Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

Miliaria

Pembimbing: dr. Marleni Parapat

Disusun Oleh: dr. Brian Angelo Soekamto

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PUSKESMAS KECAMATAN KEMAYORAN

DESEMBER 2018

JAKARTA
BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : An. S

Usia : 5 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Kuningan, 22 desember 2017

Alamat : Jl. Cempaka Wangi III no 8. RT 017/RW 09, Harapan Mulia,


Kemayoran, Jakarta Pusat

Agama : Islam

Riwayat pekerjaan :-

Nama orang terdekat : Ny.S

Pembiayaan kesehatan : Kartu Indonesia Sehat

1.2 ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 28 November 2018 pukul 14.10
WIB di Puskesmas Kecamatan Kemayoran

a. Keluhan utama
Bintik-bintik kemerahan didaerah punggung sejak ± 4 hari
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan bintik bintik kemerahan sejak 4 hari yang lalu.
Awalnya berupa bintik-bintik kecil berwarna merah disertai rasa gatal didaerah punggung hanay
sedikit, karena rasa gatal os menggaruknya, sehingga lama kelamaan bintil-bintil tersebut meluas
hingga sekeliling punggung tubuh os.. Ibu os mengatakan bahwa os sering bermain diluar rumah
saat terik matahari siang hari. Pasien sering berkeringat dan jika telah berkeringat
rasa gatal semakin bertambah.

c. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit paru : TB paru pengobatan tuntas 1/2 tahun yang lalu, ibu os mengaku
bahwa keluarga yang tinggal serumah tidak memiliki riwayat TB paru, sudah pernah dicek dahak
ataupun memiliki riwayat batuk lama.

d. Riwayat Pemakaian obat

Ibu Os mengaku tdak memakai pengobatan sebelumnya

e. Riwayat alergi
Tidak ada alergi makanan dan obat-obatan.

f. Riwayat Kebiasan
Pasien sering bermain di luar saaat siang hari

g. Riwayat Keluarga

Kakek dan nenek dari ibu pasien memiliki riwayat Diabetes mellitus
h. Riwayat Sosial Ekonomi dan lingkungan

Ayah os bekerja sendiri di rumah sebagai pembuat tempe. Penghasilan sebulan kurang lebih Rp.
2,.500.000. Ayah menanggung nafkah untuk istri, dua orang anaknya, dan mertuanya. Biaya
pengobatan ditanggung lewat JKN.

Kesan : Riwayat ekonomi kurang

Ayah os bekerja di rumah sendiri. Rumah terdiri dari 2 lantai, lantai 1 untuk tempat ayah bekerja,
lantai 2 untuk istirahat. Seperti yang dilampirkan di gambar, bahwa di lantai 1 ventilasi tidak cupu,
sehingga membuat ruangan menjadi lelbab, os jadi lebih mudah berkeringat.

. Pola Konsumsi Makanan


Tabel 2. Pola konsumsi makanan hari ke-1
(Catatan : asupan makanan/minuman KEMARIN mulai bangun pagi hingga tidur malam)
Jumlah

Nama makanan atau


Waktu Jam Bahan makanan
minuman

URT
Makan Pagi 08.00 -bubur ayam Kandungan Bubur, ayam Bubur 1
gizi : 400 kalori mangkuk

Selingan - - - -

Makan Siang 12.00 Sayur sawi + wortel Sayur sawi, wortel Sayur sawi 1
kandungan : 56 kkal +41 mangkuk +
kkal = 97 kal wortel

Selingan 16.00 Susu UHT 120 kal Susu 1 gelas

Makan Malam 19.00 Bubur nestle 400 kkal Bubur isi ayam Bubur 1
mangkuk

Selingan 20.00 - - -

Total kalori = 1.017 kkal


Pola konsumsi makanan hari ke-2
(Catatan : asupan makanan/minuman KEMARIN mulai bangun pagi hingga tidur malam)
Jumlah

