Anda di halaman 1dari 627

1-100

1. D. Skizofrenia residual
• Menarik diri dari pergaulan
• Menyendiri dan pendiam
• Sedang menjalani pengobatan skizofrenia
• Sudah tidak melihat bayangan aneh dan
mendengar suara-suara yang menakutkan
• Sudah dapat melakukan aktivitas merawat
diri sendiri dengan baik

• Diagnosis?
Skizofrenia
Diagnosis
• Minimal 2 dari gejala : waham, halusinasi, bicara tidak
teratur, perilaku tidak teratur atau katatonik, gejala
negatif (afek datar, kehilangan gairah)
• Atau satu gejala ini: waham bizarre, halusinasi auditorik
dimana suara mengkomentari perilaku pasien terus, atau
halusinasi auditorik dimana dua atau lebih suara
berbicara satu sama lain
• Gejala lebih dari satu bulan
• Fungsi sosial atau pekerjaan terganggu
Tatalaksana
• Antipsikotik gen. 1: chlorpromazine, haloperidol
• Antipsikotik gen. 2: aripiprazole, clozapine, olanzapine,
risperidone

Sumber: PPDGJ + Medscape


Klasifikasi Skizofrenia
• Paranoid: waham dan halusinasi
• Hebefrenik: perilaku dan bicara tidak teratur
• Katatonik: mengambil posisi tubuh yang aneh, reaksi
terhadap lingkungan berkurang (stupor), mutisme,
menolak untuk bergerak (negativisme)
• Tak terinci: tidak memenuhi paranoid, hebefrenik,
ataupun katatonik
• Residual: ada riwayat diagnosis skizofrenia
di masa lalu, tapi sekarang hanya tinggal
gejala negatifnya saja.
• Simpleks: hanya berupa gejala negatif (penarikan diri
dari lingkungan), tidak ada riwayat skizofrenia di masa
lalu

Sumber: PPDGJ + Medscape


Antipsikotik
Efek Samping Antipsikotik
Jawaban Lainnya
• A. Relaps skizofrenia à kambuh
• B. Skizofrenia simpleks à hanya berupa gejala negatif
• C. Depresi pasca skizofrenia à dominan perasaan sedih
(mood yang depressed)
• Bedakan depresi dengan gejala negatif
• Depresi ditandai dengan anergi, afek depresi, anhedonia
(murung, tidak bersemangat, dll)
• Gejala negatif adalah lebih suka diam, menyendiri, tidak
banyak heboh
• E. Gangguan mood pada skizofrenia à tidak spesifik
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

1. D. Skizofrenia residual
D. Pemberian antipsikotik dan
2. ibu dipisahkan dengan bayinya

• Menyendiri di dalam kamar sejak 2 bulan


setelah melahirkan anaknya.
• Terlihat sangat marah dan ingin membunuh
anaknya.
• Yakin anaknya merupakan pembawa sial
yang dikirim oleh orang yang membencinya.
• Ketika hamil ditinggal oleh suaminya.

• Tatalaksana?
Gangguan Jiwa Pasca Persalinan
1. Postpartum blues/baby blues/matrenity blues
• Gejala depresi paling ringan
• Biasa dialami oleh perempuan setelah melahirkan antara hari
ke7 hingga 14 yang terjadi untuk sementara (umumnya <2
minggu)
• Hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan
2. Depresi Postpartum
• Gejala sama dengan gejala depresi (perasaan sedih, hilangnya
minat dan semanagt beraktvitas,malas mengurus anak, sulit tidur
atau terlalu banyak tidur, nafsu makan menurun, merasa tidak
mampu mengurus anak
• Umumnya > 2minggu
• Pada kasus berat bisa disertai keinginan bunuh diri
• Tatalaksana dengan antidepresan

3. Psikosis Postpartum
• Bentuk paling berat
• Disertai halusinasi dan waham (anak jelmaan setan, makhluk
aneh)
• Ada keinginan untuk membunuh anaknya
• Tatalaksana dengan antipsikotik dan pisahkan dengan bayi pasien
Jawaban Lainnya
• A. Konseling à tidak memungkinkan
• B. Pasien dirawat bersama bayinya karena bayi
membutuhkan ASI à pentingkan keselamatan
nyawa bayi
• C. Pasien diberikan antidepresan à untuk
tatalaksana depresi postpartum
• E. Pemberian antipsikotik dan anti depresan à
tidak diberikan antidepresan
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

2. D. Pemberian antipsikotik dan


ibu dipisahkan dengan bayinya
3. A. Serangan panik

• Berdebar-debar tanpa alasan yang jelas


• Sesak napas, keringat dingin dan merasa
tercekik
• Hasil pemeriksaan normal à menyingkirkan
kemungkinan organik

• Diagnosis?
Jawaban Lainnya
• B. Somatisasi à banyak keluhan/gejala, hasil
pemeriksaan normal
• C. Gangguan cemas menyeluruh à mencemaskan
berbagai hal
• D. Fobia sosial à takut berbicara/tampil di depan
umum, gelisah, berkeringat dingin
• E. Gangguan hipokondria à yakin mengalami
penyakit tertentu namun hasil pemeriksaan normal
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

3. A. Serangan panik
4. B. Middle Insomnia

• Sulit tidur sejak 3 minggu lalu


• Pasien tidak memiliki keluhan untuk memulai
tidur.
• Berulang kali terbangun tanpa sebab yang jelas.

• Diagnosis?
Gangguan Tidur
PARASOMNIA
• Sleep terror: pasien terbangun mendadak dari tidur sambil
berteriak ketakutan, tapi dia tidak mengingat ada mimpi
• Somnambulisme: berjalan atau beraktivitas sambil tidur
• Nightmare: mimpi buruk, pasien teringat mimpinya saat
bangun dari tidur

BEDAKAN Narkolepsi dan hipersomnia:


Narkolepsi: Serangan kantuk mendadak yang bisa terjadi
berkali-kali dalam sehari. Namun, di luar serangan, pasien
tidak merasa mengantuk. Bisa disertai katapleksi, paralisis
tidur, dan halusinasi hipnagogik
Hipersomnia: sering merasa mengantuk meskipun kuantitas
dan kualitas tidur di malam hari optimal.
Insomnia: tidak bisa/kekurangan tidur

Sumber: Buku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ - III


Jenis Insomnia
• Early insomnia: sulit untuk memulai tidur
• Middle insomnia: berulang kali terbangun dari
tidur
• Late insomnia: tidak ada kesulitan untuk masuk
tidur, namun terbangun dini hari dan setelah
bangun sulit untuk tidur lagi

Sumber: Medscape
Tatalaksana Insomnia
• The American Association of Sleep Medicine (AASM)
guideline states that the 2 primary goals of treatment
are to improve sleep quality and to improve related
daytime impairments.
• The AASM guideline recommends psychological and
behavioral interventions (including, but not limited to,
cognitive-behavioral therapy [CBT]) as effective in the
treatment of chronic comorbid insomnia as well as
primary insomnia.
• The treatment of primary (psychophysiologic) insomnia
begins with education about the sleep problem and
appropriate sleep hygiene measures
FDA Approved Insomnia
Treatment
Jawaban Lainnya
• A. Early insomnia à sulit memulai tidur
• C. Late insomnia à terbangun dini hari dan tidak
dapat tidur kembali
• D. Somnambulisme à sleepwalking
• E. Parasomnia à golongan besar kelainan tidur
(namun tidak termasuk insomnia dan
hipersomnia!)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

4. B. Middle insomnia
5. C. Metadon
• Lemas seluruh tubuh dan nyeri seluruh
persendian.
• Cemas, berkeringat, dan gemetar.
• Menggunakan obat terlarang jenis suntik sejak
1 tahun lalu à terakhir menggunakan 2 hari
yang lalu.
• PF: pupil midriasis dan tangan tremor, disertai
dengan keluar banyak ingus dari hidung dan
berkeringat.

• Tatalaksana?
Gejala Intoksikasi Khas Tiap Golongan
Obat
Jawaban Lainnya
• A. Nalokson à untuk intoksikasi opioid
• B. Flumazenil à untuk intoksikasi benzodiazepin
• D. Asetilsistein à untuk intoksikasi paracetamol
• E. Bikarbonat à untuk intoksikasi asam jengkolat
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

5. C. Metadon
6. E. Ekshibisionis

• Sering terlihat memamerkan alat


kelaminnya di tempat umum
• Merasa puas hingga ejakulasi apabila
melihat lawan jenis terkejut dengan
perilakunya.
• Diagnosis?
Gangguan Seksual (Parafilia)
• Pedofilia: preferensi seksual pada anak-anak
• Fetihisme: kepuasan seksual dengan mengandalkan benda2 tertentu
sebagai objek fantasi à partner seksual yang memakainya.
• Bedakan dengan transvestisme à kepuasan seksual dengan
memakai pakaian lawan jenis untuk menghayatinya (riasan lengkap,
rambut palsu).
• Masokisme: preferensi seksual untuk menjadi korban disiksa
• Sadisme: preferensi seksual untuk menjadi pelaku yang menyiksa
• Nekrofilia: preferensi seksual pada mayat.
• Ekshibisonisme: kepuasan seksual dengan mempertontonkan alat
kelamin
• Voyeurisme: kepuasan seksual dengan mengintip orang lain
melakukan hubungan seksual

Sumber : Panduan pelayanan medis Departemen Psikiatri RSCM


Tatalaksana
• Treatment options may include psychotherapy, individual
psychotherapy, group therapy, marital therapy, and family
therapy, as well as pharmacotherapy or even surgical
interventions, as indicated.
• Inpatient treatment is indicated for patients who are
suicidal, homicidal, or disabled to the point where they
cannot take care of themselves. Suicide risk is high if they
feel exposed or confronted. If patients are charged with a
crime or have been arrested, they may be incarcerated.
• For adults with exhibitionistic disorder (sociopaths
excluded), group therapy has been effective in improving
social skills and providing support against additional
offenses.

https://emedicine.medscape.com/article/291419-treatment
Tatalaksana
Obat yang dapat digunakan
• SSRI Dosis SSRI yang digunakan
• Long-acting gonadotropin- • Sertraline - 150-200 mg/day
releasing hormones (leuprolide • Fluoxetine - 20-80 mg/day
acetate & triptorelin) • Fluvoxamine - 200-300
• Antiandrogen, seperti mg/day
medroxyprogesterone acetate • Citalopram - 20-80 mg/day
(10 mg q12hr, with the dosage
doubled every 3 days to a • Paroxetine - 20-60 mg/day
maximum of 200 mg/day, then
maintained for 1 month and
adjusted as necessary)
• Phenothiazines (fluphenazine)
• Mood stabilizers

https://emedicine.medscape.com/ar
ticle/291419-treatment#d10
Jawaban Lainnya
• A. Masokisme à suka menyakiti diri sendiri untuk
mendapat kepuasan seksual
• B. Sadisme à suka menyiksa partner seksual untuk
mendapatkan kepuasan seksual
• C. Fetihisme à ketergantungan terhadap objek-
objek tertentu untuk menimbulkan gairah seksual:
sepatu, stocking, sarung tangan
• D. Voyeurisme à suka mengintip/melihat orang
lain tanpa busana atau sedang melakukan
hubungan seksual
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

6. E. Ekshibisionis
7. B. Geophagia

• Anak yang suka makan tanah, batu, kapur à


diagnosis besarnya adalah PICA

• Diagnosis?
Pica
• Kebiasaan makan benda-benda yang aneh / substansi
yang tidak/kurang bernutrisi seperti batu, cat, kertas
• Diduga berkaitan dengan kondisi defisiensi besi
• Sering pada anak, tetapi bisa terjadi juga pada orang
dewasa (sering pada orang yang sedang menjalani diet
ketat atau pada wanita hamil)
• Jenis : geophagia (tanah, batu), pagophagia (es),
amylophagia (starch) , trichopagia (rambut), logam
(metallophagia)
• Terapi: CBT, psikoterapi, mengobati penyebab (misal
mengobati anemia defisiensi besi)
Jawaban Lainnya
• A. Amylophagia à starch (tepung)
• C. Pagophagia à es atau minuman dingin tanpa zat
nutrisi
• D. Agorafobia à fobia di tempat terbuka
• E. Anoreksia nervosa à diet ketat, tidak mau
makan, masih merasa gendut padahal sudah kurus
sekali
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

7. B. Geophagia
8. B. Fobia Sosial

• Cemas, gelisah, sangat ketakutan saat maju


presentasi rapat di depan teman kantor dan
atasan
• PF dalam batas normal

• Diagnosis?
Fobia Sosial
• Agorafobia
• Takut ditinggal sendirian di tempat umum
• Fobia sosial
• Takut bersosialisasi dengan orang yang belum dikenal baik,
takut situasi-situasi sosial
• Bedakan takut sosialisasi dengan takut di tempat umum
• Gangguan
• Cemas, tidak ada pencetusnya, hilang timbul
• Reaksi stres akut
• Gejala cemas muncul setelah sebuah kejadian traumatik,
berlangsung sepanjang waktu, sembuh sendiri dalam waktu
<1 bulan

Sumber : Panduan pelayanan medis Departemen Psikiatri RSCM


Tatalaksana
Jawaban Lainnya
• A. Gangguan cemas menyeluruh à suka
mencemaskan berbagai hal
• C. Gangguan panik à tiba-tiba sesak, nyeri dada,
tercekik, berkeringat dingin tanpa alasan yang jelas
• D. Gangguan somatisasi à banyak keluhan/gejala
namun hasil pemeriksaan normal
• E. Gangguan konversi à defisit neurologis yang
timbul tanpa adanya kelainan organik, pada pasien
yang memiliki stresor berat terhadap hidupnya
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

8. B. Fobia Sosial
9. A. Gangguan Konversi

• Kedua tungkai lumpuh


• Kecewa dan marah pada anak à stresor
psikologis berat
• Tidak ada riwayat penyakit umum

• Diagnosis?
Gangguan Konversi
• Menurut DSM IV : gangguan dengan karakteristik
munculnya satu atau beberapa gejala neurologis
(buta, lumpuh, dll) yang tidak dapat dijelaskan
dengan penjelasan medis ataupun neurologis yang
ada.
Jawaban Lainnya
• B. Hipokondriasis à yakin bahwa dirinya menderita
suatu penyakit tertentu (diagnosis) namun hasil
pemeriksaan normal
• C. Malingering à berpura-pura sakit untuk
mendapat keuntungan (keuntungan eksternal)
• D. Factitious disorder à membuat-buat sakit untuk
cari perhatian
• E. Gangguan somatisasi à menderita berbagai
keluhan/gejala (“koleksi gejala”) namun hasil
pemeriksaan normal
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

9. A. Gangguan konversi
10. E. Proyeksi

• Menuduh suaminya selingkuh


• Padahal dirinya selingkuh

• Mekanisme defensif?
Mekanisme Defensif
• Proyeksià impuls internal yang tidak dapat diterima dan dihadapi
à dirasakan dan ditanggapi seakan-akan berasal dari luar
dirinya
• Usaha menyalahkan orang lain atas kegagalannya
• CO. Nilai olahraga kurang baik karena sedang sakit
• Atau seperti pada kasus, mengalami kegagalan karena takut jarum
• Acting out: tidak mengatakan “saya tidak suka dengan kamu”,
melainkan melempar orang tersebut dengan buku, misalnya.
• Reaksi formasià reaksi mencegah keinginan yang berbahaya
dengan melebih2kan sikap dan perilaku kearah yang berlawanan
agar menjadi rintangan
• Contoh: seseorang yang melarang keras perjudian dengan maksud agar
dapat menekan kecenderungannya untuk ke arah itu
• Co. Seseorang yang menyayangi orang lain berlebihan, tetapi
memperlihatkan sikap yang sebaliknya
Mekanisme Defensif
• Simbolisasi à mekanisme pertahanan dengan
menggunakan suatu objek untuk mewakili ide,
tanpa disadari oleh orang yang bersangkutan
• Contoh: Menggunakan pulpen merah utk menunjukkan
kemarahan
• Rasionalisasi --> menggunakan “alasan” yang
terlihat logis untuk menutupi masalah yang
dialaminya.
• Contoh: seorang dokter yang memberikan obat tanpa
indikasi membuat-buat alasan bahwa pasien tersebut
tetap memerlukan obat tersebut
Jawaban Lainnya
• Sesuai dengan yang ada di pembahasan
Yang mekanisme defensif yang
ditunjukkan oleh pasien ini adalah…
10.
E. Proyeksi
11. D. Fugue disosiatif

• Tiba-tiba pergi dari Kota Jakarta ke Surabaya


• Tidak ingat identitas awalnya dan
pekerjaannya sebelum pergi

• Diagnosis?
Gangguan Disosiatif
• Amnesia disosiatif
– Hilang ingatan
• Gangguan identitas disosiatif
– Kepribadian ganda atau lebih
• Fugue disosiatif
– Tiba-tiba pergi dari rumah atau tempat kerja,
dengan kesulitan mengingat sebagian atau
seluruh masa lalu. Pasien bisa menggunakan
identitas baru.
• Depersonalisasi & derealisasi

Sumber : Panduan pelayanan medis Departemen Psikiatri RSCM


Tatalaksana
• If people have had dissociative fugues,
psychotherapy, sometimes combined with hypnosis
or drug-facilitated interviews (interviews conducted
after a sedative is given intravenously), may be
used to try to help people remember the events of
the fugue period. However, these efforts are often
unsuccessful.

http://www.msdmanuals.com/home/mental-health-disorders/dissociative-
disorders/dissociative-fugue
Jawaban Lainnya
• A. Disosiasi identitas à kepribadian ganda
• B. Depersonalisasi à merasa dirinya bukan dirinya
yang biasa, “ada yang aneh dengan saya”
• C. Trans disosiatif à kesadaran berubah merasa
dirinya dirasuki oleh roh
• E. Amnesia disosiatif à hilang ingatan
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

11. D. Fugue disosiatif


12. C. Bulimia Nervosa
• Makan dalam jumlah yang banyak dalam
sekali makan
• Memasukan jari ke dalam mulut untuk
muntah paksa
• Minum obat-obatan pencahar untuk
mengeluarkan makanan yang sudah
dimakan
Bulimia nervosa
• Bulimia nervosa:
– Makan banyak dan tidak dapat dikontrol
– Berhenti ketika dihentikan orang lain, ataupun nyeri perut akibat
ekstensi berlebihan
– Diikuti oleh tindakan muntah paksa ataupun metode lain untuk
mengeluarkan makanan
– Dapat menimbulkan gangguan pencernaan, infertilitas, gangguan
elektrolit dan dehidrasi, ataupun keluhan lainnya
– Seringnya memiliki BB normal ataupun sedikit di bawah normal
• Tata laksana:
– Psikoterapi
– Pemberian Anti depresan berupa SSRI

Sumber : Panduan pelayanan medis


Departemen Psikiatri RSCM
Jawaban Lainnya
• A. Anoreksia nervosa à gangguan makan, kurus,
tidak mau makan sama sekali
• B. Psikosomatis à stresssor psikis memunculkan
keluhan fisik
• D. Adolescent adjustment disorder à gangguan
penyesuaian pada onset usia remaja, ditandai
dengan gejala yang dapat berupa depresi, cemas,
dan lain-nya
• E. Pica à makan substansi yang sebenarnya tidak
bernutrisi : pagophagia (es), trichopagia (rambut),
logam (metallophagia)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

12. C. Bulimia Nervosa


13. E. Uretra

• Kencing bercabang à kemungkinan yang


bermasalah adalah struktur terakhir dari
saluran kemih
• Riw. kencing bernanah berulang dan telah
sembuh à kemungkinan ada striktur uretra e.c
ISK/IMS berulang
Striktur Uretra
• Umum ditemukan pada laki-laki
dibanding wanita
• Dapat berupa congenital atau
acquired (kebanyakan karena
infeksi atau trauma)
• Gejala : sulit BAK, retensi urin,
kencing bercabang (spraying or
double stream), postvoiding
dribbling
• Komplikasi : prostatitis, reflux,
hidronefrosis, gagal ginjal, fistula
uretra, abses periuretra
• Tx : dilatasi mekanik, uretrotomi,
surgical reconstruction

Sumber : smith urology


Jadi, struktur yang mengalami
kelainan pada pasien ini adalah…
13. E. Uretra
B. Indentasi kaudal buli-
14. buli

• Sulit BAK
• Nyeri pada perut bagian bawah
• PF:
• Bulging (+) di suprapubis
• Pool atas prostat tidak teraba, konsistensi
kenyal, permukaan rata, nyeri (-)
• Diagnosis: BPH

• Gambaran pencitraan?
BPH (benign prostat hyperplasia)
• Pembesaran prostat jinak • α-blocker (terazosin,
doxazosin, prazosin,
• Keluhan sulit kencing tamsulosin, alfulosin,
• RT à lunak, pool atas silodosin) menyebabkan
relaksasi otot polos prostat di
tidak teraba leher buli, kapsul prostat dan
• 2 kelas obat yang dapat uretra pars prostatika.
diberikan • 5α-reductase inhibitor
• α-blocker (finasteride, dutasteride)
bekerja dengan mengurangi
• 5α-reductase inhibitor ukuran kelenjar prostat.
• α-blocker bisa digunakan
untuk hipertensi, yang paling
sering digunakan à prazosin,
EAU Guidelines on the Treatment of Non-neurogenic Male LUTS, 2011
IAUI : Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia.2003
Enzim 5 alfa- reduktase mengubah
testosteron menjadi DHT. DHT akan
memicu growth factor à
proliferasi prostat
Anatomi
prostat
Gejala LUTS - BPH
Pemeriksaan BNO - IVP
BPH
• Indentasi kaudal buli-
buli
• Elevasi pada
intraureter
menghasilkan bentuk J-
ureter
• Divertikulasi dan
trabekulasi vesika
urinaria
Panah: J ureter
Jawaban Lainnya
• A. Indentasi kranial buli-buli à tidak khas, dapat
terjadi pada tumor (filling defect di bagian atas,
dapat menimbulkan indentasi di daerah kranial)
• C. Filling defect à Ca buli
• D. String sign à Hipertrofi stenosis pilorus
• E. Double bubble sign à atresia duodenum
Jadi, gambaran pencitraan pasien ini
adalah…
14. B. Indentasi kaudal buli-
buli
15. A. Epididimitis

• Nyeri pada buah zakar sebelah kiri sejak 1


minggu
• Demam.
• Riwayat nyeri saat BAK disertai kencing
bernanah.
• PF: testis sebelah kanan lebih tinggi, refleks
kremaster (+), phren sign (+).

