ALTI FADHILAH
181085
1
KATA PENGANTAR
Puji syukuratas kehadirat ALLAH SWT dan kasih sayang-nya karena atas rahmat dan
karunia-nyalah proposal penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul proposal “PENGARUH
TEKHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP NYERI DISMENORE PADA
REMAJA PUTRI DI DESA S KEPULAUAN JAWA”. Penelitian ini menyadari dalam
penyusunan proposal masih banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan untuk perbaikan berikut nya.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua
pihak yang sudah memberikan banyak dukungan, membantu dan memfasilitasi dalam
penyusunan proposal penelitian ini semoga proposal penelitian ini bermanfaat untuk
kedepannya.
Proposal ini mungkin tidak akan selesai jika tanpa bantuan pihak-pihak tertentu. maka dari itu
saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu, diantaranya sebagai
berikut:
1). Ns. Jehan Puspasari,M.Kep selaku koordinator mata ajar riset keperawatan.
2). Ns. Fendy Yesayas,M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan banyak arahan dan
3). Kepada orangtua, sahabat dan pihak-pihak yang telah banyak membantu, mendukung lainnya
yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu namun juga tidak mengurangi rasa hormat saya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL1
KATA PENGANTAR2
DAFTAR ISI3
BAB 1 PENDAHULUAN5
1.1 Latar Belakang5
1.1.1 Rumusan Masalah 6
1.1.2 Tujuan 6
1.1.2.1 Tujuan Umum 6
1.1.2.2 Tujuan Khusus 6
1.1.3 Manfaat 7
3
BAB 3 KERANGKA KONSEP14
3.1 Kerangka Konsep14
3.2 Hipotesis15
4
BAB I
PENDAHULUAN
Masa dismenore pada wanita berperan sangat besar dalam hidupnya karena sebagian besar
masa hidup wanita (usia 15-49 tahun) berkaitan dengan masa menstruasi yang berlangsung
selama 3-7 hari dengan rata-rata selama 5 hari dan permasalahan-permasalahan menstruasi.
Menstruasi terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormone reproduksi sehingga
menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi (Laila, 2011).
Nyeri haid atau dismenore merupakan suatu tanda mulai matangnya organ reproduksi pada
remaja yang disertai sakit kepala atau vertigo, perasaan cemas, gelisah dan nyeri perut (kram).
Ketidaknyamanan selama hari pertama atau hari kedua yang sangat umum terjadi yaitu dapat
menimbulkan nyeri. Hal tersebut merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut dengan memberikan dorongan untuk keluar situasi yang menyebabkan
nyeri. Intervensi untuk mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri dismenore yaitu intervensi
farmakologis dan non farmakologis. Sebagai perawat berperan besar dalam penanggulangan
nyeri secara non farmakologis, yang salah satunya dengan menggunakan teknik relaksasi nafas
dalam (Priscilla dan Ningrum dalam Aningsih, 2018).
Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89%
dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Hapsari & Anasari 2013). Di Jawa Timur
didapatkan 1,07 hingga 1,31% dari jumlah penderita dismenore datang ke bidan. Sedangkan di
Kabupaten Pacitan didapatkan bahwa sebagian besar 64,9% responden memiliki siklus
5
menstruasi yang normal dan sebanyak 35,1% mengalami gangguan menstruasi yaitu polimenore
23,1%, oligomenore 69,2% dan amenore 7,7%. Responden yang cenderung mengalami gejala
stress berat yaitu sebanyak 44,6% sehingga tidak dapat berkonsentrasi sepenuhnya dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari. (Profil Kesehatan Kabupaten Pacitan, 2016). Apabila
dismenore tidak segera ditangani maka dapat menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas
para wanita khususnya remaja. Wanita tidak bisa beraktivitas secara normal dan memerlukan
penanganan atau resep obat. Dari 30-60% wanita yang mengalami
dismenore, sebanyak 7-15% yang tidak pergi ke sekolah atau bekerja.(Ningsih dalam Aningsih
2018).
1.1.2 Tujuan
1.1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan tentang pengaruhnya teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri akut
dismenore pada remaja putri di Desa S di kepulauan jawa.
a). Untuk mengetahui pengamatan nyeri dismenore pada remaja putri sebelum dilakukan
6
1.1.3 Manfaat
Hasil dari proposal ini di harapkan dapat bermanfaat untuk institusi pendidik, sebagai tambahan
pengetahuan dalam penanganan nyeri dismenore pada remaja putri yang dapat diupayakan sebagai terapi
non farmakologi selain pemberian obat anti nyeri dismenore pada remaja putri.
