Anda di halaman 1dari 96

HASIL PENELITIAN

SELF EFFICACY DENGAN KUALITAS HIDUP


PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI
PUSKESMAS TAMALANREA JAYA

DOLFINA YUBEL ASNAT SINONAFIN


NH0118014

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
AGUSTUS 2022
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:


Nama : Dolfina Yubel Asnat Sinonafin
NIM : NH0118014
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Self Efficacy Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Tamalanrea Jaya

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah asli dan belum pernah di ajukan
untuk mendapatkan gelar akademik Sarjana Keperawatan di STIKES Nani
Hasanuddin maupun di perguruan tinggi lain. Skripsi ini itdak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis
dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
dan di cantumkan dalam daftar pustaka atau rujukan.
Apabila di kemudian hari ada klaim dari pihak lain maka akan menjadi
tanggung jawab saya sendiri, bukan tanggung jawab dosen pembimbing atau
pengelola program studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin dan saya
bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku,
termasuk pencabutan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) yang telah saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.

Makasaar, 29 Agustus 2022


Yang mengatakan,

___________________________
(Dolfina Yubel Asnat Sinonafin)

ii
iii
iv
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:


Nama : Dolfina Yubel Asnat Sinonafin
NIM : NH0118014
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Self Efficacy Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Tamalanrea Jaya

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan, Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan STIKES
Nani Hasanuddin Makassar yang diselenggarakn di Makassar Pada

Tim Penguji
Pembimbing I : Syaifuddin Zainal, SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Kes (....................)
NIDN. 0916017901
Pembimbing II : Andi Fajriansih, S.Kep.,Ns.,M.Kep (....................)
NIDN. 0924048603
Penguji I : Amriati Mutmainna, S.Kep.,Ns.,MSN (....................)
NIDN. 0929069101
Penguji II : Sri Darmawan, SKM.,M.Kes (....................)
NIDN. 0923087803

Ketua STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Sri Darmawan, SKM.,M.Kes


NIDN. 0923087803

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Keperawatan, Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan, STIKES Nani
Hasanuddin Makassar. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya
mengucapka terima kasih kepada:
1. Marthen dan Maria Batlayeri selaku orang tua saya yang selalu memberikan
saya Doa, dukungan, kesempatan dan bimbingan dalam menjalani hidup,
persoalan hidup juga persoalan perkuliahan saya selama ini.
2. Alm. Mathilda Sinonafin selaku oma tercinta saya yang semasa hidup selalu
mendukung saya dalam bentuk Doa dan finance, gelar yang akan saya
dapatkan ini saya persembahkan untuk oma saya tercinta.
3. Fredrick Melkisoa, Gabriela Franseska, Martha dan Putri Mathilda selaku adik-
adik saya yang selalu setia menunggu, mendoakan dan memberikan saya
support selama penyusunan skripsi ini.
4. Yahya Haskas, SH.,M.Kn.,M.M.Kes selaku Ketua yayasan Pendidikan Nani
Hasanuddin Makassar yang telah memberikan saya kesempatan untuk
melangsungkan pendidikan saya di jenjang S1 Ilmu Keperawatan.
5. Sri Darmawan, SKM.,M.Kes selaku Ketua STIKES Nani Hasanuddin yang
telah membantu mengadakan segala fasilitas kepada saya selama saya
menempuh studi S1 Ilmu Keperawatan.
6. Indra Dewi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan
yang telah banyak membantu dan membimbing saya pada saat saya berproses
di STIKES Nani Hasanuddin Makassar ini.
7. Syaifuddin Zainal, SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini.

vi
8. Andi Fajriansih, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini.
9. Amriati Mutmainna, S.Kep.,Ns.,MSN selaku Penguji Utama yang telah
memberikan masukan dan saran yang membangun bagi saya dalam
menyempurnakan skripsi ini.
10. Sri Darmawan, SKM.,M.Kes selaku Penguji Eksternal yang telah
memberikan saran dan masukan yang membangun bagi saya dalam
menyempurnakan skripsi ini.
11. Dr. Yasir Haskas, S.Pt.,SE.,M.M.Kes selaku Penasehat Akademik (PA) yang
telah banyak membimbing saya, memberikan saran dan masukan mengenai
dunia perkuliahan dan memberikan solusi apabila ada masalah yang berkaitan
dengan akademik.
12. Pihak Puskesmas Tamalanrea Jaya yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan.
13. Buce Richard Soyem dan keluarga yang selalu menemani, membantu dalam
segala aspek selama saya menyusun skrispi ini.
14. Teman-teman seperjuangan saya S1 Squad 2018 Keperawatan, terima kasih
atas kebersamaan yang terjalin selama ini dibangku perkuliahan.
15. Sahabat-sahabat saya Windyeani Lilihata, Holida Renfaan, Jeanuwarita
Watidjan, Gilda C Ponto, Indah Sarnita atas kebersamaan kita selama masa
perkuliahan.
Akhir kata, saya berharap semoga Tuhan Yesus Kristus memberkati
dengan limpah-Nya untuk membalas segala kebaikan kepada semua pihak yang
telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Makassar, 29 Agustus 2022

Penulis

vii
ABSTRAK
DOLFINA YUBEL ASNAT SINONAFIN, Self efficacy dengan kualitas hidup
pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas Tamalanrea Jaya. (Dibimbing Oleh:
Syaifuddin Zainal & Andi Fajriansih)

Diabetes Melitus Tipe II adalah penyakit multisistem yang kronis. Penyakit ini
berhubungan dengan keabnormalan hormon insulin dan gangguan insulin atau
keduanya. Penderita penyakit ini kebanyakan menggalami kejenuhan karena
jangka waktu pengelolaan yang terjadi sangat lama, yang membutuhkan adanya
keyakinan dari pasien atau di sebut self efficacy untuk membantu pasien memiliki
kualitas hidup yang baik demi mewujudkan pengelolaan yang sesuai dengan yang
di instruksikan oleh dokter. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan self
efficacy dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus tipe II di Puskesmas
Tamalanrea Jaya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik yang
menggunakan pendekatan Cross Serctional Study. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode accidental sampling di dapatkan 42 responden. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan di analisis datanya menggunakan
uji statistik chi-square (ρ<0,05), serta analisis univariate dan bivariate dengan
melihat nilai continuity correction untuk mengetahui hubungan yang signifikan
antara self efficacy dengan kualitas hidup. Hasil analisis bivariate menunjukan
adanya hubungan antara self efficacy dengan kualitas hidup (ρ=0,000).
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara self efficacy
dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe II dan dengan melihat self
efficacy seseorang dapat diprediksi kualitas hidupnya.

Kata kunci:
Diabetes melitus tipe II, self efficacy, kualitas hidup.

viii
ABSTRACT
DOLFINA YUBEL ASNAT SINONAFIN, Self efficacy with quality of life of
diabetes mellitus type II patients at the Tamalanrea Jaya Public Health Center.
(Guided by: Syaifuddin Zainal & Andi Fajriansih)

Type II Diabetes Mellitus is a chronic multisystem disease. This disease is


associated with insulin hormone abnormalities and insulin disorders or both.
Patients with this disease mostly experience boredom because the management
period that occurs is very long, which requires confidence from the patient or
what is called self efficacy to help patients have a good quality of life in order to
realize appropriate management as instructed by the doctor. The purpose of this
study was to determine the relationship between self efficacy and quality of life of
type II Diabetes Mellitus patients at the Tamalanrea Jaya Public Health Center.
This research is a type of analytical survey research that uses a cross serctional
study approach. Sampling was done by accidental sampling method in getting 42
respondents. Data was collected using a questionnaire and the data was analyzed
using the chi square statistical test (ρ<0.05), as well as univariate and bivariate
analysis by looking at the value of continuity correction to determine the
significant relationship between self efficacy and quality of life. The results of the
bivariate analysis showed a relationship between self efficacy and quality of life
(ρ=0.000). The conclusion in this study is that there is a relationship between self
efficacy and the quality of life of patients with type II diabetes mellitus and by
looking at one's self efficacy, one can predict the quality of life.

Keywords:
Type II diabetes mellitus, self efficacy, quality of life.

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Diabetes Melitus .......................................................... 5
B. Tinjauan Umum Self Efficacy .................................................................... 14
C. Tinjauan Umum Kualitas Hidup ................................................................. 23
D. Kerangka Teori .................................................................................... 31
BAB III. KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian .................................................... 32
B. Kerangka Konsep ................................................................................. 33
C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................................... 33
D. Hipotesis .............................................................................................. 35
BAB IV. METODE PENELITIAN
A. Rencana Desain Penelitian .................................................................... 36
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 36
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 36

x
1. Populasi .......................................................................................... 36
2. Sampel Penelitian ........................................................................... 36
a. Besar Sampel ............................................................................ 36
b. Sampling .................................................................................. 37
c. Kriteria Sampel ......................................................................... 38
D. Alat atau Instrumen Penelitian .............................................................. 38
E. Uji Instrumen Penelitian ....................................................................... 39
1. Uji Validitas ................................................................................... 39
2. Uji Reliabilitas ................................................................................ 39
F. Proses Pengumpulan Data .................................................................... 39
G. Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. 41
H. Etika Penelitian .................................................................................... 42
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 43
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 50
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 52
D. Ilmplikasi Untuk Keperawatan ............................................................. 53
BAB VI. PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 54
B. Saran .................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Defenisi Operasional ........................................................................... 33
Tabel 2 Karakteristik responden penelitian berdasarkan usia di Puskesmas
Tamalanrea Jaya .............................................................................................. 44
Tabel 3 Karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelami di Puskesmas
Tamalanrea Jaya .............................................................................................. 44
Tabel 4 Karakteristik responden penelitian berdasarkan pendidikan terakhir di
Puskesmas Tamalanrea Jaya ............................................................................ 45
Tabel 5 Karakteristik responden penelitian berdasarkan status pekerjaan di
Puskesmas Tamalanrea Jaya ............................................................................ 46
Tabel 6 Karakteristik responden penelitian berdasarkan lama menderita DM di
Puskesmas Tamalanrea Jaya ............................................................................ 46
Tabel 7 Karakteristik responden penelitian berdasarkan komplikasi yang dialami
di Puskesmas Tamalanrea Jaya ......................................................................... 47
Tabel 8 Karakteristik responden penelitian berdasarkan mengonsumsi obat DM di
Puskesmas Tamalanrea Jaya ............................................................................ 47
Tabel 9 Distribusi frekuensi self-efficacy pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Puskesmas Tamalanrea Jaya ............................................................................ 48
Tabel 10 Distribusi frekuensi kualitas hidup pasien Diabetes Melitus di
Puskesmas Tamalanrea Jaya ............................................................................ 48
Tabel 11 Hubungan Self Efficacy dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 di Pusekesmas Tamalanrea Jaya tahun 2022 .......................................... 49
Tabel 12 Jadwal Penelitian

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Teori ................................................................................ 31
Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 33

xiii
DAFTAR SINGKATAN
No Istilah Singkatan dari
1 DM Diabetes Melitus
2 WHO World health Organization
3 IDF International Diabetes Federation
4 RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar
5 PERKENI Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
6 ADA American Diabetes Association
7 HIV Human Immunodeficiency Virus
8 AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome
9 IDDM Insulin Dependent Diabetes Melitus
10 IMT Indeks Masa Tubuh
11 BBLR Berat Badan Lahir Rendah
12 TGT Toleransi Glukosa Terganggu
13 GDPT Gula Darah Puasa Terganggu
14 PJK Penyakit Jantung Koroner
15 GDS Gula Darah Sewaktu
16 GDP Gula Darah Puasa
17 GD2PP Gula Darah 2 Jam PostPrandial
18 TTGO Tes Toleransi Glukosa Oral
19 IFG Impaired Fasting Glicemia
20 IGT Impaired Glucose Tolerance
21 DSME Diabetes Self Management Education
22 RI Republik Indonesia
23 DMSES Diabetes Management Self Efficacy Scale
24 QOL Quality Of Life
25 WHOQOL World Helath Organization Quality Of Life
26 EFA Explanatory Factor Analisis
27 SPSS Statistical Product and Service Solutions
28 f Frekuensi
29 SD Sekolah Dasar

xiv
30 SMP Sekolah Menengah Pertama
31 SMA Sekolah Menengah Atas

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Personalia dan Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 6 Surat Pengantar Penelitian
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian DPMPTSP Provinsi Sulawesi Selatan
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian Kesbangpol Kota Makassar
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Makassar
Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian Puskesmas Tamalanrea Jaya
Lampiran 11 Surat Rekomendasi Persetujuan Etik
Lampiran 12 Master Tabel
Lampiran 13 Hasil Penelitian Menggunakan SPSS
Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 15 Daftar Riwayat Hidup

xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang prevalensinya
selalu meningkat didunia setiap tahunnya, baik pada negara maju dan
negara berkembang. Hal inilah yang membuat Diabetes Melitus dikatakan
sudah menjadi masalah kesehatan serta penyakit global di masyarakat.
WHO (World Health Organization) memprediksi ada lebih dari 346 juta
orang di dunia dengan Diabetes Melitus. Prediksi dari WHO juga
memperkirakan akan ada lonjakan hingga dua kali lipat pada tahun 2030
tanpa intervensi. Hampir 80% kematian yang diakibatkan Diabetes Melitus
terjadi di negara yang berpenghasilan menengah ke rendah (Waode et al.,
2020).
IDF (International Diabetes Federation) mencatat, dalam
laporan penerbitan atlas Diabetes setiap edisinya, dari tahun 2017
prevalensi penderita Diabetes Melitus menemui angka 424,9 juta secara
global (IDF, 2017), diIndonesia tercatat memiliki 10,3juta jiwa dengan
Diabetes (Kemenkes, 2018). Diedisi selanjutnya IDF mencatat prevalensi
Diabetes Melitus di dunia mengalami peningkatan dengan jumlah
pengidap Diabetes 463 juta (IDF, 2019), Indonesia sendiri memiliki 10,6
juta jiwa dengan masalah Diabetes (Sinclair et al., 2020).
Berdasarkan atlas Diabetes edisi kesepuluh menurut IDF bahwa
pada tahun 2021 terdapat orang dewasa lebih dari satu antara satu dari
sepuluh orang dewasa menderita Diabetes dan diperkirakan akan terus
meningkat pesat di masa depan secara global. Jumlah penderita Diabetes
di dunia pada tahun 2021 mencapai angka 536,6 juta jiwa dengan
presentase 10,5%. Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia 10,6% dengan
jumlah penduduk sebesar 179,72 juta, 19,47 jutanya mengidap penyakit
Diabetes Melitus, maka ini membuat Indonesia menduduki peringkat
kelima didunia menurut IDF pada atlas Diabetes edisi kesepuluh (IDF,
2021).

1
Sulawesi Selatan menurut Riskesdas tahun 2018 prevalensinya
1,8% didiagnosis Dokter, dari penduduk semua umur yaitu 1,3% dengan
prevalensi tertinggi ada pada Kabupaten Wajo dengan prevalensi 2,19%
kemudian Kota Makassar ada pada posisi ke-dua dengan prevalensi 1,73%
(Riskesdas, 2018).
Diabetes Melitus di dunia dewasa ini menurut Winahyu dan
Badawi dalam (Putri et al., 2020) adalah penyakit yang menyerang
masyarakat tanpa mengenal umur, bukan hanya pada kelompok usia
tertentu. Orang dengan Diabetes Melitus memiliki karakteristik yang
beragam, ada pasien yang percaya pada dirinya dan kemampuannya akan
merawat dirinya sendiri, ada yang tidak mempercayainya. Keyakinan
seseorang terhadap kemampuannya untuk mengontrol fungsi dari diri
seseorang tersebut dinamakan Self efficacy (Putri et al., 2020).
Self efficacy timbul dari empat faktor yang diantaranya terdapat
pengalaman hidup orang lain menurut Bandura dalam Ghofur dan Rini,
2017 (Putri et al., 2020). Belajar dari pengalaman individu lain dengan
cara melihat, meniru perilaku kesehatan yang tepat bisa membuat self
efficacy meningkat dan dapat pula membuat kepercayaan terhadap orang
lain menjadi meningkat saat mendapat nasehat, bimbingan atau arahan.
Cara yang dapat digunakan salah satunya bagi pasien kronis seperti
Diabetes Melitus adalah dengan memperluas jejaring sosial, mendapat
informasi dari kelompok yang adalah kelompok pendukung (Prakoso et
al., 2016)
Dari hasil penelitian Novia Ratnawati dkk tahun 2016 yang
tidak di publish menunjukan bahwa efektifitas dari self efficacy terhadap
kualitas hidup, sebesar 56,4%. Dari hasil uji multivariat menunjukan
variabel self efficacy, kepatuhan, depresi dan tingkat pendidikan
menentukan kualitas hidup dari pasien Diabetes Melitus. Self efficacy pada
pasien yang telah lama di diagnosis Diabetes Melitus dengan range waktu
satu sampai 15 tahun memiliki manajemen pola hidup yang baik dibanding
self efficacy pada laki-laki yang berusia dibawah 65 tahun (Nur, 2020).

2
Menurut hasil penelitian Ma’ruf dan Palupi tahun 2021 dalam
jurnal Harsismanto et al., 2021 terdapat pasien dengan Diabetes Melitus
tipe 2 yang merasa terganggu dengan kualitas hidupnya secara fisik yaitu
pada segi aktivitas, terapi medis, istirahat dan rasa sakit. Pasien Diabetes
Melitus yang melakukan rawat jalan merasakan kejenuhan dan frustasi
akibat harus melakukan terapi medis secara berulang-ulang namun tidak
mengalami perubahan pada kesehatan yang lebih baik. Sama halnya
dengan penelitian yang Teli lakukan pada tahun 2017 dalam jurnal
(Harsismanto et al., 2021) memperlihatkan adanya penurunan kualitas
hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2 dalam semua aspek kesehatan seperti
fungsi fisik, fungsi sosial, kesehatan mental, kesehatan umum, nyeri,
perubahan peran akibat masalah fisik dan masalah emosional (Harsismanto
et al., 2021).
Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan diwilayah kerja
Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar pada tahun 2019 pasien
Diabetes Melitus berjumlah 232, penderita laki-laki 49 dan perempuan
183 dan tahun sebelumnya penderita berjumlah total 149 dari laki-laki
45 penderita dan perempuan 104 penderita yang kemudian menunjukan
adanya pelonjakan jumlah pasien Diabetes Melitus pada tahun 2021
dengan jumlah keseluruhan 579 terdiri dari 254 laki-laki dan 325
perempuan (Rekam Medis Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas
Tamalanrea Jaya, n.d.).
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas dan
alasan pribadi, maka peneliti akan mempelajari hubungan self efficacy
dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas
Tamalanrea Jaya Kota Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah hubungan self efficacy
dengan kualitas hidup pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas
Tamalanrea Jaya?

3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Khusus
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan self
efficacy dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2 di
Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
self efficacy pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas
Tamalanrea Jaya Kota Makassar, mengetahui kualitas hidup pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan terutama bagi perkembangan ilmu Keperawatan,
terutama yang berkaitan dengan self efficacy untuk meningkatkan
kualitas hidup pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2
2. Secara Praktis
Self efficacy dapat dijadikan sebagai acuan melihat bagaimana
keyakinan penderita Diabetes Melitus akan dirinya dalam melakukan
penatalaksanaan atau pengobatannya yang dapat menunjukan kualitas
hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Masing-masing Variabel
1. Konsep Diabetes Melitus
a. Defenisi Diabetes Melitus
Menurut Lewis (Medical-Surgical Nursing: Assessment
and Management of Clinical Problems, 2014) Diabetes Melitus
adalah penyakit multisistem yang kronis. Penyakit ini
berhubungan dengan keabnormalan hormon insulin dan
gangguan insulin atau keduanya (Nur, 2020).
Dikutip dari buku Perkeni mendefinisikan Diabetes
Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang dapat terjadi karena adanya
kelainan sekresi insulin, kerja insulin dan atau keduanya
(Perkeni, 2021).
b. Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association (ADA) Diabetes
Melitus diklasifikasikan menjadi seperti berikut:
1) Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 ini adalah karena adanya
kerusakan sel autoimun, yang menyebabkan
defisiensi insulin absolut, ini termasuk Diabetes
autoimun laten pada masa dewasa (ADA, 2021).
2) Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes tipe 2 ini adalah karena hilangnya
sekresi insulin sel yang adekuat secara progresif,
seiring dengan latarbelakang resistensi insulin
(ADA, 2021).

5
3) Diabetes Melitus Tipe Spesifik Lain
Diabetes tipe ini adalah jenis Diabetes
tertentu karena adanya penyebab lain misalnya,
sindrom Diabetes monogenik (seperti Diabetes
neonatal dan Diabetes onset maturitas pada usia
muda), penyakit pankreas eksokrin (seperti cystic
fibrosis dan pankreatitis) dan akibat obat atau bahan
kimia (seperti penggunaan glukokortikoid, dalam
pengobatan HIV/AIDS, atau setelah transplantasi
organ) (ADA, 2021).
4) Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes tipe ini adalah Diabetes yang
didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga
kehamilan yang tidak jelas Diabetes sebelum
kehamilan (ADA, 2021).
c. Etiologi Diabetes Melitus
Berikut penyebab Diabetes Melitus yang dipaparkan
sesuai dengan klasifikasinya menurut ADA dalam (Diabetes
Melitus Dalam Era 4.0, 2019):
1) Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes Melitus tipe 1 dapat terjadi karena
faktor-faktor seperti genetik (keturunan) atau reaksi
alergi. Akibatnya insulin dalam tubuh menjadi
berkurang atau bahkan tidak ada, membuat
penumpukan gula dalam darah karena tidak
terjadinya pengangkutan ke dalam sel. Oleh
karenanya perlu disuplai insulin dari luar tubuh
yang membuat diabetes tipe 1 dikatakan dengan
IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) (Rara
et al., 2019)

6
2) Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes Melitus tipe 2 terjadi bukan karena
rusaknya sel-sel β (betha) pankreas keseluruhan,
masih ada yang normal dan bisa digunakan untuk
mensekresi insulin. Namun buruknya kualitas
insulin dan tidak berfungsi dengan baik maka
terjadilah peningkatan glukosa dalam darah dengan
kemungkinan adanya sel-sel jaringan tubuh dan otot
pada penderita yang tidak peka/sensitivitas terhadap
insulin, berkurang yang dikatakan resisten terhadap
insulin (Insulin Resistance) atau terdapat efek
respon jaringan terhadap insulin. Mengakibatkan
insulin tidak bisa bekerja dengan baik dan pada
akhirnya glukosa menjadi menimbun dalam
peredaran darah. Juga dapat disebabkan karena
faktor genetik dan faktor gaya hidup
(lifestylle)/lingkungan (Rara et al., 2019).
3) Diabetes Melitus Tipe Spesifik Lain
Diabetes Melitus tipe spesifik lain tidak
termasuk dalam kategori diabetes yang disebut
Secondery Diabetes (Diabetes sekunder) yang
terjadi karenakan penyakit lain yang mengganggu
produksi insulin, kerja insulin, atau penyakit
kelainan pada funsi sel β (betha). Seperti
pankreatitis, hipofisis, penggunaan hormone
kortikosteroid, pemakain obat antihipertensi,
pemakain obat antikolesterol, malnutrisi dan
infeksi. Seorang pasien diabetes dikarenakan
defisiensi insulin, yang bersifat absolut maupun
relative membuat peningkatan konsentrasi glukosa
plasma (Rara et al., 2019).

7
4) Diabetes Melitus Gestasional
Penyebab dari Diabetes Melitus gestasional
adalah keadaan dimana tubuh tidak mampu dalam
memproduksi insulin dijumlah yang memadai pada
masa kehamilan, dikarenakan adanya pembentukan
hormon pada saat seorang wanita sedang hamil,
keadaan ini menyebabkan resistensi insulin dan
cenderung berkembang menjadi Diabetes Mellitus
tipe 2 yang membahayakan ibu dan janin. Diabetes
Melitus gestasional menimbulkan macrosomia atau
bayi lahir dengan berat badan lebih dari berat badan
normal, janin yang cacat dan penyakit jantung
bawaan (Rara et al., 2019).
d. Faktor Resiko Diabetes Melitus
Berdasarkan jumlah penderita Diabetes Melitus dari
tahun ke tahun yang mengalami peningkatan berkaitan dengan
faktor risiko Diabetes Melitus. Faktor pencetus Diabetes
Melitus terdiri dari faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor
yang tidak dapat dimodifikasi. Menurut ADA (American
Diabetes Association) faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi adalah riwayat keluarga dengan Diabetes Melitus
(first degree relative), umur, etnik, riwayat melahirkan dengan
berat badan bayi lebih dari 4000g atau riwayat pernah
menderita Diabetes Melitus gestasional atau BBLR (<2,5kg).
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia dan diet tidak
sehat (Kurniawaty et al., 2016). Obesitas berdasarkan IMT
(Indeks Masa Tubuh) lebih dari atau sama dengan 25kg/m2
atau lingkar perut lebih dari atau sama dengan 80 cm pada
wanita dan lebih dari atau sama dengan 90 cm pada laki-laki
(Kurniawaty et al., 2016).

8
Faktor lain yang terkait dengan risiko Diabetes adalah,
penderita sindrom metabolik, memiliki riwayat Toleransi
Glukosa Terganggu (TGT) atau GDPT (Gula Darah Puasa
Terganggu), memiliki riwayat penyakit stroke, PJK (Penyakit
Jantung Koroner), konsumsi alkohol, faktor stres, kebiasaan
merokok, konsumsi kopi dan kafein (Kurniawaty et al., 2016).
e. Manifestasi Klinik Diabetes Melitus
Secara umum, manifefstasi klinik pada penderita Diabetes
keseluruhan adalah sama yakni poliuri (banyak kencing),
polidipsi (banyak minum), poliphagi (banyak makan), akan
tetapi untuk dapat membedakan seseorang dengan tipe Diabetes
ada baiknya dilihat manifestasinya berdasarkan tipe diabetes
seperti dibawah ini:
1) Diabetes Melitus Tipe 1
Pada diabetes mellitus tipe 1 di tandai dengan
hiperglikemi, merasa lapar dan haus terus menerus,
banyak kencing, penurunan berat badan, lelah, lemas,
mata kabur, dan nyeri hebat didaerah lambung (Rara et
al., 2019).
2) Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes Melitus tipe 2 memiliki gejala seperti: poliuri
(banyak kencing), polidipsi (banyak minum), poliphagi
(banyak makan), peningkatan berat badan, kelelahan, luka
sukar sembuh, pruritus (gatal-gatal), infeksi, transitoric
refraction anoalies (refraksi mata mudah berubah),
katarak, gejala saraf, gangguan serangan jantung (Rara et
al., 2019).
3) Diabetes Melitus Tipe Spesifik Lain
Keluhan Diabetes Melitus tipe spesifik lainnya berupa
poliuri (banyak kencing), polidipsi (banyak minum),
poliphagi (banyak makan) dan penurunan berat badan

9
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, terdapat keluhan
lain berupa lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada
wanita (Rara et al., 2019).
4) Diabetes Melitus Gestasional
Gejala dari Diabetes Melitus gestasional yakni; poliuri
(banyak kencing), polidipsi (banyak minum), dan
poliphagi (banyak makan) namun dapat kembali normal
pasca melahirkan (Rara et al., 2019).
f. Diagnostik Diabetes Melitus
Pemeriksaan Diabetes Melitus dilakukan dengan cara
memeriksa Gula Darah Sewaktu (GDS), pemeriksaan Gula
Darah Puasa (GDP), pemeriksaan Gula Darah Dua Jam
PostPrandial (GD2PP), pemeriksaan HbA1c, pemeriksaan Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Menurut Widodo (Lestari et
al., 2021) berdasarkan anamnesis sering dijumpai keluhan
diabetes yang khas yakni poliuria, polidipsi, polifagia dan
penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya. Adapun
keluhan yang muncul lainnya adalah lemah badan, kesemutan,
gatal, mata kabur, disfungsi ereksi dan pruritus vulvae.
Diagnosis bisa ditegakkan dengan pemeriksaan kadar gula
darah dengan perincian:
1. Gula darah puasa > 126 mg/dL
2. Gula darah 2 jam > 200 mg/dL
3. Gula darah acak > 200 mg/dL.
Ini berlaku secara global juga diIndonesia, Departemen
Kesehatan RI pun mengarahkan agar mengacu pada
pemeriksaan seperti diatas dan cara diagnosis yang lain yakni
dengan mengukur HbA1c > 6,5% 6. Pra-diabetes adalah
penderita dengan kadar glukosa darah puasa antara 100 mg/dL
sampai dengan 125 mg/dL (Impaired Fasting Glycemia/IFG);

10
atau 2 jam puasa antara 140 mg/dL sampai dengan 199 mg/dL
(Impaired Glucose Tolerance/IGT), atau kadar A1C antara 5,7-
6,7(6,4%) (Lestari et al., 2021).
g. Kompikasi Diabetes Melitus
Meningkatnya angka pengidap Diabetes Melitus yang
diprediksi IDF akan naik setiap tahun hingga tahun 2045
mencapai 783,2 juta (IDF, 2021) disertai dengan peningkatan
kejadian komplikasi seperti, komplikasi fisik, psikologi, sosial
dan ekonomi. Komplikasi fisik yang meliputi kerusakan mata,
kerusakan ginjal, penyakit jantung, penyakit hipertensi dan
stroke (Kurniawaty et al., 2016).
Komplikasi Diabetes Melitus adalah suatu keadaan
gawat darurat yang bisa terjadi pada perjalanan penyakit
Diabetes Melitus. Komplikasi terdiri dari komplikasi akut dan
komplikasi kronis. Menurut IDF dalam (Hariani et al., 2020),
Kadar glukosa darah tinggi dalam jangka waktu yang lama
dapat mengarah ke penyakit yang mempengaruhi jantung,
pembuluh darah, mata, ginjal, saraf, dan gigi. Selain itu, pasien
Diabetes juga memiliki resiko tinggi mengalami infeksi
(Hariani et al., 2020).
Dari penelitian yang dilakukan (Hariani et al., 2020),
dapat disimpulkan bahwa komplikasi yang terjadi pada
penderita Diabetes Melitus yang telah lama adalah: Hipertensi,
penyakit jantung dan ulkus (Hariani et al., 2020).
Komplikasi Diabetes Melitus adalah satu kondisi klinis
penyerta pada pasien Diabetes Melitus yang mana salah satu
faktor utama terjadinya komplikasi Diabetes Melitus adalah
kadar glukosa darah yang tinggi dalam jangka waktu yang lama
dan biasanya terjadi pada penderita Diabetes, utamanya pada
manajemen Diabetes yang kurang baik. Komplikasi Diabetes
Melitus dapat memengaruhi kesehatan individu yang mana

11
selain menimbulkan masalah pada fisik, komplikasi juga
menimbulkan beban mental pada pasien seperti menimbulkan
kesedihan, kecemasan atau rasa putus asa sehingga dapat
mengarah kepada terjadinya depresi yang dapat memperparah
status kesehatan pasien serta menurunkan motivasi pasien
dalam melakukan terapi medisnya. Hal tersebut dapat
memperparah penyakit Diabetes Melitus pasien yang dapat
mengaruhi kepada terjadinya komplikasi atau masalah
kesehatan yang lain sehingga status kesehatan pasien akan terus
menurun jika tidak dilakukan upaya penanganan dengan segera
(Hariani et al., 2020).
h. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Diabetes Self Management Education (DSME) adalah
metode yang termasuk komponen penting dalam memberikan
kemampuan pada individu untuk dapat melakukan
penatalaksanaan dalam mengelola penyakit Diabetes Melitus
yang dialami dan komplikasi yang bisa mengancam jiwa
penderita Diabetes Melitus menurut Damayanti, S, 2017 dalam
(Marbun et al., 2021) DSME adalah proses yang didasari oleh
pengetahuan, keterampilan serta kemampuan untuk merawat
diri pasien secara mandiri yang dilakukan dengan cara
pencegahan dini melalui tindakan promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan,
sikap dan tindakan penderita DM dalam melakukan perawatan
terhadap dirinya sendiri Marbun, AS, 2020 dalam (Marbun et
al., 2021).
DSME dapat dilaksanakan secara individu maupun
kelompok, tempat pelaksanaan bisa di pelayanan kesehatan
maupun di komunitas. Pelaksanaan DSME dilakukan sebanyak
empat sesi dengan durasi waktu antara satu sampai dua jam
untuk tiap sesi. yaitu: Sesi pertama membahas tentang

12
pengetahuan dasar tentang Diabetes Melitus yang meliputi
definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi,
diagnosis, pencegahan, pengobatan dan komplikasi. Sesi kedua
membahas mengenai manajemen nutrisi/diet dan
aktivitas/latihan fisik yang bisa dilakukan. Sesi ke tiga
membahas mengenai perawatan kaki Diabetes dan senam kaki
juga monitoring yang perlu dilakukan. Sesi ke empat
membahas mengenai dukungan psikososial, manajemen stress
dan akses pasien terhadap fasilitas pelayanan kesehatan Padila,
2012 dalam (Marbun et al., 2021).
DSME adalah salah satu bentuk edukasi yang efektif
diberikan kepada pasien Diabetes Melitus karena pemberian
DSME dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
pasien dalam melakukan perawatan mandiri. Adanya
pemberian DSME pada pasien Diabetes Melitus dalam
penelitian tersebut, pasien memperoleh informasi terkait
perawatan mandiri Diabetes Melitus. Pengetahuan,
keterampilan dan status psikologis pasien mengalami
peningkatan, sehingga pasien mulai melakukan perawatan
mandiri terhadap penyakitnya Puspita, Dyah Wiji, 2018 dalam
jurnal (Marbun et al., 2021).
Karenanya sangat diperlukan pemantauan pemahaman
perilaku pola hidup dalam melakukan self management yang
didalamnya terdapat perilaku tentang mengatur pola makan
yang baik dan benar untuk penderita Diabetes atau untuk
menghindari Diabetes (diet), latihan fisik, pemantauan gula
darah dan perawatan kaki, menurut Kemenkes dalam jurnal
(Putri et al., 2020).

13
2. Konsep Self Efficacy
a. Pengertian Self efficacy
Menurut Bandura (1997:31) dalam jurnal (Efendi,
2013) mengatakan Self efficacy adalah suatu kepercayaan diri
atau keyakinan individu atas kemampuan dirinya untuk
mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang
dibutuhkan dalam mencapai kesuksesan (Efendi, 2013).
Nuzulia (2010:100) dalam jurnal (Efendi, 2013)
mengungkapkan bahwa self efficacy dasarnya adalah hasil
proses kognitif yang berupa keputusan, keyakinan atau
pengharapan tentang sejauhmana seseorang memperkirakan
kemampuan dirinya dalam melaksanakan sesuatu dengan
tindakan tertentu yang diperlukan dalam mencapai hasil yang
diinginkan (Efendi, 2013).
Dari pengertian diatas maka kita bisa menyimpulkan
self efficacy amat penting dalam kehidupan manusia, karena
self efficacy dapat menjadi penentu seseorang dalam melakukan
sesuatu dan dapat mempengaruhi aspek kehidupan kita, salah
satunya potensi menangani stressor. (Efendi, 2013)
b. Dimensi Self efficacy
Bandura dalam jurnal (E. Lina, 2020) mengatakan self
efficacy tersusun dari tiga dimensi yang memberi gambaran
seberapa besarnya self efficacy seorang individu dalam
mencapai tujuan tertentu, dimensi tersebut adalah:
1) Dimensi Level (Tingkatan)
Dimensi level lebih cenderung ke rentang keyakinan
individu akan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas
dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Dimensi ini
berfokus bukan terhadap individu dapat atau tidaknya
mengerjakan tugas tertentu namun lebih kepada self

14
efficacy individu dalam membuat individu tersebut
melakukan tugas tersebut dengan menghadapi berbagai
hambatan. Level dari hambatan dapat ternilai berdasarkan
ketrampilan, tingkat usaha, tingkat ketepatan, tingkat
produktivitas, tingkat ancaman atau regulasi yang
diperlukan (E. Lina, 2020)
2) Dimensi Generality (Keluasan)
Dimensi ini dimana individu menilai rentang kayakinan
akan kemampuannya dalam melakukan aktivitas secara
luas atau terbatas dalam domain tertentu. Individu dengan
self efficacy yang tinggi akan bisa menguasai beberapa
bidang sekaligus untuk menyelesaikannya. Pengkuruan
dimensi ini meliputi adanya kesamaan derajat aktivitas
yang menggambarkan kemampuan indivudu dalam
melakukan aktivitas yang sama dengan apa yang
ditugaskan, modalitas ekspresi yang tampil dalam
perilaku, kognitif dan efektif, gambaran kualitatif satu
situasi dan karakteristik individu (E. Lina, 2020)
3) Dimensi Strenght (Kekuatan)
Dimensi ini lebih menekankan akan keyakinan individu
terhadap kekuatan dan kegigihan dalam menyelesaikan
satu tugas. Semakin kuat self efficacy individu maka akan
semakin kuat pula keyakinan individu untuk tetap
bertahan dalam melaksanakan tugasnya yang sulit
sekalipun mendapat berbagai hambatan dalam mencapai
tujuannya. Dimensi ini memberi gamabaran akan
keyakinan individu bahwa dirinya tidak mudah untuk
menyerah dalam menghadapi setiap kesulitan dan mampu
menyelesaikan tugasnya (E. Lina, 2020).

15
c. Sumber Self efficacy
Sumber self efficacy terbentuk dari kesatuan sumber
yang berbeda tetapi utuh. Menurut Bandura dalam jurnal (E.
Lina, 2020) mengungkapkan bahwa self efficacy dikembangkan
memalui empat sember berikut:
1) Enactive mastery experiences (Pengalaman penguasaan
tindakan)
Adalah pengalaman yang membuat individu
mengerahkan semua kemampuan yang dimiliki dalam
memperoleh keberhasilan. Disetiap suatu keberhasilan
dapat meningkatkan self efficacy individu dan disetiap
kegagalan akan dijadikan pelajaran bahwa satu
keberhasilan membutuhkan usaha yang keras dalam
mengatasi berbagai rintangan. Keberhasilan individu
dalalm menyelesaikan tugas bisa meningkatkan atau
menurunkan bahkan tidak berpengaruh pada self efficacy
tergantung dari bagaimana individu tersebut
menginterpretasikan, mempertimbangkan kemampuan
personal dan situasional pada saat itu. Mastery
experiences adalah sumber self efficacy yang sangat
berpengaruh dibandingkan dengan sumber lainnya,
dikarenakan mastery experiences adalah satu-satunya
sumber yang memiliki sifat informasi langsung sementara
sumber lainnya bersifat informasi tidak langsung.
Keberhasilan berulang yang terjadi setelah mengerahkan
segenap usaha dan mengatasi berbagai
hambatan/rintangan akan berdampak kuat pada self
efficacy. Hal tersebut akan meningkatkan keyakinan
individu dalam mengatasi berbagai hambatan/rintangan

16
yang akan dihadapi pada saat individu menyelesaikan
satu tugas tertentu (E. Lina, 2020).
2) Vicarious experiences (Pengalaman orang lain)
Atau yang di istilahkan modeling. Adalah cara
meningkatkan self efficacy dengan mengamati
keberhasilan individu lain dalam penyelesaian tugasnya.
Keberhasilan individu lain yang telah berusaha dengan
keras dan mempunyai kemampuan yang relative sama
mampu meningkatkan self efficacy individu dan
sebaliknya self efficacy menjadi turun apabila individu
melihat kegagalan individu lain. Self efficacy dapat juga
dipengaruhi oleh seberapa besar persepsi individu akan
dirinya memiliki kesamaan dengan individu lain.
Semakin besar individu memiliki persepsi bahwa dirinya
memiliki kesamaan dengan individu lain maka makin
besar pula berhasil dan gagalnya model tersebut
mempengaruhi self efficacy individu tersebut. Perilaku
dan cara berpikir individu lain menjadi sumber
pengetahuan, keterampilan dan strategi yang efektif pada
individu dalam mencapai keberhasilan. Vicarious
experiences adalah sumber penting dan sering digunakan
walaupun sumbernya dari luar (E. Lina, 2020).
3) Verbal persuasion (Persuasi verbal)
Adalah sember self efficacy yang paling sering
digunakan dan bisa dilakukan dengan mudah. Verbal
persuasion meningkatkan self efficacy dengan cara
menguatkan keyakinan individu yang disampaikan secara
verbal oleh individu lain atau diri sendiri, bahwa individu
mempunyai kemampuan yang dibutuhkan agar berhasil.
Bandura menyatakan verbal persuasion bisa menjadi
sumber self efficacy namun secara substansial efeknya

17
jauh lebih rendah bila dibanding dengan mastery
experiences atau vicarious experiences. Individu yang
mendapat persuasi verbal mengenai kemampuan akan
cenderung mempunyai kemauan dan usaha yang lebih
besar daripada yang tidak mendapat persuasi verbal.
Individu dapat berhasil menumbuhkan self efficacy
apabila mendapat penilaian yang positif akan
kemampuannya. Verbal persuasion adalah sumber yang
sering digunakan sebagai pendukung sumber lainnya (E.
Lina, 2020).
4) Physiological and affective states (Kondisi fisik dan
emosi)
Sebagian orang menilai kondisi fisik dan emosi
sebagai informasi untuk dapat menilai kemampuannya.
Reaksi stress, kelemahan fisik, kurangnya stamina,
kelelahan, rasa sakit dan nyeri diberi nilai sebagai tanda
dari turunnya kemampuan diri individu. Individu lebih
merasa sukses apabila ia tidak mengalami stress. Suasana
hati adalah faktor lain yang juga dapat mempengaruhi
interpretasi individu terhadap self efficacy. Intensitas
berubahnya kondisi fisik dan emosi individu merupakan
hal penting yang nantinya mempengaruhi self efficacy,
namun bagaimana individu menginterpretasikan
perubahan tersebut ialah hal yang lebih berpengaruh pada
self efficacy (E. Lina, 2020).
d. Proses Pembentukan Self efficacy
Penjelasan Bandura dalam jurnal (E. Lina, 2020)
mengenai proses pembentukan self efficacy terdiri dari:
1) Proses Kognitif
Adalah proses berfikir yang berfungsi
meramalkan kejadian mendatang dan mengembangkan

18
cara dalam mencapai satu tujuan. Dalam proses ini
individu mengolah pengetahuan yang dimiliki untuk
menentukan pilihan, menimbang dan mengintegrasikan
segala faktor. Hal itu menghasilkan berbagai penilaian
terhadap akibat yang timbul, tindakan yang akan dan
sudah dilakukan. Individu dengan self efficacy yang
tinggi bisa menentukan tujuan dengan menggunakan
pemikiran analitik yang baik dalam mencapai tujuannya
(E. Lina, 2020).
2) Proses Motivasi
Kemampuan individu dalam memotivasi diri dan
melakukan tindakan sesuai dengan tujuan yang didasari
oleh aktivitas kognitif. Latihan diperlukan individu dalam
memotivasi diri dan mengarahkan tindakan agar sesuai
dengan tujuannya. Self efficacy memengaruhi motivasi
dengan cara penentuan standar tujuan, perkiraan usaha
yang harus dilakukan, penentuan sampai kapan akan
bertahan apabila menemui kesulitan dan penerimaan
apabila adanya kegagalan (E. Lina, 2020).
3) Proses Afektif
Kemampuan koping individu memengaruhi
derajat stress dan depresi individu yang nantinya
berdampak pada tingkat motivasi dalam mengatasi situasi
yang sulit. Self efficacy yang semakin kuat maka semakin
berani pula individu melakukan tindakan. Self efficacy
adalah faktor penentu dalam mengatur pola pikir dan
kemampuan individu dalam mengendalikan stress (E.
Lina, 2020).
4) Proses Seleksi
Self efficacy memengaruhi individu untuk lebih
selektif dalam melakukan pemilihan yang sesuai.

19
Pemilihan dimaksudkan untuk membantu individu
membentuk diri, mengembangkan kompetensi dan
minatnya dan membentuk jaringan social tertentu dalam
usaha mencapai tujuan (E. Lina, 2020).
e. Faktor Yang Mempengaruhi Self efficacy
Tinggi atau rendahnya self efficacy individu dalam
melakukan tugas sangat bervariasi, disebabkan akrena faktor
yang mempengaruhi individu dalam mempresepsikan dirinya
mampu atau tidak. Seperti faktor dibawah ini:
1) Budaya
Budaya mempengaruhi self efficacy melalui nilai dan
kepercayaan yang berfungsi sebagai sumber penilaian self
efficacy dan konsekuensi dari keyakinan diri (A. F. Lina
et al., 2019).
2) Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin dapat berpengaruh pada self
efficacy. Menurut Bandura wanita memiliki self efficacy
yang lebih tinggi dibandingkan pria dalam mengelola
sesuatu karena wanita dapat berprofesi sebagai ibu rumah
tangga sekaligus wanita karir, hal itulah yang membuat
self efficacy wanita lebih dibanding pria (A. F. Lina et al.,
2019).
3) Sifat Dari Tugas Yang Dihadapi
Apabila semakin kompleks tingkat kesulitan tugas yang
dihadapi individu maka akan semakin rendah individu
tersebut menilai kemampuannya. Individu yang
dihadapkan dengan tugas yang mudah dan sederhana
maka akan semakin tinggi individu tersebut menilai
kemampuannya (A. F. Lina et al., 2019).

20
4) Insentif Eksternal
Insentif yang berupa penghargaan yang diberikan oleh
individu dalam melaksanakan tugas dengan baik dan
berhasil. Penghargaan dapat berupa pujian atau dalam
bentuk materi (A. F. Lina et al., 2019).
5) Status Atau Peran Dalam Lingkungan
Pengaruh status sosial pada self efficacy individu adalah
apabila semakin tinggi status sosial dalam lingkungannya
maka self efficacy semakin tinggi dan sebaliknya self
efficacy rendah apabila individu memiliki status sosial
yang kecil dilingkunganya (A. F. Lina et al., 2019).
6) Informasi Tentang Kemampuan Diri
Tinggi rendahnya self efficacy individu apabila individu
tersebut memperoleh informasi yang positif dan negatif
mengenai dirinya (A. F. Lina et al., 2019).
f. Dampak
Menurut Octary dalam (Putra & Susilawati, 2018)
individu yang mempunyai self efficay yang tinggi percaya
bahwa:
1) Individu bisa menghadapi kejadian juga situasi secara efektif
2) Tingginya self efficacy bisa menurunkan rasa takut akan
suatu kegagalan
3) Dapat meningkatkan aspirasi
4) Meningkatkan cara menyelesaikan masalah
5) Meningkatkan kemampuan individu berpikir analitis
6) Meningkatkan semangat individu dalam menjalankan satu
tugas tertentu apabila dibanding dengan individu lain yang
memiliki self efficacy yang rendah.
Sedangkan menurut Bandura dalam jurnal (Putra &
Susilawati, 2018) individu yang mempunyai self efficacy yang
rendah maka; Dapat menurunkan motivasi, dapat menurunkan

21
aspirasi, dapat mengganggu kemampuan kognitif, secara tidak
langsung bisa memengaruhi kesehatan fisik, individu tidak
mampu mengambil keputusan dengan tepat serta tidak
melakukan pekerjaan dengan baik (Putra & Susilawati, 2018).
g. Pengukuran
Berdasarkan hasil penelitian uji validitas dan reliabilitas
yang dilakukan (Ana, 2018) di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung menyatakan bahwa instrumen pengukuran self efficacy
dapat dinilai menggunakan kuesioner DMSES (Diabetes
Management Self Efficacy Scale) yang dikembangkan oleh Mc
Dowell dari pusat penelitian kesehatan Universitas
Queensland. Kuesioner terdiri atas 20 item pertanyaan yang
terdiri dari empat subskala yaitu nutrisi, berat badan dan latihan
fisik, pengobatan medis dan kadar gula darah serta pemeriksaan
kaki. Jawaban pertanyaan menggunakan skala ordinal dimana
jawaban nol bermakna tidak dapat melakukan, lima bermakna
mungkin dapat melakukan dan sepuluh bermakna tentu dapat
melakukan. Total skor keseluruhan yaitu 0-200 (Ana, 2018).
h. Indikator
Self efficacy memiliki tiga indikator dengan berpacu
pada tiga dimensi self efficacy yakni dimensi level, dimensi
generality dan dimensi strength. Menurut Brown dkk dalam
beberapa indikator yang terumuskan ialah:
1) Yakin Dapat Menyelesaikan Tugas Tertentu
Individu meyakini dirinya mampu dalam
menyelesaikan tugas tententu, yang mana tugas di
tetapkan sendiri oleh individu dengan menetapkan target
yang mesti diselesaikan (Hasanah et al., 2019)

22
2) Yakin Memotovasi Diri
Untuk dapat melakukan tindakan yang perlu
untuk menyelesaikann tugas maka individu harus
mampu menumbuhkembangkan motivasi yang ada
dalam diri agar dapat memilih dan melakukan tindakan
yang diperlukan dalam rangka penyelesaian tugas
(Hasanah et al., 2019).
3) Yakin Bahawa Individu Mampu Berusaha
Dengan gigih, tekun dan keras dilakukan
individu agar dapat menyelesaikan tugas yang ditetapkan
dengan mengerahkan segala daya yang dimiliki
(Hasanah et al., 2019).
4) Yakin Bahwa Individu Mampu dalam Menghadapi
Hambatan/Kesulitan
Individu mampu bertahan disaat menemui
kesulitan dan hambatan yang ada serta mampu bangkit
dari kegagalan (Hasanah et al., 2019).
5) Yakin Dapat Menyelesaikan Tugas Yang Memiliki
Rentang Yang Luas Ataupun Sempit (Spesifik).
Individu mempunyai keyakinan akan setiap tugas
yang ia lakukan disetiap tugas apapun meskipun itu luas
atau spesifik (Hasanah et al., 2019).
3. Konsep Kualitas Hidup
a. Pengertian Kualitas Hidup
Kualitas hidup (Quality Of Life) merupakan konsep
yang penting didalam bidang kesehatan dan kedokteran.
Kualitas hidup merupakan konsep yang kompleks untuk
ditafsirkan atau didefinisikan secara berbeda didalam dan
diantara disiplin ilmu, termasuk dibidang kesehatan dan
kedokteran (Haraldstad et al., 2019). Oleh karena alasan
kurangnya defenisi kualitas hidup seperti yang telah

23
dikemukakan maka Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
berinisiatif untuk menyepakati secara universal definisi kualitas
hidup yang merupakan persepsi individu mengenai posisi
mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem
nilai yang mereka jalani dan dalam kaitannya dengan harapan,
tujuan, standar dan perhatian mereka (WHO, 2012).
Definisi ini menjadi cerminan bahwa kualitas hidup
mengacu pada evaluasi subjektif, yang tertanam dalam konteks
budaya, sosial dan lingkungan. Dengan demikian, kualitas
hidup tidak dapat disamakan hanya dengan istilah status
kesehatan, gaya hidup, kepuasan hidup, keadaan mental atau
kesejahteraan (WHO, 2012).
Peluncuran definisi kualitas hidup ini melatarbelakangi
adanya pengembangan WHOQOL (World Health Organization
Quality Of Life) yang menjadi instrumen untuk mengukur
kualitas hidup seseorang dengan penilaian konsep multidimensi
yang menggabungkan persepsi individu tentang status
kesehatan, status psikososial dan aspek kehidupan lainnya
(WHO, 2012).
b. Dimensi Kualitas Hidup
Berdasarkan EFA (Explanatory Factor Analysis) dalam
(Resmiya & Misbach, 2019), dimensi Kualitas Hidup di
Indonesia adalah:
1) Keagamaan & spiritualitas, adalah penghayatan individu
terhadap hubungannya dengan Tuhan.
2) Pemaknaan akan hidup, adalah penghayatan individu
mengenai arti kehidupannya.
3) Pencapaian dalam hidup, adalah persepsi individu terhadap
apa yang diinginkan dalam hidup.

24
4) Etos kerja, adalah ukuran dari kinerja individu yang
menandakan adanya tanggung jawab, manajemen waktu
dan kesungguhan dalm bekerja.
5) Pendidikan & ilmu pengetahuan, adalah pemaknaan
individu pada apa yang dipelajari.
6) Prososial, adalah tindakan yang dilakukan individu untuk
membantu individu lain.
7) Hubungan sosial adalah interaksi dan kedekatan individu
dengan individu lain.
8) Kodisi fisik, adalah penghayatan individu terhadap kondisi
tubuhnya.
9) Psikologis, adalah proses mental yang mempengaruhi
perilaku individu.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Menurut (Yuniharce et al., 2021) mengatkan beberapa hasil
penelitian mengenai kualitas hidup penderita Diabetes Melitus
menyatakan bahwa terdapat berrbagai factor yang mempengaruhi
dan faktor yang berkaitan dengan kualitas hidup pada penderita
Diabetes Melitus yakni umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
status sosial ekonomi, status pernikahan, faktor medis (termasuk
lamanya menderita Diabetes Melitus dan komplikasi) juga faktor
psikologis yaitu kecemasan. Faktor tersebut dapat berdampak
negatif dan berpengaruh terhadap kualitas hidup penderitan
Diabetes. Namun (Yuniharce et al., 2021) menjelaskan bahwa
dengan managemen stress yang dilakukan penderita maka akan
berdampak positif bagi penderita (Yuniharce et al., 2021).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan (Jacob & Sandjaya, 2018),
ada empat faktor yang mempengaruhi kualitas hidup, adalah:
1) Faktor Fisik
Dapat disimpulkan berdasarkna pemaparan dari
hasil analisa yang dilakukan (Jacob & Sandjaya, 2018)

25
bahwa faktor fisik dapat terjadi karena diri sendiri, orang
lain, hubungan dengan orang lain atau fasilitas yang
memadai (Jacob & Sandjaya, 2018).
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah persepsi terhadap
kesehatan, kepuasan hidup dan kebahagiaan. Psikologis
yaitu bodily dan appearance, perasaan negatif, perasaan
positif, self-esteem, berfikir, belajar, memori dan
konsentrasi. Aspek sosial yang meliputi relasi personal,
dukungan sosial dan aktivitas seksual (Jacob & Sandjaya,
2018).
3) Faktor Sosial
Hubungan sosial adalah relasi personal, dukungan
sosial dan aktivitas sosial. Relasi personal adalah hubungan
antara individu dengan individu lain. Dukungan sosial
yakni gambaran adanya bantuan yang didapatkan oleh
individu yang berasal dari lingkungan sekitar. Sedangkan
aktivitas seksual adalah gambaran kegiatan seksual yang
dilakukan individu, Sekarwini dalam (Jacob & Sandjaya,
2018)
4) Faktor Lingkungan
Lingkungan yang meliputi sumber finansial,
freedom, physical safety dan security, perawatan kesehatan
dan sosial care lingkungan rumah, kesempatan untuk
mendapatkan berbagai informasi baru dan keterampilan,
partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi atau
kegiatan yang menyenangkan serta lingkungan fisik dan
transportasi seperti yang dikatan WHO masuk dalam faktor
yang mempengaruhi kualitas hidup (Jacob & Sandjaya,
2018).

26
d. Domain Kualitas Hidup
Kualitas hidup memiliki enam domain secara keseluruhan,
yakni:
1) Domain I Domain Fisik
Pada domain I ini terdapat beberapa aspek diantaranya; rasa
sakit dan ketidaknyamanan, energi dan kelelahan, tidur dan
istirahat yang adalah aspek yang dapat dicirikan sebagai
deskripsi perilaku, keberadaan, kapasitas atau potensi,
perseps atau pengalaman subjektif (WHO, 2012).
2) Domain II Psikologis
Domain II ini mencakup aspek perasaan positif, berpikir,
belajar, memori, konsentrasi, harga diri, citra tubuh dan
penampilan juga perasaan negatif, semua aspek ini mengarah
pada kognitif, emosional atau perasaan dan kemauan atau
hubungan interpersonal (WHO, 2012).
3) Domain III Tingkat Kemandirian
Domain ini mencakup mobilitas, aktivitas kehidupan
sehari-hari, ketergantungan pada pengobatan atau perawatan,
kapasitas kerja, adalah bahasan mengenai bagaimana
mengukur individu dalam kebebasan menjalankan tugasnya
(WHO, 2012).
4) Domain IV Hubungan Sosial
Domain IV mencakup hubungan pribadi, hubungan social
dan aktivitas seksual, dimana domain ini membahas
mengenai bagaimana individu menerima diri sendiri dan
orang lain (WHO, 2012).
5) Domain V Lingkungan
Keamanan, lingkungan rumah, sumber keuangan,
perawatan kesehatan dan social: ketersediaan dan kualitas,
peluang untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru,
partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi dan bersantai,

27
lingkungan fisik (polusi/kebisingan/lalu lintas/iklim) dan
transportasi termasuk ke dalam domain lingkungan (WHO,
2012).
6) Domain VI Spiritualitas/Agama/Kepercayaan Pribadi
Domain ini memriksa keyakinan seseorang dan bagaiman
hal tersebut mempengaruhi kualitas hidup seseorang (WHO,
2012).
e. Pengukuran Kualitas Hidup
Mengingat sangat pentingnya informasi mengenai kualitas
hidup, maka Organisasi Kesehatan Dunia membuat instrumen
untuk mengukur kualitas hidup individu dengan penyakit tertentu
yang telah di uji validitasnya disejumlah negara yang dikenal
dengan WHOQOL-100 (World Health Organization Quality Of
Life 100) dan WHOQOL-BREF (World Health Organization
Quality Of Life-BREF) yang adalah persempitan menjadi empat
aspek dari versi WHOQOL yang diuraikan dengan prosedur
dibawah ini: (Resmiya & Misbach, 2019).
1) Skor dari WHOQOL-100
WHOQOL-100 menghasilkan profil dari kualitas
hidup. Dengan dimungkinkan mendapat enam skor domain,
24 skor dari aspek tertentu dan satu skor dari aspek umum
yang mengukur kualitas hidup secara keseluruhan dan
kesehatan umum. Enam skor domain tersebut menunjukan
persepsi individu akan kualitas hidup seperti; domain: fisik,
psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, lingkungan
dan kerohanian. Setiap aspek skor domain diambil untuk
berkontribusi sama terhadap skor domain. Setiap skor domain
dihitung dengan cara menghitung rata-rata skor segi dalam
domain dengan mencatat bahwa aspek yang diutarakan secara
negatif ialah skor terbalik seperti rumus berikut:
Domain fisik = ((Skor 24-Sakit )+skor Energi+skor Tidur )/3

28
Domain psikologis = (Skor Perasaan Positif+skor Berpikir+
skor Diri+Skor Gambar Tubuh+(24–skor Perasaan Negatif)/5
Domain tingkat kemandirian = (skor Mobilitas+skor
Aktivitas Hidup Sehari-hari+(24-skor Obat)+skor Kerja )/4.
Domain hubungan sosial = (skor Personal Relationships+skor
Dukungan Sosial+skor Aktivitas Seksual)/3.
Domain lingkungan = (Skor Keselamatan+skor Lingkungan
Rumah+Keuangan+Skor Sumber Daya+skor Akses Ke
Layanan+skor Akses Keinformasi+skor Aktivitas+Skor
Lingkungan Fisik+skor Akses Ke Transportasi)/8.
Domain spiritualitas = Skor segi Spiritualitas.
Untuk skor facet dinilai dengan penskalaan sumatif di mana
semua item memberikan kontribusi yang sama terhadap segi
skor. Sejumlah besar aspek berisi pertanyaan yang perlu
diberi skor terbalik, untuk segi yang berbingkai positif dan
pertanyaan konstituen berbingksi negatif diberi skor terbalik.
Contohnya: Persamaan Positif = (F4.1+F4.2+F4.3+F4.4)
Untuk aspek dimana item tertentu perlu diberi skor terbalik:
Energi Dan Kelemahan = (F2.1+ (6-F2.2)+ F2.3 + (6-F2.4)
52
Skor domain dan skor facet dapat diubah menjadi skala 0-100
dengan rumus: Transformasi Skor=(SKOR-4)x(100/6). Skor
domain dan skor facet diskalakan ke arah positif, bila skor
yang lebih tinggi menunjukan kualitas hidup yang lebih
tinggi (WHO, 2012).
Apabila terdapat lebih dari 20% data hilang dari
penilaian, penilaian harus dibuang. Jika satu item hilang
dalam satu segi, rata-rata item lain dalam segi itu diganti.
Dimana terdapat lebih dari dua item hilang dari segi, skor
segi tidak boleh dihitung. Untuk domain Hubungan fisik,
psikologis dan sosial, di mana satu aspek tidak ada, rata-rata

29
skor segi lainnya dapat diganti. Untuk domain lingkungan,
hingga dua hilang skor segi dapat diganti dengan rata-rata
dari nilai segi lainnya (WHO, 2012).
File sintaks SPSS yang secara otomatis memeriksa,
mengkode ulang data, dan menghitung skor domain mungkin
diperoleh dari Profesor Mick Power, Departemen Psikiatri,
Rumah Sakit Royal Edinburgh (WHO, 2012).
2) Skor dari WHOQOL-BREF
WHOQOL-BREF (Field Trial Version) menghasilkan
empat skor domain. terdapat pula dua item yang diperiksa
secara terpisah: pertanyaan pertama tentang persepsi
keseluruhan individu mengenai kualitas kehidupan dan
pertanyaan ke dua tentang persepsi keseluruhan individu
mengenai kesehatannya. Skala skor domain adalah ke arah
yang positif (yakni skor yang lebih tinggi menunjukkan
kualitas hidup yang lebih tinggi). Skor rata-rata dari item
dalam setiap domain digunakan untuk menghitung skor
domain. Nilai rata-rata kemudian dikalikan dengan empat
untuk membuat skor domain sebanding dengan skor yang
digunakan dalam WHOQOL-100 yang selanjutnya
ditransformasikan ke skala 0-100, menggunakan rumus yang
dipaparkan diatas. Dihitung dengan rumus dibawah ini:
(WHO, 2012).
Domain fisik = ((6-Q3) + (6-Q4) + Q10 + Q15 + Q16 + Q17
+ Q18) x4.
Domain psikologis = (Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 + (6-
Q26)) x4.
Domain Hubungan Sosial = (Q20 + Q21 + Q22) x4.
Domain lingkungan = (Q8 + Q9 + Q12 + Q13 + Q14 + Q23
+ Q24 + Q25) x4 (WHO, 2012).

30
A. Kerangka Teori

Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang dapat terjadi karena adanya kelainan
sekresi insulin, kerja insulin dan atau keduanya (PERKENI, 2021).
.

Etiologinya bisa karena faktor genetik Diabetes Melitus menurut ADA dalam buku
dan faktor gaya hidup (Rara et al., 2019) Perkeni di klasifikasikan; DM Tipe 1, DM
. Tipe 2, DM Tipe Spesifik Lain dan DM
Gestasional (Rara et al., 2019).
Hiperglikemia karena tubuh tidak .
bisa memakai atau menggunakan
insulin dengan optimal (Rara et
al., 2019).

Penatalaksanaan yang dilakukan untuk


menurunkan kadar insulin adalah dengan Karena sifatnya menahun yang tidak
metode DMSE (Diabetes Self Management dapat disembuhkan maka seringkali
Education) (Marbun et al., 2021). penderita merasa jenuh menjalani
pengobatan (Nur, 2020).
.

Self efficacy adalah hasil proses kognitif yang


berupa keyakinan, harapan dan keputusan Kemampuan dalam melakukan
individu (Efendi, 2013). pengelolaan (Nur, 2020).
.

Kualitas hidup merupakan persepsi individu


mengenai posisinya dalam konteks kehidupan
(WHO, 2012).
.

Gambar 1 Sumber: (Perkeni, 2021), (WHO, 2012), (Efendi, 2013), (Nur,


2020), (Rara et al., 2019), (Marbun et al., 2021).

31
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang
ditandai dengan adanya resisten insulin yang diakibatkan karena
rusaknya pankreas secara sebagian atau keseluruhan, penyakit ini
bersifat menahun yang tidak dapat disembuhkan namun dapat
dikelola. Pengelolaan yang dilakukan membutuhkan waktu yang
tidak singkat, hal ini membuat banyak penderita yang mengalami
kejenuhan pada proses pengelolaan. Namun apabila pengelolaan
yang dilakukan tidak optimal dapat menyebabkan adanya
kompikasi bagi penderita dan bisa menurunkan kualitas hidupnya
hingga parahnya menyebabkan kematian karena jika pemyakit ini
tidak dikelola bisa mempengaruhi system organ lain yang ada pada
tubuh manusia. Maka, dibutuhkan self efficacy yang baik pada
penderita agar mampu melakukan pengelolaan diri secara optimal
yang dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.
1. Self Efficacy
Self efficacy adalah hasil proses kognitif yang berupa
keyakinan individu, harapan dan keputusan akan perkiraan
sejauh mana kemampuan yang dimilikinya dalam mengatur
dan melakukan sesuatu untuk mendapat hasil yang diinginkan.
Dapat dikatakan bawha self efficacy adalah penentu seseorang
dalam mengambil keputusan saat melakukan sesuatu yang
dapat mempengaruhi aspek kehidupan, salah satunya potensi
dalam menangani stressor.
2. Kualitas hidup
Kualitas hidup bukanlah istilah mengenai status kesehatan,
gaya hidup, kepuasan hidup, keadaan mental atau
kesejahteraan melainkan persepsi seseorang mengenai
posisinya dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem

32
nilai yang ia jalani dan dalam kaitannya dengan harapan,
tujuan, standar dan perhatian.
B. Kerangka Konsep

Self Efficacy Kualitas Hidup Pasien


Diabetes Melitus Tipe 2

Self Management

Gambar 2 Sumber: (Sugiyono & Mitha, 2020)


Keterangan
Variabel Independen yang diteliti
Variabel Independen yang tidak diteliti
Variable Dependen yang diteliti
Hubungan Variabel yang diteliti
Hubungan Variabel yang tidak diteliti
C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
Tabel 1
Kriteria
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala
Objektif
Yang dimaksud self Dikatakan
efficacy dalam baik: jika
penelitian ini adalah jawaban
Kuesioner
suatu keyakinan responden
Diabetes
pasien DM tipe 2 akan memperoleh
Independen Management
kemampuan dirinya Ordinal skor sama
Self efficacy Self Efficacy
dalam melakukan atau >45.
Scale
pengelolaan DSME Dikatakan
(DMSES)
(Diabetes Self kurang: jika
Management jawaban
Education) responden

33
memperoleh
skor <45.
Yang dimaksud Dikatakan
kualitas hidup dalam baik: jika
penelitian ini adalah jawaban
pasien dengan DM Kuesioner responden
tipe 2 yang World Helath memperoleh
mampersepsikan Organization skor sama
Dependen
dirinya mengenai Quality Of Ordinal atau >45.
Kualitas Hidup
posisinya dalam Life-BREF Dikatakan
melakukan (WHOQOL- kurang: jika
pengelolaan DSME BREF) jawaban
(Diabetes Self responden
Management memperoleh
Education) skor <45.
Kuesioner self efficacy dan Kuesioner Kualitas Hidup ini masing-masing terdiri
dari 15 pernyataan. Pernyataan ini dengan lima pilihan jawaban dan mendapat
total masing-masing skor yang dikatakan baik jika mendapat skor ≥ 45 dan < 45
yang dibuktikan dengan rumus seperti berikut:
(Jumlah pertanyaan x skor terendah)+(jumlah pertanyaan x skor tertinggi)
2
= (15x1) + (15x5)
2
= 15 + 75
2
= 90
2
= 45

34
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini ada dua, adalah:
1. Hipotesis alternatif (H1): Adanya hubungan antara Self efficacy
dengan kualitas hidup pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.
2. Hipotesis Nol (H0): Tidak adanya hubungan antara Self efficacy
dengan kualitas hidup pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.
Nilai α = tingkat signifikansi/margin error = 5% jadi keputusannya
jika probabilitas (ρ value)<0,05 maka H0 ditolak dan jika probabilitas
(ρ value)>0,05 maka H0 diterima.

35
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rencana Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik yang
menggunakan pendekatan Cross Serctional Study yang bertujuan
untuk mencari hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui
hubungan self efficacy dengan kualitas hidup pasien Diabetes
Melitus tipe 2 di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar.
Rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting
dalam penelitian yang memungkinkan pengontrolan maksimal
beberapa faktor yang mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam,
2016). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
survey analitik dengan metode Cross Sectional Study design.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Tamalanrea Jaya
Kota Makassar pada bulan Juli Tahun 2022
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah suatu objek atau data dengan kriteria
tertentu yang akan diselidiki (Nursalam, 2016). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh penderita yang terdiagnosis
Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota
Makassar. Jumlah populasi sebanyak 579 terhitung mulai dari
bulan Januari sampai Desember 2021, sehingga jumlah rata-
rata populasi dalam penelitian ini sebanyak 48 orang kunjungan
setiap bulan.

36
2. Sampel penelitian
a. Besar Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang terjangkau
yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui
sampling (Nursalam, 2016). Adapun besar sampel dalam
penelitian ini 32 orang diperoleh dengan menggunakan
rumus Slovin, seperti berikut:
N .

n= 1+N(d2)
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal
N = Populasi
d = Error margin
n= 48 .
1+48(5%2)
n= 48 .
1+48(0,052)
n= 48 .
1+48(0,0025)
n= 48 .
1+0,12
n= 48 .
1,12
n = 42,8571429
Sehingga didapatkan 42 responden.
b. Sampling
Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari
populasi yang dapat mewakili populasi yang ada.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode accidental
sampling. Accidental sampling merupakan teknik
pengambilan sampel dengan memilih siapa yang kebetulan

37
dijumpai. Berdasar pada faktor spontanitas dimana siapa
saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti yang memiliki
karakteristik yang sesuai dengan kriteria maka orang
tersebut bisa dijadikan sampel atau responden (Nursalam,
2016).
c. Kriteria Sampel
1) Kriteria inklusi: Responden yang terdiagnosis Diabetes
Melitus Tipe 2 di Puskesmas Tamalanrea Jaya
2) Kriteria ekslusi: Responden yang mengalami penurunan
kesadaran secara drastis saat penelitian
D. Alat atau Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti
menggunakan instrumen penelitian yakni kuesioner. Kuesioner
yang terdiri dari dua kuesioner, kuesioner self efficacy dan
kuesioner kualitas hidup (WHOQOL). Kuesioner adalah alat ukur
dengan beberapa pertanyaan, alat ukur ini digunakan apabila
responden berjumlah besar dan tidak buta huruf. Kuesioner dalam
penelitian ini menggunakan jenis kuesioner checklist atau daftar
yang berisi pertanyaan atau pernyataan yang diamati, responden
memberikan jawaban dengan tanda (√) sesuai dengaan hasil yang
diinginkan.
1. Kuesioner DMSES (Diabetes Management Self Efficacy
Scale)
Kuesioner ini tujuannya untuk mengetahui bagaimana self
efficacy/keyakinan diri pasien Diabetes Melitus. Kuesioner
ini terdiri dari 15 pertanyaan. Pertanyaan ini dengan lima
pilihan jawaban, yakni: “sangat tidak mampu” nilainya 1
“tidak mampu” nilainya 2 “kurang mampu” nilainya 3
“mampu” nilainya 4 “sangat mampu” nilainya 5.

38
2. Kuesioner WHOQOL-BREF
Kuesioner ini tujuannya untuk mengetahui bagaimana
kualitas hidup pasien Diabetes Melitus. Kuesioner ini terdiri
dari 15 pertanyaan. Pertanyaan ini dengan lima pilihan
jawaban, yakni: “sangat tidak puas” memiliki nilai 1 “tidak
puas” nilainya 2 “kurang puas” nilainya 3 “puas” nilainya 4
“sangat puas” nilainya 5.
E. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur
itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Soekidjo, 2012).
Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan validasi dari
kuesioner Diabetes Management Self Efficacy Scale. Karena
telah dinyatakan valid dan telah di pakai dalam beberapa
penelitian serupa sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan
oleh Ana, 2018, Resmiya & Misbach, 2019, Salim et al., 2007.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan
(Soekidjo, 2012). Kuesioner dalam penelitian ini telah
dinyatakan reliabel karena telah di pakai dalam beberapa
penelitian serupa sebelumnya.
F. Proses Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data responden dimulai dengan
pengajuan surat permohonan izin penelitian untuk lokasi penelitian
yaitu kepada Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar. Setelah
mendapatkan izin dari Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar,
peneliti mulai melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data
responden dilakukan pertama-tama dengan mencari data pada
rekam medis pasien yang positif terdiagnosis Diabetes Melitus tipe
2 dan bila diperlukan peneliti akan mengunjungi rumah penderita

39
untuk membawakan kuesioner penelitian pada penderita Diabetes
Melitus tipe 2 untuk diisi kuesioner yang akan dipandu oleh
peneliti untuk mendapatkan informasi penelitian. Pedoman peneliti
dalam penelitian ini berupa kuesioner Diabetes Management Self
Efficacy Scale dan World Health Organization Quality Of Life-
BREF. Alasan peneliti memilih metode ini adalah untuk
mendapatkan keterangan atau informasi secara jelas, responden
juga lebih mengerti maksud pernyataan yang ada pada kuesioner.
Sebelum nantinya responden mengisi kuesioner, peneliti
menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan penelitian. Setelah
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan, peneliti menanyakan
kesedian responden dan setelah responden yang bersedia akan
menandatangani lembar permohonanan menjadi responden,
sedangkan responden yang tidak bersedia mempunyai hak untuk
menolak dan peneliti tidak akan memaksa. Setelah responden
menandatangani lembar permohonanan menjadi responden,
peneliti mulai melakukan penelitian dengan menggunakan panduan
yang telah disiapkan peneliti. Peneliti memberikan kesempatan
kepada responden untuk bertanya jika ada yang tidak dimengerti
oleh responden. Setelah semua pernyataan pada kuesioner Diabetes
Management Self Efficacy Scale dan World Health Organization
Quality Of Life-BREF ditanyakan kepada responden, peneliti
memeriksa dan memastikan bahwa tidak ada pernyataan yang
terlewatkan lalu peneliti melakukan pengecekan kembali (editing).
Selanjutnya peneliti mengumpulkan data responden dalam satu
map khusus agar data responden tidak hilang. Data yang terkumpul
akan diolah dan dianalisa dengan komputer melalui beberapa
tahap.

40
G. Pengolahan Dan Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka peneliti mulai melakukan
pengolahan dan analisa data. Pengolahan data dilakukan dengan
komputer melalui tahap-tahap seperti berikut: pertama, peneliti
melakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu dengan
mengecek kembali data responden yang telah mengisi kuesioner
penelitian. Kedua, peneliti mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan (coding). Pemberian kode
ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry) yang
merupakan sebuah proses pengisian data pada tabel disebut
data dasar (based data). Ketiga, apabila semua data dari setiap
sumber data atau responden selesai dimasukkan, maka dilakukan
pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-kemnungkinan
adanya kesalahan-kesalah kode, ketidaklengkapan dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (data cleaning).
Data yang telah kumpulkan kemudian diuji statistik dengan
uji chi-square yang adalah uji statistik yang ditujukan untuk
mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel berskala
ordinal. Jika ρ value>α = 0,05 maka H0 ditolak dan jika nilai ρ
value<α = 0,05 maka H0 diterima. Bentuk analisis uji univariate
dan bivariate. Analisis univariate untuk menguji distribusi
frekuensi seperti usia, jenis kelamin dan data demografis lainnya
dan analisis bivariate untuk menguji korelasi variabel independen
dan variabel dependen. Data ordinal dianalisis menggunakan nilai
median, deviasi atau kuartil, frekuensi relatif, prosentase,
kolmogorov, kolmogorov-Smirnov (Sugiyono, 2013).

41
H. Etika Penelitian
Penelitian ini tetap mengedepankan tiga prinsip etika
penelitian yakni Confidentiality, benefit dan respect for justice and
inclusiveness. Secara administratif penelitian ini mendapatkan izin
melalui Pembimbing I dan II serta KaProdi S1 Ilmu Keperawatan
STIKES Nani Hasanuddin Makassar.
1. Kerahasiaan (Confidentiality)
Semua orang mempunyai hak dasar individu termasuk
privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi.
Karenanya peneliti tak boleh menampilkan informasi
mengenai identitas dan kerahasiaan subjek. Peneliti cukup
menggunakan coding sebagai pengganti identitas pasien
(Soekidjo, 2012). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
coding untuk pengganti identitas responden.
2. Prinsip manfaat (benefit)
Dalam suatu penelitian hendaknya memberikan manfaat
semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan
subjek penelitian secara khusus. Peneliti dalam penelitian ini
berusaha untuk meminimalisasi dampak yang merugikan
bagi subjek (Soekidjo, 2012).
3. Prinsip keadilan dan keterbukaan (respect for justice on
inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu untuk dijaga peneliti
dengan kejujuran, keterbukaan dan keterhatihatian. Maka itu
lingkungan peneliti perlu dikondisikan agar memenuhi
prinsip keterbukaan yakni dengan menjelaskan prosedur
penelitian. Prinsip ini menjamin bahwa semua subjek
penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama,
tanpa membedakan agama, etnis (Soekidjo, 2012). Pada
penelitian ini peneliti menjelaskan prosedur penelitian pada
semua responden tanpa membedakan (Soekidjo, 2012).

42
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam bagian ini memuat hasil penelitian yang relevan dengan
tujuan dan atau hipotesis alternatif penelitian yang disajikan sesuai dengan
analisis data, hasil analisis data yang merupakan temuan penelitian yang
akan di uraikan mengenai hasil penelitian yang adalah karakter umum
responden yang membahas mengenai distribusi data demografis seperti
usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pekerjaan, analisis data
univariate lama menderita Diabetes Melitus, komplikasi yang dialami,
mengonsumsi obat Diabetes Melitus dan data bivariate untuk melihat
adanya hubungan self efficacy dengan kualitas hidup pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Puskesmas Tamalanrea Jaya.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota
Makassar di mulai dari tanggal 8 Juli 2022 hingga 8 Agustus 2022 dengan
jumlah responden sebanyak 42 penderita Diabetes Melitus yang sesuai
dengan kriteria sampel yang telah ditentukan oleh peneliti.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan kemudian
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang terdapat didalamnya
terdapat karakteristik umum responden, analisis univariate dan analisis
bivariate dengan menggunakan uji statistik Chi-Square yang adalah
seperti dibawah ini:

43
1. Karakteristik Umum Responden
a. Usia
Tabel 2
Karakteristik responden penelitian berdasarkan usia di
Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar
Usia frekuensi (f) Presentase (%)
45-54 16 38,1
55-65 22 52,4
66-74 4 9,5
Total 42 100,0
Sumber: Data Primer, 2022
Menurut data diatas menunjukan bahwa jumlah
responden terbanyak berada dikisaran usia 55-65 tahun
yakni 22 orang (52,4%) lalu usia 45-54 sebanyak 16 orang
(38,1%) dan jumlah responden yang tersedikit berada di
kisaran usia 66-74 tahun yakni 4 orang (9,5%).
b. Jenis Kelamin
Tabel 3
Karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis
kelamin di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar
Jenis Kelamin frekuensi (f) Presentase (%)
Laki-laki 8 19,0
Perempuan 34 81,0
Total 42 100,0
Sumber: Data Primer, 2022
Menurut data diatas menunjukan bahwa jumlah
responden terbanyak adalah responden berjenis kelamin
perempuan yakni 34 orang (81,0%) dan jumlah responden
yang tersedikit adalah jenis kelamin laki-laki yakni 8 orang
(19,0%).

44
c. Pendidikan Terakhir
Tabel 4
Karakteristik responden penelitian berdasarkan
pendidikan terakhir di Puskesmas Tamalanrea Jaya
Kota Makassar
Pendidikan Presentase
frekuensi (f)
Terakhir (%)
Tamat SD 9 21,4
Tamat SMP 12 28,6
Tamat SMA 19 45,2
Diploma/Sarjana/
2 4,8
Magister/Doktor
Total 42 100,0
Sumber: Data Primer, 2022
Menurut data diatas menunjukan bahwa jumlah
responden terbanyak adalah tamatan SMA yakni 19 orang
(45,2%) lalu tamatan SMP sebanyak 12 orang (28,6%)
jumlah responden yang tamat SD sebanyak 9 orang
(21,4%) dan jumlah responden yang tersedikit adalah
tamatan Diploma/Sarjana/Magister/Doktor yakni 2 orang
(4,8%).

45
d. Status Pekerjaan
Tabel 5
Karakteristik responden penelitian berdasarkan status
pekerjaan di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota
Makassar
Status Pekerjaan frekuensi (f) Presentase (%)
Pegawai Negeri 0 0
Swasta 42 100,0
Lain-lain 0 0
Total 42 100,0
Sumber: Data Primer, 2022
Menurut data diatas menunjukan bahwa jumlah
responden secara keseluruhan adalah responden dengan
status pekerjaan swasta yakni 42 orang (100,0%).
2. Analisis Univariate
a. Lama Menderita DM
Tabel 6
Karakteristik responden penelitian berdasarkan lama
menderita DM di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota
Makassar
Lama Menderita
frekuensi (f) Presentase (%)
DM
1-4 Tahun 17 40,5
5-8 Tahun 25 59,5
Total 42 100,0
Sumber: Data Primer, 2022
Menurut data diatas menunjukan bahwa jumlah
responden terbanyak berada dikisaran lama menderita DM
Tipe 2 1-4 tahun yakni 28 orang (66,7%) dan jumlah
responden yang tersedikit berada di kisaran lama menderita
DM 5-8 tahun yakni 14 orang (33,3%).

46
b. Komplikasi Yang Dialami
Tabel 7
Karakteristik responden penelitian berdasarkan
komplikasi yang dialami di Puskesmas Tamalanrea
Jaya Kota Makassar
Komplikasi yang
frekuensi (f) Presentase (%)
dialami
Ada 29 69,0
Tidak Ada 13 31,0
Total 42 100,0
Sumber: Data Primer, 2022
Menurut data diatas menunjukan bahwa jumlah
responden terbanyak berada dimemiliki komplpikasi yakni
29 orang (69,0%) dan jumlah responden yang tersedikit
berada di tidak memiliki komplikasi yakni 13 orang
(31,0%).
c. Mengonsumsi Obat DM
Tabel 8
Karakteristik responden penelitian berdasarkan
mengonsumsi obat DM di Puskesmas Tamalanrea Jaya
Kota Makassar
Mengonsumsi Obat
frekuensi (f) Presentase (%)
DM
Ya 42 100,0
Tidak 0 0
Total 42 100,0
Sumber: Data Primer, 2022
Menurut data diatas menunjukan bahwa jumlah
responden secara keseluruhan mengkonsumsi obat DM
yakni 42 orang (100,0%).

47
d. Variabel Independen (Self Efficacy)
Tabel 9
Distribusi frekuensi self efficacy pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Puskesmas Tamalanrea Jaya
Self Efficacy frekuensi (f) Presentase (%)
Baik 19 45,2
Kurang 23 54,8
Total 42 100,0
Sumber: Data Primer, 2022
Menurut data diatas menunjukan bahwa jumlah
responden terbanyak dengan self efficacy kurang yakni
23 orang (54,8%) dan jumlah responden yang tersedikit
adalah memiliki self efficacy baik yakni 19 orang
(45,2%).
e. Variabel Dependen (Kualitas Hidup)
Tabel 10
Distribusi frekuensi kualitas hidup pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Puskesmas Tamalanrea Jaya
Kualitas Hidup frekuensi (f) Presentase (%)
Baik 19 45,2
Kurang 23 54,8
Total 42 100,0
Sumber: Data Primer, 2022
Menurut data diatas menunjukan bahwa jumlah
responden terbanyak dengan kualitas hidup kurang
yakni 23 orang (54,8%) dan jumlah responden yang
tersedikit adalah yang memiliki kualitas hidup baik
yakni 19 orang (45,2%).

48
3. Analisis Bivariate
Untuk dapat menilai hubungan self efficacy dengan kualitas
hidup pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas
Tamalanrea Jaya, maka dilaksanakan analisis bivariate yang
menggunakan uji statistik Chi-Square yang menggunakan
tingkat signifikansi 5% (α=0,05) atau interval kepercayaan
95% maka ketentuan bahwa self efficacy dan kualitas hidup
pasien Diabetes Melitus Tipe 2 memiliki hubungan yang
bermakna atau tidak.
Tabel 11
Hubungan Self Efficacy dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di Pusekesmas Tamalanrea
Jaya tahun 2022
Kualitas Hidup
Self Total ρ
Baik Kurang Α
Efficacy value
n % n % N %
Baik 19 45,2 0 0 19 45,2
Kurang 0 0 23 54,8 23 54,8 0,000 0,05
Total 19 45,2 23 54,8 42 100,0

Dari tabel yang ada diatas di ketahui dari 42


responden yang diteliti terdapat 23 (54,8%) responden
memiliki self efficacy kurang dan ditemukan 23 (45,2%)
responden yang memiliki self efficacy baik, didapatkan
responden dengan kualitas hidup kurang sebanyak 23 orang
(54,8%) dan responden dengan kualitas hidup baik
sejumlah 19 orang (45,2%).
Hasil uji statistik self efficacy dengan kualitas hidup
pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Tamalanrea
Jaya menggunakan uji Chi square diperoleh nilai ρ value
0,000 dengan α=0,05. Karena nilai ρ value 0,000 maka

49
dinyatakan H0 ditolak yang artinya terdapat hubungan self
efficacy dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 di Puskesmas Tamalanrea Jaya.
B. Pembahasan
Menurut hasil uji statistik diperoleh nilai ρ<α 0,05 maka
dinyatakan H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara self efficacy
dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas
Tamalanrea Jaya. Hasil penelitian bahwa banyak responden yang memiliki
self efficacy kurang yakni 23 (45,2%) yang penyebabnya jika dilihat dari
karakteristik responden berdasarkan usia sangat erat keterkaitannya
dengan tingginya kadar gula darah dengan bertambahnya usia maka
prevalensi dan gangguan toleransi akan glukosa semakin meningkat
mengakibatkan penderita akan pesimis dan tidak yakin akan
kesembuhannya (Sudoyono, 2014) dan ditinjau dengan teori yang di
kemukakan oleh WHO bahwa apabila usia di atas 30 tahun maka kenaikan
kadar gula darah per tahun akan naik menjadi 1-2mg/dL saat puasa dan
setelah makan menjadi 5,6-13mg/dL (Sudoyono, 2014), penelitian ini
sejalan dengan teori tersebut karena jumlah responden dalam penelitian ini
terbanyak ada pada kisaran usia 55-65 tahun (52,4%), bukan hanya dari
segi usia namun tingkat pendidikan pun mempengaruhi kurangnya self
efficacy penderita terlihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditempuh
responden hanyalah 2 responden yang menempuh pendidikan
Diploma/Sarjana/Magister/Doktor, seseorang dengan pendidikan lebih
tinggi atau baik akan lebih matang dalam hal memproses informasi
termasuk informasi mengenai kesehatan (Ariani, 2019), dilihat teori yang
terdapat dalam bab sebelumnya atau landasan teori bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi self efficacy adalah jenis kelamin yang mana menurut
Bandura dalam (A. F. Lina et al., 2019) wanita memiliki self efficacy yang
tinggi dibandingkan pria dalam mengelola sesuatu wanita karena wanita
bisa berprofesi sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita karir dan jika
disinkronkan dengan hasil penelitian ini dimana rata-rata responden pria

50
memiliki self efficacy kurang (A. F. Lina et al., 2019). Responden yang
memiliki kualitas hidup hasilnya sejalan dengan self efficacy yakni 23
(45,2%) responden yang memiliki kualitas hidup kurang dan 19 (45,2%)
responden dengan kualitas hidup baik dan hal ini sejalan dengan teori
yang menyatakan bahwa kualitas hidup seseorang dapat diprediksi dengan
self efficacy nya baik dalam jangka pendek maupun panjang. Kualitas
hidup yang baik adalah sebuah tujuan yang penting dari seluruh intervensi
keperawatan bagi penderita Diabetes Melitus (Zainuddin et al., 2015).
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Bandura
(1997:31) dalam jurnal (Efendi, 2013) mengatakan Self efficacy adalah
suatu kepercayaan diri atau keyakinan individu atas kemampuan dirinya
untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan
dalam mencapai kesuksesan (Efendi, 2013). Nuzulia (2010:100) dalam
jurnal (Efendi, 2013) mengungkapkan bahwa self efficacy dasarnya adalah
hasil proses kognitif yang berupa keputusan, keyakinan atau pengharapan
tentang sejauhmana seseorang memperkirakan kemampuan dirinya dalam
melaksanakan sesuatu dengan tindakan tertentu yang diperlukan dalam
mencapai hasil yang diinginkan (Efendi, 2013). Dari pengertian diatas
maka kita bisa menyimpulkan self efficacy amat penting dalam kehidupan
manusia, karena self efficacy dapat menjadi penentu seseorang dalam
melakukan sesuatu dan dapat mempengaruhi aspek kehidupan kita, salah
satunya potensi menangani stressor. (Efendi, 2013)
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
Novia Ratnawati dkk tahun 2016 yang tidak di publish (Nur, 2020)
menunjukan bahwa berdasarkan hasil analisis data fisher exact test
diperoleh nilai ρ=0,001(ρ<α(0,001<0,05)) maka dinyatakan H0 ditolak
yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara self efficacy dan
kualitas hidup pasien DM Tipe 2. Self efficacy sangat penting bagi
penderita Diabetes Melitus karena dengan keyakinan akan kemampuan
dirinya. Self efficacy membantu seseorang dalam menentukan pilihan,

51
usaha untuk maju dan ketekukan serta kegigihan dalam mempertahankan
tugas-tugas yang mencakup kehidupan mereka (Nur, 2020).
Hal ini sejalan dengan jurnal Nety Mawarda Hatmawanti dengan
judul Hubungan antara Self Efficacy dengan Quality Of Life pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kebonsari Surabaya
bahwa ρ=0,016(ρ<α(0,016<0,05)) dibandingkan dengan hasil peneliti
ρ=0,000(ρ<α(0,000<0,05)) maka kedua pernyataan ini memiliki hubungan
yang signifikan antara self efficacy dengan kualitas hidup pasien Diabetes
Melitus Tipe 2. Karena keduanya memiliki nilai ρ value lebih kecil dari
0,05 (Nety, 2017).
1. Asumsi peneliti mengenai penelitian
Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di
Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar tingginya angka kurang pada
self efficacy dengan kualitas hidup adalah karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti; lamanya menderita Diabetes Melitus, usia
responden dan komplikasi yang dialami penderita Diabetes Melius.
Alasannya memiliki kaitan satu dengan yang lain karena DM tidak dapat
disembuhkan hanya bisa dikelola maka penderita DM yang sudah lama
menderita DM akan jenuh dengan penyakit yang dialaminya dan tidak lagi
memiliki keyakinan akan sembuh, belum lagi apabila penderita mengalami
komplikasi dan jika dilihat dari faktor usia, jumlah terbanyak responden
berusia antara 55-65 tahun atau disebut lansia dimana pada usia tersebut
gangguan toleransi gila darah sering terjadi.
C. Keterbatasan Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tamlaanrea Jaya
Kota Makassar yang didalamnya melibatkan hubungan self efficacy
dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan
keterbatasan, kurangnya responden yang berkunjung ke Puskesmas
membuat peneliti harus mengambil data demografis pasien yang tertera di
Medical Record pasien dan mendatangi rumah masing-masing penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 untuk meminta kesediaan mereka mengisi

52
kuesioner penelitian yang telah dibuat oleh peneliti dan disetujui
pembimbing.
D. Implikasi Untuk Keperawatan
Hasil penelitian memiliki implikasi bagi perawat, penderita
Diabetes Melitus Tipe 2, pendidikan keperawatan dan penelitian
keperawatan yang akan datang. Implikasi bagi perawat adalah dapat
memberi informasi dan edukasi bagi penderita Diabetes Melitus Tipe 2
bahwa pentinganya self efficacy yang baik untuk mendapatkan kualitas
hidup yang baik. Implikasi bagi penderita Diabetes Melitus Tipe 2 adalah
sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa ada korelasi antara self efficacy
dengan kualitas hidup maka penderita Diabetes Melitus Tipe 2 penting
untuk memiliki self efficacy yang baik agar mampu melakukan semua
penatalaksanaan yang direncanakan oleh tenaga medis demi kualitas hidup
yang baik bagi penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Implikasi bagi
pendidikan keperawatan adalah penelitian ini dapat memberikan informasi
mengenai self efficacy pasien Diabetes Melitus Tipe 2 agar mampu
melakukan penatalaksanaan keperawatan dalam mengelola Diabetes
Melitusnya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus
Tipe 2. Implikasi bagi penelitian Keperawatan yang akan datang agar
dalam menggunakan self efficacy dengan kualitas hidup dengan desain
penelitian kualitatif, yang belum banyak diteliti. Adanya hal yang baru
ditemukan dalam penelitian ini yaitu lebih banyaknya penderita yang
memiliki self efficacy kurang dan kualitas hidup kurang.

53
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPILAN
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di
Puskesmas Tamalanrea Jaya dan pembahasan yang ada pada bab
sebelumnya, maka ditarik kesimpulan seperti di bawah ini:
1. Karakteristik umum responden di Puskesmas Tamalanrea Jaya yang
terbanyak jumlahnya berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan,
dengan usia rata-rata kisaran 55-65 tahun, mayoritas sudah menikah
dan memiliki pekerjaan swasta, sebagian besar tamatan SMA dengan
lama menderita Diabetes Melitus Tipe 2 selama 5-8 tahun, sebagian
besar mengalami komplikasi dan keseluruhan mengonsumsi obat DM.
2. Hasil self efficacy pada pasien Diabetes Melitus di Puskesmas
Tamalanrea Jaya adalah sebagian besar memiliki self efficacy yang
kurang dan hanya sebagian kecil yang memiliki self efficacy baik.
3. Kualitas hidup pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas
Tamalanrea Jaya memiliki presentase terbanyak yakni 54,8% penderita
dengan kualitas hidup kurang dan sisanya yakni 45,2% nya adalah
penderita dengan kualitas hidup baik.
4. Berdasarkan hasil uji statistik chi square yang telah dilakukan
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self
efficacy dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Puskesmas Tamalanrea Jaya dengan nilai continuity correction=0,000
dan nilai α=0,05, yang artinya kualitas hidup seseorang dapat
diprediksi dengan menilai self efficacy nya.
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa Sarjana Keperawatan
Hasil penelitian ini bisa dipakai sebagai bahan masukan bagi
pengembangan ilmu keperawatan, agar perawat bisa meningkatkan
mutu pelayanan dalam pemberian asuhan keperawatan terkhusus bagi
pasien Diabetes Melitus dan bisa diaplikasikan dalam tatanan

54
pelayanan keperawatan di Puskesmas, Rumah Sakit atau komunitas
yang menitikberatkan peningkatan pengetahuan terkait self efficacy
juga kualitas hidup pasien.
2. Bagi Puskesmas Tamalanrea Jaya
Untuk menjadi peningkat pengetahuan pasien dengan pendidikan
kesehatan yang terstruktur sehubungan dengan Diabetes Melitus yang
didalamnya terkait dimensi self efficacy dan hal lainnya yang ada
hubungannya dengan kualitas hidup. Hal ini bisa diupayakan dengan
cara diberikan waktu pasien berkunjung ke Puskesmas Tamalanrea
Jaya.
3. Bagi penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Peneliti berharap dengan penelitian ini bisa membantu
meningkatkan perhatian bagi masalah psikososial yang mempengaruhi
tingkat self efficacy dan kualitas hidup juga penderita dapat
menyesuaikan diri dengan penyakit Diabetes ini dengan cara selalu
mencari informasi dari berbagai sumber terpercaya terkait Diabetes
dan pengelolaannya.
4. Bagi Peneliti Lainnya
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini bisa dipakai sebagai
acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya dengan berbagai
masalah baru yang dapat diteliti, misalnya utnuk mengetahui
hubungan antara karakteristik umum responden bagi self efficacy dan
kualitas hidup atau membedakan self efficacy dengan kualitas hidup
dengan masing-masing tipe Diabetes atau pengaruh pendidikan
kesehatan bagi tingkat self efficacy dengan kualitas hidup pasien
Diabetes juga faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi kualitas
hidup pasien Diabetes.

55
DAFTAR PUSTAKA
(ADA, A. D. A. (2021). Classification and Diagnosis of Diabetes: Standards
ofMedical Care in Diabetes. Diabetes Care, 44(January), 15–33.
https://doi.org/10.2337/dc21-S002
Ana, K. (2018). Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Diabetes management Self
Efficacy Scale (DMSES). Jounals Of Ners Community, 09(November), 156–
160.
Ariani, Y. (2019). Hubungan Antara Motivasi Dengan Self Efficacy Pasien DM
Tipe 2 Dalam Konteks Asuhan Keperawatan di RSUP H Adam Malik
Medan. Tesisi, 1, 20. https://doi.org/20282755
Efendi, R. (2013). Self Efficacy: Studi Indigenous Pada Guru Bersuku Jawa.
Journal of Social and Industrial Psychology, 2(2), 61–67.
Haraldstad, K., Wahl, A., Andenæs, R., Andersen, J. R., Andersen, M. H.,
Beisland, E., Borge, C. R., Engebretsen, E., Eisemann, M., Halvorsrud, L.,
Hanssen, T. A., Haugstvedt, A., Haugland, T., Johansen, V. A., Larsen, M.
H., Løvereide, L., Løyland, B., Kvarme, L. G., Moons, P., … Helseth, S.
(2019). A systematic review of quality of life research in medicine and health
sciences. Quality of Life Research, 28(10), 2641–2650.
https://doi.org/10.1007/s11136-019-02214-9
Hariani, Abd, H. J., Jalil, N., & Putra, S. A. (2020). Hubungan Lama Menderita
Dan Komplikasi DM Terhadap Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 di Wilayah
Puskesmas Batua Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 15,
56–63.
Harsismanto, J., Padila, Juli, A., Andri, S., & Muhammad, B. A. (2021). Kualitas
Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Kesmas Asclepius, 3, 80–87.
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/jka.v3i2.3149
Hasanah, U., Rachmani, N., & Rosyida, I. (2019). Self-Efficacy Siswa SMP Pada
Pembelajaran Model Learning Cycle 7E (Elicit, Engange, Explore, Explain,
Elaborate, Evaluate, and Extend). PRISMA, Prosiding Seminar Nasional
Matematika, 2, 551–555.
IDF. (2017). IDF Diabetes Atlas (8th ed.). IDF.

56
IDF. (2019). IDF Diabetes Atlas (S. Karuranga (ed.); 9th ed.). IDF.
IDF. (2021). IDF Diabetes Atlas (Edward (ed.); 10th ed.). IDF.
Jacob, D. E., & Sandjaya. (2018). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Hidup Masyarakat Karubaga District Sub District Tolikara Propinsi Papua.
Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JKIN), 1(Juni), 1–16.
Kurniawaty, E., Yanita, B., Biokimia, B., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2016).
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II
Risk Factors Related Type 2 Diabetes Mellitus Evidance. Majority, 5(April),
27–31.
Lestari, Zulkarnain, & Siti, A. S. (2021). Diabetes Melitus : Review Etiologi ,
Patofisiologi , Gejala , Penyebab , Cara Pemeriksaan , Cara Pengobatan dan
Cara Pencegahan. Prosiding Biologi Achieving the Sustainable Development
Goals with Biodiversity in Confronting Climate Change, November, 237–
241.
Lina, A. F., Andri, W. W., Oktaffi, A. M., & Nur, H. (2019). Menanamkan Efikasi
Diri dan Kestabilan Emosi (L. K. Ivatul (ed.); 1st ed., Issue 55). LPPM
Unhasy Tebuireng.
Lina, E. (2020). Efikasi diri (R. Hotma (ed.); 1st ed.). Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bandung.
Marbun, A. S., Siregar, R., Martina, S. E., Safitri, S., Ziliwu, B. A., &
Simanjuntak, J. (2021). PENATALAKSANAAN DIABETES SELF
MANAGEMENT EDUCATION ( DSME ) PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2. Jurnal Abdimas Mutiara, 2(September), 226–230.
Nety, M. H. (2017). Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Quality Of Life Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kebonsari
Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(2), 241–249.
Nur, W. M. (2020). Self-Efficacy dan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 11(April), 146–149.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.33846/sf11208
Nursalam. (2016). Metodolgi Penelitian Ilmu Keperawatan (4th ed.). Salemba
Medika.

57
PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia (T. Perkeni (ed.); 1st ed.). PB PERKENI.
Prakoso, D., Asdie, A., & Pramono, B. (2016). The Effectiviteness Of Self Help
Group Therapy To Type 2 Diabetic Woman With Comprobid Depression.
Asian Academic Society International Conference, 203–209.
Rekam Medis Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Tamalanrea Jaya.
Putra, P. S. P., & Susilawati, L. K. P. A. (2018). Hubungan Antara Dukungan
Sosial Dan Self Efficacy Dengan Tingkat Stres Pada Perawat Di Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah. Jurnal Psikologi Udayana, 5(1), 145–157.
Putri, C. R., Rosyidah, I., & Baderi. (2020). Pengaruh Self Help Group Terhadap
Self Efficacy Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. 2.
Rara, W. G., Ayu, N. K., Vivi, S. V., & Annnisa, P. S. (2019). DIABETES
MELLITUS DALAM ERA 4 . 0 (IKAPI (ed.); 1st ed.). Wineka Media.
Resmiya, L., & Misbach, I. H. (2019). Pengembangan Alat Ukur Kualitas Hidup
Indonesia. Jurnal Psikologi Insight, 3(1), 20–31.
Riskesdas. (2018). Laporan Riset Kesehatan Dasar Provinsi Sulawesi Selatan.
Kementrian Kesehatan.
Salim, O. C., Sudharma, N. I., Kusumaratna, R. K., & Hidayat, A. (2007).
Validitas dan reliabilitas World Health Organization Quality of Life -BREF
untuk mengukur kualitas hidup lanjut usia. 26(1), 27–38.
Sinclair, A., Saeedi, P., Kaundal, A., Karuranga, S., Malanda, B., & Williams, R.
(2020). Diabetes and global ageing among 65 – 99-year-old adults : Findings
from the International Diabetes Federation Diabetes Atlas , 9 th edition.
Diabetes Research and Clinical Practice, 162, 108078.
https://doi.org/10.1016/j.diabres.2020.108078
Soekidjo, N. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan (Revisi). Rineka Cipta.
Sudoyono, S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (6th ed.). Interna
Publishing.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (19th ed.).
Alfabeta.
Sugiyono, & Mitha, E. P. (2020). Metode Penelitian Kesehatan (K. Yani (ed.); 1st

58
ed.). Alfabeta.
Waode, A. A., Laode, Y. M., & Sri, R. B. (2020). Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan Dengan Gaya Hidup Pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, 2, 105–114.
WHO. (2012). Programme On Mental Health WHOQOL User Manual (WHO
(ed.); 03 ed.). WHO.
Yuniharce, K., Muhamad, A., Muh, T. A., Herman, Zulfiah, & Rusli. (2021).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 di Puskesmas Sudiang Raya. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan
Makassar, XVI(2), 224–228.
https://doi.org/https://doi.org/10.32382/medkes.v16i2.2293 224
Zainuddin, M., Utomo, W., & Herlina. (2015). Hubungan Stres Dengan Kualitas
Hidup Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. JOM, 2(1), 193–200.

59
Lampiran 1
PERSONALIA DAN JADWAL PENELITIAN
A. Personalia Penelitian
1. Peneliti : Dolfina Yubel Asnat Sinonafin
2. Pembimbing I : Syaifuddin Zainal, SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Kes
3. Pembimbing II : Andi Fajriansih, S.Kep.,Ns.,M.Kep
B. Jadwal Penelitian
April Mei Juni Juli Agustus September
No. Kegiatan
18 22 28 5 9 10 23 2 20 21 8 7 15 22 25 26 31 1 3
Pengusulan
1.
Judul
Konsultasi
2.
Proposal
Ujian
3.
Proposal
Perbaikan
4.
Proposal
Pengurusan
5. Etik
Penelitian
6. Penelitian
Konsultasi
7. Hasil
Penelitian
Ujian Hasil
8.
Penelitian
Konsultasi
9. Hasil
Penelitian
10. Ujian Tutup
Tabel 12
Lampiran 2
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan peneliti, bersama ini saya


menyatakan bersedia turut serta berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian
yang akan dilakukan oleh mahasiswi bernama Dolfina Yubel Asnat Sinonafin
(NIM NH0118014) dari Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Nani
Hasanuddin Makassar dengan judul “Self Efficacy Dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makassar”.
Demikian pernyataan ini saya buat tanpa ada unsur paksaan dan tekanan dari
peneliti, saya bersedia berperan dalam penelitian ini.

Makassar, .................... 2022


Responden

(….…………………….)
Lampiran 3
LEMBAR KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Nama Peneliti : Dolfina Yubel Asnat Sinonafin
NIM : NH0118014
Alamat : Jl Perintis Kemerdekaan VI Rt. 002 Rw.002 No.37A Kota
Makassar, Sulawesi Selatan.
Judul Penelitian : Self Efficacy Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Puskesmas Tamalanrea Jaya
Peneliti adalah mahasiswa Program S1 Ilmu Keperawatan STIKes Nani
Hasanuddin Makassar. Saudara telah diminta ikut berpartisipasi dalam penelitian
ini. Responden dalam penelitian ini adalah secara sukarela. Saudara berhak
menolak berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan cara
mengisi lembar kuesioner sesuai dengan apa yang dirasakan. Segala informasi
yang saudara berikan akan digunakan sepenuhnya hanya dalam penelitian ini.
Peneliti sepenuhnya akan menjaga kerahasiaan identitas saudara dan tidak
dipublikasikan dalam bentuk apapun. Jika ada yang belum jelas, saudara boleh
bertanya pada peneliti. Jika saudara sudah memahami penjelasan ini dan bersedia
berpartisipasi dalam penelitian ini, silahkan saudara menandatangani lembar
persetujuan yang akan dilampirkan.

Peneliti

Dolfina Yubel Asnat Sinonafin


Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
Self Efficacy Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Puskesmas Tamalanrea Jaya

Petunjuk:
1. Kuesioner pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yakni identitas
responden dan kuesioner penelitian tentang Self efficacy & Kualitas hidup.
2. Peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat mengisi kuesioner ini
sesuai dengan keadaan yang sebenar-benarnya yang dirasakan, lalu memberi
tanda cheklist (√) pada kotak yang tersedia.
3. Silakan Bapak/Ibu mengisi tanda titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang
tepat.
BAGIAN 1 (Identitas Responden)
No. Responden :
Inisial responden :
Alamat :
Usia : ….. tahun
Jenis Kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan
Pendidikan Terakhir
1. Tidak tamat SD
2. Tamat SD
3. Tamat SMP/MTs
4. Tamat SMA/MA
5. Diploma/Sarjana/Magister/Doktor
Status Pernikahan
1. Belum menikah
2. Menikah
3. Janda/Duda
Status Pekerjaan
1. Pegawai Negeri
2. Swasta
3. Lain-lain, sebutkan
Penghasilan Per Bulan
1. < Rp. 1.000.000
2. Rp. 1.000.000-2.500.000
3. Rp. 2.500.000-5.000.000
4. > Rp. 5.000.000
Lama Menderita DM……..Tahun
Komplikasi yang Dialami
1. Tidak ada
2. Ada, sebutkan ..............
Mengkonsumsi Obat DM
1. Ya
2. Tidak
BAGIAN II (Kuesioner Penelitian)
Petunjuk Pengisian Kuesioner: Berilah respon pada pernyataan dalam tabel
dibawah dengan memberikan tanda checklist (√) di kolom yang sesuai dengan
persepsi (kesan yang dirasakan) Bapak/Ibu mengenai pernyataan atau pertanyaan
yang terdapat dalam tabel.
A. Self Efficacy
Sangat
Tidak Kurang Sangat
Tidak Mampu
Mampu Mampu Mampu
No Item Pernyataan Mampu
1 2 3 4 5
Saya merasa mampu memeriksa gula darah saya
1 apabila diperlukan
Saya merasa mampu menstabilkan gula darah
2 saya ketika kadarnya terlalu tinggi
Saya merasa mampu menstabilkan gula darah
3 saya ketika kadarnya terlalu rendah
Saya merasa mampu memilih makanan yang
4
Tepat
Saya merasa mampu menjaga berat badan saya
5 tetap terkontrol
Saya merasa mampu memeriksa keadaan kaki
6 saya jika ada luka
Saya merasa mampu mengatur pola makan
7
ketika sakit
Saya merasa mampu mengikuti aturan makan
8 yang sehat setiap waktu
Saya merasa mampu berolahraga ketika dokter
9 Menyarankan
Saya merasa saya mampu menyesuaikan aturan
10 makan ketika saya berolahraga
Saya merasa mampu mengikuti pola makan
11 sehat ketika saya berada di luar rumah
Saya merasa mampu mengikuti pola makan
12 sehat ketika saya menghadiri suatu Pesta
Saya merasa mampu mengatur pola makan
13 ketika saya merasa stres atau cemas
Saya merasa mampu meminum obat sesuai
14 resep secara teratur
Saya merasa mampu menyesuaikan pengobatan
15 ketika saya sakit

B. Kualitas Hidup
Sangat
Tidak Kurang Sangat
Tidak Puas
Puas Puas Puas
No Item Pertanyaan Puas
1 2 3 4 5
Puaskah saya akan waktu yang saya
1
gunakan untuk mengelola diabetes saya?
Puaskah saya dengan waktu yang saya
2
habiskan untuk melakukan check-up?
Puaskah saya dengan waktu yang saya
3 habiskan untuk menentukan target gula
darah saya?
Puaskah saya dengan perawatan atau
4
pengobatan saya sekarang?
Puaskah saya dengan penyesuaian aturan
5
makan yang saya miliki?
Puaskah saya dengan penerimaan keluarga
6 terhadap diabetes saya?
Puaskah saya dengan pengetahuan yang
7
saya miliki tentang diabetes?
8 Puaskah saya dengan tidur saya?
Puaskah saya dengan hubungan sosial
9
dan pertemanan saya?
Puaskah saya dengan kehidupan seksual
10
saya?
Puaskah saya dengan pekerjaan/
11
pendidikan/ kegiatan rumah tangga saya?
Puaskah saya dengan penampilan fisik
12
saya?
Puaskah saya dengan waktu yang saya
13
gunakan untuk berolahraga?
14 Puaskah saya dengan waktu luang saya?
Puaskah saya dengan kehidupan saya
15
sekarang?
Lampiran 5
Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 6
Surat Pengantar Penelitian
Lampiran 7
Surat Izin Penelitian DPMPTSP Provinsi Sulawesi Selatan
Lampiran 8
Surat Izin Penelitian Kesbangpol Kota Makassar
Lampiran 9
Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Makassar
Lampiran 10
Surat Keterangan Penelitian Puskesmas Tamalanrea Jaya
Lampiran 11
Surat Rekomendasi Persetujuan Etik
Lampiran 12
Master Tabel
Lampiran 13
Hasil Penelitian Menggunakan SPSS
Frequencies

Usia Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 45-54 16 38,1 38,1 38,1
55-65 22 52,4 52,4 90,5
6674 4 9,5 9,5 100,0
Total 42 100,0 100,0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 8 19,0 19,0 19,0
Perempuan 34 81,0 81,0 100,0
Total 42 100,0 100,0

Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tamat SD 9 21,4 21,4 21,4
Tamat SMP 12 28,6 28,6 50,0
Tamat SMA 19 45,2 45,2 95,2
Diploma/Sarjana/Magister/D 2 4,8 4,8 100,0
oktor
Total 42 100,0 100,0

Status Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Swasta 42 100,0 100,0 100,0
Lama Menderita DM
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 sampai 4 tahun 17 40,5 40,5 40,5
5 sampai 8 tahun 25 59,5 59,5 100,0
Total 42 100,0 100,0

Komplikasi Yang Dialami


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Ada 13 31,0 31,0 31,0
Ada 29 69,0 69,0 100,0
Total 42 100,0 100,0

Mengonsumsi Obat DM
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 42 100,0 100,0 100,0

Self Efficacy
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Buruk 23 54,8 54,8 54,8
Baik 19 45,2 45,2 100,0
Total 42 100,0 100,0

Kualitas Hidup
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 23 54,8 54,8 54,8
Baik 19 45,2 45,2 100,0
Total 42 100,0 100,0
Crosstabs

Self Efficacy * Kualitas Hidup Crosstabulation


Count
Kualitas Hidup
Kurang Baik Total
Self Efficacy Buruk 23 0 23
Baik 0 19 19
Total 23 19 42

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 42,000 1 ,000
b
Continuity Correction 38,060 1 ,000
Likelihood Ratio 57,843 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
N of Valid Cases 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,60.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 14
Lampiran 15
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Indentitas
1. Nama : Dolfina Yubel Asnat Sinonafin
2. Nim : NH0118014
3. Tempat/Tanggal Lahir : Dobo, 04 Juli 1998
4. Suku/Bangsa : Melanesia/Indonesia
5. Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
6. Email : vynna.sino@gmail.com
7. No. Tlp/HP : 081255976441
8. Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan VI No. 37A
B. Pendidikan
1. TK Kristen Dobo
2. SD Negeri 2 Pulau-Pulau Aru
3. SMP Negeri 1 Pulau-Pulau Aru
4. SMA Khatolik Yos Sudarso Dobo
5. Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) Ambon
6. Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani
Hasanuddin Makassar

Anda mungkin juga menyukai