Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

OLEH :

AGATHA AYU MARIA GALA, S.Kep

NS0619061

CI INSTITUSI

( Dahrianis, S.Kep., Ns., M.Kes)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KEPERAWATAN
A. Defenisi
Defisit perawatandiri merupakan salah satu masalah yang timbul pada klien gangguan
jiwa, klien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri
(Sutejo, 2019).
Menurut (Nurhalimah, 2016) Defisit perawatan diri sebagai suatu gangguan didalam
melakukan aktifitas perawatan diri (kebersihan diri, berhias, makan, toileting).
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandiri (Yusuf Dkk, 2015).

B. Etiologi
Menurut (Sutejo, 2019) terdapat factor-faktor yang mempengaruhi deficit perawatan
diri yaitu :
a. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri.
Perubahan fisik akibat operasi bedah, misalnya dapat memicu individu untuk tidak
peduli terhadap kebersihan.
b. Status sosial ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
perawatan diri yang dilakukan. Perawat harus menentukan apakah pasien dapat
mencukupi perlengkapan perawatan diri yang penting seperti sabun, sikat gigi,
pasta gigi, sampo. Selainitu, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah penggunaan
perlengkapan tersebut sesuai dengan kebiasaan sosial yang dipraktikan oleh
kelompok sosial pasien.
c. Pengetahuan
Pengetahuan tentang erawtaan diri sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya
perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik
perawatan diri.
d. Variable kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi perawatan diri.
Orang dari latarbelakang kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik kesehatan
yang berbeda pula. Disebagian masyarakat , misalnya ada yang menerapkan mandi
setiap hari, tetapi masyarakat misalnya ada yang menerapkan mandi setiap hari ,
tetapi masyarakat dengan lingkungan yang berbeda hanya mandi seminggu sekali.
e. Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemapuan untuk merawat diri berkurang dan
memerlukan bantuan. biasanya, jika tidak mampu klien dengan kondisi fisik yang
tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan perawatan diri.

C. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang tampakpada klien dengan gangguan defisit perawatan diri
antara lain (Sutejo, 2019)
a. Data subjektif
Klien mengungkapkan tentang :
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tiak mau menggosok gigi
4) Tidak mau memotong kuku
5) Tidak mau berhias atau berdandan
6) Tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi atau kebersihan diri
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
8) BAB dan BAK sembarangan
9) Tidak membersihkan diri dan tidak membersihkan tempat BAB dan BAK
setelah BAB dan BAK
10) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar.
b. Data objektif
1) Badan klien bau,kotor,berdaki,rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang
2) Tidak menggunakan alat alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan
benar
3) Rambut kusut, berantakan, kumis an jenggot tidak rapi, serta tidak mapu
berdandan
4) Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengencankan,dan memindahkan pakaian
5) Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian misalnya memakai
pakaian berlapis lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai, melepas barang-
barang yang perlu dalam berpakaian misalnya telanjang
6) Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat
makan dan tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat
makan ( dari panic ke piring atau mangkok, tidak mampu menggunakan
semdok dan tidak mengetahui fungsi alat-alat makan). Memegang alat makan,
membawa makanan dari piring ke mlut, mengunyah, menelan makanansecara
aman dan menghabiskan makanan
7) BAB dan BAK tidak pada tempatnya. Klien tidak membersihkan diri setelah
BAB dan BAK serta tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan menyiram
toilet setelah BAB dan BAK.

D. Proses Terjadinya Masalah


Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan
diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting (buang air besar
[BAB] atau buang air kecil [BAK]) secara mandiri (Yusuf Dkk, 2015).
E. Patofisiologi

Gangguan masalah dalam biologis

Kemampuan realita menurun

Perkembangan yang dapat mendorong


penerima pemenuhan perawatan diri

Gangguan body image

Perilaku sosial, status sosial ekonomi

Pengetahuan, budaya, kekerasan


seseorang

Isolasi, sosial, menarik diri

Menurunnya motivasi perawatan diri

Defisit perawatan diri :


Mandi, berhias, toileting, dan makan
F. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan Tidak melakukan


seimbang diri tidak seimbang perawatan diri
Keterangan :
a. Pola perawatan dari seimbang : saat klien mendapat stres dan mampu untuk
berprilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih malakukan peawatan diri
b. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stres kadang-
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan diri saat stressor.

