Anda di halaman 1dari 52

HUBUNGAN DUKUNGAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN

PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DI SMPN 20 MALANG

PROPOSAL PENELITIAN

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

DEVI OCTAVIANA

NIM. 195070209111015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
HUBUNGAN DUKUNGAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN
PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DI SMPN 20 MALANG

PROPOSAL PENELITIAN

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

DEVI OCTAVIANA

NIM. 195070209111015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

HUBUNGAN DUKUNGAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN


PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DI SMPN 20 MALANG

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :
DEVI OCTAVIANA
NIM 195070209111015

Menyetujui untuk diuji,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ahsan, S.Kp., M.Kes Ns. Nurona Azizah,


S.Kep., M.Biomed

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Hubungan

Dukungan Lingkungan Sekolah Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja Di

Smpn 20 Malang”. Proposal tugas akhir ini disusun sebagai persyaratan

memperoleh gelar sarjana keperawatan.

Dengan selesainya proposal tugas akhir ini, penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Dr. dr. Sri Andarini, M. Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya Malang yang telah memberikan saya kesempatan menuntut ilmu di

FKUB-Malang.

2. Dr. Ahsan, S.Kp., M.Kes, sebagai pembimbing satu yang telah membimbing dan

memberi semangat sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Ns. Nurona Azizah, S.Kep., M.Biomed, sebagai pembimbing dua yang pertama

yang telah membimbing dan memberi semangat sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Ns. Rinik Eko Kapti, S. Kep, M. Kep, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah mendidik, membimbing, dan mengajarkan penulis berbagai hal sampai saya

bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Teman-teman seperjuangan PSIK FKUB angkatan 2019 yang telah memberikan

motivasi kepada penulis.

iii
6. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang turut berperan dalam

penyelesaian karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga tugas

akhir ini nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan

penyusunan pada khususnya sebagaimana yang diharapkan. Amin.

Malang, Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Malasalah..........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................5
1.3.1. Tujuan Umum......................................................................................5
1.3.2. Tujuan Khusus.....................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian......................................................................................6
1.4.1. Manfaat Akademik...............................................................................6
1.4.2. Manfaat Praktis....................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Konsep Dukungan Lingkungan Sekolah.....................................................7
2.1.1. Definisi Dukungan Lingkungan Sekolah...............................................7
2.1.2. Program Lingkungan Sekolah Terhadap Bullying...............................8
2.1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Lingkungan Sekolah..............9
2.1.4. Cara Menilai Dukungan Lingkungan Sekolah Terhadap Bullying.......11
2.2. Remaja.....................................................................................................12
2.2.1. Pengertian Remaja............................................................................12
2.2.2. Ciri-Ciri Masa Remaja........................................................................13
2.3. Konsep Bullying........................................................................................15
2.3.1. Makna Bullying...................................................................................15
2.3.2. Jenis-jenis Bullying............................................................................17
2.3.3. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Bullying.......................................17
2.3.4. Dampak Bullying................................................................................19
2.3.5. Cara Menilai Bullying.........................................................................21

BAB III KERANGKA KONSEP


3.1. Kerangka Konsep.....................................................................................23
3.2. Deskripsi Kerangka Konsep.....................................................................24
3.3. Hipotesis...................................................................................................24

BAB 4 METODE PENELITIAN


4.1. Rancangan Penelitian..............................................................................25
4.2. Populasi dan Sampel................................................................................25
4.2.1. Populasi Penelitian............................................................................25
4.2.2. Sampel Penelitian..............................................................................25
4.3. Variabel Penelitian....................................................................................26
4.3.1. Variabel Bebas (Independent)...........................................................26
4.3.2. Variabel Tergantung (Dependent)......................................................26
4.4. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................................26
4.4.1. Lokasi Penelitian................................................................................26
4.4.2. Waktu Penelitian................................................................................26
4.5. Bahan dan Alat / Instrumen Penelitian......................................................26
4.5.1. Kuesioner Dukungan Lingkungan Sekolah........................................26
4.5.2. Kuesioner Bullying.............................................................................27
4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen....................................................28
4.6.1. Uji Validitas........................................................................................28
4.6.2. Uji Reliabilitas....................................................................................28
4.7. Defenisi Operasional................................................................................29
4.8. Prosedur Penelitian..................................................................................32
4.9. Pengumpulan Data...................................................................................33
4.10. Pengolahan Data....................................................................................33
4.11. Analisa Data...........................................................................................34
4.11.1. Analisis Univariat.............................................................................34
4.11.2. Analisis Bivariat................................................................................34
4.12. Etika Penelitian.......................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................37
LAMPIRAN ........................................................................................................39
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Malasalah


Sekolah merupakan salah satu institusi yang menjadi ujung tombak
keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik sehingga
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab (UU
No. 20 tahun 2003: Pasal 3). Untuk bisa mewujudkan itu, tentunya banyak
faktor yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan program pendidikan di
sekolah.
Lingkungan baru yang lebih kompleks ditemui anak seiring dengan
bertambahnya usia. Lingkungan baru memiliki banyak individu yang belum
dikenal anak pada lingkungan sebelumnya, misalnya guru dan teman yang
berbeda. Dari segi pertemanan, terdapat beberapa individu yang tidak saling
suka, sehingga muncul kejadian bullying. Pada umumnya korban bullying terjadi
pada anak yang lemah, pemalu, pendiam dan spesial (cacat, tertutup, pandai,
cantik, atau punya ciri tubuh tertentu), yang dapat menjadi bahan ejekan (Astuti,
2008).
Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti

seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis

sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa, 2008).

Bullying atau kekerasan di sekolah dapat berupa bullying fisik yang melibatkan

kontak fisik antara pelaku dan korban seperti memukul, menendang,

mendorong; bullying verbal melibatkan bahasa verbal yang bertujuan untuk

menyakiti korban seperti menghina, mengejek, memberi julukan nama; dan

7
bullying relasi yang bertujuan untuk menolak atau memutus relasi sosial korban

dengan orang lain seperti pengabaian, pengucilan (Sejiwa, 2008).


