Anda di halaman 1dari 56

PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170


FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

PAPER

PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI

Disusun oleh:

FATHURRAHMI BURHAN
NIM: 140100170

Pembimbing:
dr. Vanda Virgayanti, M.Ked (Oph), Sp. M

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2019

i
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih, berkat, dan
penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pemeriksaan
Funduskopi”. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Mata,
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Vanda
Virgayanti, M.Ked(Oph), Sp.M selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dalam
penyelesaian makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat memberikan
kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dalam penulisan
makalah selanjutnya.

Medan, 30 Febuari 2019

Penulis

i
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................................ ii
Daftar Gambar ............................................................................................... iii
Daftar Tabel ................................................................................................... iv
Bab I Pendahuluan ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka ................................................................................ 3
2.1 Anatomi dan Fisiologi Penglihatan ...................................................... 3
2.1.1 Badan Kaca ...................................................................................... 3
2.1.2 Retina............................................................................................... 3
2.1.3 Makula ............................................................................................. 5
2.2 Pemeriksaan Funduskopi ...................................................................... 6
2.2.1 Pemeriksaan Funduskopi Langsung ................................................ 10
2.2.2 Pemeriksaan Funduskopi Tidak Langsung ...................................... 12
2.3 Perbandingan Funduskopi Langsung dan Tidak Langsung................ 14
Bab III Kesimpulan ....................................................................................... 17
Daftar Pustaka ............................................................................................... 18

ii
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

DAFTAR GAMBAR

2.1 Badan kaca berisi matriks serat kolagen dan hyaluronan gel ................... 3
2.2 Lapisan Retina ........................................................................................... 4
2.3 Makula ....................................................................................................... 5
2.4 Oftalmoskop............................................................................................... 6
2.5 Gambaran detail oftalmoskop .................................................................... 7
2.6 Pemeriksaan Funduskopi Langsung .......................................................... 11
2.7 Fundus Normal .......................................................................................... 12
2.8 Pemeriksaan Funduskopi tidak Langsung ................................................. 13
2.9 Lensa cembung pada tangan pemeriksa..................................................... 14
2.10 Tampilan Fundus pada oftalmoskop langsung dan tidak langsung ......... 15

iii
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

DAFTAR TABEL

2.1 Perbedaan Oftalmoskop Langsung dan Tidak Langsung .......................... 16

iv
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Funduskopi, juga disebut oftalmoskopi, adalah tes yang memungkinkan seorang


profesional kesehatan untuk melihat ke dalam fundus mata dan struktur lainnya
menggunakan oftalmoskop (atau funduskop). Ini dilakukan sebagai bagian dari
pemeriksaan mata dan dapat dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan fisik rutin.
Pemeriksaan funduskopi sangat penting dalam menentukan kesehatan retina, diskus
optik, dan vitreous humor.1
Pupil adalah lubang di mana bagian dalam mata akan dilihat. Membuka pupil lebih
lebar (melebarkannya) adalah cara sederhana dan efektif untuk melihat struktur di
belakangnya. Oleh karena itu, pelebaran pupil (midriasis) sering dilakukan dengan obat
tetes mata sebelum pemeriksaan funduskopi.
Terdapat dua jenis oftalmoskop. Oftalmoskop langsung dan tidak langsung.2
Oftalmoskop langsung adalah alat seukuran senter kecil (obor) dengan beberapa lensa
yang dapat memberikan perbesaran hingga 15 kali.3 Jenis oftalmoskop ini paling sering
digunakan selama pemeriksaan fisik rutin dan merupakan alat yang dapat dipakai oleh
dokter non-oftalmologis.4 Panoftalmoskop memiliki lensa primer yang lebih besar
dengan pemfokusan bervariasi, memungkinkan untuk bidang pandang yang lebih luas.
Sebaliknya, oftalmoskop tidak langsung memiliki cahaya yang terpasang pada ikat
kepala, dengan tambahan lensa genggam kecil. Alat ini memberikan pandangan yang
lebih luas dari bagian dalam mata. Lebih jauh lagi, alat ini memungkinkan pandangan
yang lebih baik dari fundus mata, bahkan jika lensa dikaburkan oleh katarak.
Oftalmoskop tidak langsung dapat berupa monokular atau binokular, digunakan untuk
melihat bagian perifer retina.5
Fungsi utama funduskopi langsung adalah memeriksa fundus. Gambaran fundus
dapat terganggu akibat media okular yang keruh seperti pada katarak atau karena pupil
yang kecil. Funduskopi dapat digunakan untuk pemeriksaan segmen anterior mata.
Namun pemeriksaan menggunakan slit lamp memberikan gambaran yang lebih baik
dibandingkan dengan funduslopi.6

1
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

Pemeriksaan funduskopi juga dapat memeriksa red reflex.7,8 Refleks merah terbentuk
dari pantulan cahaya dari fundus menembus berbagai media yang transparan yaitu badan
kaca, lensa, aqueus humor, dan kornea.
Hal yang umum bagi pasien dengan gejala oftalmik datang ke perawatan primer, unit
cedera minor, dan instalasi gawat darurat. Akses langsung ke dokter mata untuk penilaian
klinis tidak mudah sehingga dokter non-oftalmologis memiliki tugas untuk melakukan
pemeriksaan fisik mata dasar yang kompeten. Oftalmoskopi langsung menambah nilai
dalam penegakan diagnostik seorang dokter karena oftalmoskop dapat menilai perubahan
dinamis kecil dari fundus okular, seperti pulsasi vena dan perubahan sirkulasinya
sehingga dapat digunakan untuk screening peningkatan tekanan intraokular.9,10
Oftalmoskop juga dapat digunakan alat screening diabetik retinopati.11,12
Oftalmoskop merupakan alat yang mudah dibawa-bawa dan dapat digunakan dalam
pengaturan di mana pemeriksaan fundus okular lainnya tidak tersedia, selain itu biaya
pemeriksaan yang relatif rendah dan kepraktisannya sebagai alat untuk pemeriksaan
fundus okular pada pasien perawatan kritis menjadikan pemeriksaan funduskopi sebagai
salah satu keterampilan yang harus dikuasai seorang dokter.13

2
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Penglihatan


2.1.1 Badan Kaca
Badan kaca adalah struktur yang transparan, avaskular, seperti agar-agar yang
mengisi dua pertiga volume dan berat mata. Badan kaca mengisi ruang mata yang dibatasi
oleh lensa, retina, dan diskus optik. Permukaan luar badan kaca merupakan membran
hyaloid yang bersentuhan dengan struktur berikut: kapsul lensa posterior, serat zonular,
pars plana epitel, retina, dan kepala saraf optik.5
Badan kaca terdiri dari air sekitar 99% dan 1% berupa kolagen dan hyaluronan
yang memberikan bentuk dan konsistensi seperti gel karena kemampuannya untuk
mengikat volume air yang besar.5

Gambar 2.1 Badan kaca berisi matriks serat kolagen dan hyaluronan gel5
2.1.2 Retina
Retina adalah jaringan saraf yang melapisi dua pertiga posterior dinding bola
mata. Retina memanjang hingga anterior ciliary body, berakhir pada tepi yang kasar yaitu
ora serrata. Pada orang dewasa ora serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang garis
Schwalbe di sisi temporal dan 5,7 mm di belakangnya di sisi nasal. Permukaan luar retina
terdapat epitel pigmen retina yang berhubungan dengan membran Bruch, koroid, dan
sklera. Retina memiliki tebal 0,1 mm di ora serrata dan tebal 0,56 mm di bagian kutub
posterior.5

3
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

Adapun lapisan retina adalah: (1) internal limiting membrane; (2) lapisan serat
saraf, yang berisi akson sel ganglion yang melewati saraf optik; (3) lapisan sel ganglion;
(4) inner plexiform layer, yang berisi hubungan sel-sel ganglion dengan sel-sel amakrin
dan bipolar; (5) lapisan inti dalam yang terdiri dari sel-sel bipolar, amacrine, dan badan
sel horizontal; (6) outer plexiform layer, berisi hubungan sel bipolar dan horizontal
dengan fotoreseptor; (7) lapisan luar inti sel fotoreseptor; (8) external limiting membrane;
(9) lapisan fotoreseptor sel batang dan kerucut bagian dalam dan luar; dan (10) epitel
pigmen retina.5

Gambar 2.2 Lapisan Retina5


Retina menerima suplai darah dari dua sumber yaitu arteri choriocapillaris di luar
membran Bruch, yang memasok darah untuk sepertiga lapisan terluar retina, termasuk
lapisan outer nuclear dan outer plexiform, fotoreseptor, dan epitel pigmen retina. Sisanya
berasal dari cabang-cabang dari arteri retina sentral yang memberikan suplai darah untuk
dua per tiga bagian dalam retina. Foveola diperdarahi arteri choriocapillaris dan rentan
terhadap kerusakan yang tidak dapat diperbaiki jika retina terlepas. Pembuluh darah
retina memiliki endotelium nonfenestrasi, yang membentuk inner blood-retinal barrier,
sedangkan endotelium pembuluh koroid mengalami fenestrasi. Outer blood-retinal
barrier terletak pada lapisan epitel pigmen retina.5