Nama makanan atau


Waktu Jam Bahan makanan
minuman

URT
Makan Pagi 08.00 -bubur ayam Bubur, ayam Bubur ¾
400 kal mangkuk

Selingan - - - -

Makan Siang 12.00 Sayur sawi Sayur sawi, wortel Sayur sawi 1
97 kal mangkuk +
wortel

Selingan 16.00 Susu UHT Susu 1 gelas


120 kal

Makan Malam 19.00 Bubur nestle Bubur isi ayam Bubur ¾


400 kal mangkuk

Selingan - - - -

Total = 1.017 kkal


Pola konsumsi makanan hari ke-3
(Catatan : asupan makanan/minuman KEMARIN mulai bangun pagi hingga tidur malam)
Jumlah

Nama makanan atau


Waktu Jam Bahan makanan
minuman

URT
Makan Pagi 08.00 -bubur ayam Bubur, ayam Bubur ¾
400 kal mangkuk

Selingan - - - -

Makan Siang 12.00 Sayur sawi Sayur sawi, wortel Sayur sawi 1
97 kal mangkuk +
wortel

Selingan 16.00 Susu UHT Susu 1 gelas


120 kal

Makan Malam 19.00 Bubur nestle Bubur isi ayam Bubur ¾


400 kal mangkuk

Selingan 19.30 Buah pisang pisang Pisang 2 buah


1 buah = 110 kalori

Total =1.127 kalori

1.3 PEMERIKSAAN FISIK (Dilakukan pada 28 November 2018)

1. Keadaan Umum

a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


b. Kesadaran : Compos mentis
c. GCS : E4 V5 M6 , jumlah 15

2. Tanda-tanda vital
a. TD : 130/80 mmHg
b. Nadi : 98 x/menit regular, isi kuat
c. Respirasi : 26 x/menit
d. Saturasi : 99%
e. Suhu : 36,8 ˚C
f. Berat Badan : 15 kg
g. Tinggi Badan : 85 cm
h. IMT : 20.76

3. Keadaan Kulit

Bercak kemerahan : di punggung, papul milier diksret

Lesi kulit lain : Tidak ada


Curiga keganasan : Tidak ada

4. Pendengaran
Tabel 3. Pemeriksaan pendengaran
Ya Tidak
Dengar suara normal √
Pakai alat bantu dengar √

Serumen impaksi √

5. Penglihatan
Tabel 4. Pemeriksaan penglihatan
Ya Tidak
Dapat membaca huruf surat kabar Os tidak dapat membaca
- Tanpa kaca mata
- Dengan kaca mata

6. Mulut
Tabel 6. Pemeriksan mulut
Buruk Baik

Higiene mulut √

7. Leher
Tabel 7. Pemeriksan leher

Normal Abnormal (jelaskan)


Derajat gerak √

Kel. Tiroid √

Kelenjar limfe : Tidak teraba membesar

8. Paru-paru
Tabel 8. Pemeriksan paru-paru

Kiri Kanan
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi :
- suara dasar Vesikuler Vesikuler
- suara tambahan Rhonkhi (-), wheezing (-) Rhonkhi (-), wheezing (-)

9. Kardiovaskuler
Tabel 9. Pemeriksan kardiovaskuler
a. Jantung
- Irama Regular Ireguler

- Bising Ya Tidak

- Gallop Ada Tidak

Lain-lain (jelaskan)
b. Bising Ada Tidak

- Karotis : Kiri √

Kanan √

- Femoralis : Kiri √

Kanan √

c. Denyut nadi perifer Ada Tidak

- A. dorsalis pedis
Kiri √ (regular)

Kanan √ (regular)

- A. tibialis posterior
Kiri √ (regular)

Kanan √ (regular)

Tak ada +1 +2 +3 +4
d. Edema
- Pedal √

- Tibial √
- Sakral √

10. Abdomen
Hati membesar/ tidak : Tidak
Massa abdomen lain : Tidak ada
Bising usus : 4 kali/menit
Nyeri tekan : Tidak ada
Cairan asites : Tidak ada

