung • Manual reduksi
• Cairan hipertonik kompres
• Tatalaksana à • Pungsi
sirkumsisi • Aspirasi
• Insisi vertikal (dorsumsisi)
• Komplikasi : balanitis • Sirkumsisi à urologi
Dorsal slit/dorsumsisi parafimosis
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
B. Dorsumsisi cito dilanjutkan
21.
sirkumsisi
22. A. Low-flow priapism
• Diagnosis?
Priapismus
• Ereksi penis persisten yang berlangsung hingga
berjam-jam dan tidak terkait dengan stimulasi
seksual
• Umumnya hanya melibatkan corpus cavernosa
• Sesuai guideline AUA, lama priapismus didefinisikan
lebih dari 4 jam
https://www.auanet.org/education/guidelines/priapism.cfm
Jenis Priapismus
• Priapismus Iskemik (veno-oklusif, low flow) adalah ereksi
persisten non seksual dikarakteristikan dengan sedikit atau
tidak ada sama sekali aliran darah di kavernosa dan adanya
gas darah abnormal di kavernosa (hipoksik, hiperkarbik dan
asidosis). Aspirasi darah pada penis darah berwarna gelap.
Korpus kavernosa kaku dan teraba tender. Nyeri (+).
Merupakan keadaan emergensi
• Priapismus Non iskemik (arterial, high flow) adalah ereksi
persisten non seksual disebabkan oleh aliran arteri
kavernosa yang tidak teregulasi. Gas darah kavernosa tidak
hipoksik ataupun asidosis. Umumnya penis tidak terlalu
kaku dan tidak nyeri. Bukan keadaan emergensi. à terkait
dengan riwayat trauma
• Stuttering (intermittent) priapism adalah bentuk rekuren
priapismus iskemik.
https://www.auanet.org/education/guidelines/priapism.cfm
Tatalaksana priapismus
Priapismus iskemik
- Aspirasi
- Injeksi simpatomimetik secara intrakavernosa, obat
yang direkomendasikan adalah fenilefrin.
Fenilefrin diencerkan dengan normal salin hingga
konsentrasinya 100 sampai 500 mcg/mL kemudian injeksi
1 mL setiap 3 sampai 5 menit selama 1 jam atau sampai
terjadi resolusi
- Kavernogranular shunt (surgical)
Priapismus non iskemik àobservasi (aspirasi/injeksi tidak
dianjurkan), umumnya resolusi sendiri, bila pasien minta
boleh dilakukan selective arterial embolization
Priapism is a rare disease, characterized by prolonged,
painful and irreducible erection, not resulting in
ejaculation. It is an andrological emergency with a poor
prognosis, as the risk of impotence is 50% despite
appropriate management. Sickle cell anaemia, chronic
myelogenous leukemia, chronic lymphocytic leukemia,
and acute lymphoblastic leukemia are hematologic
disorders that can be a cause of priapism.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3290050/
Jawaban Lainnya
• B.High-Flow priapism à tidak
nyeri, ada riwayat trauma
• C.Fimosis à Preputium tidak
dapat ditarik ke belakang,
nyeri saat miksi
• D.Parafimosis à preputium
menjepit batang penis
• E. Peyronie disease à penis
melengkung berlebihan dipicu
oleh jaringan plak.
Jadi, diagnosa pasien ini adalah…
• Diagnosis?
Ruptur organ
Organ Gejala
Ginjal Nyeri di pinggang, hematuria
Ureter Nyeri dapat menjalar ke selangkangan,
jarang terjadi, hematuria
Buli/kandung kemih Nyeri di suprapubik, hematuria
Uretra anterior Nyeri di selangkangan, paling sering
karena straddle injury, butterfly
hematoma
Uretra posterior Nyeri di selangkangan, biasanya
disebabkan fraktur pelvis, floating
prostate
Ruptur uretra anterior vs
posterior
Klasifikasi Goldman untuk ruptur
uretra
Tipe Kriteria
I Uretra intak namun tertarik sehingga ruptur ligamen
puboprostatik à prostat bergerak superior, kontras tidak
ekstravasasi
II Kontras ekstravasasi ke rongga ekstraperitoneal namun tidak
ada di perineum, diafragma urogenital inak
III Diafragma urogenital robek, kontras ekstravasasi di rongga
ekstraperitoneal dan perineum
IV Robekan hingga ke leher kandung kemih. Kontras dapat dilihat
ekstravasasi di pelvis ekstraperitoneal dekat uretra proksimal à
berpotensi cedera spinchter uretra internal (inkontinensia urin)
Medscape
Pemeriksaan Penunjang
• Imaging: retrograde urethrography, cystography
• Cystoscopy
Tatalaksana ruptur uretra
• Simptomatik
• Atasi retensi urin à sistostomi suprapubik. Kateter
urin dikontraindikasikan
• Bedah à terutama pada ruptur uretra posterior
yang disertai cedera pelvis (koreksi uretra ditunda
sampai masalah pelvis ditangani)
Jawaban Lainnya
• A. Ruptur uretra anterior à butterfly hematoma
• C. Ruptur buli-buli à nyeri suprapubik, hematuria
• D. Ruptur ginjal à jejas pinggang, hematuria
• E. Fraktur penis à nyeri pada penis, biasanya
dalam kondisi ereksi
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
• Laki-laki, 45 tahun
• Nyeri kepala memberat sejak 2 hari
• TD 140/100 mmHg
• JNC 7
• Penegakan diagnosis hipertensi: 2 pengukuran
pada 2 kunjungan yang berbeda
C. Hipertensi stage 2
27 D. Hidroklorotiazid 1x25 mg PO
• Perempuan, 62 tahun
• Nyeri tengkuk menjalar ke kepala
• TPF: tidak ditemukan defisit neurologis, TD
160/100
• Diresepkan obat antihipertensi à sering
BAK
• Kemungkinan obat?