4
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

2.1.3 Makula
Pada bagian tengah retina terdapat makula berdiameter 5,5 hingga 6,0 mm, yang
didefinisikan secara klinis sebagai area yang dibatasi pembuluh darah retina temporal.
Secara anatomi daerah ini disebut sebagai daerah sentralis, yang didefinisikan secara
histologis sebagai bagian dari retina di mana tebal lapisan sel ganglion lebih dari satu
lapis sel. Makula lutea didefinisikan secara anatomis sebagai daerah dengan diameter 3-
mm yang mengandung pigmen kuning xanthophyll. Fovea berdiameter 1,5 mm ditandai
secara histologis dengan penipisan lapisan outer nuclear dan tidak adanya lapisan
parenkim lainnya karena adanya jalur oblik akson-akson sel fotoreseptor (lapisan serat
Henle) dan perpindahan sentrifugal dari lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan
retina. Di tengah makula, 4 mm lateral dari diskus optik terdapat foveola berdiameter 0,3
mm, yang secara klinis tampak sebagai suatu daerah penurunan yang menciptakan
pantulan tertentu jika dilihat secara oftalmoskopik. Daerah ini adalah bagian paling tipis
dari area retina (0,25 mm), yang hanya mengandung fotoreseptor sel kerucut, dan
berhubungan dengan zona avaskular retina pada angiografi fluorescein. Fitur histologis
dari fovea dan foveola memberikan diskriminasi visual yang baik, dengan foveola
memberikan ketajaman visual yang optimal. Ruang ekstraseluler retina yang biasanya
kosong berpotensi terbesar di makula sehingga penyakit yang menyebabkan terjadinya
penumpukan matriks ekstraseluler terutama menyebabkan penebalan area ini (edema
makula).5

Gambar 2.3 Makula dan daerah retina lainnya14

5
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

2.2 Pemeriksaan Funduskopi (oftalmoskopi)


Oftalmoskop adalah salah satu alat penting dalam diagnosis penyakit. Informasi
yang diperoleh dari penggunaannya tergantung pada kualitas instrumen dan keahlian
pengguna. Handheld ophthalmoscope yang baik adalah yang terhubung ke arus melalui
transformator yang menghasilkan tegangan 12 volt sehingga memberikan sumber cahaya
yang kuat, optimal untuk pemeriksaan funduskopi langsung. Kebanyakan oftalmoskop
bertenaga baterai beroperasi pada tegangan dua volt. Cahaya yang dihasilkan cukup
untuk penggunaan biasa dan alat ini juga mudah dibawa-bawa. Sebaiknya alat
funduskopi yang digunakan memakai baterai yang baru agar dapat memperoleh cahaya
maksimal.6

Gambar 2.4 Oftalmoskop15


Pemeriksa yang menggunakan kaca mata dapat menggunakan oftalmoskop
sambil mengenakan kacamatanya sendiri. Untuk tujuan ini, terdapat pelindung karet di
kepala alat untuk mencegah goresan pada lensa. Kepala alat opthalmoskop langsung
berisi cakram putar dengan serangkaian lensa plus dan minus yang berkisar antara 15
sampai 2 dioptri. Miopia (rabun jauh) diatasi oleh lensa minus (angka merah) dari
oftalmoskop dan hipermetropi (rabun dekat) dengan lensa positif (angka hitam). Bagian
yang terhubung dengan transformator berisi cakram tambahan dengan lensa-
lensa sehingga memberikan kekuatan lensa hingga 40 dioptri. Jika pemeriksa memakai
lensa minus yang sangat tinggi, mungkin akan membantu untuk melakukan pemeriksaan
dengan pasien memakai kacamatanya, sehingga memungkinkan penggunaan lensa

6
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

dengan dioptri yang lebih rendah rendah di oftalmoskop. Prosedur ini tidak
disarankan untuk melihat "fundus yang high-plus " dari individu dengan afakia. (Afakia
berarti tanpa lensa - seperti pada pasien dengan lensa telah dilepas melalui
operasi). Melihat fundus melalui kaca mata pasien yang high-plus menghasilkan terlalu
banyak distorsi.6,16

Gambar 2.5 Gambaran detail oftalmoskop17


Kebanyakan handheld ophthalmoscope memiliki perangkat untuk memodifikasi
sinar yang diproyeksikan yaitu termasuk dua lubang aperture , slit, kisi, dan filter
hijau.17 Aperture kecil dan besar dari oftalmoskop masing-masing dimaksudkan untuk
pupil kecil dan besar. slit vertikal adalah untuk mengukur kecembungan atau kecekungan
lesi di retina. Jika dilihat dengan cahaya yang diarahkan dari slit, satu dari tiga gambaran
yang akan diperoleh adalah : (1) lesi yang datar seperti pada perdarahan, plak, atau bekas
luka tidak akan mendistorsi slit; (2 ) suatu lesi yang menonjol seperti tumor atau jaringan
fibrosa akan menyebabkan distorsi seperti tangga yang cembung ke arah pengamat atau
pemeriksa; dan (3) suatu lesi yang tertekan seperti penggalian pada saraf optik, atau suatu
lubang pada makula akan menyebabkan celah tersebut dibengkokkan menjauhi