Limpa membesar/ tidak : Tidak

11. Rektum/ anus


Tabel 10. Pemeriksan rectum/anus
Ada Tidak
Tonus sphincter ani
Pembesaran prostat
Jelaskan kalau ada TIDAK DIPERIKSA
Massa di rectum
Impaksi fekal

12. Genital/ pelvis :


Tabel 11. Pemeriksan genital
Ya Tidak
Atrofi vaginal
Massa
Vaginitis atroficans TIDAK DIPERIKSA

Nyeri tekan

Prolaps pelvis
Lain-lain : -
Tes pap: Tidak dikerjakan

13. Muskuloskeletal
Tabel 12. Pemeriksan muskuloskeletal
Tak ada Tl. Blkg Bahu Siku Tangan Pinggul Lutut Kaki

Deformitas 

Gerak terbatas √

Nyeri √ √

Benjolan/ peradangan √

Krepitasi √

c. Umum

Tabel 15. Pemeriksan umum


Normal Abnormal (jelaskan)

Syarat otak

Motorik : - Kekuatan √

- Tonus √

Sensorik : - Tajam √

- Raba √
- Getaran √

1.4 STATUS DERMATOLOGIKUS

 Distribusi : lokalisir
 a/r :, punggung
 Lesi : makula eritem dengan papul multiple eritem berukuran miliar,
diskret
 Efloresensi : Papula eritem disertai makula,

1.5 DIAGNOSIS KERJA

Miliaria

1.6 DIAGNOSIS BANDING

- Prurigo simpleks
- Prurigo hebra
- Furunkulosis

1.7 TATALAKSANA

Non- Medika Mentosa

- Memakai pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat.

- Menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan

- Menjaga kebersihan kulit

- Edukasi keluarga pasien untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah, meberikan ventilasi yang
cukup dan baik,

Medika Mentosa
- Bedak salisil 2% 2 x 1 selama 1 minggu.

- cetirizine syrup 2x 1 cth

Pola konsumsi makan yang dianjurkan

BB ideal = 18 kg

Kebutuhan energy = 1.515 kkal / hari

Waktu Jam Nama Makanan atau Bahan Makanan Jumlah


Minuman
URT

Makan 08.00 Nasi ¼ piring + telur Nasi, telur dadar,


Pagi dadar + tumis kacang tumis kacang
panjang panjang

207 kalori

10.00 Kroket Kentang, wortel,


terigu
88 kalori

Makan 12.00 Sayur sawi + wortel + nasi Sayur sawi, Sayur sawi 1 mangkuk
Siang ¼ piring + jeruk manis wortel + wortel
205 kkal
SelinSelingan 16.00 Puding 119 kalori Susu 1 gelas
Makan 19.00 Nasi ¼ mangkuk + ayam Bubur isi ayam Bubur 1 mangkuk
Malam goreng + tahu goreng +
tumis sayuran

1.8 PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam

Ad functionam : ad bonam

Ad sanationam : ad bonam
FOLLOW UP

Tanggal 29 November 2018 (Rumah Pasien)

SUBJECTI ASSESMEN
OBJECTIVE PLANNING
VE T

Bintik2  KU : CM, TSS Miliaria - Cetirizin 2x1 cth


merah di
 N : 92 x/m - salisil talk 2 %
punggung
masih ada,  RR : 26 x/m
gatal sudah
 S : 36,2 C
berkurang

 Mata : CA-/-, SI-/-

 Paru : suara nafas


vesikuler +/+, ronki-
/-, wheezing -/-

 Jantung : BJ 1-2
reguler, murmur(-),
gallop (-)

 Abdomen : Supel,
bising usus (+)
Normal, nyeri
tekan(-)