G. Jenis-jenis deficit perawatan diri


1. Kebersihan diri
Tidak da keinginan untuk mandi secara teratur , pakaian kotor, bau napas, dan
penampilan tidak rapi.
2. Berdandan atau berhias
Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai , tidak menyisir rambut, atau
mencukur kumis.
3. Makan
Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa makanan
dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan dari piring.
4. Toileting
Ketidakmampuan atau ketidakadanya keinginan untuk melakukan defekasi atau
berkemih tanpa bantuan (Sutejo, 2019).
H. Mekanisme Koping
Sumber koping deficit perawatan diri mencakup kemampuan personal (personal
ability) akan : (Sutejo, 2019)
a. Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri.
b. Berhias dan berdandan dengan baik.
c. Melakukan makan dengan baik.
d. Melaksanakan BAB/BAK secara mandiri.
e. Mengindentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptive.
f. Kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptive menjadi adaptif.

I. Penatalaksanaan
Pasien dengan gangguan deficit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan medis
karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapi kejiwaan
melalui komunikasi terapeutik yang berupa :
1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
- Bina hubungan saling percaya.
- Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
- Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2) Membimbing dan menolong klien merawat diri
- Bantu klien merawat diri.
- Ajarkan keterampilan secara bertahap.
3) Ciptakan lingkungan yang mendukung.
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Defisit perawatan diri pada klien terjadi akibat adanya perubahan proses piker, yang
menyebabkan menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri.
Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan individu merawat kebersihan diri,
makan, berhias, dan eliminasi (BAK dan BAB) secara mandiri (Sutejo, 2019).
1. Batasan karkteristik
Nanda 2016 dikutif oleh (Sutejo, 2019) menjelaskan batasan karakteristik yang
terdapat pada lingkup defisit perawatan diri. Batasan karakteristik pada tiap lingkup
tersebut meliputi :
a. Defisit perawatan diri : mandi (Bathing self-care defisit)
Hal ini merupakan gangguan kemampuan melakukan atau menyelesaikan
aktivitas mandi untuk diri sendiri . batasan karakteristiknya meliputi :
1) Gangguan kemampuan mengeringkan tubuh
2) Gangguan kemampuan untuk mengakses kamar mandi
3) Gangguan kemampuan untuk mengakses air
4) Gangguan kemampuan untuk mengambil perlengkpan air
5) Gangguan kemampuan untuk mengatur air mandi
6) Gangguan kemampuan untuk membasuh tubuh
b. Defisit perawatan diri : berhias/berpakaian (Dresing self-care defisit)
Defisit perawatan diri berhias/berdandan merupakan gangguan kemampuan
dalam melakukan atau menyeleaikan aktivitas berpakaian untuk diri sendiri:
1) Ketidakmampuan memilih pakaian
2) Ketidakmampuan memadukan pakaian
3) Ketidakmampuan mempertahankan penampilan yang memuaskan
4) Ketidakmampuan mengambil pakaian
5) Ketidakmampuan mengenakan pakaian dibagian bawah tubuh
6) Ketidakmampuan mengenakan pakaian dibagian atas tubuh
7) Ketidakmampuan memakai berbagai item pakaian ( mis: kameja ,kaos kai)
8) Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian (mis kameja, kaos kaki,
sepatu)
9) Ketidakmampuan menggunakan alat bantu
10) Ketidakmampuan menggunakan resleting
11) Ketidakmampuan mengacingkan pakaian
c. Defisit perawatan diri : makan (feeding-self care defisit)
1) Ketidakmampuan mengambil dan memasukan makanan kemulut
2) Ketidakmampuan menggunakan alat bantu
3) Ketidakmampuan mengunyah makanan
4) Ketidakmampuan memanipulasi makanan dimulut
5) Ketidakmampuan membuka container/wadah makanan
6) Ketidakmampuan mengambil cangkir
7) Ketidakmampuan meletakan makanan ke alat makanan
8) Ketidakmampuan menyiapkan makanan untuk dimakan
9) Ketidakmampuan makan dengan tata cara yang bisa diterima
10) Ketidakmampuan menelan makanan
11) Ketidakmampuan menelan jumlah makanan yang memadai
12) Ketidakmampuan memegang alat makan
13) Ketidakmampuan menghabiskan makanan secara mandiri
d. Defisit perawatan diri : toileting
Gangguan melakukan atau menyelesaikan kegiatan toileting sendiri. Batasan
karakteristik dalam gangguan defisit perawatan diri inimeliputi anguan :
1) Kemampuan untuk melakukan hygiene eliminasi secara komplet
2) Kemampuan untuk menyiram toilet
3) Kemampuan untuk memanipulasi pakaian untuk toileting
4) Kemampuan untuk mencapai toilet
5) Kemampuan untuk naik ke toilet
6) Kemampuan duduk di toilet
2. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang tampak pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri
antara lain (Sutejo, 2019).

ANALISA DATA

DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


Data subjektif Gangguan deficit perawatan diri
Klien mengungkapkan tentang :
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tidak mau menggosok gigi
4) Tidak mau memotong kuku
5) Tidak mau berhias atau berdandan
6) Tidak bisa atau tidak mau
menggunakan alat mandi atau
kebersihan diri
7) Tidak menggunakan alat makan dan
minum saat makan dan minum
8) BAB dan BAK sembarangan
9) Tidak membersihkan diri dan tidak
membersihkan tempat BAB dan
BAK setelah BAB dan BAK
10) Tidak mengetahui cara perawatan
diri yang benar.

Data objektif
1) Badan klien bau, kotor, berdaki,
rambut kotor, gigi kotor, kuku
panjang.
2) Tidak menggunakan alat alat mandi
pada saat mandi dan tidak mandi
dengan benar
3) Rambut kusut, berantakan, kumis an
jenggot tidak rapi, serta tidak mapu
berdandan.
4) Pakaian tidak rapi , tidak mampu
memilih, mengambil, memakai,
mengencankan,dan memindahkan
pakaian.
5) Memakai barang-barang yang tidak
perlu dalam berpakaian misalnya
memakai pakaian berlapis lapis,
penggunaan pakaian yang tidak
sesuai, melepas barang-barang yang
perlu dalam berpakaian misalnya
telanjang.
6) Makan dan minum sembarangan
serta berceceran, tidak menggunakan
alat makan dan tidak mampu
menyiapkan makanan,
memindahkan makanan ke alat
makan ( dari panic ke piring atau
mangkok, tidak mampu
menggunakan sendok dan tidak
mengetahui fungsi alat-alat makan).
Memegang alat makan, membawa
makanan dari piring ke mlut,
mengunyah, menelan
makanansecara aman dan
menghabiskan makanan
7) BAB dan BAK tidak pada
tempatnya. Klien tidak
membersihkan diri setelah BAB dan
BAK serta tidak mampu menjaga
kebersihan toilet dan menyiram
toilet setelah BAB dan BAK.

3. Sumber koping
a. Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Berhias dan berandan secara baik
c. Melakukan makan dengan baik
d. Melakukan BAB/BAK secara mandiri
e. Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladptif
f. Kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptive menjadi perilaku
adaptif.

B. Diagnosa
Berdasarkan data yang diperoleh, ditetapkan bahwa diagnosis keperawatan adalah :
Defisit perawatan diri :
- Mandi
- Berhias
- Makan
- Toileting

C. Pohon Masalah
Berikut ini merupakan pohon masalah diagnosis perilaku kekerasan
Etiologi Gangguan pemeliharan kesehatan

Effect Defisit perawatan diri

Kehilangan fungsi tubuh , kurangnya


Akibat
motivasi

(Sutejo, 2019)

D. Intervensi Keperawatan

No. Pasien Keluarga


SP1P SP1K
1 Identifikasi masalah perawatan diri : Diskusikan masalah yang dirasakan
kebersihan diri, berdandan, dalam merawat pasien.
makan/minum, BAB/BAK.
2 Jelaskan pentingnya kebersihan diri Jelaskan pengertian, tanda dan gejala,
dan proses terjadinya defisit
perawatan diri (gunakan booklet).
3 Jelaskan cara dan alat kebersihan Jelaskan cara merawat defisit
diri. perawatan diri.
4 Latih dan menjaga kebersihan diri : Latih dua cara merawat : kebersihan
mandi dang anti pakaian, sikat gigi, diri daan berdandan.
cuci rambut, potong kuku.
5 Masukan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai
untuk latihan mandi, sikat gigi (2 sesuai jadwal dan memberi pujian.
kali/hari), cuci rambut (2 kali/
minggu), potong kuku (1 kali/
minggu).
SP2P SP2K
1 Evaluasi kegiatan kebersihan diri, Evaluasi kegiatan keluarga dalam
beri pujian. merawat/melatih pasien kebersihan
diri. Beri pujian.
2 Jelaskan cara dan alat untuk Latih dua (yang lain) cara merawat
berdandan. makan dan minum, BAB dan BAK.
3 Latih cara berdandan setelah Anjurkan membantu pasien sesuai
kebersihan diri : sisiran, rias muka jadwal dan memberi pujian.
untuk perempuan ; sisiran, cukuran
untuk pria.
4 Masukkan jadwal kegiatan untuk
kebersihan diri dan berdandan.
SP3P SP3K
1 Evaluasi kegiatan kebersihan diri Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan berdandan, beri pujian. merawat/melatih pasien kebersihan
diri dan berdandan. Beri pujian.
2 Jelaskan cara dan alat makan dan Bimbing keluarga merawat kebersihan
minum. diri, berdandan, dan makan dan
minum pasien.
3 Latih cara makan dan minum yang Anjurkan membantu pasien sesuai
baik. jadwal dan berikan pujian.
4 Masukkan jadwal kegiatan untuk
kebersihan diri, berdandan, makan
dan minum yang baik.
SP4P SP4K
1 Evaluasi kegiatan kebersihan diri, Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berdandan, makan dan minum, beri merawat/melatih pasien kebersihan
pujian. diri, berdandan, makan dan minum.
Beri pujian.
2 Jelaskan cara BAB dan BAK. Bimbing keluarga merawat kebersihan
diri, berdandan, makan dan minum,
BAB dan BAK pasien.
3 Latih BAB dan BAK Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan member pujian.
4 Masukkan jadwal kegiatan untuk
latihan kebersihan diri, berdandan,
makan dan minum yang baik, BAB
dan BAK.
SP5P SP5K
1 Evaluasi kegiatan latihan perawatan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
diri : kebersihan diri, berdandan, merawat/melatih pasien dalam
makan dan minum, BAB dan BAK, perawatan diri : kebersihan diri,
beri pujian. berdandan, makan dan minum, BAB
dan BAK. Beri pujian.
2 Latih kegiatan harian. Nilai kemampuan keluarga merawat
pasien.
3 Nilai kemampuan yang telah Nilai kemampuan keluarga melakukan
mandiri. kontrol ke RSJ/PKM.
4 Nilai apakah perawatan diri telah
baik.