Bullying pada lingkungan sekolah contohnya dimana guru berbuat kasar
kepada siswanya menyebabkan kegiatan belajar menjadi tidak menyenangkan
dan efektif, peraturan dan kebijakan yang tidak konsisten atau peraturan dan
kebijakan yang terlalu ketat membuat pelajar ingin melanggar peraturan
tersebut, serta guru yang tidak memperhatikan pergaulan yang dilakukan
siswanya selama di sekolah (Masitah, & Minauli, I., 2012). Sekolah seharusnya
menjadi tempat bagi anak untuk membina ilmu dan membantu membentuk
karakter pribadi yang positif (Wiyani, 2012). Kenyataannya sekolah menjadi
tempat tumbuhnya tindakan-tindakan bullying dan masih dijumpai siswa senior
melakukan tindakan bullying terhadap adik kelasnya dengan cara melakukan
kekerasan fsik, pemalakan, menghina, dan dibeberapa sekolah tindakan
bullying menjadi tradisi (Dina, 2014).
Pada data hasil riset yang dilakukan oleh National Association of School

Psyhologist (NASP) menyatakan jika lebih dari 160.000 remaja di Amerika

Serikat tidak masuk sekolah setiap hari karena takut di bully teman. Dalam riset

yang dilakukan oleh International Center for Research on Women (ICRW) yang

di rilis pada awal maret 2015 juga menjelaskan fakta yang terkait dengan kasus

perilaku bullying pada anak di sekolah yang semakin meningkat. Kasus bullying

di tingkat Asia pada siswa di sekolah mencapai angka 70%. Di Indonesia kasus

bullying yang terjadi di sekolah mencapai 84%.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), jumlah kasus kekerasan yang

terjadi di Indonesia pada anak pertanggal 30 Mei 2018 berjumlah 161

kasus,dengan rincian anak korban tawuran sebanyak 23 kasus atau 14,3%,

8
anak pelaku tawuran sebanyak 31 kasus atau 19,3%, anak korban kekerasan

dan bullying sebanyak 36 kasus atau 22,4%, anak pelaku kekerasan dan

bullying sebanyak 41 kasus atau 25,5%,. KPAI Jawa Timur menyatakan hingga

bulan Februari tahun 2018 telah terdapat 117 kasus bullying yang terjadi di

Jawa Timur. Pada tahun 2017 Kementerian Sosial (Kemensos) telah menerima

ratusan laporan terkait bullying.

Lutfi Arya (2018:31) dari penelitain tentang melawan bullying, memperoleh

data siswa kelas X paling banyak melakukan kekerasan verbal sebanyak 77%,

seperti menghina dan memanggil dengan nama julukan. Kekerasan fisik berupa

memukul, mendorong, menendang menempati urutan terbanyak kedua

sebanyak 57%. Sedangkan kelas XI hampir semua siswa pernah melakukan

kekerasan fisik dan psikis, seperti memukul, mendorong, menghina dan

memanggil nama julukan sebanyak 97,5%. Dalam penelitian yang dilakukan

oleh Tumon (2014) didapatkan bahwa dari 188 siswa, 76,6% mengatakan pihak

sekolah tidak mengetahui adanya bullying, dan 62,8% mengatakan pihak

sekolah mengetahui namun mereka tidak melakukan sanksi apapun (Auli, R., &

Fithria., 2016). Dari hasil penelitian di atas dapat dikatakan pihak sekolah lemah

dalam memberikan sanksi kepada pelaku bullying, karena hal tersebut

pelaku bullying dapat dengan mudah menyebarluaskan perilakunya di

lingkungan sekolah.

9
Perilaku bullying terutama yang terjadi dibeberapa sekolah telah menjadi

masalah global di media elektronik maupun media cetak, hal tersebut semakin

membuktikan bahwa perilaku bullying semakin meningkat. Maraknya kasus

perilaku bullying yang dialami pada anak usia sekolah tampaknya semakin

meningkat dari tahun ke tahun.

Kasus bullying tidak bisa dibiarkan karena menimbulkan trauma, luka

bahkan hingga merenggut nyawa apabila tidak segera ditangani dengan baik.

Pada tahun 2017 dan 2018 kasus bullying meningkat. Kasus bullying yang

terjadi di tahun 2018 terjadi di Cirebon, Jawa Barat, terjadi pada siswi Sekolah

Dasar (SD), yang mengakibatkan kematian karena mengalami perdarahan pada

otak usai dibully oleh temannya (Sukmasita, 2018). Tahun 2020 terjadi di

Malang, Jawa Timur, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), mengakibatkan

dua ruas jari tangan kanan diamputasi usai dibuly oleh temannya (Koran

Kompas, 2020).

Kasus-kasus diatas menunjukkan bahwa bullying merupakan kekerasan

yang terjadi pada masa remaja. Karena sebagian besar waktu remaja

dihabiskan di sekolah maka perlu adanya dukungan sekolah terhadap

pencegahan kejadian bullying. Dukungan lingkungan sekolah adalah suatu

suasana atau kualitas dari sekolah untuk membantu individu masing-masing

merasa berharga secara pribadi, bermartabat dan penting secara serentak

dapat membantu terciptanya suatu perasaan memiliki terhadap segala sesuatu

10
di sekitar lingkungan sekolah (Freiberg, 2005). Dukungan yang diberikan oleh

pihak sekolah untuk mencegah terjadinya bullying yaitu membuat kebijakan

terkait pelaku bullying, dukungan yang diberikan oleh guru pada murid, serta

dukungan emosional.

Berdasarkan masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian, dengan judul “Hubungan Dukungan Lingkungan Sekolah dengan

Perilaku Bullying Pada Remaja di SMPN 20 Malang”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah dukungan lingkungan sekolah

berhubungan dengan perilaku bullying pada remaja di SMPN 20 Malang?”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan antara Dukungan Lingkungan Sekolah dengan

Perilaku Bullying Pada Remaja di SMPN 20 Malang.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi dukungan lingkungan sekolah terhadap remaja di

sekolah.

b. Mengidentifikasi perilaku bullying remaja disekolah.

c. Menganalisis hubungan antara dukungan lingkungan dengan perilaku

bullying remaja di sekolah.

11
1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan bagi

tenaga kesehatan mengenai hubungan antara dukungan lingkungan

sekolah dengan perilaku bullying remaja sekolah.

1.4.2. Manfaat Praktis

Bagi institusi pendidikan penelitian ini dapat sebagai bahan referensi bagi

peneliti berikutnya yang berhubungan dengan keperawatan komunitas, anak

dan jiwa. Bagi tempat penelitian, penelitian ini dapat menjadi gambaran

tingkat dukungan lingkungan sekolah kepada siswa dan perilaku bullying di

tempat penelitian.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dukungan Lingkungan Sekolah

2.1.1. Definisi Dukungan Lingkungan Sekolah

Dukungan lingkungan sekolah adalah suatu suasana atau kualitas

dari sekolah untuk membantu individu masing-masing merasa berharga

secara pribadi, bermartabat dan penting secara serentak dapat membantu

terciptanya suatu perasaan memiliki terhadap segala sesuatu di sekitar

lingkungan sekolah (Freiberg, 2005).

Menurut Kassabri M.K, Benbenishty R, Astor R.A, (2005) membagi

dukungan sekolah menjadi tiga aspek:

a. Kebijakan sekolah. Kejelasan peraturan sekolah terhadap perilaku

kekerasan, kejelasan ini terjadi secara konsisten dan peraturan yang

adil. Meliputi pertimbangan para siswa mengenai kebijakan sekolah

atau prosedur yang mengarah pada pengurangan kekerasan.

b. Dukungan Guru. Dukungan yang diberikan guru terhadap siswa

meliputi hubungan guru dan siswa yang dapat mendukung siswa.

c. Dukungan Emosional. Sejauh mana keterlibatan siswa dalam

pembuatan keputusan dan rancangan intervensi untuk pencegahan

kekerasan di sekolah. Hal ini dapat dilihat dengan mengukur perasaan

13
d. responden bagaimana peran siswa dalam melihat isu kekerasan di

sekolah.