 Ekstremitas : Akral
hangat +, CRT <2”
Foto Klinis Pasien
Ayah os bekerja di rumah sendiri. Rumah terdiri dari 2 lantai, lantai 1 untuk tempat ayah bekerja,
lantai 2 untuk istirahat. Seperti yang dilampirkan di gambar, bahwa di lantai 1 ventilasi tidak cupu,
sehingga membuat ruangan menjadi lelbab, os jadi lebih mudah berkeringat

BAB II

PEMBAHASAN KASUS

DEFINISI

Miliaria adalah gangguan umum pada kelenjar ekrin yang sering terjadi pada kondisi di
mana terjadi peningkatan panas dan kelembaban. Miliaria disebabkan terjadinya sumbatan dari
bagian intraepidermal saluran keringat sehingga cairan kelenjar ekrin tertahan di dalam epidermis
atau dermis yang terjadi secara mendadak dan menyebar alami. Miliaria ditandai dengan adanya
papul vesikuler atau pustul yang bersifat milier dan gatal. Sinonim dari penyakit ini adalah biang
keringat, keringat buntet, liken tropikus, prickle heat, sweating fever, heat scaling, dermatitis
hidrotica, hydroa, heat rash dan sweat blisters. 1,2,5,6,7,8,9

EPIDEMIOLOGI

Umumnya, miliaria terdapat pada bayi-bayi dengan kondisi yang tidak layak. Namun,
seiring dengan pertumbuhan anak, kemungkinannya berkurang sehingga hanya sekitar 40 %
dewasa yang mempunyai kecenderungan untuk terkena miliaria. Hal ini tampaknya mencerminkan
peningkatan kekuatan stuktur dari saluran ekrin berdasarkan umur, sehingga disamping
perkembangan dari penutupan pori dan anhidrosis, ruptur saluran gagal terjadi dan tidak terdapat
bentuk vesikel dari miliaria. Di dalam kondisi tropis yang ekstrim dan kronik, jumlah dari orang
dewasa yang kemungkinan terkena miliaria terbukti meningkat dari 70 % menjadi 90 %, dan lebih
dari 40 % pada kondisi panas yang sedang. Tidak ada predisposisi berdasarkan jenis kelamin
ataupun ras dan kondisi ini didapatkan pada semua umur. Paparan panas dalam jangka waktu lama,
lingkungan yang lembab, seperti terdapat pada daerah tropis dan pekerjaan yang berhubungan
dengan hal itu, memungkinkan untuk terkena miliaria. Miliaria kristalina biasanya diperlihatkan
pada umur tua, pasien lemah yang relatif berbaring tidak bergerak di tempat tidur, keadaan yang
meminimalkan kemungkinan rupturnya vesikel-vesikel ini. Tidak ada keadaan penyakit yang
diketahui memungkinkan sebagai penyebab miliaria.(3) 1 Data terbaik mengenai insidens miliaria
pada bayi baru lahir adalah hasil survey di Jepang pada lebih dari 5000 bayi. Survei ini mengatakan
bahwa Miliaria Kristalina didapatkan 4,5 % dari neonatus, dengan usia rata-rata 1 minggu. Miliaria
Rubra didapatkan 4 % dari neonatus dengan usia rata-rata 11 – 14 hari. Di seluruh dunia, miliaria
paling banyak di lingkungan tropis, utamanya orang-orang yang baru saja pindah dari lingkungan
tropis yang temperaturnya lebih panas. Miliaria telah menjadi masalah penting bagi personil
tentara Amerika dan Eropa yang bertugas di Asia Tenggara dan Pasifik.

KLASIFIKASI

Ada 4 bentuk miliaria, antara lain :

1. Miliaria Kristalina. Disebabkan oleh terjadinya penyumbatan di lapisan paling atas epidermis
yaitu di stratum korneum khususnya antara dua lapisan sel tanduk (2,4,7,14) .
2. Miliaria Rubra

Disebabkan oleh penyumbatan saluran keringat pada epidermis yang dalam (acrosyringium) yaitu
pada stratum spinosum sehingga keringat keluar dan masuk ke dalam epidermis bagian bawah.
(4,6,7)

3. Miliaria Profunda. Disebabkan oleh penyumbatan pada bagian distal duktus atau pada
dermalepidermal junction (papilla dermis). (2,4,7)
4. Miliaria Pustulosa. Merupakan varian dari miliaria rubra yang mengalami respon inflamasi atau
terjadi infeksi sekunder atau setelah terjadi serangan berulang-ulang miliaria rubra. (6,15)

PATOGENESIS

Miliaria adalah penyakit obstruksi yang jinak dengan tanda vesikopustula. Penyakit ini
mengkhawatirkan orang tua karena onset dan penyebarannya yang akut. Stimulus primer dari
perkembangan miliaria adalah kondisi panas dan kelembaban yang tinggi yang menyebabkan
pengeluaran keringat yang banyak. Oklusi kulit karena penggunaan pakaian, perban atau seprei
plastik dapat menyebabkan pengumpulan keringat di permukaan kulit dan overhidrasi dari stratum
korneum. Pada orang yang beresiko, termasuk bayi, yang relative mempunyai kelenjar ekrin
immatur, overhidrasi dari stratum korneum kemungkinan sudah bisa menyebabkan sumbatan
acrosyringium. Jika kondisi panas dan lembab masih bertahan, keringat akan banyak diproduksi
kembali, tetapi tidak dapat disekresikan ke permukaan kulit karena adanya penyumbatan saluran.
Sumbatan ini menyebabkan terjadinya kebocoran keringat dalam perjalanannya ke permukaan
kulit, baik di dermis maupun epidermis yang 2 berhubungan dengan anhidrosis. Dengan adanya
kebocoran tersebut, akan menyebabkan inflamasi dan lesi yang sifatnya asimptomatik. Bakteri
normal kulit, seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus, kemungkinan juga
berperan dalam patogenesis miliaria. Pasien dengan miliaria mempunyai bakteri per unit area kulit
3 kali lebih banyak dibanding orang yang sehat. Pada fase akhir miliaria, bisa ditemukan
hiperkeratosis dan parakeratosis dari acrosyringium. Adanya sumbatan hiperkeratotik bisa
menyumbat saluran ekrin. Sumbatan parakeratotik pada saluran keringat mungkin dihasilkan dari
luka sel-sel epidermal yang melapisi saluran keringat. Pada keadaan yang biasa, luka ini
disebabkan maserasi akibat air keringat. Sumbatan juga dapat terjadi pada dermatosis yang
meradang. Perubahan kimia yang terjadi sehingga kelembaban merangsang pembentukan luka
pada keratin belum diketahui. (3) Akan tetapi, hal ini sekarang di percaya tidak terlalu berpengaruh
dan bukan penyebab utama penyumbatan keringat. (1) Patogenesis berdasarkan klasifikasi :

1. Miliaria Kristalina Disebabkan oleh terjadinya penyumbatan di lapisan paling atas epidermis
yaitu di stratum korneum khususnya antara dua lapisan sel tanduk. 2,4,7,14

2. Miliaria Rubra Disebabkan oleh penyumbatan saluran keringat pada epidermis yang dalam
(acrosyringium) yaitu pada stratum spinosum sehingga keringat keluar dan masuk ke dalam
epidermis bagian bawah.4,6,7

3. Miliaria Profunda Disebabkan oleh penyumbatan pada bagian distal duktus atau pada
dermalepidermal junction (papilla dermis). 2,4,7

4. Miliaria Pustulosa Merupakan varian dari miliaria rubra yang mengalami respon inflamasi atau
terjadi infeksi sekunder atau setelah terjadi serangan berulang-ulang miliaria rubra. 6,15

ETIOLOGI

1. Immaturitas dari saluran ekrin : Neonatus dipikirkan mempunyai saluran ekrin yang immatur
yang memudahkan terjadinya ruptur ketika keringat keluar. Ruptur ini mengakibatkan terjadinya
miliaria.