Proposal ini sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi orang tua yang mempunyai anak remaja putri
tentang bagaimana penanganan nyeri dismenore.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dismenore secara khusus terbagi menjadi dua jenis. Dismenore sekunder dan Dismenore primer.
Menurut Prawirohardjo & Wiknjosastro (2012) dismenore primer adalah nyeri pada saat
menstruasi yang timbul tanpa ditemukan adanya kelainan patologi pada panggul. Dismenore
primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi miometrium sehingga
terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium pada fase sekresi.
Dismenore seringkali disertai dengan keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare yang
diduga timbul karena prostaglandin.
8
Ada banyak penjelasan mengenai dismenore primer. Dismenore primer seringkali
disebut dengan istilah dismenore fungsional atau idiopatik. Biasanya dismenore primer timbul
pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama. Timbul sejak menstruasi
pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon
tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri menstruasi ini normal,
namun dapat berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, seperti stres, shock,
penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang
menurun (Wijayanti, 2010).
Dismenore primer seringkali menimbulkan gejala fisik dan gejala psikologis. Setiap
individu bisa mengalami gejala fsik dan gejala psikologis sekaligus, namun juga bisa mengalami
hanya salah satu gejala, baik fisik maupun psikologisnya. Tanda gejala yang dapat mucul seperti
rasa tidak enak di badan, lelah, mual dan muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala,
kadang kala disertai vertigo, perasaan cemas, gelisah, hingga kehilangan keseimbangan dan
kehilangan kesabaran (Anurogo, 2011).
Seseorang dapat diketahui dengan pasti bahwa menderita dismenore primer apabila mengalami
nyeri pada tiga kali siklus menstruasi berturut-turut yang kemudian ketika diperiksakan tidak
terdapat adanya kelainan dismenore sekunder (Shah, et al. 2014).
Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri haid akibat patologi panggul anatomi makroskopik,
seperti yang terlihat pada wanita dengan endometriosis atau penyakit radang panggul kronis. Hal ini
paling sering ditemukan pada wanita berusia 30-45 tahun. Mekanisme yang bertanggung jawab untuk
rasa sakit pada dismenore sekunder bervariasi dan mungkin tidak melibatkan tingginya prostaglandin.
1). Dismenore dimulai pada 20-an atau 30-an, setelah siklus relatif tanpa rasa sakit sebelumnya
3). Dismenore terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah menarche (haid pertama yang terjadi
9
5). Respon yang buruk terhadap oba anti-inflammatory nonsteroid (NSAID) atau kontrasepsi oral (OC)
Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Dismenore primer
umumnya dijumpai pads wanita dengan siklus berovulasi. Penyebab tersering dismenore
sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik genitalia interns. Dismenore sekunder lebih
jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Penyebab dari
dismenore sekunder adalah: endometriosis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii,
perlengketan abnormal antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD, faktor psikologis yaitu
stres.(Dr. Suparyanto, M.Kes,2011).
Produksi prostaglandin dua hingga tujuh kali lebih besar pada wanita dengan dismenore
dibandingkan dengan wanita- wanita yang tidak mengeluhkan nyeri menstruasi. Peningkatan
produksi prostaglandin F2α (PGF2α), dan prostaglandin E2 (PGE2), atau suatu rasio PGF2α:
PGE2 yang tidak memadai, dapat meningkatkan tonus uterus istirahat, tekanan kontraktil
miometrium, frekuensi kontraksi uterus, dan kontraksi aritmik uterus. Kelainan ini akan
menimbulkan vasokontriksi, iskemia dan hipoksia uterus, yang semua menyebabkan nyeri.
Selain itu, prostaglandin juga menimbulkan hipersensitisasi serabut- serabut nyeri terhadap
bradikidin dan rangsang fisik lainnya. Bila PGF2α yang berlebihan masuk ke dalam sirkulasi,
maka dapat timbul gejala-gejala sistemik.
Konsentrasi PGE2 dan PGF2α endometrium relatif rendah pada fase proliferatif pra-ovulasi,
namun akan meningkat selama fase sekresi, mencapai kadar tertingginya selama menstruasi.
Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa steroid-steroid seks, khususnya progesteron,
berperandalam peninggian kadar prostaglandin yang dapat menyebabkan dismenore. Temuan ini
juga konsisten dengan kejadian dismenore yang hampir eksklusif pada siklus-siklus ovulatorik.
Faktor- faktor biopsikososial yang melibatkan individu ataupun keluarga, atau keduanya, dapat
menetukan sifat nyeri dismenore. Faktor- faktor ini lebih unik untuk nyeri dismenore
dibandingkan nyeri yang berasal dari sumber lainnya. (Mengel MB, 2011).
10
2.1.5 Penatalaksanaan Dismenore
11
rasa tenang sehingga membuat diri menjadi lebih rileks sehingga membantu untuk memasuki
kondisi tidur, karena dengan cara meregangkan otot-otot akan membuat suasana hati menjadi
lebih tenang dan juga lebih santai, dengan suasana ini lebih tenang dapat membantu mencapai
kondisi gelombang alpha yang merupakan suatu keadaan yang sangat diperlukan seseorang
untuk dapat memasuki frase tidur lebih awal. Dengan keadaan rileks juga dapat memberikan
kenyamanan sebelum tidur sehingga para lansia dapat memulai tidur dengan mudah (Likah,
2010).
Menurut Brunner dan Suddart (2002) relaksasi nafas dalam adalah pernafasan abdomen
dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama dan nyaman dilakukan dengan memejamkan
mata.Menurut Bare dan Smeltzer (2002) teknik relaksasi nafas dalam bertujuan untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis paru,
meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stres baik stres fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan kecemasan.
1). Atur posisi pasien dengan posisi duduk ditempat tidur atau dikursi
2). Letakkan satu tangan pasien diatas abdomen ( tepat bawah iga) dan tangan lainnya berada
di tengah-tengah dada untuk merasakan gerakan dada dan abdomen saat bernafas
3). Keluarkan nafas dengan perlahan-lahan
4). Tarik nafas dalam melalui hidung secara perlahan-lahan selama 4 detik sampai dada dan
abdomenterasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap tertutup selama menarik nafas
5). Tahan nafas selama 3 detik
6). Hembuskan dan keluarkan nafas secara perlahan-lahan melalui mulut selama 4 detik
7). Lakukan secara berulang dalam 5 siklus selama 15 menit dengan periode istirahat 2 menit
(1 siklus adalah 1 kali proses mulai dari tarik nafas, tahan dan hembuskan).
12
2.1.8 Kerangka Teori
DISMENORE
Dampaknya Manfaatnya
Terjadinya endometriosis Tidak sulit konsentrasi
Sulit konsentrasi Rasa aman dan nyaman
Perubahan nafsu makan Nafsu makan kembali
Sulit tidur meningkat
Tidak percaya diri Aktivitas lancar
Kerangka Teori
13
BAB III
KERANGKA KONSEP
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang dismenore
mulai dari remaja usia 11-14 tahun dan menopause usia 45-55 tahun. pengetahuan yang akan
diukur meliputi usia, lamanya menstruasi, faktor stres dan faktor nutrisi. variabel
independen pada penelitian ini adalah tekhnik relaksasi nafas dalam dan yang menjadi
variabel dependen adalah nyeri dismenore. variabel confounding adalah data demografi yang
terdiri dari pengetahuan, jenis kelamin, obat-obatan, psikologi dan olahraga.
3. Faktor stress
4. Faktor nutrisi
Variabel Confounding
Faktor lain:
1. Pengetahuan
2. Jenis kelamin
3. Obat-obatan
4. psikologi
5. olahraga
14
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian(Sumber : Notoatmojo, 2012)
3.2 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep penelitian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
15
langsung
16
konsumsi atau tertulis yang porsi makan
jumlah porsi yang diisi 0 = Porsi
dimakan apabila responden makan sedikit
sedang merasakan secara 1 = Porsi makan
nyeri saat menstruasi langsung banyak
atau dismenore
Variabel Dependen .
17
responden menengah
secara (SMP/ SMA)
langsung 2= Pendidikan
rendah(SD/Tida
k sekolah)
18
tertulis yang psikologi tidak
diisi tertekan)
responden 1 = Tidak Baik (
secara kondisi
langsung psikologi
tertekan)
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
20
mungkin. Namun demikian, penggunaan sampel sebesar 10%-20% untuk subjek
dengan jumlah lebih dari 1.000 dipandang sudah cukup (Nursalam, 2011).