2.1.2. Program Lingkungan Sekolah Terhadap Bullying

Program pencegahan buliying ialah usaha menyeluruh dan terpadu

pihak sekolah, yang dirancang dan didesain untuk menyampaikan pesan

kepada murid bahwa perilaku buli tidak diterima di sekolah. Program

pencegahan buliying yang dibuat oleh pihak sekolah bertujuan untuk

mengajar murid, guru, dan orang tua tentang bagaimana memahami

perilaku buli. Sekolah memerlukan program pencegahan dan intervensi

karena;

a.Perilaku buliying secara serius memberi dampak terhadap emosi, fisik,

dan pencapaian akademik murid-murid yang menjadi korban buli.

b.Perilaku buliying bisa menjadikan proses belajar dan mengajar menjadi

tidak nyaman dan tidak aman di sekolah.

Program pencegahan dan intervensi perilaku bully yang efektif

tergantung kepada beberapa komponen pengurangan dan pencegahan

perilaku bullying. Melalui supervisi dan monitoring, peraturan, diskusi dan

bimbingan, program intervensi yang mantap dapat mengembangkan dan

membentuk lingkungan sekolah yang nyaman dan aman. Kesemua

komponen dalam program pencegahan dan intervensi membawa pesan

bahwa perilaku buli ialah tingkah laku yang tidak diterima di sekolah (Azizi

Yahaya et al., 2007)

14
Model pencegahan lain misalnya ditawarkan oleh Rigby (2002) yang

menyarankan sepuluh garis panduan bagi sekolah untuk menangani

masalah perilaku buli di sekolah. Garis panduan tersebut antara lain:

a.Mulai dengan pendefinisian perilaku buli yang jelas dan dapat diterima

b.Mengakui bahwa perilaku buli berlaku dalam berbagai bentuk

c. Mengenali apa yang berlaku di sekolah

d.Menyusun rencana tindakan

e.Menyediakan kebijakan anti bullying

f. Menyediakan media bagi murid atau kelompok murid tentang apa yang

akan dilakukan bagi membantu mereka

g.Mendorong tingkah laku yang dapat mendatangkan pengaruh positif

terhadap tingkah laku interpersonal murid

h.Mengatasi setiap kejadian bullying secara bijaksana

i. Menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban buli

j. Bekerja secara konstruktif dengan pihak lain terutama orang tua atau

komite sekolah

2.1.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Lingkungan Sekolah

Menurut Hoffman, Hutchinson dan Reiss (2009) bahwa dengan

lingkungan belajar yang optimal akan menghasilkan manfaat dalam

hubungannya terhadap perkembangan karakter, akademik, dan

kecerdasan emosional, semakin baik iklim sekolah maka cenderung

perilaku bullying akan semakin rendah terjadi. Faktor dukungan sosial juga

15
berhubungan dengan perilaku bullying. Dukungan sosial menurut Sarason

(1983, dalam Nathania & Goodwin, 2012) merupakan kenyamanan secara

fisik dan psikologis yang diberikan orang lain baik teman sebaya (peer),

keluarga, tetangga maupun pasangan yang terjadi melalui adanya interaksi

sosial. Menurut O’Brien (1996) dalam Nathania & Goodwin 2012)

berpendapat bahwa teman sebaya adalah sumber dukungan utama yang

menyeluruh bagi remaja.

Coheen, and Syme (1985:10) menyatakan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi efektivitas dukungan sosial:

a. Pemberian dukungan sosial.

Dukungan yang diterima melalui dukungan yang sama akan lebih

memiliki arti daripada yang berasal dari sumber yang berbeda.

Pemberian dukungan dipengaruhi oleh norma, tugas, dan keadilan.

b. Jenis dukungan

Jenis dukungan yang diterima akan memiliki arti bila dukungan itu

bermanfaat dan sesuai atau tepat dengan situasi yang ada

c. Penerimaan dukungan

Karakteristik atau ciri-ciri penerima dukungan social akan menemukan

keefektifan dukungan. Karakteristik itu seperti kepribadian, kebiasaan,

dan peran social. Proses yang terjadi dalam dukungan itu dipengaruhi

oleh kemampuan penerima dukungan untuk memberi dan

mempertahankan dukungan.

16
d. Permasalahan yang dihadapi

Dukungan yang tepat dipengaruhi oleh kesesuaian antaraa jenis

dukungan yang diberikan dn masalah yang ada.

e. Waktu pemberian dukungan

Dukungan social optimal dosatu situasi tetap tidak optimal dalam

situasi lain. Misalnya saat sesorang kehilanganpekerjaan, individu akan

tertolong ketika mendapat dukungan sesuai dengan masalahnya,

tetapi apabila sudah bekerja maka dukungan yang lainnya diperlukan

f. Lamanya pemberian dukungan

Lama atau singkatnya pemberian dukungan tergantung pada

kapasitasnya. Kapasitasnya adalah kemampuan dari pemberian

dukungan untuk memberikan dukungan yang ditawarkan selama satu

periode.

2.1.4. Cara Menilai Dukungan Lingkungan Sekolah Terhadap Bullying

Untuk menilai bullying, dapat diukur dengan menggunakan

beberapa konsep Kuesioner. Menurut Nursalam (2008), untuk mengetahui

besarnya dukungan dapat diukur dengan menggunakan kuisioner yang

terdiri dari 25 buah pertanyaan. Masing-masing dari pertanyaan tersebut

terdapat 4 alternatif jawaban yaitu “selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, dan

“tidak pernah”. Jika menjawab “selalu” akan mendapat skor 3, menjawab

“sering” mendapat skor 2, menjawab “kadang-kadang” mendapat skor 1,

17
dan menjawab “tidak pernah” mendapat skor 0. Total skor pada kuisioner

ini adalah 0-75

2.2. Remaja
2.2.1. Pengertian Remaja

Menurut Golinko (Rice dan Dolgin, 2008) “remaja” berasal dari

bahasa latin yaitu “adolescence” yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh

menjadi dewasa”. Secara lebih luas dalam tahap perkembangannya,

Hurlock (2006) mengemukakan bahwa masa remaja mencakup pada

proses menuju kematangan kognitif, psikososial dan fisik. Kematangan

kognitif yang dicapai remaja seperti remaja mampu membedakan dan

membandingkan hal yang satu dengan hal yang lain, remaja mampu

menghubungkan suatu peristiwa yang satu dengan yang lain, dan remaja

mampu mengolah cara berpikir sehingga mampu memunculkan suatu ide

baru.

Kematangan psikososial yang dicapai remaja seperti cara remaja

berhubungan dengan orang lain dan menyatakan emosi secara unik.

Kematangan fisik seperti terjadinya perubahan pada bentuk tubuh, tinggi

badan, dan berat badan, serta menuju pada kematangan organ seksual

dan fungsi reproduksi. Di Indonesia, Sarwono (2006) mendefinisikan masa

remaja sebagai masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi

18
semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa

dewasa. Batasan usia remaja Indonesia yaitu 11 sampai 24 tahun.

Monks, Knoers, dan Haditono (2000) memberikan batasan usia

masa remaja adalah masa diantara 12-21 tahun dengan perincian 12-15

tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-

21 tahun masa remaja akhir. Peneliti menetapkan dalam penelitian ini

subjek yang dipakai adalah remaja awal yang berusia 12-15 tahun. Pada

masa ini remaja membutuhkan pendidikan untuk membimbing remaja

dalam masa pertumbuhannya. Dibutuhkan komunikasi yang baik antara

Keluarga dengan remaja agar mengarahkan remaja mengembangkan

bakatnya.

2.2.2. Ciri-Ciri Masa Remaja

Setiap individu pasti mengalami masa remaja dalam hidupnya.

Menurut Hurlock (2006) remaja usia 12-18 tahun memiliki beberapa ciri

seperti masa remaja sebagai periode yang penting, masa peralihan, masa

periode perubahan, masa mencari identitas, dan ambang masa dewasa.

1. Masa yang penting dan masa peralihan


Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan psikologis. Fisik dan mental
mengalami perubahan yang cepat dan penting. Remaja harus
meninggalkan masa kanak-kanak dan menuju ke masa dewasa. Segala
hal yang bersifat kekanak-kanakan ditinggalkan dan mempelajari sikap
dan perilaku orang dewasa. Remaja bukan lagi seorang anak dan bukan
sebagai orang dewasa dan diharapkan bertindak sesuai umurnya.
2. Masa perubahan

19
Seiring dengan perubahan fisik, remaja juga mengalami perubahan sikap dan
perilaku dengan cepat. Perubahan yang dialami remaja mencakup 4 hal,
yaitu:
a. Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat

perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Remaja sangat peka dan

mudah tersinggung perasaannya.

b. Perubahan tubuh, minat, peran yang diharapkan oleh kelompok sosial

untuk diperankan, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda,

masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit

diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya.

Remaja akan tetap menghadapi masalah, sampai remaja

menyelesaikan dengan sendiri berdasarkan kepuasannya.

c. Seiring berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai juga berubah.

Apa yang dianggap penting pada masa kanak-kanak setelah hampir

dewasa tidak dianggap penting lagi.

d. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap

perubahan. Remaja menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi

mereka sering tidak bertanggung jawab akan akibat dari perilakunya.

3. Masa mencari identitas

Masa remaja mencari identitas berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya,

apa peranan remaja dalam masyarakat. Seiring berjalannya waktu,

remaja mulai menginginkan identitas diri yang jelas dan tidak puas lagi

dengan teman-teman dalam segala hal.

20
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa

remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh remaja laki-

laki maupun perempuan. Terdapat dua alasan mengapa remaja

mengalami kesulitan, yaitu:

a. Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian

besar diselesaikan oleh Keluarga dan guru-guru, sehingga

kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam menghadapi

masalah.

b. Karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga menolak

bantuan Keluarga dan guru-guru.

5. Ambang masa dewasa

Remaja berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa sehingga

memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang

dewasa seperti merokok, minum miras, menggunakan obat-obatan

terlarang.

2.3. Konsep Bullying


2.3.1. Makna Bullying
Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang perilaku Bullying:

1. Ken Rigby (2002) “Penekanan atau penindasan yang berulang-

ulang secara psikologis atau fisik terhadap seseorang yang memiliki

21
kekuatan atau kekuasaan yang kurang, oleh seseorang atau kelompok

orang yang lebih kuat.”

2. Andrew Mellor (1997), seorang psikolog dari University of Edinburgh,

Inggris, mendefinisikan Bullying terjadi ketika seseorang merasa

teraniaya oleh tindakan orang lain dan dia takut bila perilaku buruk

tersebut akan terjadi lagi, dan merasa tak berdaya untuk

mencegahnya.

3. Barbara Coloroso (2003): “Bullying adalah tindakan bermusuhan yang

dilakukan secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti,

seperti menakuti melalui ancaman agresi dan menimbulkan terror.

Termasuk juga, tindakan yang direncanakan maupun yang spontan

bersifat nyata atau hampir tidak terlihat, dihadapan seseorang atau di

belakang seseorang, mudah untuk diidentifikasi, atau terselubung

dibalik persahabatan, dimana dilakukan oleh seorang anak atau

kelompok anak.

Dari beberapa pengertian diatas maka pada dasarnya bullying

adalah bentuk tindakan atau perilaku, agresif seperti mengganggu,

menyakiti atau melecehkan yang dilakukan secara sadar, sengaja dengan

cara berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok orang. Bullying

dapat terjadi di mana saja, tidak memilih umur atau jenis kelamin korban.

Korban bullying pada umumnya adalah anak yang lemah, pemalu,

22
pendiam dan special (cacat, tertutup, cantik atau punya ciri-ciri tubuh yang

tertentu) yang dapat menjadi bahan ejekan.


2.3.2. Jenis-jenis Bullying
Menurut Andi Priyatna (2010), jenis-jenis bullying dikategorikan sebagai berikut:

1. Fisikal: memukul, menendang, mendorong, merusak

2. Verbal: mengolok-olok nama panggilan, mengancam, menakut-nakuti

3. Sosial: gossip, rumor, dikucilkan dari pergaulan, dan sejenisnya

4. Cyber/elektronik: mempermalukan orang dengan menyebar gossip

di jejaring social internet (misal: Facebook)

2.3.3. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Bullying

Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain:

1. Keluarga

Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah: orang tua

yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi

rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan

mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang

terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap

teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari

lingkungan terhadap perilaku coba cobanya itu, ia akan belajar bahwa

“mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku

agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan

23
kekuasaan seseorang”. Dari sini anak mengembangkan perilaku

bullying.

2. Sekolah

Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya,

anakanak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan

terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak

lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah

sering masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman

yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa

menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.

3. Faktor Kelompok Sebaya

Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar

rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa

anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa

mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka

sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

4. Kondisi lingkungan social

Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku

bullying. Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan

tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam

kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan

24
hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering

terjadi pemalakan antar siswanya.

5. Tayangan televisi dan media cetak

Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi

tayangan yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas

(Saripah, 2006) memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-

adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya

(64%) dan kata katanya (43%).

2.3.4. Dampak Bullying

Menurut Kaiser Family foundation & Children Now (2014). Anak-

anak yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai

masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Adapun masalah

yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi korban bullying, antara

lain:

1. Munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan

masalah tidur. Masalah ini mungkin akan terbawa hingga dewasa.

2. Keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan

ketegangan otot.

3. Rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah

4. Penurunan semangat belajar dan prestasi akademis

5. Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak korban bullying mungkin

akan menunjukkan sifat kekerasan.

25
Di samping dampak negatifnya, bullying juga dapat mendorong

munculnya berbagai perkembangan positif bagi anak-anak yang menjadi

korban bullying. Anak-anak korban bullying cenderung akan:

1. Lebih kuat dan tegar dalam menghadapi suatu masalah

2. Termotivasi untuk menunjukkan potensi mereka agar tidak lagi

direndahkan

3. Terdorong untuk berintrospeksi diri

Tak hanya anak-anak yang di-bully, anak-anak yang mem-bully

juga dapat terkena dampaknya. Menurut riset, saat menginjak usia

dewasa, anak-anak yang suka mem-bully memiliki kecenderungan yang

lebih besar untuk:

1. Berperilaku kasar/abusive

2. Melakukan kriminalitas

3. Terlibat dalam vandalisme

4. Menyalahgunakan obat-obatan dan alcohol

5. Terlibat dalam pergaulan bebas

Hanya dengan menyaksikan, anak-anak juga dapat turut terkena

dampak negatif bullying. Anak-anak yang menyaksikan bullying mungkin

akan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk:

1. Merasa tidak aman berada di lingkungan sekolah

2. Mengalami berbagai masalah mental, seperti depresi dan kegelisahan

3. Menyalahgunakan obat-obatan dan alkohol.

26
Sekolah di mana bullying sering terjadi juga dapat terkena dampak

dari bullying. Isu bullying di sekolah mungkin akan mengakibatkan:

1. Terciptanya rasa tidak aman di lingkungan sekolah

2. Inefektivitas kegiatan belajar mengajar

3. Diragukannya pendidikan moral di sekolah tersebut

Kita sudah mengenal dampak-dampak yang mungkin akan

menyerang pihak-pihak yang terlibat dalam bullying. Sekarang kita sadar

seberapa bahaya bullying itu. Maka, mari kita ciptakan lingkungan yang

damai dan penuh respek untuk menghindari dampak-dampak tersebut.

2.3.5. Cara Menilai Bullying

Untuk menilai bullying, dapat diukur dengan menggunakan beberapa konsep

kuesioner:

1. Adolescent Peer Relations Instrument (Hamburger, Basile & Vivolo,

2011). Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner sesi A tentang

perilaku bullying. Kuesioner ini terdiri atas 18 pernyataan dengan

alternative jawaban: tidak pernah terjadi (1), kadang-kadang (2), 1

atau 2 kali dalam 1 bulan (3), 1 kali seminggu(4), lebih dari 1 kali

seminggu (5) dan setiap hari(6).

2. Menurut Olweus (1993) yaitu aspek bullying fisik, bullying verbal, dan

bullying psikologis. Alat ukur ini digunakan untuk mengukur tingkat

perilaku bullying. Skala perilaku bullying terdiri dari 30 pertanyaan,

skala ini disusun menggunakan skala Likert dengan 4 alternatif

27
jawaban, yaitu: Tidak Pernah, Jarang, Sering, Sangat Sering, dengan

skor masing-masing jawaban 1,2,3,4 untuk favourable, sedangkan

aspek unfavourable bergerak dari 4,3,2,1.

Peneliti lebih memilih untuk menggunakan panduan dari

Adolescent Peer Relations Instrument (Hamburger, Basile & Vivolo, 2011),

dikarenakan aspek pertanyaan dan alternatif jawaban kuesioner yang lebih

lengkap

28
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Remaja (12th - 15th)

Bullying dapat berupa

1. Visik
2. Verbal
3. Sosial
4. Cyber/Elektronik
Faktor yang mempengaruhi

Perilaku Bullying
Dukungan Lingkungan Sekolah
1. Faktor keluarga
1. Kebijakan Sekolah
2. Faktor sekolah
2. Dukungan Guru
3. Faktor Kelompok Sebaya 3. Dukungan Emosional

4. Kondisi lingkungan sosial

5. Faktor pengaruh media Faktor yang mempengaruhi


efektivitas dukungan social
1. Pemberian dukungan
2. Jenis dukungan
3. Penerimaan dukungan
Keterangan: 4. Permasalahan yang dihadapi
Kotak yang
5. Waktu pemberian dukungan
: Ditelti tidak diteliti
6. Lamanya pemberiankurang
: Tidak Diteliti
dukungan
jelas garis-

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


3.2. Deskripsi Kerangka Konsep
Dukungan lingkungan sekolah adalah program anti bullying
berbasis sekolah dalam bentuk intervensi meliputi dimulai dari
definisi perilaku bully, mengenali apa yang berlaku disekolah,
menyusun rencana tindakan, menyediakan kebijakan anti bullying,
mengatasi setiap kejadian, menyediakan bantuan yang menjadi
korban bullying. Dukungan lingkungan sekolah dipengaruhi
keefektifan dukungan sosial yaitu pemberian dukungan, jenis
dukungan, penerimaan dukungan, permasalahan yang dihadapi,
waktu pemberian dukungan dan lamanya dukungan. Bullying adalah
bentuk tindakan atau perilaku, agresif seperti mengganggu, menyakiti
atau melecehkan yang dilakukan secara sadar, sengaja dengan cara
berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok orang. Bullying
terjadi pada masa petumbuhan individu dari anak-anak menuju
dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan terdiri dari beberapa
tipe bullying, yaitu fisik, verbal, sosial dan cyber bullying. Pada
remaja mengalami masa pertumbuhan menuju dewasa yang
memerlukan dukungan dari lingkungan sosial termasuk lingkungan
sekolah berkaitan dengan perilaku bullying. Bila kurang mendapat
dukungan dari sekolah akan mempengaruhi perilaku remaja, yaitu
menjadi korban buliying atau menjadi pelaku bullying.
3.3. Hipotesis
Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan lingkungan
sekolah dengan perilaku bullying pada siswa di SMPN 20 Malang.
Semakin tinggi tingkat dukungan lingkungan sekolah maka perilaku
bullying semakin ringan atau sebaliknya.
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
desain penelitian cross-sectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan
mengambil waktu relatif lebih pendek dan tempat tertentu.

4.2. Populasi dan Sampel


4.2.1. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah remaja awal (usia 13-15 tahun) yang
bersekolah di SMPN 20 Malang. Dari total 335 siswa terdiri dari 177
siswa laki – laki dan 158 siswa perempuan.
4.2.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang diperoleh menggunakan teknik purposive
sampling yang diwakili oleh siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi:
1. Kriteria Inklusi
a. Berusia 13-15 tahun.
b. Dalam kondisi sehat.
c. Bersedia menjadi sampel penelitian.
2. Kriteria Eksklusi
a. Tidak mengisi kuesioner dengan lengkap
b. Ayah dan ibu bercerai.
Untuk menghitung jumlah sampel yang diteliti, peneliti menggunakan
rumus slovin yaitu:
N
n= 2
1+ N ( d )

Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
𝑒 = Batas toleransi kesalahan (error)
Dalam menentukan jumlah sampel yang dipilih, penulis
menggunakan tingkat kesalahan sebesar 5% dan tingkat kepercayaan
95%, karena dalam setiap penelitian tidak mungkin hasilnya sempurna
100%, makin besar tingkat kesalahan maka semakin sedikit ukuran
sampel. Jumlah populasi sebagai dasar perhitungan yang digunakan
adalah 335 orang, dengan perhitungan sebagai berikut:
335
n=
1+ ¿ ¿
335
=
183
= 183,060

Apabila dibulatkan maka besar sampel minimal dari 335 populasi


pada margin of error 5% adalah sebesar 183 Siswa.

4.3. Variabel Penelitian


4.3.1. Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah dukungan lingkungan sekolah
meliputi dukungan informasional, jenis dukungan yang diberikan,
penerimaan dukungan, waktu pemberi dukungan
4.3.2. Variabel Tergantung (Dependent)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah Perilaku Bullying meliputi:
Fisikal, verbal, social, dan cyber/elektronik.

4.4. Waktu dan Tempat Penelitian


4.4.1. Lokasi Penelitian
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMPN 20 Malang.
4.4.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - November tahun 2020.

4.5. Bahan dan Alat / Instrumen Penelitian


4.5.1. Kuesioner Dukungan Lingkungan Sekolah
Kuisioner untuk dukungan lingkungan sekolah mengacu pada dukungan
lingkungan sekolah (Septiana, Fransiska, 2015). Kuesioner mengenai
kebijakan sekolah, dukungan guru, dan emosional. Terdapat 16
pertayaan yang masing-masing terdapat 4 alternatif jawaban yaitu
“selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, dan “tidak pernah”. Jika menjawab
“selalu” akan mendapat skor 4, menjawab “sering” mendapat skor 3,
menjawab “kadang-kadang” mendapat skor 2, dan menjawab “tidak
pernah” mendapat skor 1. Total skor pada kuisioner ini adalah 25-100.
Dikategorikan sebagai berikut:
a. Dukungan Tinggi jika skor 75-100
b. Dukungan Sedang jika skor 51-75
c. Dukungan Rendah jika skor 25 – 50

Tabel.4.1 Kisi-kisi Kuesioner Dukungan Lingkungan Sekolah


Variabel Sub Variabel Pertanyaan
Dukungan Lingkungan Kebijakan sekolah 1,4,5,9,15
Dukungan Guru 2,7,11,13
Sekolah Emosional 3,6,8,10,12,14,16

4.5.2. Kuesioner Bullying


Kuesioner bullying diambil dari Adolescent Peer Relations
Instrument (Hamburger, Basile & Vivolo, 2011), yaitu mengenai
bullying verbal, sosial, fisik, cyber. Terdapat 18 pertanyaan yang
masing-masing dari pernyataan tersebut terdapat 4 alternatif jawaban
yaitu “selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, dan “tidak pernah”. Jika
menjawab “selalu” akan mendapat skor 4, menjawab “sering”
mendapat skor 3, menjawab “kadang-kadang” mendapat skor 2, dan
menjawab “tidak pernah” mendapat skor 1. Total skor pada kuisioner
ini adalah 18-72 Dikategorikan sebagai berikut:
a. Bullying Berat jika skor 49 – 72
b. Bullying Sedang jika skor 25 – 48
c. Bullying Ringan jika skor 18 – 24

Tabel 4.2 Kisi-Kisi Kuesioner Bullying


Variabel Sub Variabel Pertanyaan
Verbal 2,9,17,18
Perlaku Bullying
Sosial 4,7,11,13,14,15,16
Fisik 1,5,6,8,10,12
Cyber 3

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen


4.6.1. Uji Validitas
Uji validitas pada penelitian ini dengan menggunakan SPSS
dengan menggunakan korelasi pearson product moment, dengan
tingkat signifikan 5% dengan kriteria apabila probabilitas kurang dari
0,05 maka instrumen dinyatakan valid. Responden pada uji validitas
tidak dimasukan kedalam sampel penelitian
Uji validitas kuesioner Dukungan Lingkungan Sekolah dan
Perilaku Bullying menggunakan bantuan spss 16.0. Hasiil validitas
dukungan lingkungan sekolah dilakukan oleh Fransiska (2016) dengan
hasil uji validitas 0,477 – 0,799. Uji validitas bullying dilakukan oleh
Argolekso (2018) dengan hasil uji validitas bullying 0,448 – 0,949 nilai
ini lebih besar dibanding r tabel 0,444 sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua item pernyataan kuesioner dukungan lingkungan
sekolah dan perilaku bullying dikatakan valid.
4.6.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini
menunjukan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap pertanyaan yang
sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).
Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan SPSS versi 16.0,
metode yang digunakan adalah metode Cronbach Alpha. Instrumen
dinyatakan reliabel jika memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0,06.
Pengujian reliabilitas kuesioner diadapatkan r hitung pada dukungan
lingkungan sekolah 0,825 dan perilaku bullying 0,945 nilai melebihi nilai
r tabel sehingga kuesioner dinyatakan reliabel.
4.7. Defenisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional

Variabel Defenisi operasional Parameter Alat ukur Skala Skor


Independen
Dukungan Suatu bentuk hubungan Dukungan Informasional Kuesioner Interval 25-
lingkungan interpersonal yang meliputi  Sumber berita Dukungan 100
sekolah kebijakan, support dari guru  Sumber Informasi Lingkungan
dan penerimaan terhadap  Edukasi Sekolah
siswa, sehingga siswa Dukungan Guru mengacu
merasa aman dan ada yang  Kepribadian pada
memperhatikan.  Kebiasaan dukungan
 Peran sosial lingkungan
Dukungan Emosional sekolah
 Perhatian (Septiana,
 Empaty Fransiska,
2015),
mengenai
kebijakan
sekolah,
dukungan
guru, dan
emosional
Dependen
Perilaku Bentuk tindakan atau Bullying Fisik Kuesioner interval 18-
Bullying perilaku, agresif seperti  Memukul tentang 72
mengganggu, menyakiti  Menendang perilaku
atau melecehkan yang  Mendorong bullying
dilakukan secara sadar,  merusak menggunakan
sengaja dengan cara Bullying Verbal Adolescent
berulang- ulang oleh  mengolok-olok nama panggilan Peer
seseorang atau sekelompok  mengancam, Relations
orang.  menakut-nakuti Instrumen
Bullying Sosial (Hamburger,
 Gossip Basile &
 Rumor Vivolo,
 dikucilkan dari pergaulan 20110), yaitu
Bullying Cyber mengenai
 Mempermalukan orang dengan menyebar bullying
gossip di jejaring social internet verbal, sosial,
fisik, cyber.
4.8. Prosedur Penelitian

Proposal Penelitian

Ujian Proposal dan Laik Etik

Populasi Penelitian: Siswa/I SMN 20 Malang

Responden Penelitian dengan Purposive Sampling

Penjelasan Prosedur dan Informed Consent

Kusioner Penelitian

Pengolahan Data: Editing,


Analisis Coding,
Univariat danScoring,
BivariatTabulating

Penyajian Data

Gambar 4.1 Alur Kerja Penelitian

Penelitian dimulai dari pembuatan proposal penelitian dan perbaikan.


Selanjutnya ujian proposal yang akan diuji oleh Pembimbing I dan
Pembimbing II. Kemudian akan dilakukan kelayakan eti. Setelah dinyatakan
lulus, proses selanjutnya adalah pengambilan data. Populasi penelitian ini
adalah Siswa usia 13-15 tahun di SMPN 20 Malang, pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik Purposive sampling. Pengisian kuesioner dilakukan
setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari orangtua Siswa/i untuk
menjadi subjek penelitian. Peneliti menjelaskan maksud penelitian, tata cara
pengisian kuesioner dan hak kepada subjek. Pengisian kuesioner penelitian
memerlukan waktu 20-30 menit. Setelah pengambilan data, maka akan
dilakukan pengolahan data yang meliputi: editing, coding, scoring, tabulating.
Setelah itu akan dilakukan analisis data melalui analisis univariat dan bivariat.
Dan kemudian baru diakhiri dengan penyajian data.