Macam-macam obat antihipertensi
HCT, furosemide
Bisoprolol, carvedilol
Valsartan, candesartan
Spironolactone
https://www.uspharmacist.com/article/treatment-of-hypertension-in-the-elderly
27 Jadi, obat yang mungkin diresepkan
adalah…
D. Hidroklorotiazid 1x25 mg PO
28 C. Defibrilasi
• Laki-laki, 52 tahun
• Tidak sadarkan diri, tidak ada nadi dan
napas spontan
• EKG
Ventricular
Tachycardia (VT)
Ventricular
Fibrillation (VF)
4 Gambaran EKG yang wajib diingat saat kasus
Henti jantung / Cardiac arrest
Asystole
Pulseless Electric
Activity (PEA)
Semua gambaran EKG tanpa nadi;
kecuali VT dan VF adalah PEA
Jawaban Lainnya
• A. Vagal manuever à untuk takiaritmia
• B. Kardioversi à untuk takiaritmia
• D. Injeksi Sulfas Atropin 0,5 mg IV à untuk
bradiaritmia
• E. Injeksi Epinefrin 1 mg IV à kardioversi lebih
menjadi pilihan utama untuk kasus shockable
cardiac arrest
28 Jadi, yang seharusnya dilakukan oleh
dokter jaga IGD adalah…
C. Defibrilasi
29 E. Melakukan kompresi 15:2
• Laki-laki, 20 tahun
• Tidak sadarkan diri sejak 2 jam
• TD 90/60 mmHg, nadi 160, napas 30, suhu
38,20C
• EKG
• Tindakan selanjutnya?
Narrow QRS
(masalah dari atas ventrikel)
Atrial Fibrilasi Atrial Flutter
• Ireguler (jarak R-R) • Reguler (jarak R-R)
• Gelombang P • Saw-tooth appearance
menghilang (gigi gergaji)
Narrow QRS
• Supraventrikular takikardi
• Reguler (jarak R-R)
• Gelombang P tidak jelas (tertutup oleh T)
Wide QRS
(masalah di ventrikel)
C. Melakukan kardioversi
31 D. Sinus takikardia
• Perempuan, 18 tahun
• Berdebar-debar
• PF: TD 120/80, nadi 140, napas 20, suhu 37,80C
• EKG
• Gambaran EKG?
Narrow QRS
(masalah dari atas ventrikel)
Atrial Fibrilasi Atrial Flutter
• Ireguler (jarak R-R) • Reguler (jarak R-R)
• Gelombang P • Saw-tooth appearance
menghilang (gigi gergaji)
Narrow QRS
• Supraventrikular takikardi
• Reguler (jarak R-R)
• Gelombang P tidak jelas (tertutup oleh T)
Sinus takikardia
• Sinus takikardia
• Gel P selalu diikuti QRS
• R-R reguler
Wide QRS
(masalah di ventrikel)
D. Sinus takikardia
32 D. Melakukan observasi
AV Blok derajat 1
à PR interval memanjang
D. Melakukan observasi
33 D. IVFD RL loading 500 cc
• Perempuan, 62 tahun
• Lemah seluruh tubuh
• Muntah dan diare sejak7 hari
• PF: TD 70/palp, nadi 120, napas 24, akral
dingin, CRT>2
• Tatalaksana awal?
Klasifikasi syok
• Syok hipovolemik à kurangnya sirkulasi darah yang
biasanya ditandai dengan berkurangnya tekanan
diastolik
• Syok kardiogenik à masalah pompa jantung akibat
terganggunya kontraktilitas miokardium/gangguan
anatomik yang ditandai dengan meningkatnya tekanan
diastolik dan volume
• Syok distributif à masalah kontrol vasomotor yang
berdampak pada dilatasi arteriol dan venula yang
ditandai (walaupun sudah dilakukan resusitasi cairan)
dengan meningkatnya cardiac output dan
menurunnnya systemic vascular resistance
Society of Critical Care Medicine
• 3 tanda syok:
• Peningkatan
peripheral
vascular
resistance (kulit
pucat, akral
dingin, oliguria)
• Peningkatan tonus
adrenergik
(takikardia)
• Hipoperfusi organ
vital (nyeri dada,
sesak napas,
penurunan
kesadaran)
Analisa Kasus
• Pada kasus: Perempuan, 62 tahun, Lemah seluruh
tubuh karena muntah dan diare sejak7 hari
• PF: TD 70/palp, nadi 120, napas 24, akral dingin,
CRT>2
• Kemungkinan disebabkan oleh syok hipovolemik.
• Laki-laki, 17 tahun
• Pandangan kabur setiap kali olahraga
• EKG
• Gambaran EKG?
VES
Premature Ventricular Contraction /
Ventricular Extrasystole
• PVC disebabkan pacemaker • Faktor risiko:
ektopik di ventrikel • Riwayat penyakit jantung
• Ditandai kompleks QRS yang • Pemakaian obat proaritmik
prematur dan berbentuk aneh yang mengubah kadar
magnesium atau kalium
• biasanya lebih lebar dari 120 • Penggunaan obat
msec pada EKG simpatomimetik (efedrin,
• tidak didahului gelombang P kokain, kafein)
• Gelombang T besar dan
berkebalikan dengan defleksi • Gejala:
pada QRS lain • Asimptomatik
• Gambaran klinis tergantung • Nyeri dada
frekuensi, kompleksitas dan • Syncope
respon hemodinamik pasien • Palpitasi
• Rasa tidak nyaman pada dada
• Sensasi jantung berhenti
• Hipotensi
34 Jadi, gambaran EKG yang sesuai
adalah…
• Perempuan, 65 tahun
• Sesak napas memberat sejak 3 hari
• Paroxysmal nocturnal dyspnea (+), Dyspnea
on effort (+)
• PF: TD 100/60, nadi 110, napas 22, ronki
basah halus basal kedua paru
C. Furosemide 1x20 mg PO
B. Efusi perikardiumàCardiac
36 tamponade
• Laki-laki, 69 tahun
• Sesak napas dan lemah seluruh tubuh
• PF: TD 80/60 mmHg, nadi 120, napas 32,
JVP 5+3 cmH20, bunyi jantung redup
• Diagnosis?