Jumlah sampel yang akan diteliti pada penelitian ini sebanyak 37 sampel di desa
s kepulauan jawa.
Adapun rumus yang digunakan untuk sample adalah :
N
n= 2
1+ N ( d)
Dimana :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Tingkat penyimpangan yang diinginkan
60
n=
1+60 (0,1)2
60
n=
1+0,60
50
n=
1,50
n=37,5
n = 37
21
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2011).
Kriterianya adalah :
a). Klien penderita nyeri saat dismenore di desa s kepulauan jawa
b). Klien berada di desa s tersebut
c). Klien yang bersedia menjadi responden.
d). Klien dalam kondisi sadar penuh.
e). Klien bisa berbicara.
f). Klien tidak mengalami gangguan ingatan.
2). Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi (Nursalam, 2011).
Kriterianya adalah :
a). Klien yang tidak nyeri saat dismenore di desa s kepulauan jawa
b). Klien yang tidak bersedia menjadi responden.
c). Klien dengan gangguan ingatan.
d). Klien dengan kondisi tidak sadar.
e). Klien yang tidak berada di desa s kepulauan jawa
22
4.4.2 Etika Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa perlunya persetejuan dari pihak-pihak
terkait. Untuk pengambilan data di lokasi penelitian, pertama yang dilakukan adalah
meminta surat rekomendasi penelitian dari kampus untuk diserahkan ke tempat penelitian
yaitu di desa s kepulauan jawa Setelah mendapatkan persetujuan, barulah dilakukan
penelitian den̶gan menekankan etika penelitian :
1. Informed Consent
Lembar persetujuan yang akan diberikan pada responden yang akan diteliti dan
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi lembar
tersebut diberikan kode.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang
dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4.4.3 Langkah Pengolahan Data
Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa
kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data, dan memeriksa keseragaman data
2. Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data perlu
disederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol tertentu, untuk setiap jawaban
(pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan memberi nomor halaman pada daftar
pertanyaan, nomor pertanyaan , nomor variabel, nama variabel dan kode.
3. Tabulasi Data
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam suatu tabel menurut
sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, tabel mudah untuk dianalisa.
Tabel tersebut dapat berupa tabel sederhana maupun tabel silang.
4.4.4 Analisa data
23
Setelah data tersebut dilakukan editing, koding, dan tabulasi maka selanjutnya
dilakukan analisa dengan cara :
1. Analisa univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara
mendeskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu distribusi
frekuensinya.
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh antara variabel bebas secara
sendiri-sendiri dengan variabel terikat. Analisa data akan di olah dengan uji
statatistik chi-square dengan menggunakan SPSS dengan tingkat kemaknaan ɑ =
0,05.
24
DAFTAR PUSTAKA
Suslia & Lestari. 2014. Keperawatan medikal bedah manajemen klinis untuk hasil yang
diharapkan.eds. 8, vol. 1, Jakarta: P.T Salemba Emban Patria.
Agustina, dkk. Gambaran Perilaku Remaja Dalam Meminimalkan Nyeri Menstruasi (Dismenore).
Fitri, I. Lebih dekat dengan Sistem Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2017.
Mubarak, W. I., Indrawati, L. and Susanto, J. (2015) Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta
Salemba merdeka.
Chia, C F and JHY, Lai,et al.2014. Dysmenorrhoea among Hong Kong university
students: prevalence, impact, and management. Medical Journal 3(19).
Anurogo, dr. D & Wulandari A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyei Haid. Yogyakarta: ANDI
Smelzer, S.C & B.G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart,
Dhito dwi pramardika, S,K,M.,Kes & Fitriana, S.Si.T.,Kes. 2019. Panduan Penanganan
Dismenore, Yogyakarta: (Grup Penerbitan CV Budi Utama).
Wiknjosastro. 2012. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
25
Judul: Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore
Variabel Confounding : Hal yang mempengaruhi teknik relaksasi nafas dalam denga nyeri
dismenore adalah faktor nyeri dismenore karena disebabkan terjadinya stres, kram perut, dan
tidak dapat beraktivitas ketika dismenore tersebut. Seperti: Usia, lama menstruasi, stress nutrisi,
pengetahuan, jenis kelamin, obat-obatan, psikologi dan olahraga.
26