2. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang peristen.
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Menurut
WHO (World Health Organization) batas tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah 120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi,
seseorang disebut mengidap hipertensi bila tekanan darahnya selalu terbaca di
atas 140/90 mmHg. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyararakat yang
serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Akibatnya bisa fatal karena sering timbul
komplikasi, misalnya stroke (pendarahan otak), penyakit jantung koroner, dan
gagal ginjal.
3. Epidemiologi Hipertensi
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan
masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang.
Hipertensi menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum
dan paling banyak disandang masyarakat. Data World Health Organization
(WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia
menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,
diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya.
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017
menyatakan tentang faktor risiko penyebab kematian prematur dan disabilitas
di dunia berdasarkan angka Disability Adjusted Life Years (DAILYs) untuk
semua kelompok umur. Berdasarkan DAILYs tersebut, tiga faktor risiko
tertinggi pada laki-laki yaitu merokok, peningkatan tekanan darah sistolik,
dan peningkatan kadar gula. Sedangkan faktor risiko pada wanita yaitu
peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan kadar gula darah dan IMT
tinggi. Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun
2014, Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian
nomor 5 (lima) pada semua umur. Sedangkan berdasarkan data International
Health Metrics Monitoring and Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia,
penyebab kematian pada peringkat pertama disebabkan oleh Stroke, diikuti
dengan Penyakit Jantung Iskemik, Diabetes, Tuberkulosa, Sirosis , diare,
PPOK, Alzheimer, Infeksi saluran napas bawah dan Gangguan neonatal serta
kecelakaan lalu lintas.
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di
Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%).
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54
tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar
34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang
yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum
obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak
mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan
pengobatan.
Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena
penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke
fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain
(12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat
efek samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes
(2%). Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan,
sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru
diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ target akibat
komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan
darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati.
4. Etiologi Hipertensi
Secara umum hipertensi disebabkan oleh :
1) Asupan garam yang tinggi
2) Strees psikologis
3) Faktor genetik (keturunan)
4) Kurang olahraga
5) Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alkohol
6) Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
7) Peningkatan usia
8) Kegemukan
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1) Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu :
genetic, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem rennin.
Anglotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor
yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alcohol dan
polisitemia.
2) Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan / atau tekanan diastolic sama dengan atau lebih besar dari
90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resisten pembuluh darah perifer.
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh
cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999). Menurunnya tonus vaskuler
merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis
ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal,
maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone
aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat
pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka
akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. (Suyono,
Slamet. 1996).
6. Pathway
Pathway terlampir
7. Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pengukuran rata – rata 2 kali
pengukuran pada masing -masing kunjungan. Perbandingan klasifikasi
tekanan darah menurut JNC VII dan JNC VIII dapat dilihat di tabel berikut:
Kategori Kategori
Tekanan Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Darah Sistolik (mmHg) Dan/atau Sistolik (mmHg)
( JNC VII) ( JNC VII)
Normal Optimal < 120mmHg Dan < 80 mmHg
Pre
_ 120 – 139 mmHg Atau 80 – 89 mmHg
Hipertensi
_ Normal < 130 mmHg Dan < 85mmHg
Normal
_ 130 – 139 mmHg Atau 85 – 89 mmHg
Tinggi
Hipertensi Hipertensi
Derajat I Derajat 1 140 – 159 mmHg Atau 90 – 99 mmHg
Derajat II _ >160 mmHg Atau > 100 mmHg
_ Derajat 2 160 – 179 mmHg Atau 100 – 109 mmHg
_ Derajat 3 >180 mmHg Atau > 110 mmHg
8. Tanda dan Gejala dari Hipertensi
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hali ini berari hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur
2) Gejala yang lazim
(1) Mengeluh sakit kepala, pusing
(2) Lemas, kelelahan
(3) Sesak nafas
(4) Gelisah
(5) Mual
(6) Muntah
(7) Kesadaran menurun
(8) Mimisan
9. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi adalah:
1) Retiniopati: edema murid, penebalan retina, dan terjadi perdarahan
retina.
2) Penyakit jantung: gagal jantung dan miokard infark
3) Nefrosklerosis, gagal ginjal. (Brunner dan Suddart, 2002)
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
25) PENGKAJIAN KOGNITIF
(1) Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status
Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan
10 pertanyaan.
Skore No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor telepon Anda?
Dimana alamat Anda?
(tanyakan bila tidak memiliki telepon)
5 Berapa umur Anda?
6 Kapan Anda lahir?
7 Siapa Presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa Presiden sebelumnya?
9 Siapa nama Ibu Anda?
10 Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu
seterusnya sampai bilangan terkecil)
Keterangan
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Keterangan
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya
kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
26) PENGKAJIAN STATUS EMOSIONAL
Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
a. Apakah klien mengalami kesulitan tidur?
b. Apakah klien sering merasa gelisah?
c. Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?
d. Apakah klien sering was-was atau khawatir?
Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu bulan?
b. Ada atau banyak pikiran?
c. Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain?
d. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
e. Cenderung mengurung diri?
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban “ya”Masalah Emosional
Positif (+)
27) PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang,sikap klien
pada orang lain, harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi.
28) PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyainan klien tentang
kematian, harapan-harapan klien, dan lain-lain.
29) PENGKAJIAN DEPRESI
Menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS)
NO ITEM PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah Bapak/ Ibu sekarang ini merasa puas dengan TIDAK
kehidupannya?
2 Apakah Bapak/ Ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau YA
kesenangan akhir-akhir ini?
3 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa hampa/ kosong di dalam YA
hidup ini?
4 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa bosan? YA
5 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai harapan yang baik di TIDAK
masa depan?
6 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai pikiran jelek yang YA
mengganggu terus menerus?
7 Apakah Bapak/ Ibu memiliki semangat yang baik setiap saat? TIDAK
8 Apakah Bapak/ Ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan YA
terjadi pada Anda?
9 Apakah Bapak/ Ibu merasa bahagia sebagian besar waktu? TIDAK
10 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa tidak mampu berbuat apa- YA
apa?
11 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa resah dan gelisah? YA
12 Apakah Bapak/ Ibu lebih senang tinggal dirumah daripada YA
keluar dan mengerjakan sesuatu?
13 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir tentang masa YA
depan?
14 Apakah Bapak/ Ibu akhir – akhir ini sering pelupa? YA
15 Apakah Bapak/ Ibu pikir bahwa hidup Bapak/ Ibu sekarang TIDAK
ini menyenangkan?
16 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa sedih dan putus asa? YA
17 Apakah Bapak/ Ibu merasa tidak berharga akhir-akhir ini? YA
18 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir tentang masa lalu? YA
19 Apakah Bapak/ Ibu merasa hidup ini mengembirakan? TIDAK
20 Apakah sulit bagi Bapak/ Ibu untuk memulai kegiatan yang YA
baru?
21 Apakah Bapak/ Ibu merasa penuh semangat? TIDAK
22 Apakah Bapak/ Ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada YA
harapan?
23 Apakah Bapak/ Ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik YA
keadaanya daripada Bapak/ Ibu?
24 Apakah Bapak/ Ibu sering marah karena hal- hal yang sepele? YA
25 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa ingin menangis? TIDAK
26 Apakah Bapak/ Ibu sulit berkonsentrasi? YA
27 Apakah Bapak/ Ibu merasa senang waktu bangun tidur di pagi TIDAK
hari?
28 Apakah Bapak/ Ibu tidak suka berkumpul di pertemuan YA
sosial?
29 Apakah mudah bagi Bapak/ Ibu membuat suatu keputusan? TIDAK
30 Apakah pikiran Bapak/ Ibu masih tetap mudah dalam YA
memikirkan sesuatu seperti dulu?
Ket: Setiap jawaban yang “ SESUAI” diberi skor 1
Skor 0-10 : Menunjukkan tidak depresi
Skor 11-20 : Menunjukkan depresi ringan
Skor 21-30 : Menunjukkan depresi sedang/ berat
Total skor
Keterangan
Risiko Rendah 0-7
Risiko Tinggi 8-13
Risiko Sangat Tinggi ≥ 14
Nama/ paraf
Catatan:
a. Pengkajian awal risiko jatuh dilakukan pada saat pasien masuk rumah
sakit, dituliskan pada kolom IA (Initial Assessment)
b. Pengkajian ulang untuk pasien risiko jatuh ditulis pada kolom keterangan
dengan kode:
1) Setelah pasien jatuh (Post Falls) dengan kode: PF
2) Perubahan kondisi (Change of Condition) dengan kode: CC
3) Menerima pasien pindahan dari ruangan lain (On Ward Transfer)
dengan kode: WT
4) Setiap minggu (Weekly) dengan kode: WK
5) Saat pasien pulang (Discharge) dengan kode: DC
Kode ini dituliskan pada kolom keterangan
Keterangan:
Skor:
>12 detik : risiko jatuh tinggi
≤ 12 detik : risiko jatuh tinggi
31) APGAR keluarga
NO ITEMS PENILAIAN SELALU KADANG - TIDAK
(2) KADANG (1) PERNAH (0)
1 A: Adaptasi
Saya puas bisa kembali pada keluarga
(teman- teman) saya untuk membantu
apabila saya mengalami kesulitan
(adaptasi)
2 P: Partnership
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu dan
mengungapkan masalah dengan saya
(hubungan)
3 G: Growth
Saya puas bahwa keluarga(teman-teman)
saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas (pertumbuhan)
4 A: Afek
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi saya, seperti
marah, sedih atau mencintai
5 R: Resolve
Saya puas dengan cara teman atau
keluarga saya dan saya menyediakan
waktu bersama-sama mengekspresikan
afek dan berespon
JUMLAH
Penilaian:
Total nilai <3 : disfungsi keluarga yang sangat tinggi
Total nilai 4-6 : disfungsi keluarga sedang
Total nilai 7-10: tidak ada disfungsi keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hipertensi yaitu:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
ditandai dengan dyspnea, tekanan darah meningkat/menurun, nadi
perifer teraba lemah, capillary refill time >3 detik, oliguria, warna
kulit pucat dana tau sianosis.
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan
dengan hipertensi.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi ditandai dengan ortopnea, dipsnea, edema perufer, berat
badan meningkat dalam waktu singkat, JVP meningkat, reflek
hepatojugular positif, distensi vena jugularis, terdengar suara nafas
tambahan, hepatomegaly, kadar Hb/Ht turun, oliguria, kongesti oaru,
intake lebih banyak dari output.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi
(vasokontriksi pembuluh darah otak) ditandai dengan mengeluh
nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu
makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, diaforesis.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah, frekuensi
jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, despnea saat/
setelahmelakukan aktivitas, merasa lelah, tekanan darah berubah
>20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukkan iskemia,
sianosis.
6. Resiko cedera berhubungan dengan perubahan sensasi.
3. Intervensi Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload ditandai
dengan dyspnea, tekanan darah meningkat/menurun, nadi perifer teraba lemah,
capillary refill time >3 detik, oliguria, warna kulit pucat dana tau sianosis.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam diharapkan
penurunan curah jantung klien dapat teratasi.
Kriteria hasil:
1) TTV dalam rentang normal
TD (100/60 – 130/99 mmHg)
Nadi (60 -100 x/menit)
RR (12-24 x/menit)
Suhu (36,5-37,5 0C)
2) Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada sites
3) Tidak ada penurunan kesadaran
4) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan.
Intervensi Rasional
Nic Label : Cardiac Care Nic Label : Cardiac Care
1. Evaluasi nyeri dada (seperti, 1. Melihat karakteristik nyeri yang
intensitas, lokasi, radiasi, durasi dialami klien, sehingga akan
dan presipitasi dan faktor yang mempengaruhi tindakan keperawatan
memberatkan. dan diagnosa yang akan ditegakkan.
2. Dokumentasikan adanya disritmia 2. Dokumentasi ditujukan sebagai bukti
jantung. tertulis dalam tindakan keperawatan
3. Catat tanda dan gejala yang tentang kondisi dan tindakan yang
mengarah pada penurunan telah diberikan kepada klien.
kardiak output. 3. Penurunan kardiak output akan
4. Monitor status respirasi untuk sangat berpengaruh terhadap
gejala gagal jantung. sistemik tubuh, mencatat itu berguna
5. Intruksikan kepada klien tentang dalam memberikan pengarahan
pentingnya menginformasikan dalam melakukan tindakan
jika terdapat ketidaknyamanan keperawatan.
pada dada. 4. Status respirasi yang buruk bisa saja
6. Kaji toleransi pasien terhadap disebabkan oleh edema paru dan ini
aktivitas terhadap perubahan: erat kaitannya dengan terjadinya
nafas pendek,nyeri, palpitasi, gagal jantung.
pusing. 5. Perawat atau tenaga medis bisa
7. Auskultasi bunyi nafas: bunyi memberikan penanganan dan
tambahan dan bunyi jantung : pengobatan yang tepat.
murmur. 6. Untuk melihat keterbatasan klien
8. Pertahankan posisi tirah baring yang diakibatkan penyakit yang
pada posisi yang nyaman selama diderita klien, dan dapat ditegakkan
episode akut. grade dari suatu gangguan klien.
9. Berikan oksigen tambahan 7. S4 umum terdengar pada pasien
dengan kanula nasal/masker dan hipertensi berat karena adanya
obat sesuai indikasi (kolaborasi). hipertrofi atrium. Adanya krakel,
10. Berikan periode istirahat dalam mengi dapat mengindikasikan
melakukan aktivitas keperawatan. kongesti paru sekunder terhadap
11. Pantau dan catat efek terapeutik terjadinya atau gagal jantung kronik.
/efek samping selama pemberian 8. Dengan posisi tirah baring
kalsium antagonis, beta bloker diharapkan ekspansi dada klien lebih
dan nitrat. optimal.
12. Kolaborasi: Pemberian kalsium 9. Meningkatkan sediaan oksigen untuk
antagonis. kebutuhan miokard untuk melawan
efek hipoksia/iskemia. Banyak obat
NIC Label : Circulatory Care : dapat digunakan untuk meningkatkan
Arterial Insufficiency volume sekuncup, memperbaiki
1. Melakukan penilaian yang kontraktilitas danm enurunkan
komprehensif dari sirkulasi kongesti.
perifer (misalnya: memeriksa 10. Klien bisa saja mengalami sesak
nadi perifer, edema, pembuluh mendadak karena aktivitas yang
kapiler, warna kulit, dan dilakukan, aktivitas ini bisa
temperature). memberat sesak napas klien
2. Menentukan indeks branchial termasuk aktivitas ketika dilakukan
pergelangan kaki, secara tepat. tindakan keperawatan
3. Evaluasi edema perifer dan nadi. 11. Karena efek samping yang
4. Monitor status cairan, termasuk ditimbulkan bisa saja membahayakan
masukan dan keluaran. klien.
12. Memenuhi kebutuhan klien atas
pengobatannya
NIC Label : Circulatory Care: NIC Label : Circulatory Care : Arterial
Venous Insufficiency Insufficiency
1. Meninggikan anggota badan yang 1. Mengkaji status sirkulasi perifer
berpengaruh sebesar 20 derajat pasien.
atau lebih di atas level dari 2. Untuk memeriksa nadi brakial pasien
jantung, secara tepat. 3. Untuk memantau perkembangan
2. Mendorong latihan gerakan pasif kondisi pasien
atau aktif terutama pada 4. Memantau status cairan pasien
ektremitas bawah selama NIC Label : Circulatory Care: Venous
terbaring. Insufficiency
1. Melancarkan sirkulasi darah ke
jantung untuk mengurangi beban
kerja jantung.
2. Untuk mencegah adanya
penumpukan cairan di ekstremitas
bawah.
NOC
1) Electrolite and acid base balance
2) Fluid balance
3) Hydration
Kriteria Hasil
1) Terbebas dari edema
2) Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung, dan
vital sign dalam batas normal
3) Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
4) Menjelaskan indikator kelebihan cairan
Intervensi Rasional
NIC NIC
Fluid Management Fluid Management
1. Pertahankan catatan intake dan 1. Untuk mengetahui apakah output dan
output yang akurat intake mengalami perubahan.
2. Monitor vital sign 2. TTV merupakan acuan untuk
3. Monitor indikasi mengetahui keadaan umum klien.
retensi/kelebihan cairan 3. Untuk mengetahui apakah klien
4. Kaji lokasi dan luas edema kembali mengalami kelebihan cairan.
5. Monitor masukan 4. Supaya asupan cairan dan nutrisi yang
makanan/cairan dan hitung mengandung air dapat terkontrol dan
intake cairan kalori cairan tidak melebihi asupan.
Fluid Monitoring Fluid Monitoring
1. Tentukan riwayat jumlah dan 1. Untuk mengetahui asupan cairan apa
tipe intake cairan dan eliminasi. yang sudah dikonsumsi klien.
2. Catat secara akurat intake dan 2. Agar mengetahui balance cairan klien.
output. 3. Untuk mengetahui adaya tanda dan
3. Monitor tanda dan gejala dari gejala kembalinya kelebihan volume
oedema. cairan.
4. Impementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian dan
penentuan diagnosa keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Implementasi umum yang biasa dilakukan pada pasien hipertensi:
1) Monitor tanda-tanda vital.
2) Monitor adanya perubahan tekanan darah.
3) Catat adanya fluktuasi tekanan darah.
4) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
5) Memantau asupan nutrisi.
6) Memantau intake dan output cairan.
7) Membantu meningkatkan koping .
8) Memberikan HE agar menghindari penyebab timbulnya hipertensi.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah melakukan intervensi yang telah dibuat untuk
mengetahui respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan.
Berdasarkan diagnose keperawatan di atas, evaluasi hasil yang diharapkan
adalah sebagai berikut:
1) Penurunan curah jantung kien dapat teratasi.
2) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer tidak terjadi.
3) Kelebihan volume cairan klien dapat terkontrol.
4) Nyeri akut klien dapat terkontrol.
5) Intoleransi klien dapat teratasi.
6) Resiko cedera klien tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA