OLEH
PUTU MAS PRAMITA KANIA DEWI
209012411
KELOMPOK 9
Situasional
(1) Merokok aktif
(2) Merokok pasif
(3) Terpajan polutan
2) Hipovolemia
Hipovolemia
Definisi:
Penurunan volume cairan intravascular, interstisial, dan/atau
intraseluler
Penyebab:
(1) Kehilangan cairan aktif
(2) Kegagalan mekanisme regulasi
(3) Peningkatan permeabilitas kapiler
(4) Kekurangan intake cairan
(5) Evaporasi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Objektif:
(tidak tersedia) (1) Frekuensi nadi meningkat
(2) Nadi teraba lemah
(3) Tekanan darah menurun
(4) Tekanan nadi menyempit
(5) Turgor kulit menurun
(6) Membrane mukosa kering
(7) Volume urin menurun
(8) Hematokrit meningkat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: Objektif:
(1) Merasa lemah (1) Pengisian vena menurun
(2) Mengeluh haus (2) Status mental berubah
(3) Suhu tubuh meningkat
(4) Konsentrasi urin meningkat
(5) Berat badan turun tiba-tiba
Kondisi klinis terkait:
(1) Penyakit Addison
(2) Trauma/ perdarahan
(3) Luka bakar
(4) AIDS
(5) Penyakit Crohn
(6) Muntah
(7) Diare
(8) Kolitis ulseratif
(9) Hipoalbuminemia
6) Resiko Infeksi
Resiko Infeksi
Definisi:
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
Penyebab:
(1) Penyakit kronis (mis. Diabetes melitus)
(2) Efek prosedur invasive
(3) Malnutrisi
(4) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
(5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
Gangguan peristaltic
Kerusakan integritas kulit
Perubahan sekresi pH
Penurunan kerja siliaris
Ketuban pecah lama
Ketuban pecah sebelum waktunya
Merokok
Statis cairan tubuh
(6) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
Penurunan hemoglobin
Imununosupresi
Leukopenia
Supresi respon inflamasi
Vaksinasi tidak adekuat
Kondisi klinis terkait:
(1) AIDS
(2) Luka bakar
(3) Penyakit paru obstruksi kronis
(4) Diabetes melitus
(5) Tindakan invasive
(6) Kondisi penggunaan terapi steroid
(7) Penyalahgunaan obat
(8) Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
(9) Kanker
(10) Gagal ginjal
(11) Imunosupresi
(12) Lymphedema
(13) Leukositopenia
(14) Gangguan fungsi hati
7) Hipertermi
Hipertermi
Definisi:
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab:
(1) Dehidrasi
(2) Terpapar lingkungan panas
(3) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
(4) Ketidaksesuain pakaian dengan suhu lingkungan
(5) Peningkatan laju metabolism
(6) Respon trauma
(7) Aktivitas berlebihan
(8) Penggunaan inkubator
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Objektif:
(tidak tersedia) (1) Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: Objektif:
(tidak tersedia) (1) Kulit merah
(2) Kejang
(3) Takikardi
(4) Takipnea
(5) Kulit terasa hangat
Kondisi klinis terkait:
(1) Proses infeksi
(2) Hipertiroid
(3) Stroke
(4) Dehidrasi
(5) Trauma
(6) Prematuritas
8) Defisit Nutrisi
Defisit Nutrisi
Definisi:
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab:
(1) Ketidakmampuan menelan makanan
(2) Ketidakmampuan mencerna makanan
(3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
(4) Peningkatan kebutuhan metabolism
(5) Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
(6) Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Objektif:
(tidak tersedia) (1) Berat badan menurun minimal
10% di bawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: Objektif:
(1) Cepat kenyang setelah makan (1) Bising usus hiperaktif
(2) Kram/ nyeri abdomen (2) Otot mengunyah lemah
(3) Nafsu makan menurun (3) Otot menelan lemah
(4) Membrane mukosa pucat
(5) Sariawan
(6) Serum albumin tutun
(7) Rambut rontok berlebihan
(8) Diare
Kondisi klinis terkait:
(1) Stroke
(2) Parkinson
(3) Mobius syndrome
(4) Cerebal palsy
(5) Cleft lip
(6) Cleft palate
(7) Amvotropic lateral sclerosis
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga dan
komunitas (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Bersihan Jalan Napas Tidak efektif
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam diharapkan
bersihan jalan napas meningkat.
Kriteria Hasil:
1) Batuk efektif meningkat
2) Produksi sputum menurun
3) Tidak terdengar suara mengi
4) Tidak terdengar suara wheezing
5) Dipsnea menurun
6) Sianosis menurun
7) Frekuensi napas membaik
Intervensi Rasional
Manajemen jalan nafas Manajemen jalan nafas
Observasi Observasi
1) Monitor pola nafas (frekuensi, 1) Memonitor keadaan pernapasan
kedalaman, usaha nafas) klien.
2) Monitor bunyi nafas tambahan 2) Mengetahui adanya sumbatan
(missal: gurgling, mengi, pada jalan napas.
whezzing, ronkhi kering) 3) Untuk mengetahui kondisi
3) Monitor sputum (jumlah, warna, sputum yang menghambat jalan
aroma). napas pasien.
Teraupetik Terapeutik
1) Pertahankan kepatenan jalan 1) Untuk membebaskan jalan
nafas dengan head-tilt dan chin- napas pasien dan pasien masih
lift (jaw-thrust jika curiga trauma mendapatkan oksigen
servikal) semaksimal mungkin.
2) Posisikan Semi-Fowler atau 2) Untuk memaksimalkan
Fowler potensial ventilasi.
3) Lakukan fisioterapi dada jika 3) Untuk membantu pengeluaran
perlu sputum yang menghambat jalan
4) Lakukan penghisapan lendir napas.
kurang dari 15 detik 4) Membantu membebaskan jalan
5) Lakukan hiperoksigenasi sebelum napas dari penumpukan sputum
penghisapan endotrakeal sehingga memaksimalkan
6) Berikan oksigen jika perlu penghirupan oksigen.
5) Agar pasien tidak mengalami
Edukasi kekurangan oksigen saat
1) Anjurkan asupan cairan 2000 penghisapan endotrakeal.
ml/hari, jika tidak kontraindikasi 6) Pemberian oksigen untuk
2) Ajarkan teknik batuk efektif. mencegah terjadinya hipoksia
jaringan dan kebutuhan oksigen
Pemantauan Respirasi tetap terpenuhi.
Observasi
1) Monitor frekuensi, irama, Edukasi
kedalaman, dan upaya nafas 1) Untuk mencegah terjadinya
2) Monitor pola nafas (seperti dehidrasi.
bradipnea, takipnea, hiperventilasi, 2) Batuk efektif sangat diperlukan
kussmaul, Cheyne-stokes, biot, untuk membantu pengeluaran
ataksik). secret mencegah pasien
3) Monitor kemampuan batuk efektif menjadi sesak napas saat
4) Monitor adanya produksi sputum pengeluaran sputum.
5) Monitor adanya sumbatan jalan
nafas Pemantauan Respirasi
6) Auskultasi bunyi nafas Observasi
7) Monitor saturasi oksigen 1) Untuk mengetahui kondisi
8) Monitor nilai AGD keadekuatan pernapasan pasien.
9) Monitor hasil x-ray toraks 2) Untuk mengetahui kondisi
keadekuatan pernapasan pasien.
3) Untuk mengetahui kemampuan
Teraupetik pasien batuk secara spontan.
1) Atur interval pemantauan 4) Untuk mengetahui apakah ada
respitrasi sesuai kondisi pasien produksi sputum berlebih
2) Dokumentasi hasil pemantauan. sehingga sputum tersebut dapat
diantisipasi dalam menghambat
Edukasi pernapasan pasien.
1) Jelaskan tujuan dan prosedur 5) Untuk mengetahui apakah ada
pemantauan. sumbatan yang menghambat
2) Informasikan hasil pemantauan, jalan napas pasien.
jika perlu. 6) Untuk mengetahui suara napas
tambahan dan keabnormalan
pada paru-paru.
7) Mencegah terjadinya hipoksia
jaringan.
8) Untuk mengukur kadar
oksigen, karbondioksida, ph di
dalam darah.
9) X-ray toraks merupakan bagian
pemeriksaan penunjiang untuk
penengakkan diagnosa akurat
dan menentukan pengobatan
yang tepat, dengan memonitor
x-ray torak dapat memantau
adanya penumpukan sputum
pada bagian paru-paru sehingga
memudahkan perawat/dokter
mengambil Langkah
pengobatan dan perawatan
untuk pasien.
Terapeutik
1) Memantau kondisi pasien
dibutuhkan waktu yang tepat
sehingga disaat perubahan
kondisi pasien sebagai perawat
dapat mengantisipasi
kemungkinan perubahan
kondisi pasien yang terjadi
secara mendadak.
2) Sebagai bukti perbandingan
kondisi pasien dan bisa
diinformasikan kepada keluarga
pasien dan informasi tersebut
dapat dipertanggungjawabkan
sebagai bukti.
Edukasi
1) Segala sesuatu tindakan
prosedur perlu
dikomunikasikan agar tidak
terjadi salah persepsi.
2) Agar keluarga pasien
mengetahui mengenai kondisi
pasien baik kondisinya bagus
atau buruk dan mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan.
Hipovolemia
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam diharapkan
status cairan membaik.
Kriteria Hasil:
1) Output urine meningkat
2) Kekuatan nadi membaik
3) Frekuensi nadi meningkat
4) Tekanan darah membaik
5) Tekanan nadi membaik
6) Membrane mukosa membaik
7) Kadar hematocrit membaik
8) Status mental membaik
9) Suhu tubuh membaik
10) Keluahan haus menurun
11) Mata cekung membaik
12) Berat badan membaik
Intervensi Rasional
Manajemen Hipovolemia Manajemen Hipovolemia
Observasi Observasi
1) Observasi tanda-tanda vital dan 1) Mengetahui keadaan umum
gelaja hypovolemia pasien dan memantau adanya
2) Monitor intake dan output perubahan tanda-tanda vital
cairan serta gejala-gejala yang
memberparah hypovolemia.
Terapeutik 2) Menentukan status
1) Hitung kebutuhan cairan keseimbangan cairan tubuh
2) Berikan posisi modified pasien dan menentukan tingkat
trendelenburg dehidrasi ataupun tingkat
3) Berikan asupan cairan oral kelebihan cairan pasien.
Edukasi Terapeutik
1) Anjurkan memperbanyak 1) Agar kebutuhan cairan pasien
asupan cairan oral terpenuhi sesuai dengan
2) Anjurkan menghindari kondisinya.
perubahan posisi mendadak 2) Posisi modified Trendelenburg
mampu digunakan untuk
menstabilkan pasien syok
Kolaborasi hemodinamik karena mampi
1) Kolaborasi pemberian cairan IV meningkatkan aliran balik vena
isotonis (mis. NaCl, RL) dan meningkatkan curah
2) Kolaborasi pemberian cairan jantung.
koloid (mis. Albumin, 3) Asupan oral diberikan untuk
plasmanate) mempercepat pemenuhan
3) Kolaborasi pemberian produk kebutuhan cairan selain cairan
darah IV.
Terapeutik
1) Pasien dapat memenuhi
kebutuhan oksigen dengan
maksimal
2) Untuk mencegah dan
memperbaiki hipoksia jaringan.
3) Pemasangan ventilasi mekanik
bertujuan untuk mendapatkan
PaO2 lebih daro 90 mmHg atau
SaO2 lebih dari 90% sehingga
pemenuhan oksigenasi terpenuhi
dengan baik.
4) Posisi modified Trendelenburg
mampu digunakan untuk
menstabilkan pasien syok
hemodinamik karena mampi
meningkatkan aliran balik vena
dan meningkatkan curah
jantung.
5) Pemberian cairan dengan jalur
IV besar dapat membantu
kekurangan cairan yang besar
terpenuhi dengan cepat.
6) Pemasangan kateter diperlukan
karena untuk memantau cairan
yang keluar sehingga antara
cairan yang masuk dan keluar
tetep balance.
7) Pemasangan NGT membantu
untuk dekompresi lampung
bertujuan untuk mengeluarkan
darah yang ada pada lambung
(bilas lambung)
8) Untuk mengukur keasaman
(pH), jumlah oksigen, dan
karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan ini digunakan
untuk menilai fungsi kerja paru-
paru dalam menghantarkan
oksigen ke dalam sirkulasi darah
dan mengambil karbondioksida
dalam darah.
Kolaborasi
1) Mempertahankan atau
mengganti cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit,
protein, karbohidrat, dan lemak,
memperbaiki keseimbangan
asam basa, dan memperbaiki
volume komponen darah.
2) Mempertahankan atau
mengganti cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit,
protein, karbohidrat, dan lemak,
memperbaiki keseimbangan
asam basa, dan memperbaiki
volume komponen darah.
3) Pemberian darah membantu
dalam meningkatkan volume
darah sehingga proses
homeostatis tubuh tetap terjaga.
Terapeutik
1) Posisi semi fowler atau fowler
dapat membantu pasien
mendapat kebutuhan oksigen
lebih maksimal sehingga
jantung tidak kekurangan
oksigen.
2) Pemberian diet jantung dapat
membantu menurunkan kinerja
jantung, mencegah
penimbunan garam/air,
menurunkan kadar kolesterol.
3) Dengan gaya hidup sehat dapat
membantu pasien dan keluarga
mencegah terjadinya
kerusakan jantung yang lebih
parah.
4) Terapi relaksasi dapat
membantu pasien menjadi
lebih rileks dikarenakan terapi
relaksasi dapat menekan
hormone kortison di produksi
lebih banyak.
5) Dengan dukungan emosial dan
spiritual dapat membantu
pasien tidak menjadi cemas
dan tidak memperberat kerja
jantung dikarenakan stress.
6) Meningkatkan sediaan oksigen
untuk kebutuhan miokard
untuk melawan efek
hipoksia/iskemia. Banyak obat
dapat digunakan untuk
meningkatkan volume
sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas dan menurunkan
kongesti.
Edukasi
1) Mencegah pasien melakukan
aktivitas yang berlebihan
sehingga keadaan jantung tidak
menjadi lebih buruk dan jatung
tidak bekerja keras memompa
darah dikarenakan aktivitas
yang berat.
2) Dengan aktivitas bertahap
mencegah kondisi jantung
menjadi buruk dan jantung
dapat menyesuikan aktivitasnya
dengan aktivitas yang dilakukan
pasien.
3) Dengan mengukur berat badan
harian pasien dan keluarga dapat
mengetahui perubahan kondisi
pasien.
4) Pasien dan keluarga menjadi
lebih mengetahui asupan cairan
yang harus diberikan kepasien
dan dapat memantau apa yang
diminum pasien dan yang
dikeluarkan pasien.
Kolaborasi
1) Antiaritmia merupakan
kelompok obat yang digunakan
untuk menangani kondisi
aritmia. Mencegah jantung
berdenyut lebih cepat atau
lambat dan tidak teratur
sehingga kondisi impuls listrik
pasien tetap terjaga dengan baik.
Edukasi
1) Agar pasien dan keluarga
mengetahui tanda dan gejala
terjadinya infeksi sehingga
dapat mencegah terjadinya
infeksi berulang.
2) Tinggi kalium dan protein
membantu memberbaiki kondisi
sel dna jaringan yang rusak.
3) Agar pasien dan keluarga
mampu melakukan perawatan
luka secara mandiri dirumah.
Kolaborasi
1) Debridement luka membantu
membersihkan luka dari
jaringan nekrotik dan bakteri
sehingga dasar luka menjadi
bersih.
2) Pemberian antibiotic membantu
mencegah terjadinya infeki
bakteri dan membantu
penyembuhan luka lebih cepat.
Nyeri Akut
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
tingkat nyeri menurun
Kriteria Hasil:
1) Frekuensi nadi membaik
2) Pola napas membaik
3) Keluhan nyeri menurun
4) Tidak tampak meringis
Intervensi Rasional
Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
Observasi Observasi
1) Identifikasi lokasi, 1) Untuk mengetahui tingkat nyeri
karakteristik, durasi, frekuensi, pasien.
kualitas, intensitas nyeri 2) Untuk mengetahui seberapa
2) Identifikasi skala nyeri berat nyeri yang dialami pasien
3) Identifikasi respon nyeri non 3) Untuk mengetahui ekspresi
verbal pasien saat mengalami nyeri
4) Identifikasi faktor yang 4) Untuk membantu mengatasi
memperberat dan memperingan faktor-faktor yang memperberat
nyeri nyeri pasien.
5) Monitor keberhasilan terapi 5) Untuk mengetahui tingkat
komplementer yang sudah keberhasilan terapi
diberikan komplementer yang sudah kita
6) Monitor efek samping berikan.
penggunaan analgetic 6) Untuk mengetahui apakah
pasien mengalami
Terapeutik kontraindikasi dari penggunaan
1) Berikan Teknik analgetic
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback, Terapeutik
terapi pijat, aroma terapi, 1) Teknik nonfarmakologi dapat
Teknik imajinasi terbimbing, membantu mempercepat
kompres hangat/dingin, terapi menurunkan tingkat nyeri
bermain) pasien diluar penggunaan
2) Kontrol lingkungan yang analgetic
memperberat rasa nyeri (mis. 2) Untuk mengurangi tingkat
Suhu ruangan, pencahayaan, ketidaknyamanan yang
kebisingan) dirasakan pasien.
3) Fasilitasi istirahat dan tidur 3) Istirahat dan tidur juga dapat
4) Pertimbangkan jenis dan membnatu pasien menurunkan
sumber nyeri dalam pemilihan rasa nyerinya karena tidur
strategi meredakan nyeri membatu menghistirahatkan
tubuh sejenak.
Edukasi 4) Agar dapat memilihkan
1) Jelaskan penyebab, periode, perawatan yang tepat mengenai
dan pemicu nyeri nyeri yang dialami pasien
2) Jelaskan strategi meredakan
nyeri Edukasi
3) Anjurkan memonitor nyeri 1) Agar mengetahui penyebab,
secara mandiri periode, dan pemicu nyeri yang
4) Anjurkan menggunakan dialami pasien.
analgetic secara tepat 2) Agar pasien dapat menggunakan
5) Ajarkan Teknik Teknik menurunkan rasa nyeri.
nonfarmakologis untuk 3) Agar pasien mampu mengetahui
mengurangi rasa nyeri seberapa nyeri yang
dirasakannya.
Kolaborasi 4) Agar pasien mampu
1) Kolaborasi pemberian analgetic, menggunakan obat analgetic
jika perlu secara tepat dosis.
5) Agar pasien mampu
Pemberian Analgetik menggunakan Teknik
Observasi nonfarmakologi dan dapat
1) Identifikasi karakteristik nyeri menerapkannya dirumah jika
(mis. Pencetus, Pereda, mengalami nyeri.
kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi) Kolaborasi
2) Identifikasi kesesuaian jenis 1) Dengan pemberian analgetic
analgesic (mis. Narkotika, non- dapat membantu mengurangi
narkotika, atau NSAID) dengan rasa nyeri pasien.
tingkat keparahan nyeri
3) Monitor tanda-tanda vital Pemberian Analgetik
sebelum dan sesudah Observasi
pemberian analgesic 1) Untuk mengetahui karakteristik
4) Monitor efektifitas analgetic nyeri pasien.
2) Untuk menentukan jenis
Terapeutik analgetic yang tepat diberikan
1) Diskusikan jenis analgetic yang kepada pasien.
disukai untuk mencapai 3) Untuk mengetahui keadaan
analgesia optimal, jika perlu pasien sesudah dan sebelum
2) Pertimbangkan penggunaan pemberian analgetic.
infus kontinu, atau bolus opioid 4) Untuk mengetahui keberhasilan
untuk mempertahankan kadar analgetic diberikan kepada
dalam serum pasien.
3) Tetapkan target efektifitas
analgetic untuk Edukasi
mengoptimalkan respon pasien 1) Agar keluarga dan pasien
4) Dokumentasikan respon mengetahui kontraindikasi dari
terhadap efek analgesik dan pengobatan yang dilakukan.
efek yang tidak diinginkan
Kolaorasi
1) Agar dapat memberikan dosis
analgesik secara tepat.
Edukasi
1) Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
Resiko Infeksi
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam diharapkan
derajat infeksi menurun
Kriteria Hasil:
1) Tidak demam
2) Tidak ada kemerahan
3) Tidak ada nyeri
4) Tidak ada bengkak
5) Kadar sel darah putih normal
Intervensi Rasional
Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi
Observasi Observasi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi 1) Untuk mengetahui kondisi
local dan sistemik pasien apakah mengalami
infeksi atau tidak.
Terapeutik
1) Batasi jumlah pengunjung Terapeutik
2) Berikan perawatan kulit pada 1) Pengunjung yang banyak akan
daerah edema membuat pasien lebih banyak
3) Cuci tangan sebelum dan terpapar bakteri virus dari luar
sesudah kontak dengan pasien sehingga infeksi bisa bertambah.
dan lingkungan pasien 2) Untuk mencegah terjadinya
4) Pertahankan Teknik aseptic pada infeksi yang meluas.
pasien berisiko tinggi 3) Untuk mencegah terjadinya
infeksi nosocomial.
Edukasi 4) Untuk mencegah terjadinya
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi infeksi nosocomial.
2) Ajarkan cara memeriksa luka
3) Anjurkan meningkatkan asupan Edukasi
cairan 1) Agar keluarga pasien dan pasien
4) Anjurkan meningkatkan asupan paham mengenai tanda dan
nutrisi gejala infeksi dan dapat
melakukan pencegahan.
Kolaborasi 2) Agar luka tidak menginfeksi
1) Kolaborasi pemberian imunisasi, semakin luas.
jika perlu 3) Asupan cairan yang cukup dapat
membantu system metabolism
berjalan dalam kondisi normal.
4) Asupan nutrisi yang cukup
dapat membantu sel-sel yang
rusak cepat beregenasi sehingga
infeksi pun menjadi tercegah
dikarenakan tubuh yang sudah
cukup akan nutrisi.
Kolaborasi
1) Imunisasi membantu untuk
menambah imunitas tubuh.
Hipertermi
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam diharapkan
suhu tubuh tetap berada pada rentang normal
Kriteria hasil:
1) Tidak menggigil
2) Suhu tubuh dalam rentang normal
3) Suhu kulit membaik
4) Nadi dan respirasi dalam rentang normal
Intervensi Rasional
Manajemen Hipertermi Manajemen Hipertermi
Observasi Observasi
1) Identifikasi penyebab 1) Untuk mengetahui penyebab
hipertermia (mis. Dehidrasi, terjadinya hipertermi dan dapat
terpapar lingkungan panas, memberikan perawatan serta
penggunaan incubator). pengobatan yang tepat.
2) Monitor suhu tubuh 2) Untuk mengetahui apakah suhu
3) Monitor kadar elektrolit tubuh pasien mengelami
4) Monitor haluaran urine peningkatan atau penurunan saat
5) Monitor komplikasi akibat diberikan berawatan.
hipertermi 3) Untuk mencegah terjadinya
dehidrasi saat terjadinya
Terapeutik penguapan karena demam.
1) Sediakan lingkungan yang 4) Untuk memantau keseimbangan
dingin cairan pasien sehingga saat
2) Longgarkan atau lepaskan hipertermi pasien tidak
pakaian mengalami dehidrasi.
3) Basahi dan kipasi permukaan 5) Untuk mencegah terjadinya
tubuh keadaan serius dan dengan cepat
4) Berikan cairan oral melakukan tindakan
5) Ganti linen setiap hari atau penanganan sehingga tidak
lebih sering jika mengalami mengancam jiwa pasien.
hiperhidosis (keringat
berlebihan) Terapeutik
6) Lakukan pendinginan eksternal 1) Lingkungan yang dingin dapat
(mis. Selimut hipotermia atau membantu mencegah terjadinya
kompres dingin pada dahi, penguapan dan mencegah
leher, dada, abdomen, aksila) terjadinya dehidrasi.
7) Hindari pemberian antiperetik 2) Pakaian yang longgar dapat
atau aspirin membantu menurunkan suhu
8) Berikan oksigen, jika perlu tubuh pasien dan mencegah
keringat keluar lebih banyak.
Edukasi 3) Untuk mencegah pengeluaran
1) Anjurkan tidah baring keringan berlebihan sehingga
dapat mencegah terjadinya
Kolaborasi dehidrasi karena evaporasi.
1) Kolaborasi pemberian cairan 4) Asupan cairan oral dapat
dan elektrolit intravena, jika membantu memenuhi asupan
perlu cairan dalam tubuh yang hilang
pada saat penguapan melalui
keringat dan mencegah
dehidrasi.
5) Untuk mencegah terjadinya
peningkatan suhu karena
ketidaknyamanan tempat tidur.
6) Dengan kompres dingin atau
hangat-hangat kuku dapat
membantu memperlancar aliran
darah sehingga suhu panas di
dalam tubuh dapat keluar
melalui keringat.
7) Pemberian antiperitek yang tiba-
tiba dapat menurunkan drastic
suhu tubuh tetepi perlu
diperhatikan jika tiba-tiba suhu
Kembali meninggi.
8) Jika kondisi demam pasien
mengalami sesak napas dapat
diberikan oksigen untuk
membantu pemenuhan oksigen
pasien
Edukasi
1) Tirah baring sangat diperlukan
saat kondisi demam untuk
mencegah terjadinya banyak
aktivitas dan pengeluaran
keringat yang berlebihan
sehingga suhu tubuh dapat
segera Kembali normal.
Kolaborasi
1) Pemberian cairan melalui
intravena dapat membantu
memenuhi cairan tubuh yang
hilang yang disebabkan oleh
penguapan karena suhu tubuh
yang tinggi.
Defisit Nutrisi
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam diharapkan
status nutrisi membaik
Kriteria hasil:
1) Frekuensi makan membaik
2) Nafsu makan meningkat
3) Perasaan cepat kenyang menurun
4) Berat badan dalam kondisi ideal
5) Porsi makan dihabiskan sesuai diet
Intervensi Rasional
Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
Observasi Observasi
1) Identifikasi status nutrisi 1) Pengkajian penting dilakukan
2) Identifikasi alergi dan untuk mengetahui status nutrisi
intoleransi makanan pasien sehingga dapat
3) Identifikasi makanan yang menentukan intervensi yang
disukasi diberikan.
4) Identifiksi kebutuhan kalori dan 2) Untuk mencegah terjadinya
jenis nutrient komplikasi yang serius saat
5) Identifikasi perlunya makanan yang tidak sesuai
penggunaan selang nasogastric dikonsumsi oleh pasien dan
6) Monitor asupan makanan mengakibatkan memperburuk
7) Monitor berat badan kondisi pasien.
8) Monitor hasil pemeriksaan 3) Makanan yang disukai
laboratorium cenderung memberikan nafsu
makan yang baik untuk pasien
Terapeutik sehingga pasien dapat makan
1) Lakukan oral hygiene sebelum lebih lahap.
makan, jika perlu 4) Untuk memberikan diet yang
2) Fasilitasi menentukan pedoman tepat kepada pasien sesuai
diet (mis. Piramida makanan) dengan kondisi tubuhnya
3) Sajikan makanan secara sehingga kebutuhan nutisinya
menarik dan suhu yang sesuai terpenuhi.
4) Berikan makanan tinggi kalori 5) Penggunaan selang nasogastric
dan tinggi protein membantu jika pasien suit
5) Berikan suplemen makanan, menelan makanan secara
jika perlu spontan sehingga pemenuhan
6) Hentikan pemberian makan nutrisi tetap terpenuhi walaupun
melalui selang nasogastric jika melalui selang.
asupan orang dapat ditoleransi 6) Untuk memantau frekuensi
makan pasien apakah sudah
mengalami peningkatan atau
sebaliknya.
Edukasi 7) Dengan menimbang berat badan
1) Anjurkan posisi duduk, jika dapat memantau peningkatan
mampu dan pemenuhan nutrisi pasien.
2) Anjurkan diet yang 8) Hasil laboratorium yang
diprogramkan mendukung pemenuhan nutrisi
dapat membantu kita apakah
Kolaborasi pasien sudah mendapat asupan
1) Kolaborasi pemberian medikasi nutrisi yang pas atau mengalami
sebelum makan (mis. Pereda kekurangan sehingga dapat
nyeri, antiemetic), jika perlu membantu memberikan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi perawatan yang tepat.
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang Terapeutik
dibutuhkan, jika perlu 1) Mulut yang bersih dapat
meningkatkan nafsu makan.
2) Dapat membantu pasien
memenuhi kebutuhan nutrisi
dan meningkatkan nafsu makan
dengan makanan pilihannya
sendiri.
3) Makanan selagi hangat dan suhu
pas dapat mencegah terjadi
mual dan lebih enak
dikonsumsi.
4) Makanan berprotein tinggi
membantu memperbaiki
jaringan yang rusak dan tinggi
kalori mebantu memenuhi
kebutuhan energi untuk
melakukan aktivitas.
5) Suplemen makanan dapat
membantu meningkatkan nafsu
makan pasien dengan
kandungan yang berada
didalamnya.
6) Mencegah pasien
ketergantungan menggunakan
selang saat mengkonsumsi
makanan.
Edukasi
1) Posisi duduk dapat membantu
mencegah naiknya asam
lambung dan perut kembung
sehingga saat duduk makanan
cepat dicerna oleh tubuh.
2) Sesuai dengan kondisi pasien
sehingga tidak melebihi asupan
nutrisi kebutuhan tubuh pasien.
Kolaborasi
1) Pemberian obat antiemetic dapat
membantu mencegah rasa mual
saat akan makan sehingga
asupan makan dapat masuk
kedalam tubuh dengan baik.
2) Untuk menentukan kebutuhan
nutrisi yang tepat sesuai
kebutuhan tubuh pasien.
4. Implementasi
Pelaksaan (Implementasi) adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah & Wahid, 2016:99)
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah melakukan intervensi yang telah dibuat untuk
mengetahui respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan.
Berdasarkan diagnosa keperawatan di atas, evaluasi hasil yang diharapkan adalah
sebagai berikut:
1) Bersihan jalan napas meningkat.
2) Status cairan membaik/ tidak terjadi hipovolemia.
3) Cuarh jantung meningkat.
4) Integritas kulit membaik.
5) Tingkat nyeri menurun.
6) Tidak terjadi infeksi/ derajat infeksi menurun.
7) Suhu tubuh berada dalam rentang normal.
8) Nutrisi pasien terpenuhi.
9) Mobilitas fisik meningkat
DAFTAR PUSTAKA
American Burn Association. 2013. Burn Incidence and Treatment in the United
States: 2013 Fact Sheet. Diakses pada tanggal 20 desember 2020 dari
http://www.ameriburn.org/resources_factsheet.php.
Arum RH, Satiawihardja B, Kusumaningrum HD. 2014. Aktivitas antibakteri
getah pepaya kering terhadap Staphylococcus aureus pada dangke.
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Vol. 25, No.1, 65-66. Diakses
pada tanggal 20 Desember 2020.
Doenges, Marilynn E.dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.
Alih Bahasa: I Made Kriasa. Jakarta: EGC.
Edlich, R.F. 2015. Thermal Burns. Diakses pada tanggal 20 Desember 2020 dari
http://emedicine.medscape.com/article/1278244-overview.
Haberal M., Abali AES., Karayali H. 2010. Fluid Management in Major Burn
Injuries. Indian Journal of Plastic Surgency 2010: 43 (Suppl): S29-S36.
Diakses pada tanggal 20 Desember 2020.
Hamarno, Rudi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan
Kegawatdaruratan & Manajemen Bencana. Jakarta: Kemenkes RI.
Hardisman. 2016. Konsep Luka Bakar dan Penangannya. Surabaya: UNY Press.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.01.07/MENKES/555/2019. PEDOMAN NASIONAL
PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA LUKA BAKAR.
Jakarta. Diakses pada tanggal 21 Desember 2020 dari
KMK_No__HK_01_07-MENKES-555-
2019_ttg_Pedoman_Nasional_Pelayanan_Kedokteran_Tata_Laksana_Lu
ka_Bakar.pdf (kemkes.go.id).
M.Clevo Rendy, Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam Edisi 1. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prasetyo, Agus., Kusman Ibrahim & Irman Somantri. 2014. Pengalaman Hidup
Pasien Dengan Luka Bakar. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI,
No. 2, September 2014. Diakses pada tanggal 20 Desember 2020 dari
jka.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jka/article/download/15/11.
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Rahayuningsih, T. 2012. Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio). Jurnal
Profesi Volume 08/Februari-September 2012. Akper Poltekkes Bhakti
Mulia Sukoharjo. Diakses pada tanggal 20 Desember 2020.
Rohmah & Wahid. 2016. Proses Keperawatan Teori & Aplikasi. Yogyakarta: ar-
Ruzz Media.
Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta WA. 2014. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi ke 4. Jakarta: Media Aesculapius.
Tim Pogja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Tim Pogja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pogja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tiwari, VK 2012. ‘Burn Wound: How it Differs from Other Wounds’. Indian
Jurnal of Plastic Surgery, vol. 45, pp. 364-373. Diakses pada tanggal 20
Desember 2020.
Wallace. 2017. Perhitungan Luas Luka Bakar dengan Metode Rule of Nines dan
Metode Lund and Browder. Jakarta: Trans Info Media.
World Health Organization. 2014. Burn. Diakses pada tanggal 20 Desember 2020
dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs365/en/.
Yovita, Safriani. 2016. Penanganan Luka Bakar. Diakses pada tanggal 20
Desember 2020 dari Microsoft Word - PENANGANAN LUKA
BAKAR.docx (acehprov.go.id).
PATHWAY
Panas, Kimia, Radiasi, Listrik
Luka Bakar
Kerusakan Jaringan
Cedera Inhalasi Merangsang Saraf Kerusakan Kapiler Takut bergerak Port de entry
perifer mikroorganisme