• Tatalaksana à pericardiosentesis
Jawaban Lainnya
• A. Efusi pleura à bunyi napas menurun, perkusi
redup
• C. Gagal jantung kongestif à Kriteria Framingham
• D. Acute lung edema à distress napas, desaturasi,
ronki basah halus lebih dari 2/3 lapang paru
• E. Endokarditis infektif à Duke criteria
36 Jadi, diagnosis yang sesuai adalah…
B. Efusi perikardium
37 B. Murmur sistolik di apex
• Bayi, 4 bulan
• Sering menyusu terlepas-lepas
• BB tidak kunjung naik
• Didiagnosis VSD
Asianotik Sianotik
Medscape
Transposition of Great Arteries
TGA
• Kesalahan posisi à
• Aorta yang keluar dari
ventrikel kanan
• Arteri Pulmonalis yang keluar
dari ventrikel kiri
• Sianosis dari lahir
• Darah kotor dari sistemik melewati
RV dan kembali ke sistemik
• Darah bersih dari vena pulmonalis
melewati LV dan kembali ke arteri
pulmonalis ke paru, tanpa
melewati aliran sistemik
Transposition of Great Arteries
Signs:
• S2 tunggal dan keras à
katup aorta berada di
depan pulmonal
• Murmur (-) à tidak ada
perbedaan tekanan
bermakna di dalam
jantung setelah bayi
dilahirkan
• Foto à Egg shaped Heart
(khas untuk TGA)
Pathophysiology of heart
disease Lilly
Jawaban Lainnya
• A. S2 splitting à ASD
• C. Murmur diastolik à tidak spesifik
• D. Continuous murmur à PDA
• E. Perbedaan tekanan darah sistolik di ekstremitas
atas dan bawah à coarctatio aorta
37 Jadi, hasil pemeriksaan yang
mendukung adalah…
• Anak, 14 tahun
• Mudah lelah sejak 7 bulan terakhir
• Sering mengalami radang tenggorokan
• Riwayat demam+nyeri sendi 1 tahun lalu
• PF: murmur sistolik di apex
Diagnosis??
Pemeriksaan penunjang??
Rheumatic RHD merupakan komplikasi dari Rheumatic
heart disease fever (RF). Salah satu gejala RF yaitu faringitis
yang disebabkan oleh group A beta-
hemolytic streptococcal.
Manifestasi RHD: poliartritis, karditis, nodul
subkutan, eritema marginatum, dan
Sydenham chorea
Bacterial Infeksi pada endocardial jantung,
endocarditis menyebabkan gangguan katup. FR: riwayat
cabut gigi à katup mitral (Strep. Viridans),
riwayat jarum suntik à katup tricuspid
(Staph. Aureus)
B. Titer ASTO
39 B. SILIKOSIS
• Diagnosis?
Pneumokoniosis
• Penyakit paru akibat kerja yang disebabkan oleh
deposisi debu di dalam paru dan reaksi jaringan
paru akibat pajanan debu tersebut
• Reaksi utamanya adalah fibrosis
• Jenis terbanyak : debu silika, asbes dan batubara
• Baru tampak secara klinis dan radiologi setelah
20-30 tahun
• Diagnosis kriteria
• Pajanan yang signifikan dengan debu mineral yang
dicurigai dan dengan periode laten
• Gambaran spesifik penyakit terutama kelainan radiologi
• Tidak dapat diidentifikasi penyakit lain sebagai penyebab
Asbestosis
• Penyakit paru kronik akibat terpapar dan inhalasi asbes
• Asbes banyak digunakan sebagai bahan pada pembuatan
atap bangunan, pelapis kabel listrik, dan berbagai bahan
bangunan lainnya
• Pada industri kapal à asbes digunakan untuk melapisi
boilers, incinerators, hot water pipes dan steam pipes
• Contoh Klasik pada bahan baku thermal insulation
• Gejala : sesak, batuk persisten, mengi, fatigue, nyeri dada,
bila parah dapat menimbulkan clubbing finger
• Tatalaksana : no definitve cure, irreversible damage to lung
• Berhenti merokok dapat memperlambat progresivitas
penyakit, terapi oksigen meningkatkan kualitas hidup
• Asbestosis berkorelasi erat dengan mesotelioma
Silikosis
• Terpapar debu silika
• Pekerja berisiko : tambang, drilling, keramik, sand
blaster industry ampelas/gerinda, pencetakan logam,
Fiberglass dan glass wool (bahan baku pembuatan
thermal insulation pada saat ini, karena larangan
menggunakan asbes)
• Ro : egg shell calcification
Coal Worker Pneumoconiosis
(CWP)
• Agen : debu batu bara
• akumulasi coal dust di paru, umumnya inhalasi
karbon, disebut juga anthracosis/black lung
• Pekerja berisiko : penambang batu bara
39 Diagnosis …
B. Silikosis
C. ARV diberikan setelah OAT
40 ditoleransi
• Laki-laki 35 tahun
• Hemoptu 3 hari SMRS
• Batuk berdahak, demam, ↓BB, mencret hilang timbul
dalam sebulan
• Pemeriksaan Fisik KA
• TD 100/60, HR 130 x/menit, RR 28 x/menit, T 37.9 oC
• Ronki +/+
• Needle track mark à IVDU
• Pemeriksaan Penunjang
• BTA +/++/+
• CD4 350
• Dx: TB-HIV
• Tatalaksana?
Sumber : Pedoman Nasional Pengendalian TB 2014, available at
http://www.tbindonesia.or.id/opendir/Buku/bpn_p-tb_2014.pdf
Jadi, tatalaksana yg sesuai utk
pasien tsb...
• Diagnosis?
TB Paru – Tatalaksana
Paduan OAT lini pertama
• Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
• Kasus baru
• Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
• Pasien kambuh
• Pasien gagal
• Pasien putus berobat (loss to follow up)
• Kategori Anak (2RHZ/4RH)
http://pedsinreview.aappublications.org/co
ntent/29/11/e59
Radiologi:
TTN • Edema interstitial
• peningkatan
corakan vascular di
hilum
• Kadang ditemukan :
cairan di fisura
interlobar, efusi
pleura
• CXR menjadi
normal dalam 48
jam
Jawaban Lainnya
• A. Edema interstisial dengan efusi pleura à TTN,
term dengan SC, ro edema interstitial, efusi pleura
dan terdapat cairan di fisura interlobar
• B. Infiltrat kasar asimetrik à meconium aspiration
syndrome, term/post term, bercak mekonium di
wajah, ro inflitrat kasar atau bercak ireguler
• C. Ellis-Damoiseau Line à efusi pleura
• D. Honeycomb appearance à bronkiektasis
Jadi, temuan rontgen yg sesuai utk
diagnosis...
• Etiologi :
• Pneumonia komuniti à gram positif : tersering
Streptoccocus pneumonia
• Pneumonia nosokomial à gram negatif : klebsiella
pneumonia, haemophilus influenza, pseudomonas
auruginosa
• Pneumonia atipikal à chlamydia, legionella, mycoplasma
http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Diagnosis Pneumonia
Diagnosis pasti:
• Foto toraks à infiltrat baru atau infiltrat progresif
+ dengan 2 atau lebih gejala di bawah:
• Batuk-batuk bertambah
• Perubahan karakteristik dahak/ purulen
• Suhu tubuh ≥ 38°C (aksila)/ riwayat demam
• Ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara nafas
bronkial dan ronki
• Leukosit ≥ 10.000 atau < 4500
PNEUMONIA TIPIKAL DAN ATIPIKAL
Tanda dan gejala P. atipik P. tipik
Onset Gradual Akut
Suhu Kurang tinggi Tinggi, menggigil
Batuk Non produktif Produktif
Dahak Mukoid Purulen
Gejala lain Nyeri kepala, mialgia, sakit Jarang
tenggorokan, suara parau,
nyeri telinga
Gejala lain di luar paru Sering Lebih jarang
Pewarnaan gram Flora normal atau spesifik Gram (+) atau (-)
http://www.cdc.gov/pertussis/images/pertussis-timeline.jpg
• Tatalaksana • Perawatan penunjang
• Antibiotik: azitromisin 10 • Hindarkan sejauh mungkin
mg/kgBB selama 5 hari, segala tindakan yang dapat
eritromisin oral (12.5 merangsang terjadinya
mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) batuk
selama 10 hari atau jenis • Jangan memberi penekan
makrolid lainnya. batuk, obat sedatif,
mukolitik atau
• Oksigen: bila pernah terjadi antihistamin.
sianosis atau berhenti napas • Obat antitusif dapat
atau batuk paroksismal diberikan bila batuk amat
berat. sangat mengganggu.
• Tatalaksana jalan napas: • Jika anak demam (≥ 39º C)
Selama batuk paroksismal, yang dianggap dapat
letakkan anak dengan posisi menyebabkan distres,
kepala lebih rendah dalam berikan parasetamol.
posisi telungkup, atau • Beri ASI atau cairan per
miring, untuk mencegah oral. Jika anak tidak bisa
aspirasi muntahan dan minum, pasang pipa
membantu pengeluaran nasogastrik dan berikan
makanan cair porsi kecil
sekret. tetapi sering untuk
memenuhi kebutuhan
PPM IDAI, Jilid 2 harian anak.
Jawaban Lainnya
• A. Pertusis masa inkubasi à belum ada gejala,
umumnya 7-10 hari
• B. Pertusis fase kataral à 1-2 minggu, runny nose,
low grade fever, mild-occasional cough
• D. Pertusis fase konvalesen à 2-3 minggu, KU
perbaikan
• E. Pertusis fase pemulihan à sama dg fase
konvalesen
Jadi, diagnosis untuk pasien ini...
46 C. Persisten sedang
47 D. Efusi pleura
• Laki-laki 62 tahun
• Sesak, makin berat bila baring ke sisi kiri
• Merokok sejak usia 20 th
• Pemeriksaan fisik KA
• TD 110/80 mmHg, HR 125 x/menit, RR 42 x/menit, T 37.8 oC
• Ekspansi dada kiri tertinggal, perkusi dada kiri redup dan
suara napas paru kiri melemah
• Pemeriksaan penunjang
• Trakea terdorong ke kanan, perselubungan menutupi sinus
à efusi pleura masif
47 D. Efusi pleura
D. Pneumotoraks Spontan
48 Primer
• Laki-laki 21 tahun
• Sesak mendadak 1 jam SMRS à akut
• Riw batuk, sesak, sakit paru disangkal
• Riw alergi (+), bersin2 KA
• Pemeriksaan fisik
• TD 130/70, HR 130 x/menit, RR 50 x/menit
• TB 170 cm, BB 45 kg à kurus, faktor resiko
• Perkusi hipersonor dan bunyi napas menghilang di
hemitoraks kanan
• CXR: paru kanan hiperlusen avaskuler
• Diagnosis?
Pneumotoraks
Spontan vs traumatik
• Pneumotoraks spontan
• Primer: pasien tidak punya penyakit paru. Misal bleb
atau bulla yang pecah (sering pada pria berpostur tinggi
kurus usia 20-40 tahun)
• Sekunder: komplikasi penyakit paru, misal PPOK, asma,
TB, dll
• Pneumotoraks traumatik
• Akibat cedera traumatik pada dada (tajam dan tumpul)
atau akibat tindakan medis
Jawaban Lainnya
• A. Tension pneumotoraks à deviasi trakea,
pergeseran mediastinum, depresi hemidiafragma
• B. Pneumotorak alergika à tidak ada istilah ini
• C. Pneumotoraks katamegalia à pneumotoraks
berkaitan siklus menstruasi
• E. Pneumotoraks spontan sekunder à
pneumotoraks akibat adanya penyakit paru lain
Jadi, diagnosis untuk pasien ini...
48 D. Pneumotoraks spontan
primer
49 E. 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
• Perempuan 24 th
• Batuk 2 bulan
• Berdahak, demam, keringat malam hari
• Riwayat serupa 2 th lalu, sudah berobat 6 bulan KA
dinyatakan sembuh à Riw TB + sembuh
• Saat ini BTA +/+/-
49 E. 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
50 B. 5
• Anak 5 tahun
• Batuk 3 minggu
• Ibu TB BTA + on OAT
• Pemeriksaan Fisik KA
• HR 110 x/m, RR 28 x/m, T 37.9 oC
• Pembesaran KGB multipel (aksila dan supraklavikula)
masing2 berukuran diameter 1,5 cm dan 2 cm, tanpa nyeri
• Skor TB?
Jadi, skor TB untuk kasus ini
adalah...