7
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

pengamat. Sedangkan dengan oftalmoskop langsung monokular, estimasi kecembungan


atau kecekungan lesi sulit dilakukan.17
Kisi oftalmoskop dapat digunakan untuk mengukur ukuran pembuluh darah
dengan memproyeksikan kisi di atas pembuluh darah dan menghitung jumlah ruang yang
diisi oleh pembuluh darah. Filter hijau menyediakan cahaya yang bebas dari “sinar
merah” sehingga membantu untuk menentukan apakah titik hitam di retina disebabkan
oleh melanin atau perdarahan lama. Dengan cahaya bebas sinar merah disertai tegangan
yang kuat (enam hingga dua belas volt), perdarahan lama tampak berwarna seperti batu
bara dan melanin berwarna kurang hitam. Aneurisma kecil dan perdarahan mudah
terlewati dengan penerangan dua volt biasa. Penggunaan cahaya bebas sinar merah
membantu membedakan serabut saraf normal di retina yang menjalar ke saraf optik. Pada
atrofi optik, serabut saraf rusak dan retina superfisial tampak memiliki pola
marmer. Bilamana memungkinkan, pemeriksa pemula harus melihat fundus yang sama
pertama melalui oftalmoskop dengan tegangan rendah kemudian dengan tegangan yang
lebih tinggi untuk dapat melihat perbedaannya. Selain itu pastikan juga untuk mencoba
filter hijau.16
Dilatasi pupil diperlukan untuk pemeriksaan fundus secara menyeluruh,
meskipun pupil pada sebagian besar pasien cukup besar. Dan lensa cukup jernih untuk
memungkinkan pemeriksaan yang memuaskan dari saraf optik dan daerah retina
sekitarnya.
Terdapat perbedaan antara midriasis dengan siklopegia. Midriasis berarti
pelebaran pupil. Siklopegia berarti tidak hanya dilatasi pupil tetapi juga kelumpuhan
yang diinduksi oleh obat pada badan siliar. Dengan siklopegia, akomodasi tidak dapat
dilakukan dan pupil akan melebar secara luas ketika cahaya oftalmoskop yang kuat
digunakan - yang tidak terjadi jika hanya midriasis tanpa siklopegia yang diinduksi
dengan obat simpatomimetik seperti fenilefrin hidroklorida 10% yang dilakukan.
Agen-agen siklopegik memiliki waktu kerja jangka panjang, menengah, dan
pendek dan disarankan untuk hanya menggunakan agen siklopegik kerja pendek seperti
tropicamide 0,5% atau larutan 1% daripada agen sikloplegik kerja panjang seperti atropin
atau homatropin. Adapun zat yang umum digunakan untuk mendapatkan midriasis
cepat dengan siklopegia adalah menggunakan kombinasi fenilefrin hidroklorida 10% dan
tropicamide 0,5%. Dilatasi pupil yang memuaskan untuk pemeriksaan biasanya

8
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

diperoleh dalam 15 sampai 20 menit. Efek dari tetes mata ini biasanya hilang dalam dua
hingga empat jam.18
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, pemeriksaan fundus menyeluruh tidak
dapat dilakukan tanpa dilatasi pupil yang lebar. Namun, penting untuk ditekankan bahwa
banyak pemeriksaan fundus harus dilakukan pada awalnya tanpa menggunakan zat
tersebut. Ketidaksetaraan ukuran pupil (dilatasi atau penyempitan satu atau kedua pupil)
dan kecepatan respons pupil terhadap cahaya oftalmoskop dan akomodasi
mata semuanya dapat memberikan petunjuk diagnostik penting yang harus dievaluasi
sebelum penggunaan zat siklopegik. Pasien yang baru saja mengalami trauma kepala
atau gangguan neurologis akut yang tidak terdiagnosis sebaiknya tidak melakukan
pemeriksaan fundus dengan agen siklopegik.6
Ada alasan penting lain mengapa pupil tidak boleh berdilatasi adalah peningkatan
risiko terjadinya glaukoma sudut tertutup akut. Sebanyak 10% dari kasus glaukoma
merupakan glaukoma sudut tertutup. Hal ini terjadi hampir secara eksklusif pada pasien
yang memakai lensa plus atau pembesar, pasien usia pertengahan atau lebih tua, dan
mereka yang matanya memiliki bilik anterior mata yang dangkal. Pemeriksa harus
memperkirakan kedalaman bilik mata dengan penlight pada semua pasien hipermetropi
dewasa yang dipertimbangkan untuk pemeriksaan fundus dengan pupil yang
berdilatasi. Ketika penlight diarahkan miring ke mata, pemeriksa kemudian menilai
jarak iris dari kornea dekat limbus . Jika iris muncul dekat dengan kornea, maka harus
dianggap bahwa pasiem memiliki sudut anterior yang dangkal dan karenanya kemungkin
dilatasi pupil berbahya untuk dilakukan. Jika pemeriksa dapat melihat bahwa sudutnya
tidak dangkal, pupil dapat didilatasikan. Jika slit lamp tidak tersedia, dan seandainya
pemeriksa merasa terpaksa untuk mendilatasikan pupil pasien yang berpotensi
mengalami sudut tertutup, disarankan agar pasien menerima tablet carbonic anhydrase
inhibitor ketika dilatasi pupil dimulai dan setidaknya pemberian dua pilocarpine 2%
berturut-turut setelah pemeriksaan. Pasien harus diberitahu sebelum pemeriksaan tentang
kemungkinan risiko terjadinya glaukoma. Lebih lanjut lagi, pasien harus diberi tahu
bahwa jika pasien merasakan rasa sakit atau menurunnya penglihatan maka pemeriksaan
oftalmologis lanjut harus dilakukan.6
Beberapa dokter selalu menggunakan pilocarpine setelah pemeriksaan fundus
dengan pupil yang didilatasikan. Memang benar bahwa ini mungkin mempercepat

9
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

pemulihan pupil ke ukuran normal, sehingga memberikan pengembalian fungsi visual


normal yang lebih cepat. Namun demikian, insiden retinal detachment yang rendah tetapi
signifikan telah dilaporkan terjadi setelah midriasis yang diakhiri oleh miosis yang
diinduksi oleh obat. Oleh karena itu, banyak dokter mata tidak menggunakan pilocarpine
setelah pemeriksaan fundus dilakukan.6
2.2.1 Pemeriksaan Funduskopi langsung
Funduskopi langsung menyediakan gambar monokular, yaitu gambaran fundus
dengan pembesaran 15x. Keuntungan dari funduskopi langsung adalah alatnya yang
portabel dan memberikan gambaran yang detail tentang diskus dan perdarahan retina.
Hal ini menjadikan Funduskopi langsung sebagai salah satu pemeriksaan standar dari
pemeriksaan fisik umum. Intensitas, warna dan ukuran fokus cahaya dapat disesuaikan.5
Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan oftalmoskop adalah:
1. Pemeriksaan Segmen Anterior

Pemeriksaan funduskopi langsung dengan menggunakan lensa high plus dapat


memberikan gambaran konjungtiva, kornea, dan iris. Pemeriksaan menggunakan lampu
celah memberikan gambaran yang lebih baik dibandingkan dengan funduslopi tetapi
alatnya kurang portabel dan mungkin tidak tersedia di beberapa rumah sakit.5
2. Pemeriksaan Red Reflex

Jika cahaya diarahkan ke pupil yang dilatasi sejajar dengan aksis visual, maka
pupillary aperture akan berwarna homogenous bright reddish-orange. Refleks merah ini
sama dengan efek mata merah yang muncul akibat lampu kilat kamera. Refleks merah
terbentuk dari pantulan cahaya dar fundus menembus berbagai media yang transparan
yaitu badan kaca, lensa, aqueus humor, dan kornea.5,7,8
Kekeruhan yang terdapat di jalur optik akan menghalangi munculnya red reflex dan
terlihat sebagai bintik hitam atau bayangan. Jika pasien melihat pandangan buram fokal,
suruh pasien melihat ke arah lain kemudian kembali ke arah cahaya. Jika bayangan
buramnya bergerak atau mengambang, kemungkinan terdapat dalam vitreous (e.g
pendarahan kecil). Jika menetap, kemungkinan merupakan kekeruhan pada lensa (katarak
fokal) atau di kornea (luka pada kornea).5

10
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

3. Pemeriksaan Fundus

Fungsi utama funduskopi langsung adalah memeriksa fundus. Gambaran fundus


dapat terganggu akibat media okular yang keruh seperti pada katarak atau karena pupil
yang kecil. Menggelapkan ruangan dapat membantu mendilatasikan pupil untuk
membantu evaluasi fundus termasuk diskus, makula dan perdarahan retina bagian
proksimal. Dilatasi pupil secara farmakologi meningkatkan diameter pupil secara
signifikan sehingga evaluasi fundus lebih jelas.16
Pemeriksaan fundus akan lebih optimal dengan memegang funduskopi sedekat
mungkin dengan pupil pasien (kira-kira 1-2 inci). Mata dan tangan kanan pemeriksa
untuk memeriksa mata kanan pasien begitu juga sebaliknya. Ukuran dan warna lampu
dapat diatur. Jika pupil berdilatasi cukup lebar, ukuran terbesar cahaya lampu akan
meberikan area pemeriksaan yang paling lebar. Pada pupil yang tidak berdilatsi, sebagian
besar cahaya lampu akan dipantulkan iris pasien ke mata pemeriksa sehingga
menghalangi pandangan pemeriksa. Maka untuk pupil yang tidak berdilatasi sebaiknya
menggunakan ukuran cahaya lampu yang lebih kecil.5,16