E. Implementasi
Sebelum tindakan keperawatan di implementasikan, perawat perlu mengvalidasi
apakah rencana tindakan yang di tetapkan masih sesuai dengan kondisi pasien saat ini.
Perasat juga perlu mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang akan di
laksanakan. Setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan keperawatan bisa di
eksploitaskan.
Saat memulai untuk implementasikan tindakan keperawatan harus membuat kontrak
dengan pasien dan menjelaskan apa yang akan di kerjakan dan peran serta pasien yang
di harapkan, kemudian penting untuk di perhatikan terkait dengan standar tindakan
yang telah di lakukan dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah di
lakukan.
Pada implementasi terdapat 4 fase yang di lakukan yaitu :
1. Fase orientasi
Pada fase orientasi di tandai di mana perawat melakukan kontrak awal untuk
membangun kepercayaan klien dan terjadi proses pengumpulan data. Perawat
memfasilitasi klien untuk mengenali masalahnya, apa yang di perlukan klien
serta apa yang di lakukan perawat untuk membantu klien.
2. Fase identifikasi
Fase yang paling penting pada hubungan interpersonal, karena pada fase ini
terjadi proses menggali perasaan yang di alami klien, mengkaji data,
pengalaman klien serta akan melihat bagaimana klien mengatakan
ketakutannya, ketidakmampuan, ketidakberdayaan dalam hubungan dengan
orang lain. Klien mengidentifikasi masalah dan kebutuhannya bersama orang
lain dan membantunya.
3. Fase eksploitasi
Situasi di mana klien dapat merasakan adanya nilai hubungan sesuai dengan
pandangan/persepsinya terhadap situasi., dalam fase ini perawat membantu
klien dalam memberikan gambaran kondisi klien dan seluruh aspek yang telibat
di dalamnya. Perawat mendiskusikan lebih dalam dan memilih alternative
pemecahan masalah yang di alami klien. Proses ini membutuhkan banyak
energy agar dapat mentransfer energy klien yang dari negatif menjadi positif
dan produktif. Perawat memberikan semua informasi dan kebutuhan klien
terkait dengan penyembuhan dan kebutuhan klien.
4. Fase resolusi
Pada fase ini perawat mengakhiri hubungan interpersonal dengan klien. Tujuan
lama diganti menjadi tujuan baru.

F. Evaluasi
Evaluasi yang di lakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP :
S (subjektif) : Respon subjek atau ungkapan langsung pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah di lakukan misalnya pengetahuan.
O (objektif) : Respon objektif atau observasi terhadap tindakan keperawatan yang
telah di lakukan. Contoh pada kasus halusinasi ; pasien mampu mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik dan bercakap-cakap.
A (assesment) : analisis dan interpretasi berdasarkan data yang terkumpul kemudian
dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis misalnya Gangguan halusinasi positif.
P (plan) : perencananan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
misalnya : Latihan cara menghardik 3 kali
RTL : Rencana tindak lanjut misalnya SP apa yang selanjutnya akan di lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muhith. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori Dan Aplikasi (I; Monica
Bendetu, ed.). Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.

Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.


Sutejo. (2019). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Ganguan Jiwa
dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka baru press.

Yusuf Dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa (Faqihani Ganiajri, ed.).
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai