CRURIS
•Irma Trianwarizha Fredela
•Fahriza Abid Sonia
•Alya Labibah
•Walimatus Sa'diyah
•Annisa Tifany I. S
•Juwita Tri Linda Pratiwi KELOMPOK 2
•Dwiana Galuh
•Nadya Darmayanti
•Daru Darma
•M. Aldyan
TINEA
CORPORIS
MARGINATUM,
DHOBIE ITCH,
JOCKEY ITCH,
RINGWORM OF THE
GROIN ”
DEFINISI
Merupakan penyakit pada kulit, yang disebabkan
oleh infeksi jamur. Lesi kulit dapat terbatas pada
daerah genitor-krural saja atau meluas ke daerah
sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian
bawah atau bagian tubuh yang lain
ETIOLOGI
– Epidermophyton floccosum
– Trichophyton rubrum
– Trichophyton mentagrophytes
Predileksi :
– Genitokrural
– Sekitar anus
– Bokong
– Kadang sampai perut bagian
bawah
EPIDEMIOLOGI DAN
INSIDENSI
Kel 4
DEFINISI
– Dari data rawat jalan di Poliklinik Sub Bagian Jamur Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin RS. dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari 2001 sampai
Desember 2005 didapatkan 80 kasus dermatofita yang disertai dengan
pitiriasis versikolor terdiri dari 61 orang laki-laki dan 19 orang perempuan
(Rayendra, 2006).
– Data epidemiologi lainnya dalam kurun waktu antara 2003-2005 pada RSUD
Dr. Soetomo, didapatkan kasus baru mikosis superfisialis didivisi mikologi
URJ penyakit kulit dan kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2003
sebesar 12,7%, tahun 2004 sebesar 14,1 %, dan tahun 2005 sebesar 13,3%
dengan kasus yang paling banyak dijumpai ialah pityriasis versicolor
(Hidayati et al, 2009).
ETIOLOGI
PATOGENESIS
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan mikroskop
elektron : penurunan jumlah
serta berkurangnya ukuran
melanosom
- Mikroskopis langsung
dengan KOH : tidak ada
spagetti meatball aperence
Vitiligo
• Dapat mengenai daerah
yang mengandung melanosit
selain kulit seperti mata dan
rambut
• Tanpa skuama
b. Obat sistemik (digunakan bila lesi luas, resisten terhadap obat topikal, sering kambuh)
- Ketoconazole : dosis anak: 3,3-6,6 mg/ kgBB/ hari; dosis dewasa: 200 mg/hari. Diberikan sehari
sekali sesudah sarapan selama 10 hari (Ervianti et al, 2005).
Laporan Kasus
Identitas
– Nama : Sdr. A B
– TTL : 17 Maret 1984
– Agama : Islam
– Alamat : Kedung Boto, Podoroto, Kesamben
– Pendidikan : SI
– Pekerjaan : Swasta (bag. Juru Hitung di penggadaian)
– No. RM : 16-53-61
– Keluhan utama : Bercak putih di lengan bawah kanan dan kiri
– Riwayat penyakit sekarang :
– Muncul bercak putih sejak 6 bulan yll,
– berawal dari tangan kanan
– bersifat kumat-kumatan
– semakin banyak
– Tersebar hanya pada lengan bawah tangan kanan dan kiri
– Bila berkeringat muncul bercak merah di sekitar bercak putih dan terasa gatal
– Pasien menggunakan sabun mandi yang mengandung sulfur
– Pasien tidak dalam kondisi mengkonsumsi obat-obatan jenis imunosupresan baik
topikal maupun sitemik.
– Riwayat penyakit dahulu: Pasien baru pertama kali sakit seperti ini, riwayat
diabetes melitus disangkal.
– Riwayat penyakit keluarga : Ayah menderita sakit yang sama (bercak putih
di badan), namun belum mendapat pengobatan. Riwayat diabetes melitus
(tidak ditanyakan).
– Riwayat Sosial :
– Lingkungan rumah: tidak ditanyakan
– Higinitas diri & anggota keluarga lainnya: tidak ditanyakan
Pemeriksaan Generalis
– Keadaan umum : Baik
– Kesadaran : Compos mentis
– Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas
dua bentuk, bentuk superfisial dan bentuk yang dalam (deep
mycosis). Bentuk superfiasial terbagi atas golongan dermatofitosis
yang disebabkan oleh jamur dermatofita (antara lain: Tinea kapitis,
tinea korporis, tinea unguium, tinea cruris, tinea fasialis, tinea barbae,
tinea manus, tinea pedis) dan yang kedua golongan non
dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinea nigra palmaris,
kandidiasis). Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis
adalah pada dermatofitosis melibatkan zat tanduk (keratin) pada
stratum korneum epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh
dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh jenis
jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna
keratin kulit tetapi hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar
(Boel T, 2003).
– Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada
keluhan pasien. Pasien yang menderita PV biasanya mengeluhkan bercak
pigmentasi dengan alasan kosmetik. Predileksi pitiriasis vesikolor yaitu
pada tubuh bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila, inguinal, paha,
genitalia (Wolff , 2008)
– Diagnosa ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa makula,
berbatas tegas, bulat atau oval dengan ukuran yang bervarisasi. Mikroskopi
langsung, Pemeriksaan dengan Wood's Lamp. Karena koloni jamur ini pada
permukaan kulit, maka pengobatan topikal sangat efektif. Ketokonazol
termasuk kelas antijamur imidazoles. Ketokonazol bekerja dengan
memperlambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi. Prognosis
baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten.
Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan
pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negative (Ervianti et ql,
2009).
Kandidosis
Mukokutan
Ringan
Kelompok 5
Epidemiologi
– INFEKSI OPORTUNISTIK
patogenesis
Gejala dan Tanda
– Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
– Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% : tampak budding yeast
cells (2 spora seperti angka 8) dengan atau tanpa pseudohifa
(gambaran seprti untaian sosis) atau hifa. Gambaran ini merupakan
patognomonis pada infeksi mukosa oleh kandida.
2. Pengecatan gram : elemen jamur tampak sebagai gram positif dan
sporanya lebih besar dengan bakteri.
3. Kultur
4. Histopatologi
Tata Laksana
– Penatalaksanaan
1. Mengurangi dan mengobati faktor-faktor risiko
– Kandidiasis oral
1. Topikal : Nystatin oral suspensi, solusio ungu gentian 1%.
2. Oral : tablet ketokonazol/itrakonazol (pada pasien imunosupresif).
– Kandidiasis vulvovaginitis
1. Topikal : Nystatin suppositoria vagina 1 tablet malam selama 1-2 hari.
2. Oral : tablet ketokonazol/intrakonazol (wanita belum menikah, infeksi berat).
– Kandidiasis Balanitis
1. Mikonazol krim, dioleskan pagi dan malam selama 1 minggu.
2. Memeriksa dan mengobati pasangannya.
Tata Laksana
Komplikasi
– Infeksi sekunder
– Candida id reaction
Pencegahan
– Infeksi sekunder
– Impetigo
– Selulitis
– Infeksi jamur lain
Pencegahan
a. Perlekatan
– Invasi dermatofit melibatkan infeksi artrokonidia ke
keratinosit (stratum korneum). Dermatofit ini harus
bertahan dari efek sinar ultraviolet, temperatur dan
kelembaban yang bervariasi, kompetisi dengan flora
normal, dan dari asam lemak yang bersifat fungistatik.
Patogenesis
b. Penetrasi
– Dermatofit bersifat keratinofilik. Dermatofit akan
menghasilkan enzim-enzim tertentu (proteolitik), termasuk
enzim keratinase dan lipase, yang dapat mengakibatkan
dermatofit tersebut dapat menginvasi stratum korneum.
Patogenesis
– Kebanyakan asimptomatis
– Gatal, meningkat saat berkeringat
– Rasa terbaka memburuk saat setelah
paparan matahari (fotosensitivitas)
a. Anamnesis
– a) Rasa gatal di bagian wajah, disertai sensasi terbakar, dan
memburuk setelah paparan sinar matahari.
– b) Riwayat kontak dengan hewan peliharaan
– c) Riwayat kontak langsung dengan penderita dermatofitosis
– d. Riwayat penggunaan bersama barang-
– barang penderita dermatofitosis, misalnya handuk.
Diagnosis
b. Pemeriksaan Fisik
– a). Lesi bulat atau lonjong
– b). berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-
kadang dengan vesikel dan papul di tepi.
– c). Daerah tengahnya biasanya lebih tenang, sementara
yang di tepi lebih aktif (tanda peradangan lebih jelas) yang
sering disebut dengan central healing
Diagnosis
c. Pemeriksaan Penunjang
a). Lampu wood
– Mikrosporum = warna hijau
b). Pemeriksaan sediaan dengan KOH 10%
– Hifa sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat dan bercabang.
c). Pemeriksaan dengan pembiakan
– Diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk
menentukan spesies jamur.
– Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media
buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium agar
dekstrosa Sabouraud.
Diagnosis
– Anamnesis
a.Rasa gatal di bagian wajah, disertai
sensasi terbakar, dan memburuk
setelah paparan sinar matahari.
b.Riwayat kontak dengan hewan
peliharaan
c.Riwayat kontak langsung dengan
penderita dermatofitosis
d.Riwayat penggunaan bersama barang-
barang penderita dermatofitosis,
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
a.Lesi bulat atau lonjong
b.berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang
dengan vesikel dan papul di tepi.
c.Daerah tengahnya biasanya lebih tenang, sementara yang di
tepi lebih aktif (tanda peradangan lebih jelas) yang sering
disebut dengan central healing
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
a.Lampu wood
–Mikrosporum = warna hijau
b.Pemeriksaan sediaan dengan KOH 10%
–Hifa sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat dan
bercabang.
c.Pemeriksaan dengan pembiakan
–Diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung
sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur.
–Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan
klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik
pada waktu ini adalah medium agar dekstrosa
Sabouraud
Tatalaksana
1. Griseovulvin.
2. Ketokonazol.
3. Antibiotik jika ditemukan infeksi sekunder.
1. Griseofulvin
– Griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa
– Anak-anak 10-25 mg/kgBB sehari.
– Lama pemberian griseofulvin pada tinea fasialis
adalah 3-4 minggu, diberikan bila lesi luas atau bila
dengan pengobatan topikal tidak ada perbaikan.
– Aktif hanya melawan dermatofit, kurang efektif
daripada Triazoles.
– Efek samping yang dapat ditimbulkan, antara lain:
nyeri kepala, mual/muntah, fotosensitivitas. Infeksi T.
rubrum dan T. tonsurans dapat kurang berespon.
Sebaiknya diminum dengan makanan berlemak untuk
memaksimalkan penyerapan.
2. Ketokonazol
– Ketokonazol 200 mg per hari selama 10 hari – 2 minggu pada pagi hari setelah
makan.
3. Antibiotik
– Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi sekunder. Pada kasus yang resisten
terhadap griseofulvin dapat diberikan deriivat azol seperti itrakonazol,
flukonazol dll.
– Itrakonazol: untuk dewasa 400 mg/hari selama 1 minggu dan untuk anak-
anak 5 mg/kg/hari selama 1 minggu. Sediaannya 100 mg dalam kapsul;
solusio oral (10 mg/ml) dalam intravena. Untuk Triazole, kerjanya
membutuhkan pH asam pada lambung agar kapsulnya larut.
– Flukonazol: orang dewasa 150–200 mg/minggu selama 4–6 minggu,
sedangkan anak-anak 6 mg/kg/minggu selama 4–6 minggu. Sediaan
fluconazole tablet 100, 150, 200 mg;suspense oral (10 or 40 mg/ml); dan
intravena 400 mg.
Komplikasi
TINEA UNUIUM,MANUS
DAN PEDIS
TINEA PEDIS
• Tinea pedis juga disebut ”Athlete’s foot”
/kutu air merupakan dermatofitosis pada
Definisi kaki terutama pada sela-sela jari kaki.
Bentuk interdigitalis
Bentuk hiperkeratosis
(moccasin foot)
Bentuk vesikular
bullosa subakut
Bentuk-bentuk klinis
1. Bentuk interdigitalis
• Sering terjadi di antara jari ke IV dan V
• Infeksi bisa menjalar ke bagian kaki lainnya.
Terdapat 2 jenis:
a. Berskuama dan kering
b. Maserasi, terkelupas, membentuk fisura pada kulit di
sela-sela jari
2. Moccasin foot
• Makula eritem berbatas jelas dengan papul miliaris pada
tepinya, dengan skuama halus, hiperkeratosis.
• Sering ditemukan pada tumit, telapak kaki, hingga tepi kaki.
Dapat terjadi pada satu kaki atau lebih sering pada kedua
kaki.
3. Tipe yang meradang/ Bula (sub akut)
• Terdapat vesikel ataupun bula yang berisi cairan bening.
• Jika terdapat nanah mengindikasin infeksi dari S. Aureus
• Setelah pecah, vesikel meninggalkan sisik kasar yang berbentuk lingkaran
yang disebut koleret
• Dapat terjadi pada telapak dan punggung kaki
4. Tipe ulserasi/ akut
• Lesi meluas dari tinia pedis interdigitalis ke bagian dorsal
dan plantar kaki.
• Gambaran lesi akut, eritema, edema, berbau. Kondisi
hiperhidrosis, maserasi, serta ulserasi pada kaki, stasis
vaskular, dan bentuk sepatu yang kurang baik merupakan
predisposisi untuk mengalami infeksi
• Sering disertai superinfeksi oleh S. aureus
DIAGNOSIS
• Mikologik
– Sediaan basah : KOH 10% ; gambaran terlihat adalah hifa,
sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat dan bercabang
maupun spora berderet(artrospora).
– Pembiakan : menyokong sediaan basah dan menentukan
spesies jamur.
PENATALAKSANAAN
• Edukasi pasien
– Menjaga kebersihan kaki
– Pengeringan kaki
– Perawatan kuku kaki
– Memakai kaos kaki bersih saat mengenakan sepatu
• Penatalaksanaan terhadap faktor predisposisi.
TINEA MANUS
Definisi
Tinea manus merupakan infeksi jamur dermatofita pada kulit yang termasuk
kelompok penyakit dermatofitosis. Dermatofitosis ini disebabkan oleh 3 jenis
jamur, yaitu : Epidermophyton, Trichophyton dan Microsporum. Penyakit
intermasuk dalam mikosis yang paling sering
dijumpai di dunia.
Tinea manus di temukan
tersebar diseluruh dunia,
lebih sering dijumpai di
daerah tropik dan
Epidemiologi
subtropik. Dapat
menyerang semua
kelompok umur lebih
sering menyerang
dewasa terutama pada
orang yang bekerja di
tempat basah seperti
tukang cuci, atau pekerja
di sawah
9/16/2019
ETIOLOGI
1. TRICHOPHYTON rubrum,
2. TRICHOPHYTON mentagrophytes,
3. EPiDERMAPHYTON flaccosum.
9/16/2019
PA Agen penyebab
O penderita
GEJALA Effloresensi
Gatal (meningkat waktu Makula eritematus berbatas
berkeringat) jelas, lesi bulat atau lonjong.
Tepi aktif (meninggi) papul,
vesikel
Bagian tengah menyembuh
(central healing) ditutupi
squama halus
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
Kerokan Kulit
dengan Larutan
KOH 10%-20%
ANAMNESA PEMERIKSAAN
FISIK
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
9/16/2019
Diagnosis Banding
Dyshidrotic Dermatitis
9/16/2019
Terapi Non Medikamentosa
Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering
Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat
menyebabkan infeksi.
Jaga kebersihan kulit bila berkeringat keringkan dengan
handuk /tissue dan mengganti pakaian yang lembab
Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat
menyerap keringat seperti katun, tidak ketat dan ganti
setiap hari.
Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan
handuk yang digunakan penderita harus segera dicuci dan
direndam air panas.
Tidak memakai handuk atau bertukar pakaian dengan
orang lain
GRISEOVULFIN MEDIKAMENTOSA
Fungisidal.
SISTEMIK
Mekanisme kerja : CETRIZINE
menghambat mitosis jamur DIHYDROCHLORIDE
(mengikat protein Antihistamin
mikrotubuler). Mekanisme Kerja
obat ini masuk ke dalam efek utamanya diperantarai
sel jamur, berinteraksi oleh inhibisi selekif dari
dengan mikrotubulus dalam reseptor H, periferal.
jamur dan merusak serat Cetirizin diabsorbsi dengan
mitotik dan menghambat cepat, konsentrasi max dlm
mitosis. plasma ±1jam
Adanya makanan tidak
mempengaruhi absorbsi
Efek mengantuk minimal
TINEA MANUS
Tinea manus merupakan infeksi jamur dermatofita pada kulit yang termasuk
kelompok penyakit dermatofitosis. Dermatofitosis ini disebabkan oleh 3 jenis
jamur, yaitu : Epidermophyton, Trichophyton dan Microsporum. Penyakit
intermasuk dalam mikosis yang paling sering
dijumpai di dunia.
TOPIKAL
• Mikonazole nitrat
Mekanisme kerja :
• Menghambat sintesa ergosterol
• Gangguan sintesis asam nukleat
• Penimbunan peroksida dalam sel jamur
• Ketiganya menyebabkan sel jamur rusak
PROGNOSIS
Dermatofita Epidermophyton
floccosum, Trichophyton rubrum dan
Trichophyton mentagrophytes.
Dermatofita, Ragi
Tinea Unguium
dan kapang
Gambaran Klinis
3. Bentuk Subungual
proksimal
Penegakan Diagnosis
Goresan kuku
Apusan
Pemeriksaan histo PA
KOH 20-30%
Penatalaksanaan
Obat Sistemik
Obat Topikal
1. Bifonazol-urea : kombinasi 1. Itrakonazol dosis kontinyu
bifonazol 1% dengan urea 200mg/hari selama 3 bulan.
40% dalam bentuk salap
Terapi pulse diberikan 5
2. Amorolfin , konsentrasi 5%
mg/Kg/ hari selama
3. Siklopiroksolamin
seminggu tiap bulan
memberi hasil baik dalam 3
bulan.
2. Terbinafin 250mg/hari secara
1. Terapi Bedah kontinyu 3 bulan.
2. Terapi Laser
3. Flukonazol kontinyu 100 mg
per hari, dosis mingguan 150
Prognosis
Infeksi berulang
Kehilangan kuku
Perubahan warna kuku
Penyebaran ke area lain
selulitis
Pencegahan