Gambar 2.6 Pemeriksaan Funduskopi Langsung5


Kelainan refraksi pasien dan pemeriksa akan menentukan kekuatan lensa yang
dibutukan untuk mendapatkan fokus fundus yang optimal. Pemeriksa dapat memakai
kaca matanya atau melepaskannya saat melakukan pemeriksaan. Biasanya pasien disuruh
untuk melepaskan kaca matanya tetapi jika kelainan refraksinya tinggi, pasien juga dapat
memakai kaca mata.5
Pada pemeriksaan funduskopi, pemeriksa mula-mula akan fokus pada gambaran
retina. Pembuluh pembuluh darah yang berada di retina akan menuntun pemeriksa pada
diskus optik. Pada diskus optik dilakukan pengamatan yang teliti untuk mengetahui
ukuran, bentuk, dan warna diskus, batas margin diskus dan ukuran physiologic cup. Rasio

11
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

cup dan diskus penting untuk diagnosis glaukoma. Ukuran dan jarak di dalam fundus
sering diukur dalam diameter diskus (DD). Diameter diskus optik berkisar antara 1,5-2
mm.16
Fovea terletak sekitar dua DD temporal dari tepi diskus optik. Refleksi putih kecil
atau "refleks" menandai fovea pusat. Fovea dikelilingi oleh area berpigmen yang lebih
gelap memiliki batas yang kurang jelas yang disebut foveola. Cabang-cabang pembuluh
darah retina mendekati dari semua sisi tetapi berhenti di foveola. Dengan demikian,
lokasi foveola dapat dikonfirmasi dengan tidak adanya pembuluh darah retina di area
tersebut. Cabang utama pembuluh darah retina menentukan batas makula. Pembuluh
darah vena lebih gelap dan lebih lebar dari arteri pasangannya.5,6,16
Pembuluh darah diperiksa warna, dan kelainan yang terkait, seperti aneurisma,
pendarahan, atau eksudat. Filter berwarna hijau yang bebas sinar merah membantu dalam
pemeriksaan pembuluh darah retina dan serabut saraf ketika mereka menuju diskus.
Pemeriksaan pinggiran retina akan lebih baik dengan melebarkan pupil. Pasien diminta
untuk melihat ke arah kuadran yang akan diperiksa. Dengan demikian, bagian temporal
retina diperiksa akan terlihat ketika pasien melihat ke kanan, sedangkan bagian superior
terlihat ketika pasien melihat ke atas.5,6,16

Gambar 2.7 Fundus Normal

2.2.2 Pemeriksaan Funduskopi Tidak Langsung


Oftalmoskop tidak langsung binokular melengkapi pemeriksaan opthalmoskopik
langsung. Karena membutuhkan pelebaran pupil yang luas dan sulit dipelajari, teknik ini

12
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

digunakan terutama oleh dokter spesialis mata. Pasien dapat diperiksa saat duduk, tetapi
posisi telentang lebih disukai.18
Oftalmoskop tidak langsung binokular melengkapi pemeriksaan opthalmoskopik
langsung. Karena membutuhkan pelebaran pupil yang luas dan sulit dipelajari, teknik ini
digunakan terutama oleh dokter spesialis mata. Pasien dapat diperiksa saat duduk, tetapi
posisi telentang lebih disukai.18

Gambar 2.8 Pemeriksaan funduskopi tidak langsung5

Oftalmoskopi tidak langsung menawarkan gambaran yang lebih luas dari


oftalmoskopi langsung, tergantung pada daya refraksi lensa yang digunakan.
Oftalmoskopi tidak langsung memungkinkan pemeriksaan fundus ke daerah perifer. Alat
ini juga memungkinkan pemeriksa untuk secara bersamaan prosedur bedah serta untuk
pemeriksaan disamping tempat tidur dan inspeksi fundus pada anak-anak.20
Oftalmoskop tidak langsung dikenakan pada kepala pemeriksa, memungkinkan
pandangan binokular melalui serangkaian lensa dengan kekuatan lensa yang tetap.
Sumber cahaya yang dapat disesuaikan terpasang diikat kepala dan diarahkan ke mata
pasien. Seperti halnya oftalmoskop langsung, pasien disuruh melihat ke arah kuadran
yang sedang diperiksa. Lensa cembung dipegang dengan tangan pemeriksa beberapa inci
dari mata pasien dalam orientasi yang tepat sehingga secara bersamaan memfokuskan
cahaya ke retina.21

13
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

Gambar 2.9 Lensa cembung pada tangan pemeriksa untuk memvisualisasikan


bagian perifer retina.5

2.3 Perbandingan Funduskopi Langsung dan Tidak Langsung


Oftalmoskop langsung yang biasa digunakan oleh setiap dokter adalah alat yang
sangat diperlukan. Namun, oftalmoskop tidak langsung binokuler, memberikan
pandangan stereoskopis dari seluruh fundus. Alat ini dikenakan di kepala pemeriksa dan
menyediakan sistem tampilan binokular. Gambar dihasilkan oleh manipulasi lensa
asferis, dipegang tegak lurus terhadap cahaya yang menerangi dengan jarak sepanjang
lengan dari pengamat. Penguasaan teknik ini tidak hanya membutuhkan instruksi khusus
tetapi banyak latihan. Untuk mengoptimalkan penggunaan oftalmoskopi tidak langsung,
pupil pasien harus berdilatasi optimal.5,16
Secara umum, perbesaran oftalmoskop langsung kira-kira 15 kali dari ukuran
objek normal, sedangkan ukuran oftalmoskop tidak langsung hanya perbesaran 2 hingga
4x, tergantung pada kekuatan kaca pembesar. Oftalmoskop langsung memberikan bidang
kecil sekitar 10 0 , dibandingkan dengan bidang 45 0 pada oftalmoskop tidak
langsung. Dengan indentasi sklera dengan scleral depressor, pemeriksa dapat
memvisualisasikan anterior retina dengan area ekuator, sejauh ora serrata. oftalmoskop
langsung memungkinkan visualisasi tidak melebihi ekuator. Pandangan stereoskopis
yang luas dari oftalmoskop tidak langsung membuat dokter spesialis mata lebih
menyukai alat ini. Lesi degeneratif fundus perifer, degeneasi cobblestone, jarang diamati
dengan oftalmoskop langsung namun sering dijumpai dengan oftalmoskop tidak
langsung.16

14
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

Gambar 2.10 Tampilan fundus yang sama, A: oftalmoskop tidak langsung B:


Oftalmoskop Langsung5
Gambar yang didapatkan dengan oftalmoskop tidak langsung adalah gambar
yang terbalik sehingga sulit untuk belajar menempatkan gambar ke dalam orientasi
aktualnya. Stereopsis, selanjutnya, memberikan informasi yang jauh lebih besar tentang
lokasi dan sifat suatu lesi di fundus.

15
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

Tabel 2.1 Perbedaan Oftalmoskop Langsung dan Tidak Langsung22


No. Fitur Oftalmoskop Langsung Oftalmoskop Tidak
langsung
1 Condensing Lens Tidak diperlukan diperlukan
2 Jarak Pemeriksaan Sedekat mungkin dengan Sepanjang lengan
mata pasien
3 Gambar yang terlihat Tegak Terbalik
4 Perbesaran Sekitar 15 kali 2.5 kali (dengan lensa 20
dioptri)
5 Pencahayaan Tidak terlalu terang Terang
6 Lapangan Sekitar 2 DD Sekitar 8 DD
pemeriksaan
7 Stereopsis Tidak ada Ada
8 Area fundus yang Sedikit melewati ekuator Mencapai ora serrata
dapat terlihat
9 Pemeriksaan melalui Tidak dapat dilakukan Dapat dilakukan
media yang kabur

16
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

BAB III
KESIMPULAN

Funduskopi, juga disebut oftalmoskopi, adalah tes yang memungkinkan seorang


profesional kesehatan untuk melihat ke dalam fundus mata dan struktur lainnya
menggunakan oftalmoskop (atau funduskop). Ini dilakukan sebagai bagian dari
pemeriksaan mata dan dapat dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan fisik rutin.
Pemeriksaan funduskopi sangat penting dalam menentukan kesehatan retina, diskus
optik, dan vitreous humor.
Funduskopi langsung menyediakan gambar monokular, yaitu gambaran fundus
dengan pembesaran 15x. Keuntungan dari funduskopi langsung adalah alatnya yang
portabel dan memberikan gambaran yang detail tentang diskus dan perdarahan retina.
Hal ini menjadikan Funduskopi langsung sebagai salah satu pemeriksaan standar dari
pemeriksaan fisik umum. Intensitas, warna dan ukuran fokus cahaya dapat disesuaikan.
Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan oftalmoskop adalah pemeriksaan
segmen anterior yang dapat memberikan gambaran konjungtiva, kornea, dan iris.
Pemeriksaan red reflex yang sama dengan efek mata merah yang muncul akibat lampu
kilat kamera, serta pemeriksaan fundus.
Terdapat dua jenis oftalmoskop. Oftalmoskop langsung dan tidak langsung.
Oftalmoskop langsung adalah alat seukuran senter kecil (obor) dengan beberapa lensa
yang dapat memberikan perbesaran hingga 15 kali. Jenis oftalmoskop ini paling sering
digunakan selama pemeriksaan fisik rutin. Panoftalmoskop memiliki lensa primer yang
lebih besar dengan pemfokusan bervariasi, memungkinkan untuk bidang pandang yang
lebih luas.
Oftalmoskop tidak langsung binokular melengkapi pemeriksaan opthalmoskopik
langsung. Karena membutuhkan pelebaran pupil yang luas dan sulit dipelajari, teknik ini
digunakan terutama oleh dokter spesialis mata. Pasien dapat diperiksa saat duduk, tetapi
posisi telentang lebih disukai
Oftalmoskop langsung yang biasa digunakan oleh setiap dokter adalah alat yang
sangat diperlukan. Namun, oftalmoskop tidak langsung binokuler, memberikan
pandangan stereoskopis dari seluruh fundus.

17
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

DAFTAR PUSTAKA

1. Yusuf I. Yang E. Knight K. Leaver L. Direct ophthalmoscopy: teaching in primary care,


The clinical teacher 2016; 13: 235-237
2. Khurana AK. Theory and practice of optics and refraction. New Delhi: Elsevier, 2008
3. Mackay DD. Garza PS. Bruce BB. Newman NJ. Biousse V. The demise of direct
ophthalmoscopy: a modern clinical challenge. American Academy of Neurology: 2015
4. Biousse V. Bruce BB. Newman NJ. Ophthalmoscopy in the 21st century. Neurology,
2018. Doi: 10.1212/WNL.0000000000004868
5. Riordan-Eva P. Cunningham ET. Ophthalmologic examination, in : Vaughan & Asbury’s
general ophthalmology 19th ed. London: McGraw-Hill, 2017
6. Paton D. Hyman BN. Justice J. Introduction to ophthalmoscopy. Philadelphia: The
Upjohn company, 1976
7. McLaughlin C. Levin A. The red reflex, Pediatric emergency care, 2006, doi:
10.1097/01.pec.0000199567.87134.81
8. Artes PH. The importance of the red reflex in ophthalmoscopy, BMJ 20015;351 :h3746
9. Golshani K. Zadeh ME. Farajzadegan Z. Khorvash F. Diagnostic Accuracy of optic nerve
ultrasonography and ophthalmoscopy in prediction of elevated intracranial pressure.
Emergency, 2015; 3 (2): 54-58
10. Bruce BB. Thulasi P. Fraser CL. Keadey MT. Ward A. Heilpern KL. Wright DW. Neman
NJ. Biousse V. Diagnostic Accuracy and Use of Nonmydriatic Ocular Fundus
Photography by Emergency Physicians: Phase II of the FOTO-ED Study. Annals of
emergency Medicine, 2013. Doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.annemergmed.2013.01.010
11. Ahsan S. Basit A. Ahmed KR. Ali L. Shaheen F. Ulhaque MS. Fawwad A. Diagnostic
accuracy of direct ophthalmoscopy for detection of diabetic retinopathy using fundus
photographs as a reference standard. Diabetes & Metabolic syndrome: Clinical Research
& reviews 8 (2014): 96-101
12. Lowe J. Cleland CR. Mgaya E. Furahini G. Gilbert CE. Burton MJ. Philippin H. The
Arclight Ophthalmoscope: A Reliable Low-Cost Alternative to the Standard Direct
Ophthalmoscope. Journal of Ophthalmology, 2015. Doi:
http://dx.doi.org/10.1155/2015/743263
13. Yusuf IH. Salmon JF. Patel CK. Direct ophthalmoscopy should be taught to
undergraduate medical students-yes. Eye: 2015, doi: 10.1038/eye.2015.90
14. Timberlake GT. Kennedy M. The direct ophthalmoscope: how it works and how to use
it. University of Kansas Medical Center, 2005, diakses dari
http://web.media.mit.edu/~raskar/Eye/TheDirectOphthalmoscope.pdf
15. Moran Clinical Ophthalmology Resourse for education, University of Utah, diakses dari
:http://morancore.utah.edu/basic-ophthalmology-review/how-to-use-the-direct-
ophthalmoscope/
16. Yanoff M. Duker JS. Ophthalmology 5th ed, Philadelphia: 2018
17. Ross RT. How to examine the nervous system. Berlin: Springer, 2007
18. Long B. Koyfman A. Handbook of emergency ophthalmology. Berlin: Springer, 2018
19. Grosvenor T. Primary care optometry. Philadelphia: Elsevier, 2007

18
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

20. Wolf S. Kirchhof B. Reim M. The ocular fundus from findings to diagnosis. Stuttgart:
Thieme, 2006
21. Eperjesi F. Bartlett H. Dunne MCM. Ophthalmic clinical procedures: a multimedia guide.
Philadelphia: Elsevier, 2007
22. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. New Delhi: Jaypee brothers, 2015

19
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

20
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

21
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

22
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

23
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

24
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

25
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

26
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

27
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

28
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

29
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

30
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

31
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

32
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

33
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

34
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

35
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

36
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

37
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

38
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

39
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

40
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

41
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

42
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

43
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

44
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

45
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

46
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

47
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

48
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

49
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

50
PAPER NAMA : FATHURRAHMI BURHAN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA NIM : 140100170
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU

51

Anda mungkin juga menyukai