OLEH :
ELVA SEPTIANATA ERINA
113063J119009
F. Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung
koroner dan kanker baik di negara maju maupun negara berkembang. Satu dari 10
kematian disebabkan oleh stroke (Ennen, 2004; Marsh & Keyrouz, 2010; American Heart
Association, 2014; Stroke forum, 2015).
Menurut WHO, setiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia mengalami stroke. Sekitar
lima juta menderita kelumpuhanpermanen. Di kawasan Asia tenggara terdapat 4,4 juta
orang mengalami stroke (WHO, 2010). Pada tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan
meninggal dikarenakan penyakit stroke ini. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan
oleh Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), masalah stroke semakin penting dan mendesak
karena kinijumlah penderita stroke di Indonesia adalah terbanyak dan menduduki
urutanpertama di Asia. Jumlah kematian yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan
kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun (Yastroki, 2012).
Prevelensi penyakit stroke dalam kurun waktu 12 bulan terakhir di Provinsi Kalimantan
selatan sebesar 9,7 perseribu penduduk. Empat kabupaten melebihi angka prevelensi
provinsi yaitu Barito kuala, HSS, Kota Baru dan Tapin (Depkes, 2010).
Prevalensi aneurisma pada populasi umum adalah sekitar 2-5%, 8 kali lebih besar
pada mereka dengan riwayat keluarga aneurisma, dan / atau riwayat penyakit ginjal
polikistik. Tidak semua aneurisma berbahaya. Faktor yang terkait dengan risiko pecahnya
termasuk hipertensi, merokok, penggunaan alkohol yang berlebihan, obat
simpatomimetik, dan ukuran aneurisma> 10 milimeter (mm). Aneurisma SAH lebih
sering terjadi pada wanita dan pada pasien berusia 40-60 tahun. Perdarahan Subarachnoid
menduduki 7-15% dari seluruh kasus GPDO (Gangguan Peredaran Darah Otak).
Prevalensi kejadiannya sekitar 62% timbul pertama kali pada usia 40-60 tahun. Dan jika
penyebabnya adalah MAV (malformasi arteriovenosa) maka insidensnya lebih sering
pada laki-laki daripada wanita.
G. Patofisiologi
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling sering
didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai
pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel
otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid
mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-
tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan
subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme
ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke
5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena
interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika
kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi
kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan
fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak,
tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa
sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma
turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh
berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat menyebabkan
dilatasi pembuluh darah otak.
Pathway :
Peningkatan tekanan
sistemik
Penurunan Penekanan
Keasadaran Iskemik/Infark Hambatan Mobilitas
saluran
Fisik
pernafasan
Defisit Neurologis
Defisit Perawatan
Pola nafas Diri
Hemiparese kanan
tidak efektif
Tirah baring lama
Hemiparese/plegi kiri
Resiko Resiko Resiko
Aspiras Traum Jatuh Dekubitus
i a
Kerusakan Integritas
Kulit
Control Ketidakmampuan
Proses Penurunan otot bicara
menelan tidak nervus N.X dan facia/oral
efektif N.IX melemah Kerusakan
Kerusakan Komunikasi
artikular (disatria) Verbal
Refluk
Ketidakseimbangan Nutrisi
Disfagia Anoreksia Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
5. Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
6. Mampu mengenali
perubahan status
kesehatan
D. Evaluasi.
Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-item atau perilaku
yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan apakah hasilnya sudah tercapai atau
belum dalam jangka waktu yang telah ditentukan.Evaluasi mencakup tiga pertimbangan
yang berbeda (Carpenito, 2006) yaitu :
1. Evaluasi mengenai status klien.
2. Evaluasi tentang kemajuan klien ke arah pencapaian sasaran.
Evaluasi mengenai status dan kejadian rencana perawatan.
Hasil yang diharapkan sebagai indicator evaluasi asuhan keperawatan pada penderita
stroke yang tertuang dalam tujuan pemulangan (Doenges et al, 2000) adalah :
1. Fungsi serebral membaik/meningkat, penurunan fungsi neurologis
2. Komplikasi dapat dicegah atau diminimalkan.
3. Kebutuhan pasien sehari-hari dapat dipenuhi oleh pasien sendiri atau dengan
bantuan yang minimal dari orang lain.
4. Mampu melakukan koping dengan cara yang positif, perencanaan
5. Proses dan prognosis penyakit dan pengobatanya dapat dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, Iskandar. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI.
Muttaqin, Arif. (2014). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta
: Salemba Medika.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Pelafu. B. Andtrilyus. (2010). Asuhan Keperawatan Pada klien Dengan Stroke Hemoragik.
Semarang: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana.
Ralph. S. Sparks & Taylor. M. Cynthia. (2014). Diagnosis Keperawatan: Dengan Rencana
Asuhan, Ed. 10. Jakarta: EGC.
Satyanegara. (2014). Ilmu Bedah Saraf. V ed. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.