BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
inflamasi kronik telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani
dan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul yang terjadi lebih dari 3
ditemukan pada biakan dari OMSK adalah Pseudomonas Aeruginosa dan yang
Otitis media supuratif kronis dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe aman
(benigna) dan tipe bahaya (maligna) (Helmi, 2005). Menurut literatur lain OMSK
dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu OMSK dengan kolesteatoma dan OMSK tanpa
kolesteatoma dengan jenis penatalaksanaan yang berbeda sesuai dengan tipe OMSK
rendah dengan prevalensi 0,5 sampai 30 % dari komunitas (Shretha, 2008). Survei
prevalensi di seluruh dunia menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65-
1
AMBANG DENGAR SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEDAHAN TELINGA TENGAH PADA OTITIS
MEDIA SUPURATIF KRONIK
SUWARDI 2
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
330 juta orang dengan otorrhoea, 60% diantaranya (39-200 juta) menderita kurang
Secara umum prevalensi OMSK di Indonesia berkisar 3,9%, data hasil Survei
adalah OMSK, terutama OMSK tipe jinak (3%) dari morbiditas telinga 18,5%
(Kemenkes, 2006). Menurut catatan medik pasien di Bagian Ilmu Penyakit Telinga
Hidung dan Tenggorok RSUP DR Sardjito dalam kurun waktu 1998-1999 jumlah
2008; Ocalan, 2013). Infeksi yang terus menerus pada OMSK dan adanya
OMSK berupa tuli konduktif dan tuli campuran dengan derajat ketulian
medikamentosa dan pembedahan. Secara umum infeksi yang mengenai daerah atik
AMBANG DENGAR SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEDAHAN TELINGA TENGAH PADA OTITIS
MEDIA SUPURATIF KRONIK
SUWARDI 3
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dan antrum, terdapat kolesteatoma, peradangan telinga tengah difus, osteitis, jaringan
granulasi di kavum timpani dan rongga mastoid serta adanya tanda komplikasi baik
adanya otorrhoea, tujuan jangka panjang untuk penutupan membran timpani juga
eradikasi jaringan patologis dan infeksi pada telinga tengah serta merekonstruksi
utuh ataupun dinding runtuh dengan tujuan eradikasi penyakit pada daerah mastoid
atau dinding runtuh (Canal Wall Down Mastoidectomy, CWDM) dan tertutup atau
dinding utuh (Intact Canal Wall Mastoidectomy, ICWM) (Ocalan, 2013). Literatur
runtuh (Helmi, 2005). Termasuk dalam tindakan CWDM antara lain mastoidektomi
timpanoplasti (Kveton, 2003). Pemilihan teknik operasi yang akan digunakan pada
pasien dengan OMSK bervariasi pada setiap individu dan bergantung pada temuan
AMBANG DENGAR SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEDAHAN TELINGA TENGAH PADA OTITIS
MEDIA SUPURATIF KRONIK
SUWARDI 4
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
klinis dan patologis serta pertimbangan keuntungan dan kerugian pada setiap teknik
operasi. Secara umum tujuan pembedahan ini adalah eradikasi infeksi dan jaringan
otitis media kronis antara lain otorrhoea, perforasi membran timpani, kolesteatoma,
status tulang pendengaran, granulasi dan efusi pada cavum timpani, teknik operasi
dan kemampuan operator (Chrobok et al, 2009). Keberhasilan teknik operasi yang
hal diantaranya fungsi tuba auditiva, mukosa telinga tengah, sisa gendang telinga
Proses infeksi pada otitis media supuratif kronis dapat menyebabkan abses
mastoid, paralisis saraf fasialis, ketulian, trombosis sinus lateralis, meningitis dan
abses intrakranial. Dari semua komplikasi ini, tuli akibat otitis media supuratif kronis
merupakan komplikasi yang paling sering, hal ini berarti individu yang menderita
penyakit ini memerlukan pemeriksaan audiologi dan bantuan edukasi (Simon, 2009).