50 B. 5
51. A. Botulisme
A. Botulisme
52. B. Dopamin
Evaluasi Tatalaksana
• Darah perifer : anemia, • Vitamin K 1 mg 3 hari
trombosit normal • FFP 10-15 ml/kgBB
• PT dan APTT: normal atau • PRC
memanjang
• Tatalaksana kejang
• USG/ CT Scan kepala
• Tatalaksana TIK: manitol
atau furosemid
• Konsultasi bedah syaraf
Pilihan lainnya
• A. Infeksi sistem saraf pusat à
meningitis/ensefalitis + demam + kaku kuduk
• B. Menurunnya neurotransmitter
• D. Atrofi otak
• E. Kongenital
54 Jadi, penyebab kondisi pasien adalah…
C. Gangguan koagulasi
55. A. Tanda lhermitte
A. Tanda lhermitte
56. A. Poliomyelitis akut
• An. T’Challa, 6 tahun
• lemas tiba-tiba dan tidak bisa berjalan sejak
1 minggu smrs
• Riwayat imunisasi tidak jelas
• asymmetric flaccid motor paralysis dengan
atrofi ekstremitas inferior
• Terdapat deformitas valgus pada lutut dan
tungkai atas juga callus pada lutut.
Kemungkinan diagnosis pada pasien ini
adalah...
Poliomielitis
Infeksi virus polio (fekal-oral)
yang menghancurkan sel
neuron di kornu anterior
medula spinalis
Klinis: demam yang diikuti
oleh kelemahan otot akut
yang berat, umumnya
asimetris à biasanya
ekstremitas bawah lebih
parah
Tata laksana: Tidak ada tata
laksana definitif. Yang
penting adalah pencegahan
(vaksinasi).
Sumber :
www.emedicine.Medscape.com
Jawaban Lainnya
• B. Guillen-Barre syndrome à ascending paralysis,
bisa ada riwayat diare C. jejuni sebelumnya
• C. Multipel Sklerosis à kelumpuhan biasanya
simetris + adanya distresi napas, diplopia, autoimun
• D. ALS à Lou gehrig’s disease à LMN + UMN
damage, seperti stephen hawking
• E. Myasthenia Gravis à keluhan hanya motorik
UMN, wartenberg +, tensilon +
56. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
A. Poliomyelitis akut
57. E. Elektroensefalografi
• An.Wakanda, 9 tahun
• sering bengong dengan mata berkedip-kedip
selama beberapa detik
• dapat terjadi 10-20 kali dalam sehari
• Saat berbicara pasien tiba-tiba diam dan
kemudian dapat melanjutkan pembicaraan
• Pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas
normal dan pemeriksaan neurologis tidak
ditemukan kelainan
• Apa pemeriksaan yang dianjurkan?
Tipe-tipe Bangkitan Kejang
Kejang parsial (fokal) : Bermula SATU HEMISFER
• Sederhana : Tidak ada penurunan kesadaran.
Gejala bisa sensoris, motoris, otonom, atau psikis.
• Kompleks : Ada penurunan kesadaran (amnesia).
Gejalanya biasanya berupa bengong mendadak yang
diikuti dengan aura, automatisme dan kebingungan
pasca-serangan.
• Kejang tonik-klonik umum sekunder : kejang parsial
yang berlanjut menjadi kejang tonik klonik umum
Kejang umum
Kejang umum : berasal dari DUA HEMISFER
A. Stroke perdarahan
hemisfer kiri
59. C. Spasme muskular perikranial
TTH kronik :
minimal 15 x /
bulan , dalam 6
bulan
B. Wartenberg test
61. B. Meningitis bakterialis
Tekanan ↑↑ Normal/↑ ↑ ↑ ↑
Sumber :
Jawaban Lainnya
• A. Meningitis TB à riwayat batuk lama, leukosit
cenderung tidak naik
• C. Meningitis toxoplasma à biasa pada
immunocompromised
• D. Ensefalitis streptococus à tidak kaku kuduk
• E. Meningoensefalitis viral à leukosit tidak naik
61. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
B. Meningitis bakterialis
62. D. N. Fasialis
• Ny. Vanilla, 64 tahun
• keluhan kehilangan indera pengecap
• tidak dapat mengecap terutama rasa garam
dan gula
• dapat merasakan asam dan pahit dengan
baik
• Saraf kranialis apakah yang mungkin
mengalami gangguan?
Pilihan Lain
• A. N. Glosofaringeus à N.IX, pada lidah untuk
mengecap pahit, asam
• B. N. Trigeminus à wajah
• C. N. Hipoglosusà motorik lidah
• E. N. Vagus à multiorgan motorik dan sensorik
Jadi, saraf kranialis yang mungkin
62. mengalami masalah pada pasien ini
adalah…
D. N. Fasialis
63. B. MRI spinal
B. MRI spinal
64. B. Phalen (+)
B. Phalen (+)
65. C. Korteks cerebri
• An. Inuyasha, usia 4 tahun, belum bisa
berjalan
• Anak lahir premature
• usia 3 tahun memiliki riwayat kejang
berulang
• spastic diplegia pada kedua tungkai
• peningkatan tonus otot
• reflek fisiologis
• patologis positif pada kedua tungkai
Cerebral palsy
• Kelompok gangguan motorik nonprogresif
• 75% merupakan gangguan piramidal
• 90% CP disertai retardasi mental
• PF:
• Spastik, hiperefleksia
• Gangguan motorik halus, gerakan volunter melambat
• Gangguan perkembangan dan refleks infantil persisten
(refleks Babinski)
• Etiologi masih belum jelas tapi faktor risiko antara lain
• Prematur, asfiksia perinatal, trauma, dan malformasi
intrakranial
Diagnosis
• Slow motor development
• Abnormal muscle tone
• Unusual posture
• Persistent infantile reflexes
Tatalaksana kolaboratif
• Dokter : perencanaan jangka panjang
• Ortopedi : mencegah kontraktur, dislokasi panggul,
dan skoliosis
• Physical therapist: improve movement dan
strength, dan gait
• Okupasional terapis: aktivitas daily living
• Terapi wicara
• Psikolog : mendampingi keluarga
Pilihan Lain
• A. Cerebellum à gangguan keseimbangan dan
koordinasi
• B. Ganglia basalis à uncontrollable movement
• D. Kornu anterior medulla spinalis
• E. Otot skeletal
65. Jadi, kelainan lesi pasien ini adalah…
C. Korteks cerebri
66. C. Torticolis
• Anak usia 6 bulan
• kepala anak selalu miring ke kiri
• menangis kesakitan ketika ibu berusaha
membenarkan posisi lehernya
• leher sebelah kiri lebih pendek, teraba
benjolan di area sternocleidomastoideus
• Saat persalinan bahu anak sulit lahir
• Diagnosis pada pasien adalah…
Tortikolis Kongenital
Jawaban lainnya
• A. Abses Bezold à abses pada
sternokleidomastoideus biasanya komplikasi
lanjutan OMSK
• B. Fraktur clavicula
• D. Fraktur humerus
• E. Fraktur scapula
66. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
C. Torticolis
C. Ruptur tendon achiles
67. sinistra
• Tn. Hanung, 36 th
• nyeri pada pergelangan kaki kirinya dan sulit
digerakkan
• Uji thompson kaki kiri (+) dan kaki kanan (-)
• Diagnosis yang tepat adalah...
Ruptur Tendon Achilles
Calf squeeze test/Thomson
test/Simmonds Test
Achiles Tendinitis
• Peradangan tendon achiles
• Insersional
• Lokasi di dekat insersi tendon pada tulang, dekat dengan tumit
• Bisa terjadi di berbagai usia
• Non Insersional
• Lokasi seperti tengah tendon, lokasinya lebih jauh dari tumit
• Tatalaksan
• Emergency Fasiotomi
Jawaban Lainnya
• B. Selulitis à demam, batas tidak tegas
• C. Trombosis vena dalam à nyeri tungkai, homan
sign (+)
• D. Rhabdomyolisis à kalium darah tinggi, dark
urine. Biasa terjadi pada kasus trauma dimana otot
hancur (mis. terlindas)
• E. Ruptur arteri brachialis à pulsasi arteri radialis (-
)
68. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
A. Sindroma kompartemen
69. B. Fraktur colles
B. Fraktur colles
70. A. Duchene Muscular Distrophy
• Anak 3 tahun sulit untuk berjalan
• Anak harus bertumpu pada kedua tangan
dan kaki sebelum akhirnya perlahan
mendekatkan tangannya ke kaki dan
menumpukannya pada kedua lututà gower
sign (+)
• IQ 52
Temuan sendi khusus Nodus Bouchard, Deviasi ulnar, swan Kristal urat
nodus Heberden neck, boutonniere
Perubahan tulang Osteofit Osteopenia, erosi Erosi
Fitur ekstra-artikular Nodul subkutan, Tofus, bursitis
pulmonal, kardiak, olecranon, batu ginjal
splenomegali
Pemeriksaan Foto polos RF (+), anti CCP (+), Asam urat ↑
penunjang Foto polos Gold standar : kristal
urat pada aspirasi
cairan sendi
Kriteria ACR RA
DEFORMITAS pada RA
TATALAKSANA
• Awal :
- NSAID oral
- Steroid oral, IV
- Pemilihan NSAID oral perlu dipertimbangkan mengenai
efek samping
• Jangka panjang
- DMARD, misal : metotreksat, infliximab
Celecoxib selektif pada COX2
sehingga lebih aman untuk lambung
pada pasien geriatri
Jawaban Lainnya
• A. Kortikosteroid PO à alternatif kedua setelah
NSAID PO
• C. Morfin PO à opioid, bukan terpai utama pada
kasus ini
• D. Tramadol PO à opioid, bukan terapi utama pada
kasus ini
• E. Parasetamol PO à efek antinyeri minimal
Jadi, obat yang paling tepat untuk pasien
71. ini adalah…
B. Celecoxib PO
B. Osteoporosis post
72. menopause
B. Osteoporosis post
menopause
73. E. Spondilolisthesis
E. Spondilolisthesis
74. C. grade IIIa
• Anak 11 tahun
• Kedua mata merah, berair, dan gatal
• Sejak kecil, hilang timbul
• Bintik-bintik putih kekuningan di daerah limbus à
Horner Trantas Dot
• Cobblestone pada palpebra superior
TATALAKSANA :
1. Menghindari alergen
2. Mast cell stabilizer
3. Steroid
4. Antihistamin
Cobblestone app
Konjungtivitis Vernal Vs Atopik
Characteristics VKC AKC
Generally presents at a younger age
Age at onset Second to third decade
than AKC' first decade
http://emedicine.medscape.com/article/1191467-differential
Jawaban Lainnya
• B. Konjungtivitis Fungal: mata merah, gatal,
imnokompromais
• C. Konjungtivitis Viral: sekret cair, folikel, self
limited
• D. Konjungtivitis Bakterial: sekret kental kuning
kehijauan, papila
• E. Konjungtivitis Klamidial: sekret kental, folikel,
inklusi (+)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
76 A. Konjungtivitis vernal
7777 D. Antibiotik topikal
Mata mengganjal, visus normal.
Pekerjaan di tepi pantai à mengarahkan paparan UV
(faktor risiko pterigium)
Selaput berbentuk segitiga pada mata kanan yang
melintasi pertengahan limbus dan pupil
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/963/treatment/details.html
Jawaban lainnya
• A. Perlindungan sinar UV: ya, dan tindakan awal
yang utama
• B. Artificial tears dapat mengurangi gejala
• C. Kortikosteroid topikal jika ada inflamasi
• E. Pembedahan merupakan tatalaksana definitif
Jadi, tatalaksana yang tidak
dianjurkan adalah…
77 D. Antibiotik topikal
7878 D. Hordeolum Eksterna
• Massa padat di palpebra superior dekstra, 0.5
cm, hiperemis, dan nyerià tanda radang (+)
• Pada saat palpebra dibalik, tidak ditemukan
kelainan apapun à hordeolum interna (-)
B. Kalazion: benjolan
A. Blefaritis: palpebra edema
palpebra, tanda radang (-)
dan hiperemis menyeluruh
E. Dakrioadenitis: seperti
C. Hordeolum interna
huruf S terbalik
Jadi, diagnosis yang tepat adalah…
78 D. Hordeolum Eksterna
7979 E. Blefaritis anterior
Anak 7 tahun, kedua mata merah, bengkak, dan gatal.
PF: margo palpebra edema dan hiperemis, krusta (+),
sebagian bulu mata tampak rontok.
79 E. Blefaritis anterior
80
80 D. Fluorescein test
• Mata kiri merah, berair, silau sejak 5 hari.
• PF mata:
VOD dalam batas normal
VOS 6/15
edema dan hiperemis palpebra, vesikel berkelompok dengan
dasar eritem di area pelipis kirià herpes
injeksi konjungtiva (+), injeksi silier (+).
• =ulkus kornea.
• Etiologi: virus, bakteri, jamur,
parasite, atau non infeksi (trauma,
garukan, defisiensi vitamin A, dll)
• Pemeriksaan penunjang keratitis:
Fluorescent test atau pewarnaan
Rose Bengal.
• Fluorescent dye: tidak menetap
pada strome/ epitel kornea yg
intak à jadi kalau ada defek
kornea (inflamasi, ulkus, perforasi) Lesi dendritic khas pada keratitis
= fluorescent test (+) herpetic (HSV)
Pada herpes zoster oftalmikus,
ditemukan pseudodendritik
Etiologi Keratitis
ETIOLOGI KARAKTERISTIK TATALAKSANA
Keratitis bakterial Sekret purulen , antibiotik topikal
pemakaian lensa kontak
Seidel test
Jadi, pemeriksaan penunjang
selanjutnya adalah…
80 D. Fluorescein test
81
81 C. Korteks oksipital
• Pemeriksaan lapang pandang:
E. Hertel
83 B. Pinguekula
• Ny. Heni 40 tahun, bintik kekuningan di
mata kanan
• Tanpa gatal dan nyeri
• Dokter mengatakan hal tsb merupakan
deposit lemak
• Perbaikan à seharusnya bukan deposit lemak
secara langsung, melainkan degenerasi kolagen
konjungtiva
• Dari jawaban yang ada, paling mungkin
pinguekula (‘bintik/nodul kekuningan’)
• Diagnosis?
Pinguekula
• Pinguekula adalah bercak
kekuningan di
konjungtiva.
• Pinguecula terdiri dari
deposisi protein, lemak,
dan calcium.
Pinguekula (2)
• Tatalaksana :
• Gejala : - Artificial tears
• Mata kering, gatal, - Steroid topikal (bila ada
terbakar kemerahan atau
• Bercak kekuningan di pembengkakan)
mata - Bedah (bila menganggu visus)
• Tahap lanjut à visus
turun, mata merah
Pencegahan :
- Hindari paparan UV dengan
memakai kacamata hitam,
topi
- Gunakan artificial tear untuk
mencegah iritasi dan mata
kering.
Jawaban Lainnya
• A. Xanthelasma à deposit lemak di sekitar
kelopak mata
• C. Pterigium à jaringan fibrovascular di mata,
faktor risikio: paparan sinar UV
• D. Hordeolum à benjolan di mata dengan tanda
radang
• E. Kalazion à benjolan di mata tanpa tandang
radang
Xanthelasma
Pterigium
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
83
B. Pinguekula
8484 A. Astigmatisma miopia kompositus
3) MAC (Miopia Astigmat Compositus) --> Lensa S(-), Lensa C(-) as°
4) HAC (Hipermetropia Astigmat Compositus) --> Lensa S(+), Lensa
C(+) as°
è Ada komponen sferis dan silindris, tanda sama
A. Astigmatisma miopia
84 kompositus
85 D. S +3.50
Wanita, 42 tahun, sakit kepala saat membaca. VODS
6/36.
Dikoreksi tanpa siklopegi dengan lensa S+3.00D
menjadi 6/6, dikoreksi dengan S+3.50D menjadi
6/6, dikoreksi dengan S+4.00D menjadi 6/12.
Dikoreksi dengan?
HIPERMETROPIA
• Hipermetropia absolut:
• hipermetrop yang dikoreksi dengan kacamata positif minimal yang
memberikan tajam penglihatan normal, penderita masih memiliki
“cadangan” kemampuan akomodasi
• Hipermetropia fakultatif:
• kelainan hipermetropia yang dapat diimbangi dengan akomodasi
atau dengan lensa positif.
• Penderita yang hanya memiliki hipermetropia fakultatif,
penglihatannya normal walau tidak memakai kacamata positif,
namun apabila diberi kacamata positif, otot akomodasinya dapat
beristirahat.
• Hipermetropia laten:
• hipermetropia yang didapat tanpa siklopegia yang dapat diimbangi
dengan akomodasi
• Hipermetropia total:
• hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah pemberian
siklopegia
CONTOH PASIEN HIPERMETROPIA
• Tajam penglihatan 6/20
• Dikoreksi dengan sferis +3.00 D à 6/6
• Dikoreksi dengan sferis +3.50 D à 6/6
• Diberikan siklopegia, dikoreksi +5.00 D à 6/6
• Maka pasien ini memiliki:
• Hipermetropia absolut sferis +3.00 D
• Hipermetropia manifes sferis +3.50 D
• Hipermetropia fakultatif (manifes- absolut) +3.50 - (+3.0)
= + 0.50 D
• Hipermetropia total sferis +5.00 D
• Hipermetropia laten sferis +5.00 -(+3.50) = +1.50 D
Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004
Skema Hipermeteropia
HIPERMETEROPIA TOTAL
HIPERMETEROPIA MANIFES
HIPERMETEROPIA
LATEN
HIPERMETEROPIA HIPERMETEROPIA
ABSOLUT FAKULTATIF
85 D. S +3.50
B. Masa inkubasi mencapai
86 14 hari
• An. Budi, 1 minggu
• Kedua mata keluar cairan lengket kekuningan
• Lab: badan inklusi
Sumber: medscape
Konjungtivitis chlamydia
• Gejala: mata merah, sekret mukopurulen, hiperemia,
hipertrofi papil, konjungtivitis folikular, keluhan
biasanya kronik dan dapat bertahan berbulan-bulan
• PF: folikel, KGB membesar, dapat menjadi keratitis
• Lab:
• Pewarnaan giemsa: badan inklusi (intrasitoplasma basofilik)
• Kultur chlamydia
• Diagnosis untuk sexually transmitted disease
• Tatalaksana:
• Tetrasiklin oral 3 x 500 mg atau doksisiklin 2 x 100 mg 3-6
bulan
• Neonatus: sirup eritromisin 50 mg/kgBB selama 14 hari
Sumber: medscape
Pilihan Lain
• A. Pewarnaan laboratorium yang dimaksud
adalah pewarnaan gram à yang benar Giemsa
• C. Pengobatan utama adalah ceftriaxon 50
mg/kgBB IM à ini pada konjungtivitis gonore
• D. Penyebab paling sering adalah diplococcus
gram negatif à ini pada konjungtivitis gonore
• E. Penyakit ditularkan melalui udara (air borne
disease) à ditularkan melalui sexual transmitted
disease
86 Jadi, pernyataan yang benar adalah…
Jenis Katarak
• Katarak didapat:
• Katarak senilis (age-related cataract) – seringnya katarak
nuklear
• Katarak traumatik – bentuk kekeruhan lensa
stelata / bintang
• Katarak sekunder – kekeruhan kapsul posterior pasca operasi
katarak
• Katarak komplikata – katarak akibat penyakit lain, misalnya
diabetes melitus sering mengakibatkan katarak subkapsular
posterior
• Katarak kongenital
87 C. Katarak Traumatik
8888 B. Triamsinolon asetonid
88 B. Triamsinolon asetonid
E. Dapat terjadi ulkus kornea bila
89 tidak diterapi
• Anak 5 tahun
• Pandangan kabur terutama sore hari
• Bitot spot (+) pd konjungtiva
• Dx xeroftalmia
• Pernyataan yang benar?