2. Kurangnya penyesuaian diri terhadap iklim : Miliaria biasanya terjadi pada individu yang pindah
dari iklim tidak tetap ke iklim tropis. Kondisi ini biasanya berubah setelah individu tinggal di
kondisi panas dan lembab selama beberapa bulan.

3. Kondisi panas dan lembab : Iklim tropis, perawatan neonatus di inkubator, dan demam mungkin
dapat menyebabkan miliaria.

4. Latihan : Beberapa stimulus untuk berkeringat dapat menyebabkan miliaria.


5. Obat : Bethanecol, obat yang dapat menyebabkan keringat, isotretinoin, obat yang menyebabkan
diferensiasi folikel dilaporkan dapat menyebabkan miliaria.

6. Bakteri : Staphylococci berhubungan dengan miliaria, dan antibiotik dapat mencegah miliaria.

7. Radiasi ultraviolet : Beberapa peneliti menemukan bahwa miliaria kristalina terjadi pada kulit
yang terekspos sinar ultraviolet.

GAMBARAN KLINIS

1. Miliaria kristalina terdiri dari vesikel transparan, superficial, intrakorneal atau subkorneal dan
tidak meradang. Vesikel tersebut berukuran 1 – 2 mm dan mudah pecah ketika tersentuh oleh
tangan. Sifat dari vesikelnya asimptomatik dan biasanya diketahui secara kebetulan pada waktu
pemeriksaan fisik serta sembuh dengan deskuamasi halus di bagian superfisial. Pada bayi, lesi
sering terjadi pada kepala, leher, dan bagian atas badan. Sedangkan pada dewasa, lesi terjadi pada
badan.. Miliaria tipe ini dapat sembuh sendiri, cukup dengan menghindari panas, yang berlebihan,
mengusahakan ventilasi 5 yang baik, pakaian yang tipis, dan menyerap keringat. 1,3,6,14

2. Miliaria Rubra. Penyakit ini lebih berat daripada miliaria kristalina, terdapat pada badan dan
tempat-tempat tekanan atau gesekan pakaian. Miliaria rubra meliputi lesi papul yang eritematous
dan papulovesikel berdiameter kurang lebih 1 – 4 mm disertai dengan makula eritem, gatal yang
luar biasa, serta sensasi seperti terbakar, tertusuk atatu perasaan geli. Pada bayi lesi terjadi pada
leher, dan aksilla. Sedangkan pada dewasa, lesi terjadi pada daerah kulit yang tertutup di mana
terjadi gesekan, area ini termasuk leher, bagian atas badan, dan selasela tubuh. Terdapat juga pada
muka dan area pergelangan, tetapi minimal. Pada stadium akhir, anhidrosis terjadi pada kulit yang
terkena.

3. Miliaria Profunda Bentuk ini agak jarang kecuali pada daerah tropis. Miliaria profunda biasanya
timbul setelah miliaria rubra dengan ciri-ciri tidak gatal, berwarna seperti daging, lebih dalam, dan
papul yang putih berukuran 1 – 3 mm. Asimptomatik biasanya kurang dari 1 jam setelah kepanasan
yang berlebihan, dan terfokus pada ekstremitas. Selain wajah, aksilla, tangan, dan kaki, dan
kemungkinan merupakan kompensasi dari hiperhidrosis, semua kelenjar keringat tidak berfungsi.
Oklusi terdapat pada bagian atas dermis. Pada kasus yang berat yang 6 memungkinkan terjadinya
pengaliran panas, hiperpireksia dan takikardia dapat ditemukan. 1,5,12

4. Miliaria Pustulosa Miliaria pustulosa selalu didahului oleh beberapa dermatitis lainnya yang
dihasilkan oleh suatu luka, kerusakan atau sumbatan saluran keringat. Pustulanya jelas, superficial,
dan terlepas dari folikel rambut. Pustula yang gatal, paling sering pada daerah intertriginosa, pada
permukaan flekso ekstremitas, pada skrotum, atau pada bagian belakang pasien yang terbaring di
tempat tidur. Dermatitis kontak, liken simpleks kronik, dan intertrigo dari gabungan beberapa
penyakit, walalupun miliaria pustulosa dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit sembuh.
Biasanya isi dari pustula bersifat steril, akan tetapi mengandung coccus non patogenik.

DIAGNOSIS BANDING

1. Folikulitis

2. Papular Musinosis

3. Kandidosis

4. Eritema Toksikum

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Miliaria mempunyai banyak perbedaan secara klinis, oleh karena itu, beberapa tes laboratorium
cukup diperlukan.

A. Pemeriksaan Sitologik Pada miliaria kristalina, pemeriksaan sitologik untuk kandungan


vesikel tidak didapatkan sel-sel radang atau sel giant multinukleat (seperti yang terdapat pada
vesikel dari penyakit herpes). Pada miliaria pustulosa, pemeriksaan sitologik memperlihatkan
adanya kandungan dari sel-sel radang dan coccus gram positif. Tidak seperti eritema toksik
neonatorum, eosinofil tidak terlalu menonjol pada miliaria pustulosa. Pemeriksaan Histopatologik
Pada miliaria kristalina, terdapat vesikel intrakorneal atau subkorneal yang berhubungan dengan
saluran keringat dan sumbatan keratin. Pada miliaria rubra, vesikel spongiotik terdapat di dalam
stratum spinosum, di bawah sumbatan keratin dan infiltrat radang kronis terdapat di sekitarnya dan
di dalam vesikel serta mengelilingi dermis, infiltrasi limfositik perivaskuler dan vasodilatasi
terlihat pada dermis superfisial. Dengan perwarnaan khusus dapat terlihat coccus gram positif di
bawah dan di dalam sumbatan keratin. Pada saluran keringat intraepidermal diisi dengan substansi
amorf yang Periodic Acid Schiff (PAS) positif dan diastase resistant. Pada miliaria profunda,
terlihat sumbatan pada daerah taut dermoepidermal dan pecahnya saluran keringat pada dermis
bagian atas dan juga adanya edema intraseluler periduktal pada epidermis (spongiosis) serta
infiltrat radang kronis Pada miliaria pustulosa, terdapat campuran infiltrat dengan sel-sel
mononuklear dan lekosit polimorfonuklear dan sumbatan ekrin pada taut dermoepidermal dengan
gangguan pada sistem ekrin dermal. Pemeriksaan Patologi Klinik Pada pemeriksaan ini, tidak
didapatkan hasil pemeriksaan yang abnormal.

TERAPI

First Line Therapy

1. Preventif . Usaha-usaha preventif dilaksanakan dengan mengontrol panas dan kelembaban


sehingga keringat tidak distimulasi. Cara-caranya antara lain mengobati demam, tidak
menggunakan pakaian yang tidak menyerap keringat, mencegah evaporasi, aktivitas yang terbatas,
penggunaan air conditioner, atau pindah ke tempat yang iklim lebih dingin. 1,8

2. Pengobatan simptomatik dengan pengobatan topikal . Pengobatan topikal seperti calamine,


boric acid atau menthol dan penggunaan sabun pada waktu mandi. Losio faberi dapat pula
diberikan, dengan komposisi : Acid. Salicylic. 1 % Talc. venetum 10 % Oxyd. Zinc. 10 % 8 Amyl.
Oryzae 10 % Spiritus ad. 200 cc Untuk memberikan efek antipruritus dapat ditambahkan
mentholum atau camphora pada losio faberi.

3. Pengobatan agen antibiotic. Pengobatan ini dipercaya dapat mengurangi terjadinya miliaria.

Second Line Therapy

1. Pengobatan kortikosteroid topical

2. Pengobatan sistemik. Profilaksis miliaria dengan antibiotik oral dengan retinoid oral, vitamin A
dan vitamin C dilaporkan sukses.