masih relevan. Audiometri dapat digunakan untuk menilai ada tidaknya perbaikan
pengukuran baik hantaran udara dan hantaran tulang pada frekuensi 500, 1000, 2000,
4000, 8000 Hz, untuk kalkulasi nilai rata-rata ambang pendengaran dapat dilakukan
AMBANG DENGAR SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEDAHAN TELINGA TENGAH PADA OTITIS
MEDIA SUPURATIF KRONIK
SUWARDI 5
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
pengukuran pada frekuensi 500, 1000, 2000 Hz karena frekuensi ini mewakili
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan fakta-fakta tersebut diatas dapat
1. Angka kejadian Otitis Media Supuratif Kronis di Indonesia masih cukup tinggi
3. Terapi pembedahan merupakan modalitas utama pada OMSK tipe bahaya dan
mempertahankan pendengaran
C. Pertanyaan Penelitian
timpanoplasti dinding runtuh pada pasien Otitits Media Supuratif Kronis di rumah
D. Tujuan Penelitian
timpanoplasti dinding runtuh pada pasien Otitits Media Supuratif Kronis di rumah
E. Manfaat Penelitian
pendengaran sebelum dan sesudah pembedahan telinga tengah pada pasien Otitis
2. Data dan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai edukasi kepada
tengah baik pada timpanoplasti didning utuh dan timpanoplasti dinding runtuh
pada fungsi pendengaran pasien dengan Otitis Media Supuratif Kronis di rumah
4. Data dan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan
F. Keaslian Penelitian
pembedahan telinga tengah pada pasien Otitis Media Supuratif Kronis di Indonesia
masih belum banyak dilakukan, dalam hal ini di RSUP Dr. Sardjito belum pernah
dilakukan. Beberapa penelitian terkait yang pernah dilakukan dapat dilihat dalam
tabel 1.
Penelitian
Shrestha BL 2008 Kohort Prospektif Membandingkan derajat 41 pasien dengan rata- Peningkatan ambang
pendengaran sebelum rata usia 21.03 tahun dengar yang signifikan
dan sesudah secara statistik pasca
mastoidektomi- mastoidektomi-
timpanoplasti tipe III timpanoplasti tipe III
Chrobok 2009 Kohort Retrospektif Mengetahui faktor 155 pasien OMSK Pasien dengan
prognosis pendengaran dalam periode 1996 sd kolesteatoma memiliki
sebelum dan sesudah 2004 yang menjalani derajat pendengaran
yang lebih buruk,
pembedahan telinga pembedahan di
sedangkan tulang
tengah republik Ceko pendengaran merupakan
faktor prognostik yang
paling baik pada hasil
pendengaran post operasi
Shetty 2012 Kohort Prospektif Mengetahui perbaikan 50 pasien OMSK (45 Timpanoplasti
ambang pendengaran dengan tipe memberikan hasil yang
setelah timpanoplasti tubotimpanik dan 5 signifikan dalam
pada pasien OMSK pasien tipe atiko-antral memperbaiki ambang
dengar.
Ocalan 2013 Kohort Prospektif Mengetahui ambang 46 pasien dengan Pemeriksaan audiogram
dengar pada pasien OMSK yang menjalani menunjukkan
OMSK pasca operasi timpanoplasti peningkatan air bone
timpanoplasti tipe III tipe III dengan gab <25 dB pada 48,5%
dengan mastoidektomi mastoidektomi dinding kasus.
dinding runtuh runtuh periode januari
2005 sd 2009
Abdullah 2013 Kohort Retrospektif Mengevaluasi outcome 63 pasien dengan 33(53%) tidak ada
mastoidektomi dinding OMSK yang menjalani perbaikan pada air bone
runtuh pada pasien modifikasi gab, 16 (25%)
OMSK dengan matoidektomi radikl mengalami perbaikan.
kolesteatoma dan
mastoiditis.