Xeroftalmia
Akibat defisiensi vitamin A à dryness of conjunctiva and
cornea à if untreated it can lead to corneal ulceration and
ultimately to blindness as a result of corneal damage
Xeroftalmia
91 D. Snowball sampling
9292 D. Uji korelasi Pearson
Cohort
KOHORT KASUS POTONG
• 2 Jenis: KONTROL LINTANG
• Prospective cohort
• Retrospektif • Deskriptif, sewaktu
• Retrospective/historic
• Dapat melihat kausalitas • HUBUNGAN ASOSIASI
al cohort
• Umum digunakan pada à TIDAK KAUSALITAS
• Subjek diikuti untuk
KASUS LANGKA • CEPAT DAN MURAH
periode tertentu
• Menghitung ODDS • Menghitung RELATIF
• SANGAT BAIK
RATIO (OR) RISK (RR)
menilai KAUSALITAS
• Relatif LAMA dan
MAHAL
• Menghitung RELATIF
RISK (RR)
ANALISIS SOAL
• Ingin dilakukan penelitian yang efisien waktu dan
biaya à desain penelitian yang sesuai : cross
sectional (case control dapat dipilih jika ingin
melihat kausalitas)
• Adanya pernyataan variabel bebas dan variabel
tergantung tidak mensyaratkan hubungan sebab
akibat – semata-mata untuk analisis statistik
Pilihan Lain
• A. Case study = laporan kasus
• C. Cohort à dapat mencari hubungan sebab
akibat, tetapi perlu waktu dan biaya besar.
• D. Cross sectional à tidak dapat mencari hubungan
sebab akibat
• E. Case report = laporan kasus
Jadi, design penelitiannya adalah…
93 B. Case control
9494 C. Positive Predictive Value
akan menurun
• Suatu alat diagnosis: sensitivitas 99% dan
spesifisitas 88%.
• Menguji alat diagnosa ini di tempat dengan
prevalensi yang lebih rendah.
SENSITIVITAS SPESIFISITAS
A D
A + C B+ D
ANALISIS SECARA SEDERHANA
• Di tempat yang prevalensi suatu penyakit rendah,
maka sulit menemukan penyakit tersebut.
• Dengan kata lain, nilai True Positive (A) akan
berkurang. Akibatnya, nilai False Positive (B) akan
meningkat.
• Nilai Duga positif = A/ (A+B) akan menghasilkan
rasio yang berkurang juga.
Jadi, hasil yang didapatkan adalah…
C. Positive Predictive Value
94 akan menurun
9595 D. Air PAM rebus merupakan faktor
paling berisiko menyebabkan diare
Sumber air OR CI
minum
Air PAM rebus 2.9 95% (1.9 – 3.1)
Air galon 1.2 95% (1.1 – 1.5)
bermerk
Air galon isi 1.6 95% (1.5 – 1.8)
ulang
Sensitivitas a
Dari yang sakit, berapa yang
hasilnya positif? a + c
Spesifisitas d
Dari yang tidak sakit, berapa b + d
yang hasilnya negatif?
Uji Diagnostik
96 A.250/300
9797 C. 1
RALAT SOAL
• Kalimat “Terdapat 200 orang dengan imunitas baik, yang
mana 150 diantaranya memiliki kualitas tidur yang baik
pula.” -> diganti menjadi “Terdapat 250 orang dengan
kualitas tidur baik yang 150 diantaranya memiliki imunitas
baik.”
Cohort
KOHORT KASUS POTONG
LINTANG
• 2 Jenis:
• Prospective cohort
KONTROL • Deskriptif, sewaktu
• Retrospective/historic
al cohort • Retrospektif • HUBUNGAN ASOSIASI à
TIDAK KAUSALITAS
• Subjek diikuti untuk • Dapat melihat • CEPAT DAN MURAH
periode tertentu kausalitas • Menghitung RELATIF RISK
• SANGAT BAIK • Umum digunakan (RR)
menilai KAUSALITAS pada KASUS
• Relatif LAMA dan LANGKA
MAHAL
• Menghitung RELATIF • Menghitung ODDS
RISK (RR) RATIO (OR)
RELATIVE RISK
+ - a/(a+b)
+ a b
Faktor
c/(c+d)
risiko
- c d
RR = (100/250) : (100/250) = 1
Jadi, nilai RR adalah…
97 C. 1
B. Menolak permintaan pasien
98 dan didiagnosis ditulis secara
profesional
• Ny. Triana 30 taun, berobat mengenai
masalah jerawat di wajah
• Pasien meminta dokter menulis diagnosis
bahwa pasien alergi, agar asuransi dapat
diklaim
Beneficence
Non-maleficence
• First do no harm.
• Sering dalam keadaan cito.
• Dokter harus memberikan yang terbaik diantara yang buruk.
• Contoh: menolak aborsi tanpa indikasi medis
Autonomi
Justice
B. Benefincence dan
autonomi
100 B. Medical indication
• Dokter mendiagnosis pasien sehat, dan
mengedukasi pasien untuk istirahat dan
makan makanan bergizi
• Pasien tetap meminta disuntik, karena
mengaku belum membaik jika belum disuntik
B. Medical indication