Third Line Therapy


Pengobatan lanolin anhydrous yang dipercaya mencegah penyumbatan saluran, sehingga keringat
dapat mengalir ke permukaan kulit. Kategori Lanolin Anhidrous Calamine Lotion Dosis Dewasa
Digunakan pada kulit yang terkena miliaria sebelum melakukan aktivitas di cuaca panas
Digunakan pada kulit yang terkena miliaria Dosis Anak Sama seperti dewasa Sama seperti dewasa
Kontraindikasi Hipersensitivitas Hipersensitivitas Interaksi Tidak dilaporkan Tidak dilaporkan
Pemakaian Pemakaian Luar Pemakaian Luar. 1,8

DAFTAR PUSTAKA

1. Levin, Nikki, A., MD., PhD. Miliaria. e-medicine. 2002. April 26 : Available from :
http://www.google.com. Accessed October 16, 2004.

2. Braun, O., Falco., Plewig. G., Wolff, H.H., Winkelmann, R.K. Disease of Eccrine Sweat Glands.
In : Dermatology, New York ; p. 752-3.

3. Moschella, Samuel L., Hurley, Harry J., The Eccrine Sweat Glands. In : Dermatology. Volume
2. Third Edition. Philadelphia : W.B. Saunders Company ; 1992. p. 1526-29.
4. Ali, Amir. Miliaria. TelMedPak. 2004. October 12 : http://www.google.com. Accessed October
16, 2004. 5. Natahusada, E.G., Miliaria. In : Djuanda, Adhi., Hamzah, Mochtar., Aisah, Siti., Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3, Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2002. p. 254.

6. Amiruddin, Muh Dali, Miliaria pada Anak. In : Ilmu Penyakit Kulit. Makassar : Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin FK Unhas. 2003. p.404-8.

7. Andrew, Dean. Miliaria. Merck. 2004. October 5 : http://www.google.com. Accessed October


16, 2004. 8. Lebwohl, Mark G., dkk.. Miliaria. In : Treatment of Skin Disease. New York.
Philadelphia. 2002. p. 293-5

9. Atherton, D.J., The Neonate. In : Champion, R.H., Burton, J.L., Burns, D.A., Breathnach, S.M.
Textbook of Dermatology. Volume 1. Edition 6. London : Blackwell Science. p.455. 11

10. Wagner, Annette, M., Hansen, Ronald, C. Neonatal Skin and Skin Disorders. Schachner,
Lawrence, A., Hansen, Ronald, C. In : Pediatric Dermatology. Volume 1. Edition 2. New York :
Churchill Livingstone. p.307.

11. Greene, Alan, M.D. Miliaria. 2002. August 31 : http://www.google.com. Accessed October
16, 2004. 12. Odom, Richard B., James, William., Berger, Timothy G. Dermatoses Resulting from
Physical Factors. In : Disease of The Skin. Edition 9. Philadelphia : W.B Saunders Campany. 1993.
p.23.

13. Silverman, Robert, Nail and Appendageal Abnormalities, Schachner, Lawrence, A., Hansen,
Ronald, C. In : Pediatric Dermatology. Volume 1. Edition 2. New York : Churchill Livingstone.
p.644.

14. Haas, Norbert, Henz, Beate Maria, Weigel Heidrun, Congenital Miliaria Crystallina. 2002.
November : Volume 47. Available from : http//www.eblue.org. Accesed Oktober 15, 2004 15.
Goldmith, Lowell, Disorders of The Eccrine Sweat glands, Freedberg, Irwin M., Eisen, Arthur Z.,
Wolff, Klans, Austen, K. Frank, Goldsmith, Lowell A., Katz, Spephen I. In : Dermatology In
General Medicine. Edition 6. Volume 1. New York : Mc Graw-Hill. Medical Publishing Divition.
p.705

Anda mungkin juga menyukai