Anda di halaman 1dari 12

ii

LAPORAN PENDAHULUAN

(KWASHIORKOR)
A. Definisi
Kwashiorkor adalah suatu sindrom klinik yang timbul sebagai akibat
adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang
dari yan dibutuhkan (Behrman, RE. 2016)
Kwashiorkor adalah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrient
lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah
(balita) (ngastiyah, 2017)
Penyakit kwashiorkor pada umumnya terjadi pada anak dari keluarga
dari status social ekonomi yang rendah karena tidak mampu menyediakan
makanan yang cukup mengandung protein hewani seperti daging, telur, hati,
susu dan sebagainya. Makanan sumber protein sebenarnya dapat dipenuhi
dari protein nabati dalam kacang-kacangan tetapi karena kurangnya
pengetahuan orang tua, anak dapat menderita defisiensi protein.

B. Etiologi
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein
yang berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas
antara lain:
1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan
anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan
mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung
protein/asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui
umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun
bagi yang tidak memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain
(susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan
penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan
ASI ke makanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi,
keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan

4
untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-
turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak
terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan
proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara
Malnutrisi Energi Protein (MEP) dan infeksi. Infeksi derajat apapun
dapat memperburuk keadaan gizi, dan sebaliknya Malnutrisi Energi
Protein walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas
tubuh terhadap infeksi.

C. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah
kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik
dan perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena
kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam
amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan
disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asamamino dalam serum ini
akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian
berakibat timbulnya odema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan beta liprotein,sehingga transport lemak dari hati terganggu
dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.

5
Pathway

Ekonomi rendah, pendidikan Kegagalan menyusui ASI, terapi puasa karena penyakit, tidak
kurang, hygiene rendah memulai makan yambahan

KEP

Penurunan jumlah protein tubuh

Terjadi perubahan biokima dalam


tubuh

Kwashiorkor

Gangguan absorbsi dan Produksi albumin o/ hepar rendah


transportasi zat-zat dan gizi (hipo albuminemia)

Pengambilan energi
selain dari protein (otot) Tek. Osmotic Gangguan pembentukan
plasma menurun lipoprotein (lemak) dari
hati
Penyusutan otot
Cairan dan intravaskuler
ke intersisial penurunan detoksifikasi
Penurunan BB
hati

Ketidakseimbang Odem
an Nutrisi kurang Resiko infeksi
darikebutuhan Gangguan
tubuh keseimbangan
cairan
Gangguan
integritas
kulit

Kelebihan volume
cairan

(Djaeni, SA. 2015)

6
D. Manifestasi klinis
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi
protein berat-Kwashiorkor, antara lain :
1. Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi
pada ekstremitas,adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka
penderita ada tanda moon face dariakibat terjadinya edema.
2. Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan,
tinggi badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
3. Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada
stadium lanjut bisamenjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan
anak menjadi pasif.
4. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun
berat. Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan
hipoalbuminemia, gangguan dindingkapiler, dan hormonal akibat dari
gangguan eliminasi ADH.

5. Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya
(texture), maupunwarnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah
rambut kepala yang mudahtercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita
kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan
berubah warna menjadi putih. Sering bulu matamenjadi panjang.

7
6. Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit
yang lebihmendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan
persisikan kulit. Padasebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit
yang khas untuk penyakitkwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis
yang merupakan bercak-bercak putihatau merah muda dengan tepi hitam
ditemukan pada bagian tubuh yang seringmendapat tekanan. Terutama bila
tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapanoleh keringat atau
ekskreta, seperti pada bokong, fosa politea, lutut, buku kaki, paha,lipat paha,
dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak
kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk
menjadi hitam.Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-
bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam
oleh hiperpigmentasi.

7. Kelainan Gigi dan Tulang


Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi,
osteoporosis, danhambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries
pada gigi penderita.
8. Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi
hati yang hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering
juga ditemukan tanda fibrosis,nekrosis, da infiltrasi sel mononukleus.
Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor lipotropik.
9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang

8
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila
disertai penyakitlain, terutama infestasi parasit ( ankilostomiasis, amoebiasis)
maka dapat dijumpaianemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan
kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan darah seperti Ferum,
vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari
hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan
infeksi menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan
pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas
seluler, dangan gangguan sistem komplimen
10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal,
saliva dan usushalus terjadi perlemakan.
11. Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung
disebabkan hipokalemidan hipmagnesemia.
12. Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia
kadang-kadangdemikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan
ditolak dan makanan hanyadapat diberikan dengan sonde lambung. Diare
terdapat pada sebagian besar penderita.Hal ini terjadi karena 3 masalah
utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus,intoleransi laktosa, dan
malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensilaktase.
Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konyugasi
hati,defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus.

9
Gambaran klinik antara Marasmus dan Kwashiorkor sebenarnya
berbeda walaupun dapat terjadi bersama-sama. Perbedaan antara marasmus
dan kwashiorkor tidak dapat didefinisikan secara jelas menurut perbedaan
kurangnya asupan makanan tertentu, namun dapat teramati dari gejala
yangditunjukkan penderita.

Kwashiorkor Marasmus

 Anak tampak sangat kurus,  Edema di seluruh tubuh, terutama


tinggal tulangterbungkus kulit, pada punggung kaki
 Wajah seperti orang tua  Wajah membulat dan sembab
 Cengeng, rewel  Pandangan mata sayu
 Perut cekung  Perubahan status mental: cengeng,
 Kulit keriput rewel,kadang apatis
 Sering disertai diare kronik atau  Rambut berwarna kepirangan,
sembelit kusam, danmudah dicabut
 Otot mengecil, teramati terutama
saat berdiri dan duduk
 Bercak merah coklat pada kulit,
yang dapat berubah hitam dan
mengelupas
 menolak segala jenis makanan
(anoreksia)
 Sering disertai anemia, diare, dan
infeksi.

10
E. Komplikasi
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi
dikarenakan lemahnya system imun. Tinggi maksimal dan kemampuan
potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan
riwayat kwashiorkor. Bukti secara sistematik mengemukakan bahwa
kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat
menurunkan IQ secara permanen. Komplikasi lain dapat ditimbulkan dari
kwashiorkor adalah :
1. Defisiensi zat besi
2. Hiperpigmentasi kulit
3. Edema anasarka

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis
normositik normokrom karenaadanya gangguan sistem eritropoesis akibat
hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi
yang kurang dalam makanan, kerusakanhati dan gangguan absorbsi.
Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.
2. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya
kelainan pada paru.

G Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan kwashiorkor adalah :
1. Memberikan makanan yang banyak mengandung protein bernilai biologi
tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral
2. Makanan harus mudah dicerna dan diserap
3. Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan
sangat rendah
4. Penanganan terhadap penyakit penyerta
5. Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan
gizi terhadap keluarga (A.H. Markum, 2015)

Pemberian terapi :

11
1. Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenatal
adalah sebagai berikut :
a) Jumlah cairan adalah : 200 ml/kgBB/hari untuk kwashiorkor atau
marasmus kwashiorkor
b) 250 ml/kgBB/hari untuk marasmus
c) Makanan tinggi kalori tinggi protein 3,0-5,0 g/kgBB
d) Kalori 150-200 kkal/kgBB/hari
e) Vitamin dan mineral, asam folat peroral 3 x 5mg/hari pada anak besar
f)KCL oral 75-150 /kgBB/hari. Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4
mg/kgBB/hari
2. Perbaiki diet
Formula harus mudah dicerna, murah, pekat kalori dan protein :
Modisco I, II, dan III memenuhi syarat-syarat tertentu. Bila ada intoleransi,
mulailah dengan susu skim yang diencerkan (2,5 - 5- 7,5) + glukosa 5%,
disusul dengan modisco ½. I, II, III.
3. Vitamin A 100.000-200.000 IU IM 1 kali
Vitamin B komplek, C, A, D tetes per oral
4. Bila perlu beri transfuse sel darah merah padat (‘PRC’) atau plasma.
5. Pengobatan penyakit penyerta/ penyebab. Bila lemah, ada hipotermi,
hipertensi dan gangguan pembekuan darah ada kemungkinan infeksi
kuman garam negatif endotoksemia. Resiko meningkat bila disertai
kekurangan vitamin A.
6. Terapi gentamicin 6-7,5 mg/kg perhari dibagi 2 kali Amikin 15
mg/kgBB/hari dibagi 2 kali.
7. Penyuluhan pada ibu disertai demonstrasi cara membuat modisco.
8. Control di poliklinik anak. (Ratna Indrawati , 2014)

12
H Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak
dengan kwashiorkor adalah :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan
protein yang tidak adekuat, anoreksia dan diare.
2. Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan
peningkatan kehilangan akibat diare.
3. Gangguan penurunan berat badan b/d asupan protein yang tidak
adekuat.
4. Gangguan integritas kulit b/d defisiensi protein, dehidrasi dan posisi lkien.

13
DAFTAR PUSTAKA
Rosha BC, Hardiansyah & Baliwati YF. 2016. Analisis Determinan Kejadian
Pendek Baduta 0-23 Bulan pada Daerah Miskin di Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Jurnal Panelitian Gizi Makanan. 35(1): 34-41.

Mardani, R.A.D., Wetasin, K., Suwanwaiphatthana, W. 2015. Faktor Prediksi


yang Mempengaruhi Stunting pada Anak Usia di Bawah Lima Tahun.
KEMAS Jurnal. 11 (1): 1-7.

A.H. Markum, dkk. 2015. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI

Arisman. 2013. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Behrman, RE. dkk. 2016. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC

Djaeni, SA. 2015. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi. Jakarta: EGC

Ngastiyah. 2017. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2 Jakarta: EGC

14

Anda mungkin juga menyukai