4.9. Pengumpulan Data


Data didapatkan oleh peneliti dari hasil pengisian kuesioner oleh
responden. Alur pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Peneliti meminta izin penelitian dan melakukan koordinasi dengan pihak
SMPN 20 Malang. Setelah mendapatkan izin dari sekolah dan orangtua
Siswa/I secara tertulis, peneliti beserta koordinator menentukan kapan
akan dilakukan pengambilan data.
2. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling yaitu memilih
responden sesuai dengan kriteria penelitian.
3. Peneliti menjelaskan tentang maksud, tujuan dan manfaat penelitian,
diakhiri dengan penyerahan lembar persetujuan menjadi responden
yang di dalamnya berisi tentang pernyataan bahwa siap menjadi
responden penelitian. Responden yang menyetujui kemudian
menandatangani lembar persetujuan tersebut dan mengembalikan pada
peneliti. Responden yang diteliti hanya responden yang telah diberikan
ijin oleh orangtua dan bersedia menjadi subjek penelitian.
4. Peneliti menjelaskan tata cara dan informasi terkait kuesioner kepada
responden.
Setelah mengerti tata cara pengisian, peneliti membagikan kuesioner
kepada responden.
5. Kuesioner yang sudah diisi oleh responden dikembalikan kepada peneliti.

4.10. Pengolahan Data


Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data
dengan tahapan sebagai berikut:
1.Editing merupakan kegiatan pengecekann dan perbaikan terhadap isian
formulir atau kuesioner. Pada tahap ini peneliti akan memeriksa kembali
kelengkapan identitas responden dan kelengkapan jumlah halaman
kuesioner
2.Coding merupakan kegiatan pemberian data numerik terhadap data untuk
mengubah identitas pengkodean berupa angka tiap kuesioner. Dalam
penelitian ini variabel independen dan dependen diberi kode sesuai
tingkatannya
3.Processing merupakan tahapan memasukkan data untuk dianalisa. Data
akan dimasukkan kedalam program SPSS versi 16
4.Tabulating setelah lembar kuesioner terkumpul dan menghitung jumlah
skor dari masing masing responden

4.11. Analisa Data


Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan bantuan SPSS v.16
for Windows untuk melakukan analisis data univariat maupun bivariat.
4.11.1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-
masing variabel penelitian baik independen maupun dependen tanpa
mengetahui pengaruh atau hubungan dari karakteristik responden.
Analisis univariat meliputi umur, jenis kelamin, jumlah saudara, urutan
lahir, pendidikan orang tua (Ayah dan Ibu). Selanjutnya dilakukan analisis
deskriptif berdasarkan persentase responden dan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
4.11.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mendapat gambaran antara
variabel independen dan variabel dependen. Analisis bivariat dalam
penelitian ini berfungsi untuk mengetahui hubungan dukungan
lingkungan sekolah dengan perilaku Bullying pada Remaja
menggunakan Uji Pearson.
Uji Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan variabel
independen dengan variabel dependen yang menggunakan data
bersifat Interval. Jika nilai signifikansi <0,05 maka terdapat korelasi Ho
ditolak, sebaliknya jika nilai signifikansi >0,05 maka tidak terdapat
korelasi Ho diterima. Apabila data tidak terdistribusi normal maka akan
dilakukan Uji Statistik Spearman Rank.

4.12. Etika Penelitian


Peneliti memohon izin kepada pihak terkait sebelum penelitian dilakukan.
Penelitian dimulai dengan melakukan prosedur yang berhubungan dengan
etika penelitian meliputi:
1. Respect to human (Menghormati harkat dan martabat manusia)
Penelitian ini mengimplementasikan prinsip menghormati harkat dan
martabat manusia dalam bentuk memberikan hak responden penelitian
untuk mendapatkan penjelasan segala informasi penelitian, hak
mendapatkan jawaban dari setiap pertanyaan, serta hak untuk ikut serta
dalam penelitian, menolak mengikuti, dan mengundurkan diri kapan saja.
2. Beneficience (Berbuat baik)
Prinsip beneficience pada dasarnya penelitian prinsip berbuat baik dan
memiliki manfaat bagi responden. Dengan mengikuti penelitian iniakan
dapat mengetahui dukungan keluarga yang mereka dapatkan dan tidak
dapatkan juga perilaku bullying yang mungkin mereka lakukan atau yang
mereka terima melihat dari pernyataan kuesioner. Dari hal itu mereka
dapat berkomunikasi kepada keluarga dan diri sendiri untuk hal yang
lebih baik kedepannya.
3. Non-malficience (Tidak merugikan)
Prinsip non-malficience pada dasarnya penelitian tidak boleh
membahayakan bagi responden. Peneliti harus berusaha melindungi
responden yang diteliti, terhindar dari bahaya atau ketidaknyamanan fisik
atau mental.
4. Justice (Keadilan)
Prinsip ini mengandung hak responden untuk mendapatkan perlakuan
yang adil dan hak mereka untuk mendapatkan keleluasaan pribadi.
Responden mempunyai hak yang sama sebelum, selama, dan setelah
partisipasi mereka dalam penelitian. Penelitian ini memperlakukan
responden secara adil tidak diskriminatif, memberikan penghargaan
terhadap semua persetujuan responden, responden juga dapat
mengakses penelitian setiap saat diperlukan untuk klarifikasi informasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyansyah, A.A & Gusniarti, U. (2009). Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Bullying Pada Remaja. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Indonesia. Diunduh
dari psychology.uii.ac.id
Ariesto, A. (2009). Pelaksanaan Program Antibullying Teacher
Empowerment. Retrieved July 12, 2018, from
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123656 SK%20006%2009%20Ari
%20p%20%20Pelaksanaan%20programLiteratur.p df
Apsari, F., 2013. Hubungan antara harga diri dan disiplin sekolah dengan
perilaku bullying pada remaja (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Coloroso, Barbara. (2008). The Bully, the Bullied, and the Bystander. New York:
Harper Collins.
Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Efobi, A. and Nwokolo, C., 2014. Relationship between Parenting Styles
and Tendency to Bullying Behavior among Adolescents. Journal
of Education & Human Development, 3(1), pp.507-521.
Hurlock, E.B. (2006). Child Development, Perkembangan Anak. Jakarta:
Erlangga.
Hamburger ME, Basile KC, Vivolo AM. Measuring Bullying Victimization,
Perpetration, and Bystander Experiences: A Compendium of
Assessment Tools. Atlanta, GA: Centers for Disease Control and
Prevention, National Center for Injury Prevention and Control,
2011
KPAI, 2018. Tabulasi Data. http://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-data-
perlindungan-anak . Diakses 28-September-2018
Putri, H. N., & Nauli, F. A. (2015). Faktor–faktor yang berhubungan
dengan perilaku bullying pada remaja. Jurnal Online Mahasiswa
(JOM) Bidang Ilmu Keperawatan, 2(2), 1149-1159.
Pratiwi, R.P., 2016. Hubungan Perilaku Bullying dengan Kemampuan
Interaksi Sosial Siswa kelas III SDN Minomartani 6 Sleman.
BASIC EDUCATION, 5(2), pp.141-151.
Rice, P.F.; Dolgin, K.G. (2008). The Adolescent: Development, Relationship, and
Culture (12th ed.). Boston: Pearson education, Inc.
Sadock, B.J., Sadock, V.A. and Kaplan, H.I., 2009. Kaplan and Sadock's
concise textbook of child and adolescent psychiatry. Lippincott
Williams & Wilkins.
Sarafino, E.P. & Smith, T.W. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial
Interactions, 7th ed. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Sari, P. (2010). Coping Stress Pada Remaja Korban Bullying Di Sekolah
X .Jurnal Psikologi
Sarwono, S. W . (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: CV Rajawali.
Scherr, T., & Larson, J. (2009). Bullying dynamics associated with race,
ethnicity, and immigration status. Handbook of bullying in schools:
An international perspective, 223-234.
SEJIWA, 2008. Bullying: Mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar
anak. Jakarta: PT Grasindo

Sukmasita, Hezza. (2018). Korban Bullying.


https://www.malangtimes.com/baca/29523/20180719/154041/tragis-satu-lagi-
bocah-korban-bully-meninggal-dunia-di-cirebon . Diakses 28-September-2018
Yusuf, L. (2015). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Lampiran1
KUESIONER HUBUNGAN TINGKAT DUKUNGAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN
PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DI SMP PGRI VI MALANG

1. Identitas responden
Nama :

Umur : Thn

Jenis kelamin : P/L

Jumlah Saudara :

Nama Ayah :

Nama Ibu :

2. Pekerjaan Ayah:
PNS/TNI/Polri Swasta Buruh Tidak Bekerja

3. Pekerjaan Ibu:
PNS/TNI/Polri Swasta Buruh Tidak Bekerja

4. Pendidikan Ayah:
S1/DIII SMA/Sederajat SMP /Sederajat SD/Tidak Sekolah

5 Pendidikan Ibu:
S1/DIII SMA/Sederajat SMP /Sederajat SD/Tidak Sekolah
PETUNJUK PENGISIAN

Mohon Anda baca dan pahami setiap pernyataanyang disajikan, Silakan tandai
salah satu pilihan yang tersedia di sebelah kanan pernyataan berdasarkan keadaan,
perasaan, dan pikiran Anda yang sesungguhnya dengan memilih salah satu alternatif
jawaban adalah:
1. Jika tidak pernah melakukan sesuai dengan isi pernyataan
2. Jika melakukan sesuai dengan isi pernyataan kadang-kadang
3. Jika melakukan sesuai dengan isi pernyataan sering
4. Jika melakukan sesuai dengan isi pernyataan selalu

= SELAMAT MENGERJAKAN =
Dukungan Lingkungan Sekolah

1. Sekolah memberi tahu bahaya dari kekerasan kepada saya


 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
2. Guru kelas memberi penghargaan atas keberhasilan (misalnya nilai rapor yang baik)
yang saya peroleh
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
3. Warga sekolah menghargai saya dalam mendengarkan pendapat yang saya
sampaikan)
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
4. Guru selalu menyarankan saya untuk tidak meniru kekerasan yang beredar di media
massa (misalnya tawuran, pemalakan)
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
5. Guru melarang saya memainkan permainan yang memuat kekerasan (misalnya
smack down, grand theft auto)
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
6. Guru disekolah mendengarkan keluhan saya tentang teman-teman saya yang
melakukan kekerasan terhadap saya
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
7. Guru menyarankan saya untuk membalas kekerasan dengan kekerasan
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
8. Guru disekolah tidak peduli tentang kesulitan yang saya hadapi dalam berteman di
sekolah
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
9. Guru menyarankan saya untuk tidak melakukan kekerasan fisik saat berinteraksi
dengan teman-teman di sekolah
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
10. Saran yang diberikan Guru BK sangat sesuai dengan masalah yang saya hadapi
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
11. Saat prestasi saya di sekolah menurun, Guru kelas memberikan arahan kepada saya
untuk kembali berjuang
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
12. Guru disekolah tidak mau membantu saya dalam menyelesaikan masalah yang saya
hadapi
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
13. Guru menganggap prestasi saya di sekolah merupakan sesuatu yang tidak perlu
dipuji (misalnya nilai rapor yang baik)
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
14. Guru disekolah tidak memberi penghargaan atas keberhasilan (misalnya nilai rapor
yang baik) yang saya peroleh
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
15. Saat saya menghadapi masalah dengan teman disekolah, guru BK membimbing
saya sampai saya menemukan solusi dengan sendiri
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
16. Saat saya ada masalah dengan teman di sekolah, Guru tidak bersedia mencari
solusi untuk memecahkan masalah
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu

Perilaku Bullying

1. Saya pernah melakukan tindakan fisik kepada teman (misalnya memukul,


menendang, menampar) dengan tujuan untuk menyakitinya)
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
2. Saya meremehkan kemampuan teman saya sehingga merasa tidak memiliki
kemampuan yang baik
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
3. Saya meneror teman (misalnya lewat pesan singkat/sms, email, sosial media) dengan
tujuan menakutinya
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
4. Saya mempermalukan teman di depan umum dengan tujuan merendahkannya
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
5. Saya memandang teman dengan penuh ancaman
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
6. Saya memandang sinis bertujuan untuk merendahkan teman
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
7. Saya mengucilkan teman sehingga ia merasa terabaikan
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
8. Saya merusak barang teman (misalnya menarik baju, merobek buku, merusak telepon
genggam, merusak tas) secara sengaja
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
9. Saya meneriaki teman atas kesalahannya sehingga dia merasa tidak dihargai
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
10. Saya memaksa teman untuk mengakui tuduhan yang tidak benar
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
11. Saya sengaja menghindari untuk tidak berteman pada seseorang dengan alasan
yang tidak jelas
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
12. Saya memalak/ mengambil uang teman secara paksa
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
13. Saya menggosipkan teman ke orang lain sehingga orang lain tidak menyukainya
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
14. Saya menebar rahasia pribadi teman ke orang lain untuk diketahui secara luas
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
15. Saya meninggalkan teman dalam kelompok secara sengaja sehingga dia merasa
tidak dipedulikan
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
16. Saya menolak teman dengan alasan yang tidak jelas untuk bergabung dalam satu
kelompok dengan saya
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
17. Saya memanggi teman dengan julukan (jelek) yang menurut saya pantas untuk
teman saya
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
18. Saya memaki teman saya dihadapan teman yang lain
 Tidak Pernah
 Kadamg-kadang
 Sering
 Selalu
Mohon periksa kembali jawaban Anda, pastikan tidak ada jawaban yang kosong.
Terima kasih atas bantuan Anda.

Anda mungkin juga menyukai