• Diagnosis?
Epididimitis vs orchitis
Epididimitis vs Orchitis
• Epididimitis = radang di epididimis

• Orchitis = radang di testis


à Sukar dibedakan

• Infeksi di epididimis bisa


menyebar ke testis sehingga
disebut epididimorchitis.

• Patogen tersering penyebab


epidimitis : Neisseria gonorhea,
Chlamydia, E coli

• Patogen tersering penyebab


orchitis : virus mumps, sifilis.
Orchitis
• Reaksi inflamasi akut pada testis akibat infeksi virus
maupun bakteri
• Paling sering disebabkan infeksi virus mumps
• Bisa didahului dan disertai oleh infeksi epididimis
sehingga menjadi epididimoorchitis
• Tanda dan gejala : bengkak pada satu atau kedua
testis, nyeri, nyeri tekan, demam, mual, muntah
• Tatalaksana bergantung penyebab. Bakteri à
antibiotik, virus à NSAID, bed rest dan elevasi
skrotum, cold pack Emedicine.medscape
Jawaban Lainnya
• B. Hidrokel à massa di skrotum, testis tidak teraba,
tes transiluminasi
• C. Tumor testis à massa keras, berbatas tegas di
skrotum
• D. Torsio testis à nyeri skrotum mendadak, reflek
kremaster (-), phren sign (-).
• E. Varikokel à masa seperti cacing, transluminasi (-
), masa membesar dengan valsava test
Jadi, diagnosa pasien ini adalah…

15. A. Epididimitis
16. A. Hipospadia glanular

• Lubang kencing berada di ujung penis,


namun agak di ventral.

• Diagnosis?
Hypospadia
• Hipospadia adalah kelainan
kongenital uretra laki-laki dimana • Diagnosis dengan PF, dimana
didapatkan OUE terletak pada didapatkan:
lokasi abnormal di ventral penis. • Preputium abnormal (dorsal
hooded prepuce)
• Klasifikasi • Kurvatura penis abnormal
(chordee)
• Derajat 1: OUE di glans atau • Terlihat 2 OUE: posisi normal
subcorona dan abnormal
• Derajat 2: OUE di batang penis
• Derajat 3: OUE di skrotum • Tatalaksana: (operasi
atau perineum sebaiknya dilakukan sebelum
usia 18 bulan); teknik:
• Patogenesis terjadi akibat • Primary tubularization
gangguan stimulasi androgenik • Onlay island flap
pada saat proses embriologi • Two-stage hypospadias repair
genitalia • Penile curvature (Chordee)
• Fimosis: preputium tidak dapat diretraksi,
sakit dan nyeri saat berkemih, perlu
mengedan dan sebelum berkemih ada
gelembung di penis
• Parafimosis: preputium menjepit batang
penis, saat diretraksi tidak dapat
dikembalikan lagi, merupakan keadaan
emergency dalam urologi
• Hipospadia: orifium uretra eksterna tidak
berada di ujung glans penis, tetapi di
bagian bawah (ventral), keluhan pasien:
kencing menetes
• Epispadia: OUE pada bagian atas (dorsal)
penis
Jawaban Lainnya
• B. Hipospadia penoscrotal à lubang BAK di ventral
daerah dekat skrotum
• C. Epispadia corpus à lubang BAK di dorsal penis
daerah corpus/shaft
• D. Epispadia penoscrotal à lubang BAK di dorsum
daerah dekat skrotum
• E. Parafimosis à preputium menjepit gland penis,
tidak bisa tarik ke depan kembali
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

16. A. Hipospadia glanular


17. A. Sindroma Nefrotik

• Bengkak seluruh tubuh sejak 5 hari lalu


• Tidak ada riwayat demam maupun sakit
tenggorokan sebelumnya
• Lab: proteinuria +4, ureum 20 mg/dl,
kreatinin 0,8 mg/dl, kreatinin urin 150
mg/dl.
Sindrom Nefrotik
• Sindrom nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai
dengan gejala:
1. Proteinuria masif (> 40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari atau
rasio protein/kreatinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik =
2+)
2. Hipoalbuminemia < 2,5 g/dL
3. Edema
4. Dapat disertai hiperkolesterolemia > 200 mg/dL
• Patogenesis terjadi SN adalah kerusakan filter terhadap protein
albumin di glomerulus ginjal (yang disebabkan berbagai
etiologi). Kerusakan ini mengakibatkan protein loss via urin
(menimbulkan proteinuria; hipoalbumin). Hilangnya protein ini
menyebabkan turunnya tekanan osmotik sehingga timbul
edema pitting. Hiperkolesterolemia merupakan kompensasi
terhadap turut hilangnya lemak (lipid loss) dari penyaringan
glomerulus yang gagal (lipid yang masuk ke ginjal akan diubah
menjadi oval fat bodies).
Sindrom Nefrotik
• Remisi: proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4 mg/m2
LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu
• Relaps: proteinuria = ≥2+ (proteinuria >40 mg/m2 LPB/jam) 3 hari
berturut-turut dalam 1 minggu
• Relaps jarang: relaps kurang dari 2 x dalam 6 bulan pertama setelah
respons awal atau kurang dari 4 x per tahun pengamatan
• Relaps sering (frequent relaps): relaps ≥ 2 x dalam 6 bulan pertama
setelah respons awal atau ≥ 4 x dalam periode 1 tahun
• Dependen steroid: relaps 2 x berurutan pada saat dosis steroid
diturunkan (alternating) atau dalam 14 hari setelah pengobatan
dihentikan
• Resisten steroid: tidak terjadi remisi pada pengobatan prednison
dosis penuh (full dose) 2 mg/kgbb/hari selama 4 minggu.
• Sensitif steroid: remisi terjadi pada pemberian prednison dosis
penuh selama 4 minggu
Tatalaksana SN (PPM IDAI)
• Medikamentosa • Suportif
Prednison dengan dosis - tirah baring
awal 60 mg/m2/hari atau 2 - diet protein normal (1,5-2
mg/kgbb/hari (maksimal 80 kgbb/hari)
mg/hari) dibagi 3 dosis
selama 4 minggu - diet rendah garam (1-2
dilanjutkan dengan 2/3 g/hari)
dosis awal dosis tunggal - diuretik
pagi selang sehari
(alternating) 4-8 minggu - jika hipertensi, tambah
obat hipertensi
- albumin 20-25% 1 g/kgbb
selama 2-4 jam atas indikasi
edema refrakter, syok atau
albumin < 1
Jawaban Lainnya
• B. Sindroma nefritik à edema, hipertensi,
hematuria, azotemia
• C. Infeksi saluran kemih à nyeri saat bak, urin
keruh
• D. Gagal ginjal kronik à edema pedis, urine output
turun, Ur/Cr meningkat, ginjal mengecil pada USG
• E. Glomerulonefritis akut à gejala sama dengan
sindroma nefritik
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

17. A. Sindroma Nefrotik


18. C. Sistitis

• Rasa panas saat buang air kecil


• PF : Nyeri tekan pada supra simfisis
• Urinalisis: leukosit 10-15/lpb, eritrosit 1-
2/lpb.
• (leukosit > 10/lpb dianggap bermakna)

• Diagnosis?
Infeksi Saluran Kemih
Definisi Manifestasi klinis
•ISK non-komplikata: sistitis •Sistitis: disuria, urgensi,
pada perempuan tidak hamil frekuensi (gejala LUTS),
imunokompeten tanpa
penyakit struktural atau urin keruh, NT
neurologik yang mendasari suprapubik, demam (-)
•ISK komplikata: •Uretritis: mirip sistitis,
• ISK atas pada
perempuan tapi ada kencing nanah
• ISK apapun pada pria •Prostatitis: demam,
atau perempuan hamil nyeri perineum, NT
• ISK dengan kelainan
struktural atau prostat pada RT
imunosupresi •Pielonefritis: demam
tinggi, nyeri pinggang,
mual muntah, nyeri ketok
CVA
Etiologi Tata laksana
•Non-komplikata: E. coli • Sistitis: fluorokuinolon atau
cotrimoxazole PO selama 3
•Komplikata: E. coli,
enterococci, pseudomonas hari (non-komp) atau 2
minggu (komplikata)
•Uretritis: C. trachomatis, N.
gonorrhoeae • Uretritis: ceftriaxon 125 mg
IM 1x (untuk Neisseria) +
doxycycline 2x100 mg PO
Penunjang atau azithromycin 1 g PO 1x
•Urinalisis: pyuria, (untuk Chlamydia)
bakteriuria
• Prostatitis: fluorokuinolon
•Urinalisis penting pada atau cotrimoxazole PO 2-4
wanita hamil untuk mencari
bakteriuria asimptomatik minggu
• Pielonefritis: ceftriaxone IV
selama 14 hari
• http://www.chemotherapie-journal.de/archiv/artikel/2011/05/388.htm
tmedweb.tulane.edu
Jawaban Lainnya
• A. Pyelonefritis : infeksi pada pyelum ginjal, ketok
CVA +, demam +, urin keruh, sakit BAK
• B. Glomerulonefritis à paling sering pasca
streptokokus, BAK merah/air cola, edema,
hipertensi, azotemia
• D. Vaginitis à radang vagina, dispareunia
• E. Servisitis à radang serviks, kemerahan pada
serviks, dispareunia
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

18. C. Sistitis
19. A. Batu Buli

• Nyeri saat BAK


• Kadang lancar, kadang terasa tersendat
• Harus berubah posisi agar aliran urin lancar
• PF tidak ditemukan kelainan

• Diagnosis?
Urolithiasis
• Nefrolithiasis: nyeri pinggang atas, tidak menjalar,
nyeri ketok CVA (+)
• Ureterolithiasis: nyeri menjalar sesuai arah ureter.
Bila di proksimal umumnya menjalar ke pinggang
dan disertai keluhan mual-muntah, bisa di distal
nyeri menjalar ke selangkangan
• Vesikolithiasis: kesulitan BAK posisional,
berhubungan dg bph
• Urethrolithiasis: nyeri BAK, BAK mengedan, nyeri di
ujung kemaluan
Vesikolitiasis
• Penjalaran nyeri
merupakan nyeri
alih.
• BAK yang tiba-
tiba tersendat
menyatakan
adanya obstruksi
tiba-tiba di leher
kandung kemih
yang
kemungkinan
disebabkan oleh
batu.
Khas: Nyeri mendadak setelah BAK (kandung kemih kosong, batu mengenai dinding
kandung kemih)
Tatalaksana
• Because a bladder stone is in itself a sign of an
underlying problem, both removal of the stone
and treatment of the underlying abnormality are
nearly always indicated.
• Currently, 3 different surgical approaches to this
problem are used:
• Transurethral cystolitholapaxy
• Percutaneous suprapubic cystolitholapaxy
• Open suprapubic cystotomy
Jawaban Lainnya
• B. Batu ureter proksimal à nyeri kolik, retensi urin,
radiasi nyeri ke perineum. Klinis penjalaran nyeri
mirip dengan batu ginjal
• C. Batu ureter distal à nyeri kolik, retensi urin,
radiasi nyeri ke paha bagian dalam/ illiac fossa
• D. Batu uretra à tidak bisa BAK, retensi urin, nyeri
di ujung penis
• E. Batu ginjal à nyeri ketok CVA (+), penjalaran
nyeri sepanjang flank abdomen dari belakang ke
depan
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

19. A. Batu Buli


20. D. Hidronefrosis

• Nyeri pinggang kiri, tidak menjalar


• Sering menahan BAK
• PF:
• Nyeri ketok CVA kiri (+)
• Ballotement kiri (+)
• BNO IVP : pelebaran kaliks berbentuk
clubbing

• Diagnosis?
Hidronefrosis
• Keadaan dimana kaliks ginjal distensi akibat
penumpukkan cairan
• Paling sering disebabkan obstruksi pada area distal
pelvis à batu ginjal atau ureter paling sering
• Gejala à sulit buang air kecil, nyeri pinggang (obstruksi
di ginjal) atau menjalar hingga selangkangan (obstruksi
ureter)
• Evolusi radiologi kaliks renal: cupping (normal) à
blunting à flattening à clubbing à ballooning
• Terapi medikamentosa pada hidronefrosis terbatas
untuk mengurangi nyeri dan mengobati/mencegah
infeksi. Kebanyakan kondisi membutuhkan penanganan
yang sedikit invasif atau open surgical treatment.
Grading Hidronefrosis:
1. Calices berbentuk blunting
(tumpul)
2. Calces berbentuk flattening
(datar)
3. Calices berbentuk clubbing
(menonjol)
4. Calices berbentuk ballooning
(menggembung)
Jawaban Lainnya
• A. Pielonefritis à ISK, ada demam
• B. Nefrolitiasis à belum mengalami pelebaran
kaliks. Ditemukan batu di ginjal (baik radiopak –
polos maupun radiolusen dengan kontras)
• C. Urolitiasis à nyeri pinggang menjalar ke daerah
selangkangan
• E. Tumor wilms à massa di ginjal, pada anak-anak
dan manifestasi pembengkakan abdomen pada
anak-anak
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

20. D. Hidronefrosis
21. B. Dorsumsisi cito
dilanjutkan sirkumsisi
• Nyeri pada alat kelamin dan sulit buang air
kecil.
• Beberapa hari yang lalu anak mencoba
menarik-narik kulitnya ke arah penis.
• PF: preputium tertarik ke corona glandis dan
menjepit penis.

• Tatalaksana?
• Fimosis: preputium tidak dapat diretraksi, sakit dan
nyeri saat berkemih, perlu mengedan dan sebelum
berkemih ada gelembung di penis
• Parafimosis: preputium menjepit batang penis, saat
diretraksi tidak dapat dikembalikan lagi, merupakan
keadaan emergency dalam urologi
• Hipospadia: orifium uretra eksterna tidak berada di
ujung glans penis, tetapi di bagian bawah (ventral),
keluhan pasien: kencing menetes
• Epispadia: OUE pada bagian atas (dorsal) penis
Fimosis VS Parafimosis

FIMOSIS PARAFIMOSIS
• Emergensi
• Bukan emergensi • Prepusium yang ditarik ke belakang
tidak bisa ditarik kembali à terjepit
• Prepusium tidak bisa dan edema
ditarik ke belakang • Gejala umum à kulit prepusium
edema, terdapat cincin menjepit
penis à bisa iskemia
• Gejala umum à ujung • Tatalaksana:
penis menggembung • Manual reduksi
• Cairan hipertonik kompres
• Tatalaksana à • Pungsi
sirkumsisi • Aspirasi
• Insisi vertikal (dorsumsisi)
• Komplikasi : balanitis • Sirkumsisi à urologi
Dorsal slit/dorsumsisi parafimosis
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
B. Dorsumsisi cito dilanjutkan
21.
sirkumsisi
22. A. Low-flow priapism

• Penis ereksi sejak 1 hari yang lalu.


• Terasa nyeri dan sebelumnya tanpa disertai
rangsangan seksual.
• Riwayat penyakit leukemia.
• Penis relaksasi segera setelah pasien
mendapat suntikan sesuatu dari dokter

• Diagnosis?
Priapismus
• Ereksi penis persisten yang berlangsung hingga
berjam-jam dan tidak terkait dengan stimulasi
seksual
• Umumnya hanya melibatkan corpus cavernosa
• Sesuai guideline AUA, lama priapismus didefinisikan
lebih dari 4 jam

https://www.auanet.org/education/guidelines/priapism.cfm
Jenis Priapismus
• Priapismus Iskemik (veno-oklusif, low flow) adalah ereksi
persisten non seksual dikarakteristikan dengan sedikit atau
tidak ada sama sekali aliran darah di kavernosa dan adanya
gas darah abnormal di kavernosa (hipoksik, hiperkarbik dan
asidosis). Aspirasi darah pada penis darah berwarna gelap.
Korpus kavernosa kaku dan teraba tender. Nyeri (+).
Merupakan keadaan emergensi
• Priapismus Non iskemik (arterial, high flow) adalah ereksi
persisten non seksual disebabkan oleh aliran arteri
kavernosa yang tidak teregulasi. Gas darah kavernosa tidak
hipoksik ataupun asidosis. Umumnya penis tidak terlalu
kaku dan tidak nyeri. Bukan keadaan emergensi. à terkait
dengan riwayat trauma
• Stuttering (intermittent) priapism adalah bentuk rekuren
priapismus iskemik.
https://www.auanet.org/education/guidelines/priapism.cfm
Tatalaksana priapismus
Priapismus iskemik
- Aspirasi
- Injeksi simpatomimetik secara intrakavernosa, obat
yang direkomendasikan adalah fenilefrin.
Fenilefrin diencerkan dengan normal salin hingga
konsentrasinya 100 sampai 500 mcg/mL kemudian injeksi
1 mL setiap 3 sampai 5 menit selama 1 jam atau sampai
terjadi resolusi
- Kavernogranular shunt (surgical)
Priapismus non iskemik àobservasi (aspirasi/injeksi tidak
dianjurkan), umumnya resolusi sendiri, bila pasien minta
boleh dilakukan selective arterial embolization
Priapism is a rare disease, characterized by prolonged,
painful and irreducible erection, not resulting in
ejaculation. It is an andrological emergency with a poor
prognosis, as the risk of impotence is 50% despite
appropriate management. Sickle cell anaemia, chronic
myelogenous leukemia, chronic lymphocytic leukemia,
and acute lymphoblastic leukemia are hematologic
disorders that can be a cause of priapism.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3290050/
Jawaban Lainnya
• B.High-Flow priapism à tidak
nyeri, ada riwayat trauma
• C.Fimosis à Preputium tidak
dapat ditarik ke belakang,
nyeri saat miksi
• D.Parafimosis à preputium
menjepit batang penis
• E. Peyronie disease à penis
melengkung berlebihan dipicu
oleh jaringan plak.
Jadi, diagnosa pasien ini adalah…

22. A. Low-flow priapism


23. B. Ruptur uretra posterior

• Nyeri pada kemaluan


• Terjatuh dari sepeda mengenai
selangkangan
• PF:
• Darah pada meatus uretra eksternus
• RT : floating prostate

• Diagnosis?
Ruptur organ
Organ Gejala
Ginjal Nyeri di pinggang, hematuria
Ureter Nyeri dapat menjalar ke selangkangan,
jarang terjadi, hematuria
Buli/kandung kemih Nyeri di suprapubik, hematuria
Uretra anterior Nyeri di selangkangan, paling sering
karena straddle injury, butterfly
hematoma
Uretra posterior Nyeri di selangkangan, biasanya
disebabkan fraktur pelvis, floating
prostate
Ruptur uretra anterior vs
posterior
Klasifikasi Goldman untuk ruptur
uretra
Tipe Kriteria
I Uretra intak namun tertarik sehingga ruptur ligamen
puboprostatik à prostat bergerak superior, kontras tidak
ekstravasasi
II Kontras ekstravasasi ke rongga ekstraperitoneal namun tidak
ada di perineum, diafragma urogenital inak
III Diafragma urogenital robek, kontras ekstravasasi di rongga
ekstraperitoneal dan perineum
IV Robekan hingga ke leher kandung kemih. Kontras dapat dilihat
ekstravasasi di pelvis ekstraperitoneal dekat uretra proksimal à
berpotensi cedera spinchter uretra internal (inkontinensia urin)

V Klasifikasi ini khusus untuk cedera uretra anterior, distal dari


diafragma urogenital, biasanya terdapat pada straddle injury

Medscape
Pemeriksaan Penunjang
• Imaging: retrograde urethrography, cystography
• Cystoscopy
Tatalaksana ruptur uretra
• Simptomatik
• Atasi retensi urin à sistostomi suprapubik. Kateter
urin dikontraindikasikan
• Bedah à terutama pada ruptur uretra posterior
yang disertai cedera pelvis (koreksi uretra ditunda
sampai masalah pelvis ditangani)
Jawaban Lainnya
• A. Ruptur uretra anterior à butterfly hematoma
• C. Ruptur buli-buli à nyeri suprapubik, hematuria
• D. Ruptur ginjal à jejas pinggang, hematuria
• E. Fraktur penis à nyeri pada penis, biasanya
dalam kondisi ereksi
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

23. B. Ruptur uretra posterior


24. B. Merujuk pasien ke poli
interna RS mitra BPJS
• Pasien datang ke dokter umum mitra BPJS
à terduga demam tifoid dari hasil
anamnesa dan PF
• Dokter menyarankan pasien dilakukan
pemeriksaan Widal à memantapkan
diagnosis.
• Tindakan yang tepat?
• Peserta bpjs bisa mendapatkan pemeriksaan
laboratorium yang biayanya dapat ditanggung oleh
BPJS kesehatan.
• Namun tidak semua pemeriksaan laboratorium
dapat ditanggung oleh BPJS tergantung dari
kategori pemeriksaan lab dan juga tempat
melakukan pemeriksaan laboratorium itu sendiri.
Pemeriksaan Laboratorium di
Faskes Primer
• Pemeriksaan lab di faskes tingkat 1 (bila layanan
tersedia) yang ditanggung oleh bpjs meliputi:
• Darah sederhana (Hemoglobin, leukosit, trombosit,
hematokrit, eritrosit, laju endap darah dan golongan darah)
• Urin sederhana (PH, berat jenis, kejernihan, warna,
leukosit, eritrosit)
• Fases sederhana
• Gula darah sewaktu
• Sedangkan jika pemeriksaan di luar kategori di atas
maka tidak dapat ditanggung oleh bpjs kesehatan.
Pasien harus membayar biaya sendiri untuk
pemeriksaan di luar 4 kategori di atas.
Pemeriksaan Lab di Faskes
Tingkat Lanjut
• Pemeriksaan lab di rumah sakit yang dapat
ditanggung oleh bpjs adalah pemeriksaan lab atas
indikasi medis dan atas rujukan dari faskes tingkat 1,
namun tetap rujukan dari faskes tingkat 1 harus
ditujukan ke poli bukan laboratorium
langsung. Tugas dokter spesialis yang akan
menentukan pemeriksaan darah apa saja yang harus
dilakukan pasien.
• Untuk peserta bpjs yang melakukan pemeriksaan lab
di rumah sakit atas indikasi medis dan atas rujukan
dari faskes tingkat 1/ pasien UGD, hampir semuanya
dapat ditanggung oleh bpjs, selama ada teknologinya
dan dilakukan di dalam rumah sakit itu sendiri.
Pemeriksaan Lab untuk pasien
rujuk balik
• Pasien yang menjalani program rujuk balik karena
diagnosis dan terapinya sudah jelas, maka cek lab
bisa dilakukan di puskesmas/poliklinik yang dipilih
pasien, jika klinik atau puskesmas tidak memiliki
fasilitas cek lab, maka faskes 1 bisa merujuknya ke
laboratorium yang sudah bekerjasama dengan bpjs,
biaya sepenuhnya dapat ditanggung oleh bpjs
kesehatan.
Jadi, tindakan yang tepat pada
pasien ini adalah…
24. B. Merujuk ke poli interna
RS mitra BPJS
25. A. 2%

• PNS mengikuti BPJS dan membayar iuran


melalui gaji/upah kerja yang didapatkan.

• Jumlah iuran yang dibayar dari gaji?


Jadi, jumlah iuaran yang dibayar
adalah…
25.
A. 2%
26 C. Hipertensi stage 2

• Laki-laki, 45 tahun
• Nyeri kepala memberat sejak 2 hari
• TD 140/100 mmHg

• JNC 7
• Penegakan diagnosis hipertensi: 2 pengukuran
pada 2 kunjungan yang berbeda

• Klasifikasi Berdasarkan JNC 7

JNC VII, 2003


JNC VIII, 2015
• Krisis hipertensi: Keadaan hipertensi yang membutuhkan penurunan
TD segera. TD sistolik >180 mmHg atau diastolic >120 mmHg
• Hipertensi emergensi à ada kerusakan organ target akut atau
progresif (nyeri dada, sesak nafas, nyeri kepala, pandangan kabur)
à turunkan dengan obat parenteral segera
• Hipertensi urgensi à tanpa gejala berat atau kerusakan organ target
progresif à turunkan TD dalam beberapa jam dengan obat oral
Jawaban Lainnya
A. Prehipertensi à TDS 120-139/TDD 80-89 mmHg
B. Hipertensi stage 1 à TD ≥ 140/90 mmHg
D. Hipertensi urgensi à TD ≥ 180/120 mmHg tanpa
target organ damage
E. Hipertensi emergensi à TD ≥ 180/120 mmHg
dengan target organ damage
26 Jadi, diagnosis Tn. Ojeng adalah…

C. Hipertensi stage 2
27 D. Hidroklorotiazid 1x25 mg PO

• Perempuan, 62 tahun
• Nyeri tengkuk menjalar ke kepala
• TPF: tidak ditemukan defisit neurologis, TD
160/100
• Diresepkan obat antihipertensi à sering
BAK

• Kemungkinan obat?
Macam-macam obat antihipertensi

HCT, furosemide

Bisoprolol, carvedilol

Captopril, ramipril, lisinopril

Valsartan, candesartan

Amlodipin, verapamil, diltiazem

Spironolactone
https://www.uspharmacist.com/article/treatment-of-hypertension-in-the-elderly
27 Jadi, obat yang mungkin diresepkan
adalah…

D. Hidroklorotiazid 1x25 mg PO
28 C. Defibrilasi

• Laki-laki, 52 tahun
• Tidak sadarkan diri, tidak ada nadi dan
napas spontan
• EKG

• Yang seharusnya dilakukan?


4 Gambaran EKG yang wajib diingat saat
kasus Henti jantung / Cardiac arrest

Ventricular
Tachycardia (VT)

Ventricular
Fibrillation (VF)
4 Gambaran EKG yang wajib diingat saat kasus
Henti jantung / Cardiac arrest

Asystole

Pulseless Electric
Activity (PEA)
Semua gambaran EKG tanpa nadi;
kecuali VT dan VF adalah PEA
Jawaban Lainnya
• A. Vagal manuever à untuk takiaritmia
• B. Kardioversi à untuk takiaritmia
• D. Injeksi Sulfas Atropin 0,5 mg IV à untuk
bradiaritmia
• E. Injeksi Epinefrin 1 mg IV à kardioversi lebih
menjadi pilihan utama untuk kasus shockable
cardiac arrest
28 Jadi, yang seharusnya dilakukan oleh
dokter jaga IGD adalah…

C. Defibrilasi
29 E. Melakukan kompresi 15:2

• Anak usia 6 tahun


• Tidak sadarkan diri akibat tenggelam di
sungai
• PF: tidak terdapat nadi dan napas spontan
• Penolong tidak seorang diri

• Hal yang dilakukan dokter?


Jawaban Lainnya
• A. Menyatakan kematian à tidak etis untuk
dilakukan
• B. Mengedukasi keluarga à tatalaksana awal untuk
menyelamatkan pasien menjadi pilihan awal
• C. Memasang endotracheal tube à intubasi
dilakukan setelah kompresi dada dilakukan
• D. Melakukan kompresi 30:2 à untuk 1 penolong
29 Jadi, yang selanjutnya dilakukan oleh
dokter adalah…

E. Melakukan kompresi 15:2


30 C. Melakukan kardioversi

• Laki-laki, 20 tahun
• Tidak sadarkan diri sejak 2 jam
• TD 90/60 mmHg, nadi 160, napas 30, suhu
38,20C
• EKG

• Tindakan selanjutnya?
Narrow QRS
(masalah dari atas ventrikel)
Atrial Fibrilasi Atrial Flutter
• Ireguler (jarak R-R) • Reguler (jarak R-R)
• Gelombang P • Saw-tooth appearance
menghilang (gigi gergaji)
Narrow QRS
• Supraventrikular takikardi
• Reguler (jarak R-R)
• Gelombang P tidak jelas (tertutup oleh T)
Wide QRS
(masalah di ventrikel)

Ventricular tachycardia (VT)


monomorfik

Torsade de Pointes (suatu subtipe


Ventricular Tachycardia polimorfik)
Jawaban Lainnya
• A. Memberikan IV PCT 1000 mg à tidak tepat
• B. Memberikan cairan kristaloid 1000 cc à tidak
tepat
• D. Melakukan defibrilasi à hanya dalam kasus TDP
atau cardiac arrest
• E. Melakukan ventilasi tekanan positif à tidak
tepat dilakukan
30 Jadi, yang selanjutnya dilakukan oleh
dokter adalah…

C. Melakukan kardioversi
31 D. Sinus takikardia

• Perempuan, 18 tahun
• Berdebar-debar
• PF: TD 120/80, nadi 140, napas 20, suhu 37,80C
• EKG

• Gambaran EKG?
Narrow QRS
(masalah dari atas ventrikel)
Atrial Fibrilasi Atrial Flutter
• Ireguler (jarak R-R) • Reguler (jarak R-R)
• Gelombang P • Saw-tooth appearance
menghilang (gigi gergaji)
Narrow QRS
• Supraventrikular takikardi
• Reguler (jarak R-R)
• Gelombang P tidak jelas (tertutup oleh T)
Sinus takikardia
• Sinus takikardia
• Gel P selalu diikuti QRS
• R-R reguler
Wide QRS
(masalah di ventrikel)

Ventricular tachycardia (VT)


monomorfik

Torsade de Pointes (suatu subtipe


Ventricular Tachycardia polimorfik)
31 Jadi, gambaran EKG yang sesuai
adalah…

D. Sinus takikardia
32 D. Melakukan observasi

• Pasien dilaporkan mengalami frekuensi nadi


rendah
• Tidak ada keluhan dan kelainan
• PF: TD 120/80, nadi 49, napas 18, suhu
afebris

• Tindakan yang selanjutnya dilakukan?


Varian Bradyarrhythmia

AV Blok derajat 1
à PR interval memanjang

AV Blok derajat 2 mobitz 1


à PR interval memanjang
secara progresif hingga
akhirnya hilang
AV Blok derajat 2 mobitz 2
à PR interval
memanjang, tiba -tiba
hilang
à Butuh pacemaker

AV Blok derajat 3 à P dan


QRS berdiri sendiri
à Butuh pacemaker
Jawaban Lainnya
• A. Injeksi Sulfas Atropin 0,5 mg IV à hanya jika
tidak stabil
• B. Drip dopamin 2 mcg/kgBB/menit IV à hanya jika
tidak stabil
• C. Menyarankan keluarga untuk melakukan
tindakan transcutaneous pacemaker à hanya jika
tidak stabil
• E. Injeksi Adenosine 6 mg IV à tidak tepat
32 Jadi, yang selanjutnya dilakukan oleh
dokter adalah…

D. Melakukan observasi
33 D. IVFD RL loading 500 cc

• Perempuan, 62 tahun
• Lemah seluruh tubuh
• Muntah dan diare sejak7 hari
• PF: TD 70/palp, nadi 120, napas 24, akral
dingin, CRT>2

• Tatalaksana awal?
Klasifikasi syok
• Syok hipovolemik à kurangnya sirkulasi darah yang
biasanya ditandai dengan berkurangnya tekanan
diastolik
• Syok kardiogenik à masalah pompa jantung akibat
terganggunya kontraktilitas miokardium/gangguan
anatomik yang ditandai dengan meningkatnya tekanan
diastolik dan volume
• Syok distributif à masalah kontrol vasomotor yang
berdampak pada dilatasi arteriol dan venula yang
ditandai (walaupun sudah dilakukan resusitasi cairan)
dengan meningkatnya cardiac output dan
menurunnnya systemic vascular resistance
Society of Critical Care Medicine
• 3 tanda syok:
• Peningkatan
peripheral
vascular
resistance (kulit
pucat, akral
dingin, oliguria)
• Peningkatan tonus
adrenergik
(takikardia)
• Hipoperfusi organ
vital (nyeri dada,
sesak napas,
penurunan
kesadaran)
Analisa Kasus
• Pada kasus: Perempuan, 62 tahun, Lemah seluruh
tubuh karena muntah dan diare sejak7 hari
• PF: TD 70/palp, nadi 120, napas 24, akral dingin,
CRT>2
• Kemungkinan disebabkan oleh syok hipovolemik.

• Tatalaksana awal syok hipovolemik à loading


cairan kristaloid dengan dosis 20-40 cc/kgBB
Jawaban Lainnya
• A. Dobutamin 2 mcg/kgBB/menit à masalah pada
pasien adalah masalah volume
• B. Dopamin 2 mcg/kgBB/menit à masalah pada
pasien adalah masalah volume
• C. Norepinefrin 0,05 mcg/kgBB/menit à masalah
pada pasien adalah masalah volume
• E. IVFD Albumin 25% loading 100 cc à kristaloid
menjadi pilihan utama dibanding koloid
33 Jadi, yang tepat dilakukan untuk
menatalaksana kondisi Ny. Delima
adalah…

D. IVFD RL loading 500 cc


34 C. Ventricular Extra Systole

• Laki-laki, 17 tahun
• Pandangan kabur setiap kali olahraga
• EKG

• Gambaran EKG?
VES
Premature Ventricular Contraction /
Ventricular Extrasystole
• PVC disebabkan pacemaker • Faktor risiko:
ektopik di ventrikel • Riwayat penyakit jantung
• Ditandai kompleks QRS yang • Pemakaian obat proaritmik
prematur dan berbentuk aneh yang mengubah kadar
magnesium atau kalium
• biasanya lebih lebar dari 120 • Penggunaan obat
msec pada EKG simpatomimetik (efedrin,
• tidak didahului gelombang P kokain, kafein)
• Gelombang T besar dan
berkebalikan dengan defleksi • Gejala:
pada QRS lain • Asimptomatik
• Gambaran klinis tergantung • Nyeri dada
frekuensi, kompleksitas dan • Syncope
respon hemodinamik pasien • Palpitasi
• Rasa tidak nyaman pada dada
• Sensasi jantung berhenti
• Hipotensi
34 Jadi, gambaran EKG yang sesuai
adalah…

C. Ventricular Extra Systole


35 C. Furosemide 1x20 mg PO

• Perempuan, 65 tahun
• Sesak napas memberat sejak 3 hari
• Paroxysmal nocturnal dyspnea (+), Dyspnea
on effort (+)
• PF: TD 100/60, nadi 110, napas 22, ronki
basah halus basal kedua paru

• Obat yang dapat mengurangi keluhan sesak


napas?
• Pedoman tatalaksana gagal jantung 2015
Sesak pada gagal jantung
disebabkan oleh aliran “backward”
Akibat gagal fungsi sistolik, sehingga
cairan TERBENDUNG di paru.

Bendungan CAIRAN membuat


gangguan difusi O2, yang
bermanifestasi pada sesak napas.

Untuk meredakan sesak napas,


perlu diberikan medikasi yang
mampu memperbaiki fungsi sistolik,
sekaligus “mengompres” kelebihan
cairan di paru
Jawaban Lainnya
• A. Aspirin 1x80 mg PO à antiplatelet
• B. Propranolol 3x40 mg PO à kontraindikasi relatif
pada pasien sesak
• D. Simvastatin 1x20 mg PO à tatalaksana
dyslipidemia
• E. Captopril 3x6,25 mg PO à dapat menjadi pilihan
sebagai antiremodelling
35 Jadi, obat yang dapat mengurangi
keluhan sesak napas adalah…

C. Furosemide 1x20 mg PO
B. Efusi perikardiumàCardiac
36 tamponade
• Laki-laki, 69 tahun
• Sesak napas dan lemah seluruh tubuh
• PF: TD 80/60 mmHg, nadi 120, napas 32,
JVP 5+3 cmH20, bunyi jantung redup

• Diagnosis?
• Tatalaksana à pericardiosentesis
Jawaban Lainnya
• A. Efusi pleura à bunyi napas menurun, perkusi
redup
• C. Gagal jantung kongestif à Kriteria Framingham
• D. Acute lung edema à distress napas, desaturasi,
ronki basah halus lebih dari 2/3 lapang paru
• E. Endokarditis infektif à Duke criteria
36 Jadi, diagnosis yang sesuai adalah…

B. Efusi perikardium
37 B. Murmur sistolik di apex

• Bayi, 4 bulan
• Sering menyusu terlepas-lepas
• BB tidak kunjung naik
• Didiagnosis VSD

• Hasil pemeriksaan yang sesuai?


PJB - Klasifikasi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB)

Asianotik Sianotik

L-R Shunt R-L shunt


PDA
ASD TOF, TGA
VSD
Tetralogy of Fallot (TOF)
• R-L shunt à Cyanotic
• VSD, pulmonary stenosis,
overriding aorta and right
ventricular hypertrophy
• Cyanotic spell: biru à
sistemik perifer resistance
↓ (nangis). Dapat
diperbaiki dengan cara ↑
resistensi perifer (jongkok)
• PF: single S2 (akibat
stenosis pulmonal)
• Foto thoraks: boot shape

• ejeksi sistolik 3/6 pada sela iga II kiri à murmur akibat


Ventricular septal defect (VSD)
• Left to right shunt
• LA, LV, dan PA
enlargement à
pulmonary vascular
obstructive disease à
pulmonary hypertension
(PH) à eisenmenger
syndrome
• PF: murmur pansistolik
di sela iga ke 3 dan ke 4
tepi kiri sternum
menjalar ke sepanjang
tepi kiri sternum.
Atrial Septal Defect (ASD)
• Left to right shunt
• RA, RV, dan PA enlargement à
pulmonary vascular obstructive
disease à pulmonary
hypertension (PH) à
eisenmenger syndrome
• Tidak bergejala s/d 20-30 th
• PF: Fixed split S2, sistolik
ejection murmur (relative
pulmonal stenosis [PS]), mid
diastolic murmur (relative
tricuspid stenosis [TS])
Paten Duktus Arteriosus (PDA)

• Duktus arteriosus yang


menghubungkan aorta
dan arteri pulmonal
tidak menutup saat
lahir
• Left to right shunt
• PF: continuous
murmur
Koarktasio aorta

• Obstruksi aorta akibat


penyempitan yang sebagian
besar terletak di distal
percabangan a. subclavia
sinistra

• Cepat lelah, nyeri dada, sakit


kepala, perbedaan tekanan
darah antar ekstremitas atas
dan bawah

• Foto thorax: rib notching à


pelebaran arteri interkostal

Medscape
Transposition of Great Arteries
TGA
• Kesalahan posisi à
• Aorta yang keluar dari
ventrikel kanan
• Arteri Pulmonalis yang keluar
dari ventrikel kiri
• Sianosis dari lahir
• Darah kotor dari sistemik melewati
RV dan kembali ke sistemik
• Darah bersih dari vena pulmonalis
melewati LV dan kembali ke arteri
pulmonalis ke paru, tanpa
melewati aliran sistemik
Transposition of Great Arteries
Signs:
• S2 tunggal dan keras à
katup aorta berada di
depan pulmonal
• Murmur (-) à tidak ada
perbedaan tekanan
bermakna di dalam
jantung setelah bayi
dilahirkan
• Foto à Egg shaped Heart
(khas untuk TGA)

Pathophysiology of heart
disease Lilly
Jawaban Lainnya
• A. S2 splitting à ASD
• C. Murmur diastolik à tidak spesifik
• D. Continuous murmur à PDA
• E. Perbedaan tekanan darah sistolik di ekstremitas
atas dan bawah à coarctatio aorta
37 Jadi, hasil pemeriksaan yang
mendukung adalah…

B. Murmur sistolik di apex


38 B. Titer ASTO

• Anak, 14 tahun
• Mudah lelah sejak 7 bulan terakhir
• Sering mengalami radang tenggorokan
• Riwayat demam+nyeri sendi 1 tahun lalu
• PF: murmur sistolik di apex

Diagnosis??
Pemeriksaan penunjang??
Rheumatic RHD merupakan komplikasi dari Rheumatic
heart disease fever (RF). Salah satu gejala RF yaitu faringitis
yang disebabkan oleh group A beta-
hemolytic streptococcal.
Manifestasi RHD: poliartritis, karditis, nodul
subkutan, eritema marginatum, dan
Sydenham chorea
Bacterial Infeksi pada endocardial jantung,
endocarditis menyebabkan gangguan katup. FR: riwayat
cabut gigi à katup mitral (Strep. Viridans),
riwayat jarum suntik à katup tricuspid
(Staph. Aureus)

Demam reumatik yang sudah menyebabkan kerusakan struktur


katup jantung à RHD
Jawaban Lainnya
• A. Urinalisis à tidak cocok
• C. Profil lipid à tidak cocok
• D. Kultur darah à cocok untuk Endokarditis Infektif
• E. Biopsi endokardium à tidak cocok
38 Jadi, pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan untuk menentukan
diagnosis adalah…

B. Titer ASTO
39 B. SILIKOSIS

• Tn. Ari, 60 tahun


• Sesak sejak 2 BULAN yang lalu.
• Bekerja di pabrik keramik sejak 20 tahun
• Egg shell calcification

• Diagnosis?
Pneumokoniosis
• Penyakit paru akibat kerja yang disebabkan oleh
deposisi debu di dalam paru dan reaksi jaringan
paru akibat pajanan debu tersebut
• Reaksi utamanya adalah fibrosis
• Jenis terbanyak : debu silika, asbes dan batubara
• Baru tampak secara klinis dan radiologi setelah
20-30 tahun
• Diagnosis kriteria
• Pajanan yang signifikan dengan debu mineral yang
dicurigai dan dengan periode laten
• Gambaran spesifik penyakit terutama kelainan radiologi
• Tidak dapat diidentifikasi penyakit lain sebagai penyebab
Asbestosis
• Penyakit paru kronik akibat terpapar dan inhalasi asbes
• Asbes banyak digunakan sebagai bahan pada pembuatan
atap bangunan, pelapis kabel listrik, dan berbagai bahan
bangunan lainnya
• Pada industri kapal à asbes digunakan untuk melapisi
boilers, incinerators, hot water pipes dan steam pipes
• Contoh Klasik pada bahan baku thermal insulation
• Gejala : sesak, batuk persisten, mengi, fatigue, nyeri dada,
bila parah dapat menimbulkan clubbing finger
• Tatalaksana : no definitve cure, irreversible damage to lung
• Berhenti merokok dapat memperlambat progresivitas
penyakit, terapi oksigen meningkatkan kualitas hidup
• Asbestosis berkorelasi erat dengan mesotelioma
Silikosis
• Terpapar debu silika
• Pekerja berisiko : tambang, drilling, keramik, sand
blaster industry ampelas/gerinda, pencetakan logam,
Fiberglass dan glass wool (bahan baku pembuatan
thermal insulation pada saat ini, karena larangan
menggunakan asbes)
• Ro : egg shell calcification
Coal Worker Pneumoconiosis
(CWP)
• Agen : debu batu bara
• akumulasi coal dust di paru, umumnya inhalasi
karbon, disebut juga anthracosis/black lung
• Pekerja berisiko : penambang batu bara
39 Diagnosis …

B. Silikosis
C. ARV diberikan setelah OAT
40 ditoleransi
• Laki-laki 35 tahun
• Hemoptu 3 hari SMRS
• Batuk berdahak, demam, ↓BB, mencret hilang timbul
dalam sebulan
• Pemeriksaan Fisik KA
• TD 100/60, HR 130 x/menit, RR 28 x/menit, T 37.9 oC
• Ronki +/+
• Needle track mark à IVDU
• Pemeriksaan Penunjang
• BTA +/++/+
• CD4 350

• Dx: TB-HIV
• Tatalaksana?
Sumber : Pedoman Nasional Pengendalian TB 2014, available at
http://www.tbindonesia.or.id/opendir/Buku/bpn_p-tb_2014.pdf
Jadi, tatalaksana yg sesuai utk
pasien tsb...

40 C. ARV diberikan setelah OAT


ditoleransi
41 A. TB paru kasus baru
• Perempuan 23 tahun
• Batuk berdahak 3 minggu SMRS
• ↓BB, keringat malam hari
• Riw konsumsi obat yang membuat kencing berwarna KA
meraah à OAT, selama 2 minggu
• Pemeriksaan Fisik
• TD 110/70, HR 89 x/menit, RR 18 x/menit, T 37.3 oC
• Ronki +/+ apeks
• Pemeriksaan Penunjang
• BTA -/+/+

• Diagnosis?
TB Paru – Tatalaksana
Paduan OAT lini pertama

• Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
• Kasus baru
• Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
• Pasien kambuh
• Pasien gagal
• Pasien putus berobat (loss to follow up)
• Kategori Anak (2RHZ/4RH)

• Pedoman TB nasional 2014


Jawaban Lainnya
• A. TB paru kasus kambuh à sudah pernah mendapat
terapi OAT dan dinyatakan sembuh/pengobatan
lengkap, saat ini ter dx TB kembali
• C. TB paru kasus gagal pengobatan à pernah diobati
dan dinyatakan gagal pada akhir pengobatan
• D. TB paru kasus putus berobat à sudah pernah
mendapat terapi OAT setidaknya 28 dosis (1 bulan)
kemudian putus berobat dan saat ini kembali berobat
• E. TB paru dengan multi drug resistan à resisten INH
dan Rifampisin dengan atau tanpa OAT lain
Jadi, diagnosis untuk kasus ini
adalah...

41 A. TB paru kasus baru


42 E. Ground glass appearance
• Bayi dirujuk dg sesak sejak lahir
• Lahir spontan, usia gestasi 31 minggu à faktor resiko
• HR 160 x/menit, RR 70x/menit
• Napas cuping hidung +, retraksi dinding dada + KA
• Asukultasi jantung paru dbn

• Temuan rontgen yang sesuai dx?


Penyebab Sesak Pada Neonatus
Penyakit Membran Hialin
• Etiologi : defisiensi surfaktan, sehingga paru-paru
tidak dapat mengembang dengan sempurna
• Surfaktan dihasilkan oleh sel alveolus tipe II (sel
kuboid)
• Biasa terjadi pada neonatus <32 minggu masa
gestasi
• Pada radiologi tampak gambaran diffuse “ground-
glass” or finely granular appearance, air
bronkogram
Tatalaksana
• Pemasangan ETT
• CPAP
• Surfaktan
• Steroid
Sindrom Aspirasi Mekonium
• Diagnosis • Pemeriksaan penunjang
• Tanda postmaturitas: • DPL dan septic workup:
KMK, kuku panjang, kulit singkirkan infeksi
terkelupas, pewarnaan • AGD: hipoksemia,
kuning-hijau pada kulit alkalosis / asidosis
• Adanya mekonium pada respiratorik
ketuban • Foto toraks: hiperinflasi,
• Obstruksi jalan napas: diafragma mendatar,
gasping, apnoe, sianosis infiltrat kasar / bercak
• Distress napas: takipnoe, ireguler, pneumotoraks,
napas cuping hidung, pneumomediastinum
retraksi dada, sianosis
Sindrom Aspirasi Mekonium
Tatalaksana
• Di ruang persalinan • Sindrom aspirasi
• Nilai konsistensi mekonium:
mekoneum • Koreksi abnormalitas
• Bila ketuban bercampur metabolik
mekonium; nilai keadaan • Pemantauan saturasi
bayi oksigen
• Bugar: perawatan rutin • Awasi tanda obstruksi
tanpa memandang napas
konsistensi mekoneum
• Distress: laringoskopi • Awasi hipoksemia
direk dan pengisapan • AGD
intratrakeal • Terapi oksigen
• VTP dihindari sampai • Ventilasi mekanik: PaCO2
pengisapan trakea selesai > 60mmHg atau PaO2 <
50mmHg
PPM Anak, IDAI 2011
Transient Tachypnea
Of The Newborn

• SESAK NAFAS PADA BAYI


• TANPA RETENSI CO2 (NORMAL
TEKANAN CO2 PADA AGD)
• FAKTOR RISIKO: SC ELEKTIF
• PADA PERSALINAN NORMAL,
PASASE BAYI MELEWATI PELVIS
IBU YANG SEMPIT AKAN
“MEMERAS” CAIRAN KELUAR
DARI PARU-PARU
• TRANSIENT = GEJALA MEMBAIK
MAXIMAL DALAM 72 JAM

http://pedsinreview.aappublications.org/co
ntent/29/11/e59
Radiologi:
TTN • Edema interstitial
• peningkatan
corakan vascular di
hilum
• Kadang ditemukan :
cairan di fisura
interlobar, efusi
pleura
• CXR menjadi
normal dalam 48
jam
Jawaban Lainnya
• A. Edema interstisial dengan efusi pleura à TTN,
term dengan SC, ro edema interstitial, efusi pleura
dan terdapat cairan di fisura interlobar
• B. Infiltrat kasar asimetrik à meconium aspiration
syndrome, term/post term, bercak mekonium di
wajah, ro inflitrat kasar atau bercak ireguler
• C. Ellis-Damoiseau Line à efusi pleura
• D. Honeycomb appearance à bronkiektasis
Jadi, temuan rontgen yg sesuai utk
diagnosis...

42 E. Ground glass appearance


43 D. Respiratory Syncytial Virus
• Anak, 1 tahun
• Sesak, memberat sejak 2 jam
• Batuk dan pilek sejak 5 hari
• Pemeriksaan fisik KA
• HR 150 x/menit, RR 60 x/menit, T 38.5 oC
• PCH +, retraksi sela iga +, bentuk dada hiperinflasi,
wheezing +/+
• Dx Bronkiolitis
• Etiologi?
Bronkiolitis
• Inflamasi bronkioli pada bayi < 2 tahun
• Etiologi : Respiratory Syncytial Virus (tersering)
• Pemeriksaan fisik
• Napas cepat
• Retraksi dinding dada
• Bentuk dada tampak
hiperinflasi !!
• Yang membedakan dengan
pneumonia
• Auskultasi dapat ditemukan
Wheezing
• PP: foto dada AP-lateral (air
trapping), AGD: hiperkarbia,
asidosis metabolik/respiratorik
• Tata laksana:
• Oksigen
• Bronkodilator (hanya kalau
menghasilkan perbaikan)
• Antibiotik (hanya kalau ada
bukti infeksi bakterial)
Jawaban Lainnya
• A. B pertusis à Pertusis: batuk persisten, whooping
cough, konjungtiva kemerahan
• B. S. Pneumoniae à Pneumonia: batuk, demam
tinggi, sesak napas, ronki +/+, ro infiltrat
• C. M. Tuberculosis à TB: pada anak dengan skoring
TB anak
• E. C. Diphtheriae à Difteri: terdapat selaput berwarna
keabuan
Jadi, etiologi yg paling sering
menyebabkan keluhan di atas...
43 D. Respiratory Syncytial Virus
44 B. Frekuensi napas ≥30 x/menit
• Perempuan 40 th
• Sesak 1 hari SMRS, demam, batuk, nyeri dada sejak 4
hari à akut
• Pemeriksaan Fisik
• TD 90/60 mmHg, HR 120 x/menit, RR 40 x/menit, T 38 oC KA
• Fremitus melemah, perkusi redup, dan auskultasi
bronkovesikular disertai ronki basah kasar di hemitoraks
kiri
• Pemeriksaan Penunjang
• Infiltrat dan efusi pleura kiri
• Diagnosis: pneumonia + efusi pleura

• Indikasi rawat inap pasien ini?


Pneumonia
• Definisi : suatu peradangan pada parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis, yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit)

• Etiologi :
• Pneumonia komuniti à gram positif : tersering
Streptoccocus pneumonia
• Pneumonia nosokomial à gram negatif : klebsiella
pneumonia, haemophilus influenza, pseudomonas
auruginosa
• Pneumonia atipikal à chlamydia, legionella, mycoplasma

http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Diagnosis Pneumonia
Diagnosis pasti:
• Foto toraks à infiltrat baru atau infiltrat progresif
+ dengan 2 atau lebih gejala di bawah:
• Batuk-batuk bertambah
• Perubahan karakteristik dahak/ purulen
• Suhu tubuh ≥ 38°C (aksila)/ riwayat demam
• Ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara nafas
bronkial dan ronki
• Leukosit ≥ 10.000 atau < 4500
PNEUMONIA TIPIKAL DAN ATIPIKAL
Tanda dan gejala P. atipik P. tipik
Onset Gradual Akut
Suhu Kurang tinggi Tinggi, menggigil
Batuk Non produktif Produktif
Dahak Mukoid Purulen
Gejala lain Nyeri kepala, mialgia, sakit Jarang
tenggorokan, suara parau,
nyeri telinga
Gejala lain di luar paru Sering Lebih jarang

Pewarnaan gram Flora normal atau spesifik Gram (+) atau (-)

Radiologis “patchy” atau normal Konsolidasi lobar lebih


tinggi
Laboratorium Leukosit normal kadang Lebih tinggi
rendah
Gangguan fungsi hati Sering Jarang
SKOR PORT
Indikasi rawat inap
• Skor PSI 70
• Skor PSI < 70 , tapi
dijumpai salah satu
kriteria ini:
• Frekuensi napas >
30/menit
• Pa02/FiO2 <250
mmHg
• Foto toraks infiltrat
multilobus
• TD sistolik < 90 mmHg
• TD diastolik < 60
mmHg
• Pneumonia pada
pengguna NAPZA
Indikasi rawat intensif : paling sedikit 1 dari 2 gejala mayor (membutuhkan ventalasi
mekanik dan membutuhkan vasopressor > 4 jam [syok sptik]) atau 2 dari 3 gejala minor
(Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg, foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral, dan
tekanan sistolik < 90 mmHg).
Faktor Modifikasi
Jawaban Lainnya
• A. Skor PSI 70 à dari data yg tersedia 60
• C. TD Sistol < 90 mmHg à < 90 mmHg
• D. PaO2/FiO2 < 250 mmHg à tdk ada data
pemeriksaan penujang
• Hasil foto toraks infiltrat multilobus à hanya
diketahui infiltrat dan efusi pleura kiri
Jadi, indikasi rawat inap untuk
pasien ini...
44 B. Frekuensi napas ≥30 x/menit
45 C. Pertusis fase paroksismal
• Anak, 18 bulan
• Batuk 1 bulan
• Batuk terus menerus, diawali tarikan napas panjang
lewat mulut à whooping cough KA
• Mual + muntah
• Pemeriksaan fisik: HR 130 x/menit, RR 35 x/menit, T
37.3 oC, asukultasi paru dalam batas normal
• Diagnosis?
Pertusis
• Diagnosis: klinis (batuk persisten, whooping cough,
konjungtiva kemerahan).
Pertusis
• Etiologi: Bordetella pertusis

http://www.cdc.gov/pertussis/images/pertussis-timeline.jpg
• Tatalaksana • Perawatan penunjang
• Antibiotik: azitromisin 10 • Hindarkan sejauh mungkin
mg/kgBB selama 5 hari, segala tindakan yang dapat
eritromisin oral (12.5 merangsang terjadinya
mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) batuk
selama 10 hari atau jenis • Jangan memberi penekan
makrolid lainnya. batuk, obat sedatif,
mukolitik atau
• Oksigen: bila pernah terjadi antihistamin.
sianosis atau berhenti napas • Obat antitusif dapat
atau batuk paroksismal diberikan bila batuk amat
berat. sangat mengganggu.
• Tatalaksana jalan napas: • Jika anak demam (≥ 39º C)
Selama batuk paroksismal, yang dianggap dapat
letakkan anak dengan posisi menyebabkan distres,
kepala lebih rendah dalam berikan parasetamol.
posisi telungkup, atau • Beri ASI atau cairan per
miring, untuk mencegah oral. Jika anak tidak bisa
aspirasi muntahan dan minum, pasang pipa
membantu pengeluaran nasogastrik dan berikan
makanan cair porsi kecil
sekret. tetapi sering untuk
memenuhi kebutuhan
PPM IDAI, Jilid 2 harian anak.
Jawaban Lainnya
• A. Pertusis masa inkubasi à belum ada gejala,
umumnya 7-10 hari
• B. Pertusis fase kataral à 1-2 minggu, runny nose,
low grade fever, mild-occasional cough
• D. Pertusis fase konvalesen à 2-3 minggu, KU
perbaikan
• E. Pertusis fase pemulihan à sama dg fase
konvalesen
Jadi, diagnosis untuk pasien ini...

45 C. Pertusis fase paroksismal


46 C. Persisten sedang
• Anak, 12 tahun
• Sesak napas berulang, sejak kecil, sudah ter dx asma,
rutin konsumsi salbutamol
• Jumlah serangan malam 2-3x per minggu,
KA
mengganggu tidur
• Derajat asma?
• Diagnosis asma prinsipnya terbagi 3:
• Diagnosis seberapa berat SERANGAN asma
• Diagnosis derajat asma-nya secara keseluruhan
SEBELUM mendapat pengobatan
• Diagnosis derajat asma-nya secara keseluruhan
SETELAH pengobatan
Klasifikasi untuk serangan (PADA SAAT AKUT)
Jawaban Lainnya
• A. Intermiten à <6x/tahun, jarak >6 minggu
• B. Persisten ringan à >1x/bulan, <1x/minggu
• B. Persisten berat à hampir tiap hari
• E. Terkontrol à tidak ada gejala malam & tidak ada
Batasan aktivitas, gejala siang max 2x/minggu
Jadi, derajat asma untuk pasien ini...

46 C. Persisten sedang
47 D. Efusi pleura
• Laki-laki 62 tahun
• Sesak, makin berat bila baring ke sisi kiri
• Merokok sejak usia 20 th
• Pemeriksaan fisik KA
• TD 110/80 mmHg, HR 125 x/menit, RR 42 x/menit, T 37.8 oC
• Ekspansi dada kiri tertinggal, perkusi dada kiri redup dan
suara napas paru kiri melemah
• Pemeriksaan penunjang
• Trakea terdorong ke kanan, perselubungan menutupi sinus
à efusi pleura masif

• Diagnosis: Efusi pleura


Efusi Pleura
• Sudut kostofrenikus
menghilang.
• Meniskus sign (+) à
concaitivity of the fluid
level due to surface
tension with pleura
• Densitas homogen
• Hilangnya siloet jantung
dan diafragma
Analisis Cairan Pleura
• Normal: • Purulen: empyema
• Jernih • Bau busuk: anaerobic
• pH 7.60-7.64 empyema
• Protein < 2% (1-2 g/dL) • Seperti susu, opalescent:
• WBC < 1000/mm3 chylothorax
• Glukosa sama dengan • Darah (Grossly bloody
plasma
• LDH < 50% nilai plasma
fluid): trauma, keganasan,
asbestosis
• Ht cairan pleura > 50% à
hematothorax
• Hitam: Aspergillus niger,
Rizopus oryzae, melanoma
maligna, Ca paru
• Kuning (seroxantokrom) à
TBC
Emedicine Pleural Effusion
Jawaban Lainnya
• A. Pneumothoraks à perkusi hipersonor, suara
napas menghilang, ro pleural line + hiperlusen
avaskuler
• B. Bronkiektasis à honeycomb appearance
• C. Atelektasis paru à paru kolaps, hiperlusen
namun disertai adanya gambaran segitiga parenkim
paru yang menciut, trakea tertarik ke sisi yang sakit
• E. Tumor paru à rontgen tampak massa, bukan
perselubungan di sinus kostofrenikus
Jadi, diagnosis untuk pasien ini...

47 D. Efusi pleura
D. Pneumotoraks Spontan
48 Primer
• Laki-laki 21 tahun
• Sesak mendadak 1 jam SMRS à akut
• Riw batuk, sesak, sakit paru disangkal
• Riw alergi (+), bersin2 KA
• Pemeriksaan fisik
• TD 130/70, HR 130 x/menit, RR 50 x/menit
• TB 170 cm, BB 45 kg à kurus, faktor resiko
• Perkusi hipersonor dan bunyi napas menghilang di
hemitoraks kanan
• CXR: paru kanan hiperlusen avaskuler

• Diagnosis?
Pneumotoraks
Spontan vs traumatik
• Pneumotoraks spontan
• Primer: pasien tidak punya penyakit paru. Misal bleb
atau bulla yang pecah (sering pada pria berpostur tinggi
kurus usia 20-40 tahun)
• Sekunder: komplikasi penyakit paru, misal PPOK, asma,
TB, dll
• Pneumotoraks traumatik
• Akibat cedera traumatik pada dada (tajam dan tumpul)
atau akibat tindakan medis
Jawaban Lainnya
• A. Tension pneumotoraks à deviasi trakea,
pergeseran mediastinum, depresi hemidiafragma
• B. Pneumotorak alergika à tidak ada istilah ini
• C. Pneumotoraks katamegalia à pneumotoraks
berkaitan siklus menstruasi
• E. Pneumotoraks spontan sekunder à
pneumotoraks akibat adanya penyakit paru lain
Jadi, diagnosis untuk pasien ini...

48 D. Pneumotoraks spontan
primer
49 E. 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
• Perempuan 24 th
• Batuk 2 bulan
• Berdahak, demam, keringat malam hari
• Riwayat serupa 2 th lalu, sudah berobat 6 bulan KA
dinyatakan sembuh à Riw TB + sembuh
• Saat ini BTA +/+/-

• Dx: TB kasus relaps


• Tatalaksana?
TB Paru – Klasifikasi
Klasifikasi kasus TB berdasarkan riwayat • Kasus setelah gagal(Failure)
pengobatan sebelumnya: Hasil pemeriksaan dahak tetap positif atau
• Kasus baru kembali menjadi positif pada bulan kelima
atau lebih selama pengobatan
Belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu • Kasus Pindahan(Transfer In)
bulan (4 minggu). Pemeriksaan BTA bisa pasien yang dipindahkan ke register lain
positif atau negatif. untuk melanjutkan pengobatannya
• Kasus kambuh(Relaps) • Kasus lain
Telah mendapat pengobatan TB dan telah Semua kasus yang tidak memenuhi
dinyatakan sembuh atau pengobatan ketentuan diatas, seperti yang:
lengkap, didiagnosiskembalidengan BTA i. Tidak diketahui riwayat pengobatan
positif (apusanataukultur) sebelumnya,
• Kasus setelah putus berobat(Default ) ii. Pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil
Telah berobat dan putus berobat 2 bulan pengobatannya,
atau lebih dengan BTA positif iii. kembali diobati dengan BTA negative.
Tatalaksana
Paduan OAT lini pertama
•Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
• Pasien baru TB paru BTA positif.
• Pasien baru TB paru BTA negatif foto toraks positif
• Pasien baru TB ekstra paru à
• lama pengobatan tergantung jenis TB ekstra paru (meningitis 9-12
bulan, tulang 9 bulan).
• Yang berbeda adalah masa fase lanjutan
•Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
• Pasien kambuh
• Pasien gagal
• Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
•Kategori Anak (2RHZ/4RH)

•OAT Sisipan (RHZE) – SUDAH TIDAK DIGUNAKAN


PNPK TB Nasional, 2014
PNPK TB Nasional, 2014
PNPK TB Nasional, 2014
Jawaban Lainnya
• A. Antibiotik saja, tdk perlu OAT à BTA (+), TB
sudah tegak
• B. Tunda OAT, disarankan periksa rontgen dulu à
tidak perlu krn diagnosis sudah tegak
• C. 2RHZ/4RH à regimen pengobatan TB anak
• D. 2HRZE/4H3R3 à kategori 1 utk TB kasus baru
Jadi, terapi untuk pasien ini...

49 E. 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
50 B. 5
• Anak 5 tahun
• Batuk 3 minggu
• Ibu TB BTA + on OAT
• Pemeriksaan Fisik KA
• HR 110 x/m, RR 28 x/m, T 37.9 oC
• Pembesaran KGB multipel (aksila dan supraklavikula)
masing2 berukuran diameter 1,5 cm dan 2 cm, tanpa nyeri
• Skor TB?
Jadi, skor TB untuk kasus ini
adalah...
50 B. 5
51. A. Botulisme

• Ny. Dendy, usia 30 tahun


• kelemahan kedua ekstremitas bawah dan
sulit bicara sejak 3 jam SMRS
• nyeri perut, mual dan muntah hingga 9x
• suka sekali makan-makanan kaleng
• Terakhir memakan sayuran kaleng yang tidak
diketahui masa kadaluarsanya
• Diagnosis yang paling mungkin adalah...
Botulisme
• Kondisi keracunan serius akibat neurotoxin
clostridium botulinum
• Gejala muncul umumnya 18-24 jam setelah
memakan makanan kaleng yang terkontaminasi
• Racun yang dihasilkan bakteri ini menyerang sistem
saraf seperti otak, tulang belakang, saraf lainnya,
dan menyebabkan kelumpuhan otot.
Pilihan lainnya
• B. Guillian barre syndrome à ascending paralysis,
kasus autoimun
• C. Myasthenia Gravis à kasus autoimun,
wartenberg (+), tensilon test (+)
• D. Stroke basiler à gangguan keseimbangan
• E. Poliomielitis à akibat virus, asymetrical flaccid
paralysis
51. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

A. Botulisme
52. B. Dopamin

• Tn. Dendy, usia 60 tahun


• tangan sering bergetar saat istirahat sejak 3
bulan yang lalu
• spastis, bradikinesia dan tremor halus à
susp parkinson disease
• Apakah neurotransmitter yang terlibat
pada patofisiologi penyakit ini?
Pilihan Lain
• A. Serotonin à Terkait depresi
• C. Epinefrin à berperan dalam simpatis
• D. Kolinergik à terkait parasimpatis
• E. Norepinefrin à terkait simpatis
Jadi, neurotransmitter yang terlibat pada
52. kasus pasien ini adalah…
B. Dopamin
53. E. Nerve Conduction Velocity
(NCV)
• Tn. Smith, usia 35 tahun
• kedua tungkai lemah mendadak yang disusul
kedua tangan kaku
• Dua minggu sebelumnya pasien mengalami
batuk pilek yang dirasa cukup berat
• PF : arefleksia dan paralisis simetris.
• Pemeriksaan penunjang ?
Guillain Barre Syndrome

• Mekanisme : autoantibodi yang memicu demielinisasi saraf tepi.


• Faktor Risiko
• Infeksi : C. jejuni (diare berdarah), EBV (batuk dan pilek), mycoplasma
• Rare case : guillain barre syndrome following dengue fever
(http://indianpediatrics.net/sep2004/948.pdf)
• Gejala
• Kelemahan, kesemutan, bilateal
• Kerusaka otonom
• Krusakan nervus kranial
• Gagal napas
• Terapi
• Plasma Exchange
• IVIG 400mg
• Steroid
Pilihan lainnya
• A. Rontgen ekstremitas bawah à susp fraktur
• B. Foto thoraks à TB paru,ppok
• C. CT scan kepala à stroke
• D. Elektroensefalografi (EEG) à epilepsi
Jadi, pemeriksaan penunjang yang tepat
53. untuk pasien ini adalah…
E. Nerve Conduction
Velocity (NCV)
54 C. Gangguan koagulasi
• Bayi Jenner, usia 2 minggu
• mengalami kejang
• Kejang terjadi pada ekstremitas atas kanan sejak
kurang lebih 15 menit SMRS
• Demam tidak ada
• Riwayat suntik vaksin hep B maupun vit K tidak
diketahui
• UUB menonjol, pupil anisokor dan anak kesan tidak
sadar sepenuhnya
• Penyebab kondisi di atas yang paling mungkin
adalah...
APCD/VKDB/PDVK
• Acquired prothrombin complex defisiency Bentuk
lanjut dari VKDB (Vit K Deficiency Bleeding) dan
disebut juga sebagai defisiensi protrombrin
kompleks
• Defisiensi vitamin K pada Bayi
• Rendahnya Vit K di plasma, dan cadangan di hati
• Rendahnya Vit K di ADI
• Tidak dapat injeksi vit K1 baru lahir
• 80-90% Bermanifestasi sebagai perdarahan
intrakranial akibat gangguan koagulasi
Manifestasi
• Bayi usia 1-6 bulan
• Tiba tiba malas minum, lemah, banyak tidur
• Tampak pucat tanpa tanda perdarahan
• Peningkatan TIK : UUB membonjol, papil edema,
penurunan kesadaran
• Defisit neurologis : kejang fokal, hemiparesis,
paresis nervus kranial (misal: anisokor pada pupil)
Evaluasi dan Tatalaksana

Evaluasi Tatalaksana
• Darah perifer : anemia, • Vitamin K 1 mg 3 hari
trombosit normal • FFP 10-15 ml/kgBB
• PT dan APTT: normal atau • PRC
memanjang
• Tatalaksana kejang
• USG/ CT Scan kepala
• Tatalaksana TIK: manitol
atau furosemid
• Konsultasi bedah syaraf
Pilihan lainnya
• A. Infeksi sistem saraf pusat à
meningitis/ensefalitis + demam + kaku kuduk
• B. Menurunnya neurotransmitter
• D. Atrofi otak
• E. Kongenital
54 Jadi, penyebab kondisi pasien adalah…
C. Gangguan koagulasi
55. A. Tanda lhermitte

• Tn. T’Chaka, 44 tahun


• nyeri di area leher yang menjalar hingga
bahu
• terutama saat sedang memanggul benda
berat di punggungnya
• Apa gambaran klinis yang dijumpai pada
pemeriksaan?
Cervical Radiculopathy
• Nyeri dan gejala neurologis karena
terjepitnya saraf yang keluar dari
vertebra servikal
• Sebab
• Herniasi diskus atau bone spur
• Paling sering mengenai:
•C7 dan C6
• Pemeriksaan
•X Ray
•CT scan
•MRI
Spurling test/ lhermitte à nyeri
menjalar
Pilihan Lain
• B. Tanda laseque à salah satu tanda rangsang
meningeal, dapat juga dijumpai pada HNP
• C. Tanda chvostek à kedutan otot wajah setelah di
tapping akibat hipokalsemia
• D. Tanda bragard siccard à pemeriksaan fisik
lanjutan setelah tes lasseque pada HNP
• E. Tanda wartenberg à pada miastenia gravis,
penderita diminta melihat ke 1 objek terus-
menerus, kemudian mata akan kelelahan dan ptosis
Jadi, gambaran klinis yang mungkin
55. dijumpai pada pasien ini adalah…

A. Tanda lhermitte
56. A. Poliomyelitis akut
• An. T’Challa, 6 tahun
• lemas tiba-tiba dan tidak bisa berjalan sejak
1 minggu smrs
• Riwayat imunisasi tidak jelas
• asymmetric flaccid motor paralysis dengan
atrofi ekstremitas inferior
• Terdapat deformitas valgus pada lutut dan
tungkai atas juga callus pada lutut.
Kemungkinan diagnosis pada pasien ini
adalah...
Poliomielitis
Infeksi virus polio (fekal-oral)
yang menghancurkan sel
neuron di kornu anterior
medula spinalis
Klinis: demam yang diikuti
oleh kelemahan otot akut
yang berat, umumnya
asimetris à biasanya
ekstremitas bawah lebih
parah
Tata laksana: Tidak ada tata
laksana definitif. Yang
penting adalah pencegahan
(vaksinasi).
Sumber :
www.emedicine.Medscape.com
Jawaban Lainnya
• B. Guillen-Barre syndrome à ascending paralysis,
bisa ada riwayat diare C. jejuni sebelumnya
• C. Multipel Sklerosis à kelumpuhan biasanya
simetris + adanya distresi napas, diplopia, autoimun
• D. ALS à Lou gehrig’s disease à LMN + UMN
damage, seperti stephen hawking
• E. Myasthenia Gravis à keluhan hanya motorik
UMN, wartenberg +, tensilon +
56. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

A. Poliomyelitis akut
57. E. Elektroensefalografi
• An.Wakanda, 9 tahun
• sering bengong dengan mata berkedip-kedip
selama beberapa detik
• dapat terjadi 10-20 kali dalam sehari
• Saat berbicara pasien tiba-tiba diam dan
kemudian dapat melanjutkan pembicaraan
• Pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas
normal dan pemeriksaan neurologis tidak
ditemukan kelainan
• Apa pemeriksaan yang dianjurkan?
Tipe-tipe Bangkitan Kejang
Kejang parsial (fokal) : Bermula SATU HEMISFER
• Sederhana : Tidak ada penurunan kesadaran.
Gejala bisa sensoris, motoris, otonom, atau psikis.
• Kompleks : Ada penurunan kesadaran (amnesia).
Gejalanya biasanya berupa bengong mendadak yang
diikuti dengan aura, automatisme dan kebingungan
pasca-serangan.
• Kejang tonik-klonik umum sekunder : kejang parsial
yang berlanjut menjadi kejang tonik klonik umum
Kejang umum
Kejang umum : berasal dari DUA HEMISFER

• Absens/lena (petit mal) : Bengong mendadak, tanpa aura,


umumnya tanpa kebingungan pasca-serangan, bisa disertai
automatisasi maupun tidak.
• Mioklonik : kedutan motorik tidak teratur à Jerking movement
• Klonik : kedutan motorik teratur
• Tonik : ekstensi atau fleksi mendadak pada kepala, badan, atau
ekstremitas
• Tonik-klonik umum primer (grand mal) : berawal sebagai
ekstensi tonik ekstremitas atas dan bawah beberapa detik,
kemudian menjadi gerakan klonik ritmik, kebingungan pasca-
serangan , maupun kelumpuhan pasca serangan.
• Atonik : Tonus tubuh hilang mendadak (pasien tiba-tiba jatuh)
Pilihan Lain
• A. MRI kepala
• B. CT angiografi à untuk kasus stroke
iskemik atau melihat adanya aneurisma
Berry
• C. CT-scan kepala à stroke, tumor
• D. Elektromiografi à CTS
Jadi, pemeriksaan yang dianjurkan pasien
57. ini adalah…
E. Elektroensefalografi
58. A. Stroke perdarahan hemisfer
kiri
• Perempuan 58 tahun, tidak sadarkan diri,
nyeri kepala hebat, muntah
• Hemiparesis dekstra
• GCS 7
• TD: 170/100
• Nadi : 100
• Diagnosis yang paling tepat adalah...
Stroke Hemoragik vs iskemik

• Ada tanda peningkatan TIK


• Penurunan kesadaran Pasien sadar, datang dengan
• Muntah proyektil defisit neurologis (bicara
• Nyeri kepala pelo, hemiparesis)
• TD amat tinggi

Untuk memastikan, perlu pemeriksaan penunjang: CT Scan, MRI


Stroke iskemik Vs Stroke hemoragik
• Etiologi: trombus/emboli
• Etiologi: perdarahan intraserebral
• Klinis: • Klinis:
• Anamnesis: defisit neurologis akut – Anamnesis: defisit neurologis akut
(seringnya hemiparesis) +penurunan kesadaran+nyeri
• PF: kesadaran umumnya tidak kepala+muntah proyektil
menurun
– PF: tanda lesi UMN, hipertensi
• tanda lesi UMN (hiperrefleks, ada
refleks patologis) – Penunjang (CT Scan): area
hiperdens di serebrum
• Penunjang (CT Scan): area hipodens
serebrum • Tatalaksana:
– Bedah, Medikamentosa
• Tatalaksana:
• Trombolitik (r-TPA) • Antihipertensi
à 3-4,5 jam setelah onset • Agen diuretik osmotik
• Aspirin 325 mg (misal manitol)
• Clopidogrel 300 mg
• Aspirin 325 mg + dipyridamole 2x200
mg

Updates AHA/ASA Stroke Recommendations


58. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

A. Stroke perdarahan
hemisfer kiri
59. C. Spasme muskular perikranial

• Nyeri di sekeliling kepala seperti ditekan.


• Tanpa mual dan muntah.
• Keluhan ini sering muncul hilang timbul
terutama saat sedang banyak pekerjaan di
kantor.
• Apa mekanisme utama penyebab keluhan
pada kasus di atas?
TTH episodik : < 15
x/ bulan

TTH kronik :
minimal 15 x /
bulan , dalam 6
bulan

TTH chronic daily :


minimal 6 hari
dalam 1 minggu
SPASME OTOT DIDUGA
TERLIBAT DALAM STIMULASI
NOSISEPTOR DI PERIFER
Jawaban Lain
• A. Vasodilatasi pembuluh darah kranial à
mekanisme utama migrain
• B. Iritasi nervus trigeminus à mekanisme utama
neuralgia trigeminal
• D. Pelepasan neurotransmiter inhibitorik secara
berlebihan
• E. Adanya bradikinin yang mengaktivasi
chemoreseptor di intrakranial
Jadi, penyebab keluhan pasien ini adalah…
59.
C. Spasme muskular
perikranial
60. B. Wartenberg test

• Ny. Taylor, 30 tahun


• keluhan kelopak mata seringkali turun tanpa
sengaja sejak 2 minggu smrs
• makin memburuk saat sore hari dan
membaik ketika bangun tidur
Tes yang harus dilakukan untuk menunjang
diagnosis adalah...
Myasthenia Gravis
• Kelemahan progresif karena antibodi terhadap
reseptor asetilkolin di neuro muscular junction
• Gejala
• Kelemahan progresif memburuk karena aktivitas contoh:
ptosis/diplopia, dapat diprovokasi dengan tes wartenberg
(fiksasi pandangan ke satu titik, lama lama timbul ptosis)
• Mengenai otot proksimal
• Pemeriksaan
• Endrophonium (tensilon) untuk membedakan dengan
Lambert Eaton
• Tatalaksana
• Piridostigmin, plasmaferesis, steroid, obat imunosupresif,
timektomi
Tensilon test ( = edrofonium test)
• Edrophonium chloride is an acetylcholinesterase
inhibitor with rapid onset (about 30 seconds) and
effect lasting about 5 minutes
• Begin with edrophonium 10 mg in syringe and
give 1-2 mg test dose
• give incremental doses of edrophonium and
watch for 1-minute observation periods
following each dose
• begin with 2 mg after test dose, then 3
mg, and another 3 mg given if needed
• typical side effects of sweating, tearing,
fasciculations, and abdominal cramping
may indicate peak edrophonium effect
• if muscle strength improves within 1
minute of any dose increment, test is
positive and no further edrophonium
needs to be administered
Jawaban Lainnya
A. Arm drop test à
supraspinatus/rotator cuff tear
C. Laseque test à HNP
D. Finkelstein test à du quervain
syndrome
E. McMurray test à meniscus injury
60. Jadi, tes yang harus dilakukan adalah…

B. Wartenberg test
61. B. Meningitis bakterialis

• Tn. Ramsay, 37 tahun


• penurunan kesadaran sejak 3 hari yang lalu
• mengeluh nyeri kepala, demam serta keluar
cairan dari telinga kiri à OMSK
• GCS 10, kaku kuduk (+)
• Hb 13, leukosit 19.000, trombosit 250.000
• Diagnosis yang paling mungkin adalah?
Etiologi
Cairan Serebrospinal pada Infeksi SSP
Bacterial Viral TBC Encephalitis Encephalopa
meningitis meningitis meningitis Viral thy

Tekanan ↑↑ Normal/↑ ↑ ↑ ↑

Makros. Keruh Jernih Xantokrom Jernih Jernih

Lekosit > 1000 10-1000 500-1000 10-500 < 10

PMN (%) +++ + + + +

MN (%) + +++ +++ ++ -

Protein ↑↑ Normal/↑ ↑ Normal Normal

Glukosa ↓↓ Normal ↓↓ Normal Normal

Gram /Rapid Positif Negatif Negatif Negatif Negatif


T.

Sumber :
Jawaban Lainnya
• A. Meningitis TB à riwayat batuk lama, leukosit
cenderung tidak naik
• C. Meningitis toxoplasma à biasa pada
immunocompromised
• D. Ensefalitis streptococus à tidak kaku kuduk
• E. Meningoensefalitis viral à leukosit tidak naik
61. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

B. Meningitis bakterialis
62. D. N. Fasialis
• Ny. Vanilla, 64 tahun
• keluhan kehilangan indera pengecap
• tidak dapat mengecap terutama rasa garam
dan gula
• dapat merasakan asam dan pahit dengan
baik
• Saraf kranialis apakah yang mungkin
mengalami gangguan?
Pilihan Lain
• A. N. Glosofaringeus à N.IX, pada lidah untuk
mengecap pahit, asam
• B. N. Trigeminus à wajah
• C. N. Hipoglosusà motorik lidah
• E. N. Vagus à multiorgan motorik dan sensorik
Jadi, saraf kranialis yang mungkin
62. mengalami masalah pada pasien ini
adalah…
D. N. Fasialis
63. B. MRI spinal

• Tn. Kanye, 46 th, nyeri punggung bawah


sejak 2 hari SMRS
• Kualitas nyeri tajam, menjalar ke tungkai
bawah kiri seperti tersetrum
• Nyeri mereda setelah istirahat dan
memberat ketika berjalan
• Straight leg test(+)
Pemeriksaan penunjang ?
HNP
• Penyakit akibat degenrasi diskus intervertebra à
nucleus pulposus protrusi dan menekan saraf
ischiadicus (skiatika)
• Gejala bervariasi tergantung derajat herniasi :
paling sering L4-S1
• Nyeri menjalar dari punggung belakang hingga kaki atau
ankle + numbness
• Faktor Risiko
• Gerak berulang, angkat berat
PENUNJANG
• Pemeriksaan
• Straight leg test (laseque), bragard sicard, patrick, contra
patrick.
• Pemeriksaan neurologis
• Imaging: MRI merupakan baku emas
• Pemeriksaan radiografi sederhana dapat dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan fraktur, misalnya
TES PATRICK
Pilihan medikamentosa
• NSAID oral à pilihan awal
• Muscle relaxants: eperisone
• Oral steroids
• Opioids (narcotics)
• Steroid injeksi epidural
Jawaban Lainnya
• A. CT scan spinal à tumor
• Ingat, CT scan biasa lebih baik untuk tulang, MRI untuk
jaringan lunak
• C. X-ray spinal à fraktur
• D. EMG à myasthenia gravis, CTS
• E. USG lumbosacral à CSF, sebagai guiding utk
lumbal pungsi
Jadi, pemeriksaan penunjang untuk pasien
63. ini adalah…

B. MRI spinal
64. B. Phalen (+)

• keluhan kebas di ibu jari, telunjuk, jari


tengah terutama tangan kiri
• Tinel (+)
Pemeriksaan lain ?
Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
• Akibat kompresi nervus
medianus à timbul
gejala kesemutan, baal,
maupun nyeri di 3 jari
sisi palmar.
• Bisa disertai atrofi otot
thenar.
Tanda Tinel, Tes phalen
TATALAKSANA
• Terapi awal : wrist splint pada malam hari 3-4
minggu
• Bila gagal dengan terapi awal à injeksi steroid
intralesi dengan dipandu USG.
• Obat oral seperti NSAID, pregabalin, gabapentin
(kontroversial à ada referensi yang mengatakan
tidak berbeda bermakna dengan plasebo)
• Bedah dekompresi (pada kasus berat berdasarkan
klinis dan pemeriksaan).
Klasifikasi
http://www.csp.org.uk/sites/files/csp/imagecache/main_content_260_wide/carpal_tu
nnel_sleeping_splint.jpg
Jawaban Lainnya
• A. Chvostek (+) à hipokalsemia
• C. Trousseau (+) à hipokalsemia
• D. Benedict (+) à damage of median nerve
• E. Thompson (+) à ruptur tendon achilles
Jadi, pemeriksaan yang mendukung
64. pasien ini adalah…

B. Phalen (+)
65. C. Korteks cerebri
• An. Inuyasha, usia 4 tahun, belum bisa
berjalan
• Anak lahir premature
• usia 3 tahun memiliki riwayat kejang
berulang
• spastic diplegia pada kedua tungkai
• peningkatan tonus otot
• reflek fisiologis
• patologis positif pada kedua tungkai
Cerebral palsy
• Kelompok gangguan motorik nonprogresif
• 75% merupakan gangguan piramidal
• 90% CP disertai retardasi mental
• PF:
• Spastik, hiperefleksia
• Gangguan motorik halus, gerakan volunter melambat
• Gangguan perkembangan dan refleks infantil persisten
(refleks Babinski)
• Etiologi masih belum jelas tapi faktor risiko antara lain
• Prematur, asfiksia perinatal, trauma, dan malformasi
intrakranial
Diagnosis
• Slow motor development
• Abnormal muscle tone
• Unusual posture
• Persistent infantile reflexes

Tatalaksana kolaboratif
• Dokter : perencanaan jangka panjang
• Ortopedi : mencegah kontraktur, dislokasi panggul,
dan skoliosis
• Physical therapist: improve movement dan
strength, dan gait
• Okupasional terapis: aktivitas daily living
• Terapi wicara
• Psikolog : mendampingi keluarga
Pilihan Lain
• A. Cerebellum à gangguan keseimbangan dan
koordinasi
• B. Ganglia basalis à uncontrollable movement
• D. Kornu anterior medulla spinalis
• E. Otot skeletal
65. Jadi, kelainan lesi pasien ini adalah…

C. Korteks cerebri
66. C. Torticolis
• Anak usia 6 bulan
• kepala anak selalu miring ke kiri
• menangis kesakitan ketika ibu berusaha
membenarkan posisi lehernya
• leher sebelah kiri lebih pendek, teraba
benjolan di area sternocleidomastoideus
• Saat persalinan bahu anak sulit lahir
• Diagnosis pada pasien adalah…
Tortikolis Kongenital
Jawaban lainnya
• A. Abses Bezold à abses pada
sternokleidomastoideus biasanya komplikasi
lanjutan OMSK
• B. Fraktur clavicula
• D. Fraktur humerus
• E. Fraktur scapula
66. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

C. Torticolis
C. Ruptur tendon achiles
67. sinistra

• Tn. Hanung, 36 th
• nyeri pada pergelangan kaki kirinya dan sulit
digerakkan
• Uji thompson kaki kiri (+) dan kaki kanan (-)
• Diagnosis yang tepat adalah...
Ruptur Tendon Achilles
Calf squeeze test/Thomson
test/Simmonds Test
Achiles Tendinitis
• Peradangan tendon achiles
• Insersional
• Lokasi di dekat insersi tendon pada tulang, dekat dengan tumit
• Bisa terjadi di berbagai usia
• Non Insersional
• Lokasi seperti tengah tendon, lokasinya lebih jauh dari tumit

• Gejala : Penebalan tendon dan Nyeri


Insersional Non Insersional
Jawaban lainnya
• A. Ruptur tendon tibialis anterior àdorsifleksi jari-
jari (-)
• B. Ruptur tendon tibialis posterior à hindfoot
valgus, single heel limb test (+)
• D. Ruptur tendon flexor hallucis longus à fleksi ibu
jari kaki
• E. Ruptur tendon flexor digitorum longusà fleki
jari-jari kaki
67. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

C. Ruptur tendon achiles


sinistra
68. A. Sindroma kompartemen

• Tn. Gordon, 42 tahun, mengalami fraktur


dengan circular cast dari bahu hingga
olekranon
• tangannya kesemutan dan nyeri
• Jari tangah terlihat pucat dengan CRT > 2
detik (RALAT SOAL) dan nadi sulit diraba
• Diagnosis yang paling tepat adalah...
Sindrom Kompartemen à
kegawatan
Sindrom Kompartemen
• Peningkatan tekanan kompartemen oseofasial
melebihi tekanan perfusi
• Golden period : sebelum 4- 6 jam
• Bisa terjadi dimana saja
• Kaki anterior, lengan bawah, tangan, kaki, paha, bokong
• Etiologi
• Trauma : (Fraktur, Crush injury, Kontusio, Luka tembak)
• Ekstravasasi IV
• Luka bakar
• Bengkak pos iskemik
• Trauma arteri
Manifestasi
• Pain : nyeri yang out of proportion (nyeri melebihi
tampilan klinis yang terlihat),
• paling pertama muncul
• Muncul bila peregangan pasif
• Paresthesia : pins and needle
• Pulseless : late finding
• Pallor : late finding
• Paralysis : late finding
Diagnosi dibuat secara klinis atau tekanan
kompartmen melebihi 30 mmHg
Evaluasi
• Pemeriksaan fisis: edema, pulsus
• Pengukuran tekanan
• Tekanan melebihi 30 mmHg
• Atau tekanan diastoik –
• kompartemen < 30 mmHg

• Tatalaksan
• Emergency Fasiotomi
Jawaban Lainnya
• B. Selulitis à demam, batas tidak tegas
• C. Trombosis vena dalam à nyeri tungkai, homan
sign (+)
• D. Rhabdomyolisis à kalium darah tinggi, dark
urine. Biasa terjadi pada kasus trauma dimana otot
hancur (mis. terlindas)
• E. Ruptur arteri brachialis à pulsasi arteri radialis (-
)
68. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

A. Sindroma kompartemen
69. B. Fraktur colles

• Tn. Sam, 35 tahun


• nyeri pergelangan tangan kiri
• pergelangan tangan berbentuk seperti garpu
• Kelainan Tn. Sam disebut sebagai...
Colles Smith
• Fraktur distal radius, • Fraktur distal radius,
Displace posterior , Displace anterior,
Angulasi dorsal Angulasi ventral/ palmar
• Jatuh dengan pergelangan • Jatuh dengan pergelangan
tangan dalam ekstrensi Tangan dalam fleksi
(dorsofleksi) (palmarfleksi)
Colles vs Smith
• Montegia • Galeazzi
Jawaban Lainnya
• A. Fraktur smith à angulasi ventral, reverse colles
• C. Fraktur monteggia à fraktur prox ulna, dislokasi
prox ulna dan radial junction
• D. Fraktur galeazzi à fraktur distal radius dan
dislokasi distal ulna dan radial junction
• E. Fraktur schapoid à nyeri pada anatomical snuff
box
69. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

B. Fraktur colles
70. A. Duchene Muscular Distrophy
• Anak 3 tahun sulit untuk berjalan
• Anak harus bertumpu pada kedua tangan
dan kaki sebelum akhirnya perlahan
mendekatkan tangannya ke kaki dan
menumpukannya pada kedua lututà gower
sign (+)
• IQ 52

• Apa diagnosis yang paling mungkin pada


kasus di atas?
Duchene Muscular Dystrophy
• X link resesif pada gen distrofin
• Disrofin digunakan dalam menghubungkan sitoskeleton
dalam sel otot
• Onset 2-5 tahun
• Lebih sering laki laki
• Gejala
• Otot proksimal terkena lebih dahulu
• Betis pseudohipertrofi à diisi lemak
• Kesulitan berdiri dan berjalan
• Progressive clumsines
• Manuver gower : menopang pada kedua tanganuntuk berdiri
Evaluasi dan Tatalaksan
• Kreatinin kinase: Tatalaksana
meningkat • Glukokortikoid
• Biopsi otot: degenerasi • Suportif
dan regenerasi,
digantikan jaringan • Terapi fisik
lemak
• Analisis genetika
• Pawarnaan imun:
hilangnya distrofin
Gower sign
• Menggunakan tangan
untuk bertumpu pada
lutut supara bisa
berdiri -> gower sign
Tanda gower khas pada DMD
Pilihan Lain
• B. Becker Muscular dystrohy à onset muncul usia
dewasa, tidak ada retardasi mental.
• C. Amyotropic lateral sclerosis à kelumpuhan tipe
UMN dan LMN
• D. Poliomyelitis àriwayat tidak divaksin, demam,
diare, lumpuh, atrofi
• E. Myasthenia gravis à kelemahan karena antibodi
terhadap reseptor asetilkolin, ptosis, kelemahan
progresif
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
70.
A. Duchene Muscular Distrophy
71. B. Celecoxib PO

• kaku pada leher, bahu dan pergelangan


tangan pagi hari selama 1 jam
• ROM terbatas karena nyeri, edema (+) dan
kemerahan (+) pada sendi PIP dan DIP
bilateral
• Anti CCP (+)
• Pasien memiliki riwayat maag
• Dari pilihan obat berikut, tatalaksana yang
paling tepat adalah?
OA RA Gout
Awitan Perlahan Perlahan Akut
Peradangan - + +
Patologi Degenerasi Pannus Tofus
Jumlah sendi Poli Poli Mono, kdg2 poli
Tipe sendi Kecil atau besar Kecil Kecil atau besar
Lokasi Pinggang, lutut, MCP, PIP, pergelangan MTP, kaki, pergelangan
vertebra, CMC 1, DIP, tangan, kaki, kaki, lutut
PIP pergelangan kaki

Temuan sendi khusus Nodus Bouchard, Deviasi ulnar, swan Kristal urat
nodus Heberden neck, boutonniere
Perubahan tulang Osteofit Osteopenia, erosi Erosi
Fitur ekstra-artikular Nodul subkutan, Tofus, bursitis
pulmonal, kardiak, olecranon, batu ginjal
splenomegali
Pemeriksaan Foto polos RF (+), anti CCP (+), Asam urat ↑
penunjang Foto polos Gold standar : kristal
urat pada aspirasi
cairan sendi
Kriteria ACR RA
DEFORMITAS pada RA
TATALAKSANA
• Awal :
- NSAID oral
- Steroid oral, IV
- Pemilihan NSAID oral perlu dipertimbangkan mengenai
efek samping

• Jangka panjang
- DMARD, misal : metotreksat, infliximab
Celecoxib selektif pada COX2
sehingga lebih aman untuk lambung
pada pasien geriatri
Jawaban Lainnya
• A. Kortikosteroid PO à alternatif kedua setelah
NSAID PO
• C. Morfin PO à opioid, bukan terpai utama pada
kasus ini
• D. Tramadol PO à opioid, bukan terapi utama pada
kasus ini
• E. Parasetamol PO à efek antinyeri minimal
Jadi, obat yang paling tepat untuk pasien
71. ini adalah…

B. Celecoxib PO
B. Osteoporosis post
72. menopause

• Ny. Surry, usia 52 tahun


• nyeri punggung sejak 6 bulan lalu
• kifosis dorsal
• fraktur kompresi dan ballooning pada diskus
intervertebralis
• DEXA didapatkan skor T < -2,8.
• Pasien sudah tidak mengalami haid sejak 3
tahun yang lalu
• Diagnosis ?
OSTEOPOROSIS
OSTEOPOROSIS
• Primer
- Postmenopausal à pada usia > 50 tahun, fraktur
patologis di korpus vertebra dan radius
- Senilis/ involusional à pada usia > 70 tahun,
fraktur patologis di humerus, tibia, femur, pelvis
• Sekunder à ada penyakit lain / obat yang
mendasarinya, misal cushing.
Jawaban Lainnya
• A. Osteoporosis senilis à terkait usia yang lebih tua
(>70 tahun, bisa terjadi pada laki-laki dan
perempuan)
• C. Ankilosing spondylitis à autoimun, gambaran
bamboo spine
• D. Osteoarthritisà terutama di sendi penyangga
tubuh, osteofit, nodul bouchard dan heberden
• E. Pott’s disease à spondilitis TB, gibus
72. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

B. Osteoporosis post
menopause
73. E. Spondilolisthesis

• nyeri pinggang setelah terpeleset di kamar


mandi
• radiologi à korpus vertebra L4 berada di
depan L5
• Apa diagnosis yang paling tepat?
Spondilolistesis
Fraktur pars interarticularis
Tanpa displacement
Jawaban Lainnya
• A. Spondilosis à istilah umum untuk kelainan pada
vertebra, namun sering merujuk pada kondisi
terkait penuaan, berupa penyempitan diskus
intervertebra
• B. Spondilolisis à à fraktur pada pars
interarticularis, stress fracture, tanpa
displacement/pergeseran corpus vertebrae ke
anterior
• C. HNP à herniasi dari nukleus pulposus
• D. Potts disease à spondilitis TB, umumnya
torakalis
73. Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

E. Spondilolisthesis
74. C. grade IIIa

• Tn. Setya, 30 tahun, datang ke UGD setelah


mengalami KLL 3 jam SMRS terjatuh dari sepeda
• fraktur terbuka tibia dekstra
• panjang luka 12 cm
• kontaminasi (+), kerusakan jaringan minimal
dan bone coverage baik
• Neovaskularisasi distal baik
• Derajat fraktur terbuka pada kasus tersebut
menurut klasifikasi gustillo anderson adalah...
Jawaban Lainnya
• A. grade I à utk luka kurang dari 1 cm
• B. grade II à luka lebih dari 1 cm-10 cm, kerusakan
jaringan minimal
• D. grade IIIb à butuh flap
• E. grade IIIc à jejas vaskular +
Jadi, derajat fraktur terbuka pasien ini
74. adalah…
C. grade IIIa
E. Trauma karena pergeseran
75. sendi terpaksa

• Ny. Valakor, usia 30 tahun


• nyeri pergelangan kaki kiri sejak 2 hari yang
lalu sejak jatuh dari kendaraan bermotor
• nyeri, panas, tampak warna biru kemerahan
serta bengkak (+)
• Dari MRI didapatkan robek ligament grade III
• Etiologi yang mendasari kasus di atas
adalah...
SPRAIN = CEDERA LIGAMEN
• Ligamen adalah
jaringan
penghubung antar
tulang sedangkan
tendon adalah
jaringan
penghubung otot
dan tulang
SPRAIN
Pilihan Lain
• A. Penekanan arteri di panggul
• B. Penekanan vena di panggul
• C. Penekanan saraf di panggul
• D. Kontraksi otot tiba-tiba
75. Jadi, etiologi kasus pasien ini adalah…

E. Trauma karena pergeseran sendi


terpaksa
7676 A. Konjungtivitis Vernal

• Anak 11 tahun
• Kedua mata merah, berair, dan gatal
• Sejak kecil, hilang timbul
• Bintik-bintik putih kekuningan di daerah limbus à
Horner Trantas Dot
• Cobblestone pada palpebra superior

Diagnosis yang tepat?


Konjungtivitis
Patologi Etiologi Tanda dan gejala Tatalaksana
Bakteri Staphylococci Mata merah, terasa berpasir, Antibiotik topikal
streptococci, sensasi terbakar, biasanya bilateral, Air mata buatan
Gonocci kelopak mata susah membuka,
Corynebacteri injeksi konjungtiva difus, discharge
um strains mukopurulen, papil (+)
Virus Adenovirus, Mata berair unilateral, merah, rasa Memburuk pada hari 3-5,
Herpes tidak nyaman, fotofobia, edema sembuh sendiri dalam 7-14
simplex virus kelopak mata, limfadenopati hari
or varicella- preaurikular, konjungtivitis Air mata buatan: mencegah
zoster virus folikular, pseudomembran (+/-) kekeringan dan mengurangi
inflamasi
Antiviral à herpes simplex
virus atau varicella-zoster
virus
Patologi Etiologi Tanda dan Gejala Tatalaksana
Jamur Candida sp., Jarang, pasien imunokompromais, Antijamur topikal
Blastomyces pasien yang mendapat terapi
dermatitidis, antibiotic
Sporothrix schenckii

Vernal Alergi Peradangan konjungtiva kronis, Hindari alergen


riwayat keluarga atopik, gatal, Antihistamin topikal, mast
fotofobia, sensasi benda asing, cell stabilizer, simptomatik
blefarospasme, cobblestone
pappilae, horner trantas dot
Inklusi Chlamydia Mata merah dan nyeri selama Doxycycline 100 mg bid
trachomatis beberapa minggu/bulan, sekret for 21 hari atau
mukopurulen, lengket, sensasi benda Erythromycin 250 mg PO
asing, mata berair, kelopak mata qid 21 days
bengkak,kemosis,Folikel Antibiotik topikal
Konjungtivitis Vernalis
• Gejala dan tanda :
- Mata merah, gatal, dan berair
- Injeksi konjungtiva
- Cobblestone appearance
- Horner trantas dots
Horner trantas dots

TATALAKSANA :
1. Menghindari alergen
2. Mast cell stabilizer
3. Steroid
4. Antihistamin
Cobblestone app
Konjungtivitis Vernal Vs Atopik
Characteristics VKC AKC
Generally presents at a younger age
Age at onset Second to third decade
than AKC' first decade

Sex Males are affected preferentially. No sex predilection

Seasonal variation Typically occurs during spring months Generally perennial

Discharge Thick mucoid discharge Watery and clear discharge

Moderate incidence of conjunctival Higher incidence of conjunctival


Conjunctival scarring
scarring scarring
Horner-Trantas dots and shield ulcers Presence of Horner-Trantas dots is
Horner-Trantas dots
are commonly seen. rare.

Not present, unless secondary to Deep corneal neovascularization


Corneal neovascularization
infectious keratitis tends to develop
Conjunctival scraping reveals
Presence of eosinophils in
eosinophils to a greater degree in VKC Presence of eosinophils is less likely
conjunctival scraping
than in AKC

http://emedicine.medscape.com/article/1191467-differential
Jawaban Lainnya
• B. Konjungtivitis Fungal: mata merah, gatal,
imnokompromais
• C. Konjungtivitis Viral: sekret cair, folikel, self
limited
• D. Konjungtivitis Bakterial: sekret kental kuning
kehijauan, papila
• E. Konjungtivitis Klamidial: sekret kental, folikel,
inklusi (+)
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

76 A. Konjungtivitis vernal
7777 D. Antibiotik topikal
Mata mengganjal, visus normal.
Pekerjaan di tepi pantai à mengarahkan paparan UV
(faktor risiko pterigium)
Selaput berbentuk segitiga pada mata kanan yang
melintasi pertengahan limbus dan pupil

Manajemen yang tepat kecuali…


Pterigium
• Pterigium (Yunani: pterygos, “little wing”) adalah
pertumbuhan jaringan konjungtiva bentuk segitiga (terdiri
dari cap, kepala, dan badan), bervaskular, dan bisa meluas
hingga limbus dan pupil.
• Seringnya asimptomatik; keluhan lain: mata kering (burning,
itching or tearing).
• Tatalaksana: gunakan pelindung mata untuk melindungi dari
sinar UV. Jika lesi tumbuh terus, operasi.
Manajemen pterigium
• Menghindari pajanan sinar UV adalah tindakan
awal, namun tidak menghilangkan pterigium yang
sudah ada
• Dengan kacamata hitam, topi
• Artificial tears dapat mengurangi gejala
• Kortikosteroid topikal, bila ada indikasi (yakni;
adanya inflamasi yang sedang terjadi)
• Pembedahan adalah tindakan definitif, namun
kekambuhan masih munkgin terjadi

http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/963/treatment/details.html
Jawaban lainnya
• A. Perlindungan sinar UV: ya, dan tindakan awal
yang utama
• B. Artificial tears dapat mengurangi gejala
• C. Kortikosteroid topikal jika ada inflamasi
• E. Pembedahan merupakan tatalaksana definitif
Jadi, tatalaksana yang tidak
dianjurkan adalah…

77 D. Antibiotik topikal
7878 D. Hordeolum Eksterna
• Massa padat di palpebra superior dekstra, 0.5
cm, hiperemis, dan nyerià tanda radang (+)
• Pada saat palpebra dibalik, tidak ditemukan
kelainan apapun à hordeolum interna (-)

Diagnosa yang sesuai pada kasus tersebut


adalah?
Hordeolum

• Interna dan eksterna


• Akibat sumbatan kelenjar zeis dan moll (eksterna)
atau kelenjar meibom (interna)
• Sering disebabkan oleh Stafilokokus aureus
• Tanda radang (+)
• Tatalaksana: insisi dan drainase; kompres
hangat; antibiotik
Kalazion
• Kalazion: seringkali berasal dari hordeolum yang
kronik dan sembuh tidak sempurna à membentuk
jaringan granulasi à tanda inflamasi (-)
• Kalazion tidak nyeri, benjolan tidak hiperemis
Jawaban lainnya

B. Kalazion: benjolan
A. Blefaritis: palpebra edema
palpebra, tanda radang (-)
dan hiperemis menyeluruh

E. Dakrioadenitis: seperti
C. Hordeolum interna
huruf S terbalik
Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

78 D. Hordeolum Eksterna
7979 E. Blefaritis anterior
Anak 7 tahun, kedua mata merah, bengkak, dan gatal.
PF: margo palpebra edema dan hiperemis, krusta (+),
sebagian bulu mata tampak rontok.

Apa diagnosis yang sesuai kasus diatas?


Blefaritis: peradangan kelopak mata
(1) anterior : ulseratif (karena stafilokokus), nonulseratif (karena
seboroik)
(2) Posterior (kelainan kelenjar meibom)
• Terdapat dua tipe:
• ulseratif (karena
stafilokokus)
• nonulseratif (karena
Kelainan kelenjar meibom seboroik)
• Terapi: seka dengan air hangat untuk mempermudah
evakuasi pus (kompres hangat)
• Bersihkan tepi palpebra untuk membersihkan dengan krusta
(juga dengan kain hangat)
• Antibiotik
Jawaban lainnya
A.Kalazion
B.Dakroadenitis
C.Hordeolum
D.Blefaritis posterior

kalazion Hordeolum interna Hordeolum eksterna


Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

79 E. Blefaritis anterior
80
80 D. Fluorescein test
• Mata kiri merah, berair, silau sejak 5 hari.
• PF mata:
VOD dalam batas normal
VOS 6/15
edema dan hiperemis palpebra, vesikel berkelompok dengan
dasar eritem di area pelipis kirià herpes
injeksi konjungtiva (+), injeksi silier (+).

Diagnosis à keratitis herpes zoster


Pemeriksaan penunjang yang disarankan adalah..
Keratitis
• Inflamasi pada kornea à kornea
edema, injeksi silier, mata nyeri,
visus turun. Bacterial keratitis

• =ulkus kornea.
• Etiologi: virus, bakteri, jamur,
parasite, atau non infeksi (trauma,
garukan, defisiensi vitamin A, dll)
• Pemeriksaan penunjang keratitis:
Fluorescent test atau pewarnaan
Rose Bengal.
• Fluorescent dye: tidak menetap
pada strome/ epitel kornea yg
intak à jadi kalau ada defek
kornea (inflamasi, ulkus, perforasi) Lesi dendritic khas pada keratitis
= fluorescent test (+) herpetic (HSV)
Pada herpes zoster oftalmikus,
ditemukan pseudodendritik
Etiologi Keratitis
ETIOLOGI KARAKTERISTIK TATALAKSANA
Keratitis bakterial Sekret purulen , antibiotik topikal
pemakaian lensa kontak

Keratitis herpes simpleks Lesi dendritik antiviral topikal


Keratitis fungal Riwayat trauma dengan antifungal topikal
tumbuhan
Lesi satelit

Keratitis amuba Riwayat berenang + amebisida (tidak


diperberat jika memakai tersedia bebas), sebagai
lensa kontak alternatif dapat
diberikan antibiotik
Jawaban Lainnya
A. Schirmer test: pemeriksaan air mata, untuk kasus dry eye
syndrome
B. Hirschberg test: pemeriksaan reflek pupil, untuk kasus
strabismus
C. Anel test: pemeriksaan saluran air mata, untuk kasus
dakriosistitis atau kelainan saluran air mata lain
E. Seidel test: pemeriksaan untuk kasus perforasi kornea, untuk
melihat ‘kebocoran’ aqueous, pewarnanya menggunakan
fluorescent 10%.

Seidel test
Jadi, pemeriksaan penunjang
selanjutnya adalah…

80 D. Fluorescein test
81
81 C. Korteks oksipital
• Pemeriksaan lapang pandang:

• Diagnosis: hemianopia homonym kiri


dengan macular sparring
• Letak kelainan?
• Ingat:
• Retina sisi kanan berguna melihat lapang pandang sisi
kiri, dan sebaliknya.
• Bila terkena di belakang kiasma optikum, gangguan
lapang pandang selalu homonim dan kontralateral dari
lesinya, misal: lesi di traktus optikus kanan,
menyebabkan hemianopia homonim kiri.
Jawaban Lainnya
• A. Chiaska optikum à hemianopia bitemporal
• B. Optik radiata à quadrantanopia
• D. Nervus optikus à buta total pada mata yang
terkena / anopsia
• E. Traktus optikus à hemianopia homonim
Jadi, letak kelainan pasien ini adalah…
81
C. Korteks oksipital
82 E. Hertel
• Ny. Diana 40 tahun pandangan kabur 1
bulan lalu
• PF: VODS 1/60, eksoftalmus (+)
• Lab: TSH menurun, fT4 meningkat

• Diagnosis: oftalmopati graves


• Pemeriksaan oftalmologi?
Thyroid Eye Disease
(=Graves' ophthalmopathy)
• Adalah orbitopati berkaitan dengan disfungsi tiroid.
• Patogenesis: proses imunologis berkaitan dengan
TSH-receptor, fibroblasts, adipocytes, dan cytokine
mediated immunologic response.
Kompleks imun à proliferasi fibroblas
à hipertrofi otot ekstraokular à
penekanan N. II pada apeks orbita
(retrobulbar)
GO Severity Assesment
Degree of Lid Soft Tissue Proptosis Diplopia Corneal Optic Nerve
Severity Retraction Involvement Exposure Status

Mild (≥1 of <2 mm Mild <3 mm Transient or Absent Normal


following) absent

Moderate to ≥2 mm Moderate or ≥3 mm Inconstant or Mild Normal


severe (≥1 of severe constant
following)

Sight Not Not Not Not Ulceration Compromised


threatening contributory contributory contributory contributory
(1 of last 2
categories)

Stan, MN. Garrity JA. Bahn, RS. The evaluation and


treatment of graves ophthalmology. Med Clin North Am.
Mar 2012; 96(2): 311-328
Eksoftalmometer Hertel
• Untuk mengukur penonjolan bola mata
• Pasien diminta menatap ke depan.
• Diletakkan alat Hertel yang bersandar pada tepi orbita lateral kedau
mata.
• Pemeriksa mengintip permukaan depan kornea melalui cermin berskala
pada alat Hertel.
• Normal 12-20 mm dan beda penonjolan kedua mata >2 mm dianggap
abnormal.
Ringan = 21-23 mm
Sedang = 23 – 27 mm
Berat = >=28 mm
Tatalaksana
• Medikasi:
• Kortikosteroid oral (mild) atau IV (severe)
• Suportif: lubrikasi mata/ air mata buatan, salep mata
antibiotik, kacamata, kompres dingin, diet rendah garam,
jaga kadar hormon tiroid agar eutiroid.
• Operasi:
• orbital surgery, eye muscle surgery, or eyelid surgery.
• orbital decompression untuk proptosis berat.

Stan, MN. Garrity JA. Bahn, RS. The evaluation and


treatment of graves ophthalmology. Med Clin North Am.
Mar 2012; 96(2): 311-328
Jawaban lainnya
• A. Keratometri à mengukur radius kelengkungan
kornea
• B. Perimetri à mengukur lapang pandang
• C. Placido à papan untuk mengetes
astigmatisma/iregularitas kornea
• D. Funduskopi à melihat gambaran fundus
Perimetri
82 Jadi, pemeriksaan pasien ini adalah…

E. Hertel
83 B. Pinguekula
• Ny. Heni 40 tahun, bintik kekuningan di
mata kanan
• Tanpa gatal dan nyeri
• Dokter mengatakan hal tsb merupakan
deposit lemak
• Perbaikan à seharusnya bukan deposit lemak
secara langsung, melainkan degenerasi kolagen
konjungtiva
• Dari jawaban yang ada, paling mungkin
pinguekula (‘bintik/nodul kekuningan’)

• Diagnosis?
Pinguekula
• Pinguekula adalah bercak
kekuningan di
konjungtiva.
• Pinguecula terdiri dari
deposisi protein, lemak,
dan calcium.
Pinguekula (2)
• Tatalaksana :
• Gejala : - Artificial tears
• Mata kering, gatal, - Steroid topikal (bila ada
terbakar kemerahan atau
• Bercak kekuningan di pembengkakan)
mata - Bedah (bila menganggu visus)
• Tahap lanjut à visus
turun, mata merah
Pencegahan :
- Hindari paparan UV dengan
memakai kacamata hitam,
topi
- Gunakan artificial tear untuk
mencegah iritasi dan mata
kering.
Jawaban Lainnya
• A. Xanthelasma à deposit lemak di sekitar
kelopak mata
• C. Pterigium à jaringan fibrovascular di mata,
faktor risikio: paparan sinar UV
• D. Hordeolum à benjolan di mata dengan tanda
radang
• E. Kalazion à benjolan di mata tanpa tandang
radang
Xanthelasma

Pterigium
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
83
B. Pinguekula
8484 A. Astigmatisma miopia kompositus

• Koreksi visus S -4.00 C -1.25 X90

Diagnosis yang tepat adalah?


Astigmatisma
• Astigmatisma adalah kelainan pada kelengkungan
kornea sehingga bayangan tidak jatuh tepat di
retina.
• Pemeriksaan: keratometer, topografi kornea.
• Terapi: kontak lensa, kacamata, operasi LASIK
1) MAS (Miopia Astigmat Simpleks) --> Lensa C(-) as°
2) HAS (Hipermetropia Astigmat Simpleks) --> Lensa C(+) as°
è Hanya ada komponen silindris

3) MAC (Miopia Astigmat Compositus) --> Lensa S(-), Lensa C(-) as°
4) HAC (Hipermetropia Astigmat Compositus) --> Lensa S(+), Lensa
C(+) as°
è Ada komponen sferis dan silindris, tanda sama

5) MAM atau HAM


MAM (Miopia Astigmat Mixtus ) --> Lensa S(-), Lensa C(+) as°
HAM (Hipermetrop Astigmat Mixtus) --> Lensa S(+), Lensa C(-) as°
è Ada komponen sferis dan silindris , tanda beda
Jadi, diagnosis yang tepat adalah…

A. Astigmatisma miopia
84 kompositus
85 D. S +3.50
Wanita, 42 tahun, sakit kepala saat membaca. VODS
6/36.
Dikoreksi tanpa siklopegi dengan lensa S+3.00D
menjadi 6/6, dikoreksi dengan S+3.50D menjadi
6/6, dikoreksi dengan S+4.00D menjadi 6/12.

Dikoreksi dengan?
HIPERMETROPIA

• = rabun dekat, titik fokus bayangan terletak di belakang


retina
• Dikenal dalam bentuk:
• Hipermetropia manifes:
• hipermetrop yang dapat dikoreksi dengan lensa positif maksimal yang
memberikan tajam penglihatan normal, tidak ada akomodasi sama sekali
(Koreksi yang IDEAL)

• Hipermetropia absolut:
• hipermetrop yang dikoreksi dengan kacamata positif minimal yang
memberikan tajam penglihatan normal, penderita masih memiliki
“cadangan” kemampuan akomodasi
• Hipermetropia fakultatif:
• kelainan hipermetropia yang dapat diimbangi dengan akomodasi
atau dengan lensa positif.
• Penderita yang hanya memiliki hipermetropia fakultatif,
penglihatannya normal walau tidak memakai kacamata positif,
namun apabila diberi kacamata positif, otot akomodasinya dapat
beristirahat.

• Hipermetropia laten:
• hipermetropia yang didapat tanpa siklopegia yang dapat diimbangi
dengan akomodasi

• Hipermetropia total:
• hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah pemberian
siklopegia
CONTOH PASIEN HIPERMETROPIA
• Tajam penglihatan 6/20
• Dikoreksi dengan sferis +3.00 D à 6/6
• Dikoreksi dengan sferis +3.50 D à 6/6
• Diberikan siklopegia, dikoreksi +5.00 D à 6/6
• Maka pasien ini memiliki:
• Hipermetropia absolut sferis +3.00 D
• Hipermetropia manifes sferis +3.50 D
• Hipermetropia fakultatif (manifes- absolut) +3.50 - (+3.0)
= + 0.50 D
• Hipermetropia total sferis +5.00 D
• Hipermetropia laten sferis +5.00 -(+3.50) = +1.50 D
Sumber: Iyas S. Ilmu Penyakit Mata 3rd ed. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia, 2004
Skema Hipermeteropia

HIPERMETEROPIA TOTAL

HIPERMETEROPIA MANIFES
HIPERMETEROPIA
LATEN
HIPERMETEROPIA HIPERMETEROPIA
ABSOLUT FAKULTATIF

HILANG DENGAN AKOMODASI


HILANG DENGAN KACAMATA

Kelainan Refraksi dan Kacamata, Prof. Sidarta Ilyas


Jadi, koreksi yang tepat adalah…

85 D. S +3.50
B. Masa inkubasi mencapai
86 14 hari
• An. Budi, 1 minggu
• Kedua mata keluar cairan lengket kekuningan
• Lab: badan inklusi

• Diagnosis: konjungtivitis chlamydia


• Pernyataan yang benar?
Konjungtivitis Neonatorum

• Konjungtivitis neonatorum timbul pada masa


sebulan kehidupan.
• Penyebab: aseptik (sering: kimia (silver nitrate))
atau septik (sering: virus, bakteri (sering:
gonokokus dan klamidia))

Severe purulent discharge and


eyelid edema in a newborn with
gonococcal conjunctivitis
(confirmed with Gram stain
and culture).
Masa Inkubasi
• Konjungtivitis kimia akibat silver nitrat sering muncul
pada hari pertama kehidupan, sembuh spontan dalam
2-4 hari.
• Konjungtivitis gonore sering muncul hari ke 2-7 setelah
lahir.
• Onset konjungtivitis klamidia sering terlambat
daripada konjungtivitis gonore; masa inkubasi 5-14
hari.
• Konjungtivitis herpes sering muncul dalam 2 minggu
pertama setelah lahir dengan masa inkubasi 6-14 hari.
• Klinis konjungtivitis gonore seringkali lebih berat
daripada penyebab lain. Khasnya adalah konjungtivitis
purulen bilateral.
Konjungtivitis Neonatorum
• Prinsip pengobatan untuk bayi:
• Terlebih dulu diberikan pengobatan untuk gonore
• Bila 3 hari tidak ada perbaikan à DIIKUTI pengobatan
untuk klamidiosis

Pengobatan Konjungtivitis Pengobatan Konjungtivitis


Gonore Klamidia
• Seftriakson 50-100 mg/kgbb • Sirop eritromisin basa 50
IM, dosis tunggal ATAU mg/kgbb/hari peroral 4x
• Kanamisin 25 mg/kgbb (max perhari selama 14 hari
75 mg, IM dosis tunggal)
Konjungtivitis
chlamydia
• Penyebab: chlamydia
trachomatis
• Pewarnaan giemsa: badan
inklusi
Badan inklusi
• Penularan:
• Dewasa: aktivitas orogenital,
hand-to-eye secret genital,
ejakulat ke mata, eye-to-eye
(sangat jarang, misal karena
pemakaian mascara bersama),
• Neonatus: ibu dengan servisitis
chlamydia

Sumber: medscape
Konjungtivitis chlamydia
• Gejala: mata merah, sekret mukopurulen, hiperemia,
hipertrofi papil, konjungtivitis folikular, keluhan
biasanya kronik dan dapat bertahan berbulan-bulan
• PF: folikel, KGB membesar, dapat menjadi keratitis
• Lab:
• Pewarnaan giemsa: badan inklusi (intrasitoplasma basofilik)
• Kultur chlamydia
• Diagnosis untuk sexually transmitted disease
• Tatalaksana:
• Tetrasiklin oral 3 x 500 mg atau doksisiklin 2 x 100 mg 3-6
bulan
• Neonatus: sirup eritromisin 50 mg/kgBB selama 14 hari
Sumber: medscape
Pilihan Lain
• A. Pewarnaan laboratorium yang dimaksud
adalah pewarnaan gram à yang benar Giemsa
• C. Pengobatan utama adalah ceftriaxon 50
mg/kgBB IM à ini pada konjungtivitis gonore
• D. Penyebab paling sering adalah diplococcus
gram negatif à ini pada konjungtivitis gonore
• E. Penyakit ditularkan melalui udara (air borne
disease) à ditularkan melalui sexual transmitted
disease
86 Jadi, pernyataan yang benar adalah…

B. Masa inkubasi dapat


mencapai 14 hari
87 C. Katarak Traumatik
Wanita 41 tahun, pandangan kabur, sejak 2 hari.
Mata kanan terkena lemparan batu.
Tampak kekeruhan lensa berbentuk bintang.

Apa diagnosis pada pasien tersebut?


Katarak traumatik

Jenis Katarak
• Katarak didapat:
• Katarak senilis (age-related cataract) – seringnya katarak
nuklear
• Katarak traumatik – bentuk kekeruhan lensa
stelata / bintang
• Katarak sekunder – kekeruhan kapsul posterior pasca operasi
katarak
• Katarak komplikata – katarak akibat penyakit lain, misalnya
diabetes melitus sering mengakibatkan katarak subkapsular
posterior
• Katarak kongenital

Beberapa literatur menyamakan katarak sekunder dengan katarak komplikata.


• Berdasarkan morfologi:
• Katarak nuklear – sering berkaitan dengan penuaan
• Katarak kapsular
• Katarak subkapsular
• Berdasarkan maturitas:
• Katarak imatur
• Katarak matur
• Katarak hipermatur

Imatur Matur Hipermatur/


Morgagni
Kekeruhan Sebagian Seluruh Lensa jatuh
Shadow test Positif Negatif Pseudopositif
Visus > 6/60 < 6/60 <6/60
Jawaban Lainnya

A.Katarak senilis à berkaitan


dengan proses penuaan, sering
berupa katarak nuklear
B.Katarak sekunder à berkaitan
dengan riwayat operasi katarak
D.Dislokasi lensa à lensa berpindah
tempat akibat putusnya zonula zinn
E.Uveitis à radang pada uvea
(anterior à iris, posterior à koroid)
Jadi, diagnosis yang sesuai adalah…

87 C. Katarak Traumatik
8888 B. Triamsinolon asetonid

• Penglihatan buram dan mata merah sejak 3


hari.
• Visus 6/24
• Bilik mata depan keruh, flare cell (+),
dan keratic precipitate (+)

Tatalaksana pasien tersebut adalah?


Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology
UVEITIS
Uveitis Anterior
Inflamasi badan silier dan iris
Gejala dan tanda:
• Mata merah, nyeri, fotofobia, visus turun
• Injeksi silier
• Pupil miosis (pembeda dengan
glaukoma akutàmidriasis)
• Keratik presipitat (deposit sel inflamasi
di kornea)
• Sinekia—komplikasi (posterior:
perlengketan iris dengan lensa, anterior:
perlengketan iris dengan kornea)
• Cell and Flare (kekeruhan cairan di bilik Tatalaksana:
mata depan) KORTIKOSTEROID
• Hipopion (eksudat di dasar bilik mata Midriatikum (sulfas atropin) à cegah sinekia
depan)
Sinekia posterior

Mutton fat/ keratik


presipitat

Efek Tyndall menunjukkan


peradangan di COA
Jawaban lainnya
A. Artifical tears à terutama untuk kasus dry eye
C. Asetazolamid à untuk kasus glaukoma akut
D. Timolol à untuk kasus glaukoma (kronik)
E. Asam traneksamat à untuk mencegah
terjadinya perdarahan
Jadi, diagnosis yang sesuai adalah…

88 B. Triamsinolon asetonid
E. Dapat terjadi ulkus kornea bila
89 tidak diterapi
• Anak 5 tahun
• Pandangan kabur terutama sore hari
• Bitot spot (+) pd konjungtiva
• Dx xeroftalmia
• Pernyataan yang benar?
Xeroftalmia
Akibat defisiensi vitamin A à dryness of conjunctiva and
cornea à if untreated it can lead to corneal ulceration and
ultimately to blindness as a result of corneal damage
Xeroftalmia

Xerosis konjungtiva Bitot Spot Xerosis kornea


• Umumnya pada anak usia <9 th, banyak pada
negara berkembang
• Tatalaksana: suplemen vitamin A
• Usia < 6 bulan : 50.000 IU
• Usia 6 – 12 bulan : 100.000 IU
• Usia > 12 bulan : 200.000 IU

Diberikan pada hari ke 1, 2, dan 14


Jawaban lainnya
• A. Terjadi akibat defisiensi vitamin A dan folat
• B. Umumnya lebih banyak ditemukan pada usia tua
à anak < 9 th
• C. Terapi dengan kapsul vitamin A biru à usia >12
bulan diberikan 200.000 IU à merah
• D. Terapi diberikan pada hari 1, 7, dan 14 à 1,2,14
Jadi, pernyataan yang benar…
89
E. Dapat terjadi ulkus kornea bila
tidak diterapi
A. Kompres dingin 24 jam
90 pertama pada mata
• Pria 56 tahun, mata merah mendadak.
• Keluhan pandangan kabur, nyeri mata, maupun yang lain, disangkal.
• Pasien memiliki riwayat penyakit jantung dan sedang dalam
pengobatan aspirin dan clopidogrel.
Pada pemeriksaan mata, tampak seperti di gambar di bawah.

Tatalaksana apa yang sesuai untuk pasien tersebut?


Pendarahan Subkonjungtiva
• Sering berupa bercak kemerahan di sklera, di bawah
konjungtiva.
• Bukan kegawatdaruratan.
• Tidak nyeri, tidak mengganggu visus à asimptomatik.
• Pembuluh darah konjungtiva adalah pembuluh darah
terapuh di badan à pecah à pendarahan subkonjungtiva
Penyebab
• Tersering à batuk, bersin, TATALAKSANA
mengejan, atau tindakan
serupa yang meningkatkan Seringkali hanya
tekanan darah vena à ruptur observasi à self
kapiler konjungtiva. Bisa juga limiting à absorbsi
akibat trauma, mengucek spontan (hari-minggu)
mata berlebihan.
Suportif : air mata
• Cukup sering à DM,
hipertensi, efek obat obatan buatan.
seperti aspirin, warfarin, dll.
• Jarang àpenyakit kelainan
pembekuan darah.
Jawaban lainnya
B.Antibiotik tetes mata: bila ada tanda infeksi mata
C.Steroid tetes mata: untuk kondisi peradangan
mata, misal uveitis
D.Antihistamin tetes mata: pada konjungtivitis alergi
E.Aspirasi: tatalaksana hifema grade >2
Jadi, tatalaksana yang sesuai adalah…

90 A. Kompres dingin pada mata


9191 D. Snowball sampling

• Meneliti tentang hubungan homoseksual dengan


kejadian infeksi menular seksual
• Populasi homoseksual di daerah itu kurang dari 1
persen.
• Terdapat keterbatasan waktu, dana dan sedikitnya
populasi yang akan dipilih menjadi subjek penelitian

• Teknik pengambilan sampel apakah yang


sebaiknya dipilih?
Teknik Pengambilan Sampel
Probability – berdasarkan peluang
• Acak sederhana
• Acak sistematik
• Acak stratifikasi
• Kluster sederhana
Non Probabel – tidak berdasarkan peluang
• Convenient / accidental
• Consecutive
• Purposive
• Snowball
Probability
Non Probability
• Convenient = memilih siapa
yang “kebetulan” ada
• Consecutive = setiap yang
memenuhi kriteria inklusi
langsung dijadikan sampel
• Purposive = berdasarkan
keputusan peneliti semata
(umumnya untuk uji kualitatif)
• Snowball = satu subjek
merekrut subjek yang lain à
biasanya untuk kasus yang
langka
Pilihan Lain
• A. Simple random sampling à pengambilan sampel
secara acak sederhana. Pada populasi homogen
yang kerangka sampelnya jelas.
• B. Stratified random sampling à dikelompokkan,
lalu diambil beberapa bagian dari kelompok itu
• C. Cluster random sampling à populasi terbagi
menjadi cluster dan dipilih cluster secara acak.
Cluster dianalisis secara utuh
• E. Systematic random sampling à pengambilan
acak dengan metode tertentu (misal urutan genap)
Jadi, teknik samplingnya adalah…

91 D. Snowball sampling
9292 D. Uji korelasi Pearson

• Meneliti tentang apakah berat bayi lahir (dalam


gram) berkaitan dengan kenaikan berat badan ibu
saat hamil (dalam kg).

• Berkaitan à mengesankan penelitian yang akan


dilakukan bersifat korelasi
• Anggap BBL adalah data numerik, dan kenaikan BB ibu
selama hamil adalah numerik pula

• Uji statistik manakah yang paling tepat digunakan?


Prinsip Dasar
• Mencari seberapa besar hubungan antara variabel
bebas dengan variabel tergantung à uji korelasi.
• Uji korelasi akan menghasilkan koefisien korelasi (r).

Variabel 1 Variabel 2 Uji hipotesis


Numerik Numerik Pearson
Ordinal Spearman
ANALISIS SOAL
• Meneliti tentang seberapa besar hubungan berat
bayi lahir dengan kenaikan berat badan ibu saat
hamil.
• Variabel bebas : berat bayi lahir (numerik)
• Variabel tergantung : kenaikan berat ibu (numerik)

• Seberapa besar hubungan antara variabel numerik


dengan numerik dinyatakan dengan uji korelasi
pearson.
Jadi, uji statistiknya adalah…

92 D. Uji korelasi Pearson


9393 B. Case control

• Penelitian mengenai faktor kepatuhan minum obat


pada pasien skizofrenia.
• Peneliti ingin melihat kausalitas
• Variabel bebas : pengawas minum obat dan jarak
rumah ke puskesmas.
• Variabel tergantung : efektivitas pemulihan gejala
skizofrenia.
• Penelitian yang efisien waktu dan biaya.

• Desain penelitian apa yang sesuai digunakan


olehnya?
Case report DESKRIPTIF:
tidak ada
pembanding
Case series

Observasional Cross sectional


Desain ANALITIK:
Penelitian ada
Eksperimental:
Case control pembanding
ada perlakuan

Cohort
KOHORT KASUS POTONG
• 2 Jenis: KONTROL LINTANG
• Prospective cohort
• Retrospektif • Deskriptif, sewaktu
• Retrospective/historic
• Dapat melihat kausalitas • HUBUNGAN ASOSIASI
al cohort
• Umum digunakan pada à TIDAK KAUSALITAS
• Subjek diikuti untuk
KASUS LANGKA • CEPAT DAN MURAH
periode tertentu
• Menghitung ODDS • Menghitung RELATIF
• SANGAT BAIK
RATIO (OR) RISK (RR)
menilai KAUSALITAS
• Relatif LAMA dan
MAHAL
• Menghitung RELATIF
RISK (RR)
ANALISIS SOAL
• Ingin dilakukan penelitian yang efisien waktu dan
biaya à desain penelitian yang sesuai : cross
sectional (case control dapat dipilih jika ingin
melihat kausalitas)
• Adanya pernyataan variabel bebas dan variabel
tergantung tidak mensyaratkan hubungan sebab
akibat – semata-mata untuk analisis statistik
Pilihan Lain
• A. Case study = laporan kasus
• C. Cohort à dapat mencari hubungan sebab
akibat, tetapi perlu waktu dan biaya besar.
• D. Cross sectional à tidak dapat mencari hubungan
sebab akibat
• E. Case report = laporan kasus
Jadi, design penelitiannya adalah…

93 B. Case control
9494 C. Positive Predictive Value
akan menurun
• Suatu alat diagnosis: sensitivitas 99% dan
spesifisitas 88%.
• Menguji alat diagnosa ini di tempat dengan
prevalensi yang lebih rendah.

• Maka hasil yang didapatkan ?


GOLD STANDAR GOLD
(+) STANDAR
(-)
A
TRUE POSITIVE FALSE POSITIVE PPV = A + B
UJI BARU (+)
(A) (B)
FALSE NEGATIVE TRUE NEGATIVE D
UJI BARU (-)
(C) (D) NPV = C + D
Total

SENSITIVITAS SPESIFISITAS
A D
A + C B+ D
ANALISIS SECARA SEDERHANA
• Di tempat yang prevalensi suatu penyakit rendah,
maka sulit menemukan penyakit tersebut.
• Dengan kata lain, nilai True Positive (A) akan
berkurang. Akibatnya, nilai False Positive (B) akan
meningkat.
• Nilai Duga positif = A/ (A+B) akan menghasilkan
rasio yang berkurang juga.
Jadi, hasil yang didapatkan adalah…
C. Positive Predictive Value
94 akan menurun
9595 D. Air PAM rebus merupakan faktor
paling berisiko menyebabkan diare

Sumber air OR CI
minum
Air PAM rebus 2.9 95% (1.9 – 3.1)
Air galon 1.2 95% (1.1 – 1.5)
bermerk
Air galon isi 1.6 95% (1.5 – 1.8)
ulang

Pernyataan yang sesuai dengan data di atas ?


ODDS RATIO
Odds ratio (OR) berguna untuk mengukur What about confidence
intervals (CI)?
peluang terjadinya outcome terhadap CI 95% digunakan untuk
suatu paparan dibandingkan dengan estimasi presisi/ ketepatan OR.
kelompok tanpa paparan. Tidak seperti p value, CI 95%
tidak mengartikan signifikansi
Odds ratio digunakan sebagai parameter hasil statistik.
Case Control Study.
ANALISIS

Sumber air minum OR CI


Air PAM rebus 2.9 95% (1.9 – 3.1)
Air galon bermerk 1.2 95% (0.9 – 1.5)
Air galon refill 1.6 95% (1.1 – 1.8)

Nilai OR yang makin besar menunjukkan semakin besar pula asosiasi


(hubungan) antara dua variabel yang diperbandingkan dalam studi
case control.
Jadi, Air PAM rebus paling berisiko menyebabkan diare karena nilai
OR nya paling besar.
Jadi, pernyataan yang sesuai adalah

95 D. Air PAM rebus merupakan


faktor paling berisiko
menyebabkan diare
9696 A.250/300
• Dari alat uji baru tersebut, sebanyak 300 orang
terdeteksi kanker kolon namun hanya 250 pasien
yang positif biopsi.
• Sedangkan ada 10 orang yang positif biopsi
menderita kanker kolon padahal alat uji baru tidak
mendeteksi pasien tersebut.
• Dan sisanya yaitu 190 orang benar benar tidak
menderita kanker kolon dan tidak terdeteksi oleh
alat uji baru.

• Dari data tersebut, berapakah angka nilai duga


positifnya?
Uji Diagnostik

Sensitivitas a
Dari yang sakit, berapa yang
hasilnya positif? a + c

Spesifisitas d
Dari yang tidak sakit, berapa b + d
yang hasilnya negatif?
Uji Diagnostik

Nilai duga positif/PPV a


Dari yang positif, berapa yang
sebenarnya sakit? a + b

Nilai duga negatif/NPV d


Dari yang negatif, berapa yang c + d
sebenarnya tidak sakit?
ANALISIS

Kanker Kolon Total


Positif Negatif
PPV
Skrining Positif 250 50 300 =250/300
Negatif 10 190 200 NPV
=190/200
Total 260 240 500
Sensitivitas Spesifisitas
=250/260 =190/240
Jadi, nilai duga positifnya adalah…

96 A.250/300
9797 C. 1
RALAT SOAL
• Kalimat “Terdapat 200 orang dengan imunitas baik, yang
mana 150 diantaranya memiliki kualitas tidur yang baik
pula.” -> diganti menjadi “Terdapat 250 orang dengan
kualitas tidur baik yang 150 diantaranya memiliki imunitas
baik.”

• Penelitian mencari RR dari kualitas tidur buruk dengan sistem


imun buruk.
• Jumlah sampel adalah 500 dengan 250 di grup kualitas tidur
buruk dan 250 di grup kualitas tidur baik.

• Berapakah nilai RR penelitian tersebut?


Case report DESKRIPTIF:
tidak ada
pembanding
Case series

Observasional Cross sectional


Desain ANALITIK:
Penelitian ada
Eksperimental:
Case control pembanding
ada perlakuan

Cohort
KOHORT KASUS POTONG
LINTANG
• 2 Jenis:
• Prospective cohort
KONTROL • Deskriptif, sewaktu
• Retrospective/historic
al cohort • Retrospektif • HUBUNGAN ASOSIASI à
TIDAK KAUSALITAS
• Subjek diikuti untuk • Dapat melihat • CEPAT DAN MURAH
periode tertentu kausalitas • Menghitung RELATIF RISK
• SANGAT BAIK • Umum digunakan (RR)
menilai KAUSALITAS pada KASUS
• Relatif LAMA dan LANGKA
MAHAL
• Menghitung RELATIF • Menghitung ODDS
RISK (RR) RATIO (OR)
RELATIVE RISK

penyakit Relative Risk

+ - a/(a+b)
+ a b
Faktor

c/(c+d)
risiko

- c d

Hati-hati dalam menentukan


mana penyakit (+) dan (-), mana yang menjadi FR (+) dan (-)
Imunitas Imunitas
buruk baik
Kualitas 100 150 250
tidur buruk
Kualitas 100 150 250
tidur baik
200 300 500

RR = (100/250) : (100/250) = 1
Jadi, nilai RR adalah…

97 C. 1
B. Menolak permintaan pasien
98 dan didiagnosis ditulis secara
profesional
• Ny. Triana 30 taun, berobat mengenai
masalah jerawat di wajah
• Pasien meminta dokter menulis diagnosis
bahwa pasien alergi, agar asuransi dapat
diklaim

• Apa yang seharusnya dilakukan


dokter?
Etika kedokteran: kewajiban
dokter
• Pasal 7
• Seorang dokter hanya maemberi surat keterangan dan
pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya
• Pengertian Surat Keterangan Medis:
• Keterangan yang tertulis, dibuat oleh dokter, untuk
tujuan tertentu tentang kesehatan atau penyakit
pasien atas permintaan pasien atau pihak ketiga dengan
persetujuan pasien
• Dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan medis yang
secara teknis relevan, memadai, dan benar, serta
diinterpretasikan dengan menggunakan ilmu
pengetahuan kedokteran yang telah diterima saat itu
Lanjutan (2)
• Surat keterangan medis:
• Dokter harus dapat membuktikan kebenaran keterangan
apabila diminta à dokter menginterpretasikan hasil-hasil
pemeriksaan medis yang telah diyakini kebenarannya
• Surat keterangan sakit atau istirahat sakit harus dibuat
berkaitan dengan suatu keadaan sakit tertentu, dan
ditujukan sebagai salah satu upaya penyembuhan penyakit
tersebut Keterangan tidak menyebutkan diagnosis,
melainkan hanya menyebutkan bahwa pasien sedang sakit
dan membutuhkan istirahat selama jumlah hari tertentu.
Namun, pada umumnya, jika istirahat sakit lebih dari (empat
belas) hari mengharuskan disebutnya diagnosis penyakit
pasien
• Berikut adalah daftar penyakit yang dapat di-klaim
BPJS:
• https://www.panduanbpjs.com/155-jenis-penyakit-
yang-ditanggung-bpjs-di-faskes-1/

• Tidak dijelaskan secara rinci asuransi yang dipakai,


namun sebagai gambaran, BPJS tidak mengklaim
akne vulgaris
Analisis Kasus
• Dokter harus menulis surat keterangan medis
dengan informasi yang relevan dan benar sesuai
hasil pemeriksaannya
• Dokter tidak boleh mengganti diagnosis à karena
berarti tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan
• Sehingga, dokter menolak permintaan pasien untuk
mengganti diagnosis, dan tetap menuliskan seperti hasil
yang didapat dalam rekam medisnya
• Dokter tetap dapat membuat surat keterangan medis
yang didapat sesuai hasil
• Menjelaskan kepada pasien bahwa dokter harus
membuat surat keterangan medis sesuai hasil
pemeriksaan
Jawaban lainnya
• A. Mengikutii permintaan pasien à tidak benar, dokter
harus menulis diagnosis sesuai dengan hasil pemeriksaan
• C. Mengedukasi pasien bahwa masalah jerawat tidak dapat
diklaim à tidak dijelaskan secara rinci asuransi apa yang
dipakai, namun sebagai gambaran, pada BPJS, akne vulgaris
tidak diklaim. Dapat dilakukan setelah penolakan
permintaan
• D. Meminta pasien mencari dokter lain à dokter harus
memberikan penjelasan kepada pasien bahwa ia harus
menulis hasil pemeriksaan relevan
• E. Mengatakan kepada pasien untuk mencari second opinion
à dokter harus memberikan penjelasa kepada pasien
bahwa ia harus menulis hasil pemeriksaan relevan
98 Jadi, yang seharusnya dilakukan
dokter …
B. Menolak permintaan pasien
dan diagnosis ditulis secara
profesional
B. Beneficence dan
99 autonomi
• Ny. Jupeti kanker serviks stadium IV
• Dokter menyaran kemoterapi terjadwal
• Pasien menolak, meminta untuk dirawat
di rumah, agar dekat dengan keluarga

• Kaidah bioetika yang menjadi dilema?


Kaidah Dasar Bioetik
by Beauchamp and Childress

Beneficence

• Dokter mengupayakan yang ‘terbaik’ untuk pasien.


• Sering dalam kondisi dokter memiliki banyak waktu dan
banyak pilihan untuk memilih yang terbaik.
• Contoh: memberikan obat generik

Non-maleficence

• First do no harm.
• Sering dalam keadaan cito.
• Dokter harus memberikan yang terbaik diantara yang buruk.
• Contoh: menolak aborsi tanpa indikasi medis
Autonomi

• Dokter menghormati hak/ keputusan pasien (yang


kompeten).
• Contoh: menjaga rahasia medis pasien.

Justice

• Dokter memegang prinsip sama rata.


• Menghormati hak masyarakat/ kepentingan bersama.
• Prinsip keadilan.
• Contoh: dokter memberikan pelayanan medis yang sama
dengan pasien yang berbeda suku maupun agama.
Analisis Kasus
• Dokter harus melakukan yang terbaik bagi pasien,
yaitu kemoterapi terjadwal, bagi kondisi pasien à
beneficence
• Namun, pasien juga memiliki hak/keputusan yang
diambil sendiri, dan dokter harus menghormatinya
à autonomi
• Jadi, pada kasus ini, dokter mengalami dilema
beneficence dan autonomi
99 Jadi, dilema kaidah bioetika …

B. Benefincence dan
autonomi
100 B. Medical indication
• Dokter mendiagnosis pasien sehat, dan
mengedukasi pasien untuk istirahat dan
makan makanan bergizi
• Pasien tetap meminta disuntik, karena
mengaku belum membaik jika belum disuntik

• Yang mendasari dokter mengambil


keputusan?
Clinical Ethics in Decision Making
When seen as an ethical problem, should be analyzed by means of four topics.
These four topics are
1. Medical Indications
2. Patient Preferences
3. Quality of Life
4. Contextual Features, that is, the social, economic, legal, and administrative
context in which the case occurs.

Although the facts of each case differ, these


four topics are always relevant.
• Medical indication:
Sesuai dengan indikasi medis. Artinya sesuai
dengan standar keilmuan yang berlaku.
Mencerminkan kaidah nonmaleficence
• Patient preference:
Sesuai dengan harapan / ekspektasi pasien.
Mencerminkan kaidah autonomy
• Contextual features:
Sesuai dengan latar belakang psikososioekonomi
setiap pasien yang beragam. Mencerminkan kaidah
justice
• Quality of life
Semata mata untuk meningkatkan harapan hidup
pasien (Quality of life). Mencerminkan kaidah
beneficence.
Analisis Kasus
• Dokter tetap menolak untuk menyuntik pasien
karena kondisi pasien sehat, sehingga tidak perlu
suntikan à sesuai dengan indikasi medis
• Jika dokter menuruti pasien, maka dasar dokter
mengambil keputusan adalah patient preference
Jawaban lainnya
• A Patient preference à jika dokter menuruti pasien
• C. Quality of life à misal pada kasus-kasus
rehabilitasi, atau pada pasien mati batang otak
dengan ventilator yang sebaiknya dilakukan
pencabutan alat bantu
• D. Contextual feature à contoh, pasien mengambil
keputusan berdasarkan agama, ekonomi, masalah
social, asuransi kesehatan
• E. Utilitas à istilah tidak lazim
100 Jadi, asas yang mendasari …

B. Medical indication

Anda mungkin juga menyukai