Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN KEPERAWATAN

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP


PENURUNAN NYERI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA S DI
KEPULAUAN JAWA

Dosen: Ns.Fendy Yesayas,M.Kep

ALTI FADHILAH

181085

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN RS.HUSADA


Jl. Raya Mangga Besar No 137-139, Jakarta Pusat
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukuratas kehadirat ALLAH SWT dan kasih sayang-nya karena atas rahmat dan
karunia-nyalah proposal penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul proposal “PENGARUH
TEKHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP NYERI DISMENORE PADA
REMAJA PUTRI DI DESA S KEPULAUAN JAWA”. Penelitian ini menyadari dalam
penyusunan proposal masih banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan untuk perbaikan berikut nya.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua
pihak yang sudah memberikan banyak dukungan, membantu dan memfasilitasi dalam
penyusunan proposal penelitian ini semoga proposal penelitian ini bermanfaat untuk
kedepannya.

Proposal ini mungkin tidak akan selesai jika tanpa bantuan pihak-pihak tertentu. maka dari itu
saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu, diantaranya sebagai
berikut:

1). Ns. Jehan Puspasari,M.Kep selaku koordinator mata ajar riset keperawatan.

2). Ns. Fendy Yesayas,M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan banyak arahan dan

nasehat kepada penulis.

3). Kepada orangtua, sahabat dan pihak-pihak yang telah banyak membantu, mendukung lainnya

yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu namun juga tidak mengurangi rasa hormat saya.

Penyusun

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL1
KATA PENGANTAR2
DAFTAR ISI3
BAB 1 PENDAHULUAN5
1.1 Latar Belakang5
1.1.1 Rumusan Masalah 6
1.1.2 Tujuan 6
1.1.2.1 Tujuan Umum 6
1.1.2.2 Tujuan Khusus 6
1.1.3 Manfaat 7

1.1.4 Ruang Lingkup7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA8


2.1 Konsep Dismenore8

2.1.1 Pengertian Dismenore 8

2.1.2 Jenis-jenis dismenore8

2.1.2.1 Dismenore Primer8

2.1.2.2 Dismenore Sekunder9

2.1.3 Etiologi Dismenore10

2.1.4 Patofisiologi Dismenore10

2.1.5 Penatalaksanaan Dismenore11

2.1.6 Teknik Relaksasi Nafas Dalam11

2.1.7 Teknik Relaksasi Nafas Dalam12

2.1.8 Kerangka Teori 13

3
BAB 3 KERANGKA KONSEP14
3.1 Kerangka Konsep14

3.2 Hipotesis15

3.3 Definisi Operasional15

4.1 Jenis Penelitian Dan Metode Penelitian21


4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian21
4.2.1 Lokasi penelitian21
4.2.2 Waktu penelitian21
4.3 Populasi dan Sampel21
4.3.1 Populasi21
4.3.2 Sampel21
4.4 Pengumpulan Data
4.4.1 Cara Pengumpulan Data
4.4.2 Etika Penelitian25
4.4.3 Langkah Pengolahan Data25
4.4.4 Analisa data26
DAFTAR PUSTAKA27

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
meliputi perubahan biologis, psikologis, dan sosial. World Health Organization (WHO)
menentukan usia remaja antara 12-24 tahun. Salah satu tanda seorang perempuan telah
memasuki usia pubertas adalah terjadinya menstruasi. Gangguan ginekologi pada masa remaja
yang sangat sering terjadi adalah gangguan yang berhubungan dengan siklus menstruasi,
perdarahan uterus disfungsi, yang termasuk di dalamnya adalah dismenore, pre menstrual
syndrome dan hirsutisme (Sarwono dalam Ismarozi, 2015).

Masa dismenore pada wanita berperan sangat besar dalam hidupnya karena sebagian besar
masa hidup wanita (usia 15-49 tahun) berkaitan dengan masa menstruasi yang berlangsung
selama 3-7 hari dengan rata-rata selama 5 hari dan permasalahan-permasalahan menstruasi.
Menstruasi terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormone reproduksi sehingga
menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi (Laila, 2011).

Nyeri haid atau dismenore merupakan suatu tanda mulai matangnya organ reproduksi pada
remaja yang disertai sakit kepala atau vertigo, perasaan cemas, gelisah dan nyeri perut (kram).
Ketidaknyamanan selama hari pertama atau hari kedua yang sangat umum terjadi yaitu dapat
menimbulkan nyeri. Hal tersebut merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut dengan memberikan dorongan untuk keluar situasi yang menyebabkan
nyeri. Intervensi untuk mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri dismenore yaitu intervensi
farmakologis dan non farmakologis. Sebagai perawat berperan besar dalam penanggulangan
nyeri secara non farmakologis, yang salah satunya dengan menggunakan teknik relaksasi nafas
dalam (Priscilla dan Ningrum dalam Aningsih, 2018).

Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89%
dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Hapsari & Anasari 2013). Di Jawa Timur
didapatkan 1,07 hingga 1,31% dari jumlah penderita dismenore datang ke bidan. Sedangkan di
Kabupaten Pacitan didapatkan bahwa sebagian besar 64,9% responden memiliki siklus

5
menstruasi yang normal dan sebanyak 35,1% mengalami gangguan menstruasi yaitu polimenore
23,1%, oligomenore 69,2% dan amenore 7,7%. Responden yang cenderung mengalami gejala
stress berat yaitu sebanyak 44,6% sehingga tidak dapat berkonsentrasi sepenuhnya dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari. (Profil Kesehatan Kabupaten Pacitan, 2016). Apabila
dismenore tidak segera ditangani maka dapat menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas
para wanita khususnya remaja. Wanita tidak bisa beraktivitas secara normal dan memerlukan
penanganan atau resep obat. Dari 30-60% wanita yang mengalami

dismenore, sebanyak 7-15% yang tidak pergi ke sekolah atau bekerja.(Ningsih dalam Aningsih
2018).

1.1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar berlakang diatas adapun rumusan masalahnya adalah, "Pengaruh Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri di Desa S di
Kepulauan Jawa”?

1.1.2 Tujuan
1.1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan tentang pengaruhnya teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri akut
dismenore pada remaja putri di Desa S di kepulauan jawa.

1.1.2.2 Tujuan Khusus

a). Untuk mengetahui pengamatan nyeri dismenore pada remaja putri sebelum dilakukan

penerapan relaksasi nafas dalam.


b). Untuk mengetahui hasil dari pengamatan penurunan nyeri dismenore sesudah dilakukan

penerapan relaksasi nafas dalam.


c). Untuk mengetahui perbedaan nyeri dismenore sebelum dan setelah dilakukan penerapan

relaksasi nafas dalam.

6
1.1.3 Manfaat

1). Manfaat penelitian selanjutnya


Proposal ini di harapkan untuk penelitian selanjutnya, adalah untuk menambah pengetahuan peneliti
tentang penurunan nyeri dismenore dengan teknik relaksasi nafas dalam.

2). Manfaat institusi pendidik

Hasil dari proposal ini di harapkan dapat bermanfaat untuk institusi pendidik, sebagai tambahan
pengetahuan dalam penanganan nyeri dismenore pada remaja putri yang dapat diupayakan sebagai terapi
non farmakologi selain pemberian obat anti nyeri dismenore pada remaja putri.

3). Manfaat masyarakat/lingkungan

Proposal ini sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi orang tua yang mempunyai anak remaja putri
tentang bagaimana penanganan nyeri dismenore.

1.1.4 Ruang Lingkup


Proposal ini merupakan proposal dalam lingkupan keperawatan komunitas, proposal ini
diharapkan dapat digunakan untuk mengidentifikasi penurunan nyeri saat dismenore ini
menggunakan skala penilaian nyeri. Disini penelitian akan mengukur skala nyeri pasien
yang mengalami dismenore pada bulan sebelum melakukan teknik relaksasi nafas dalam,
kemudian diukur skala nyeri kembali setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam
selama 2-3 kali dalam seminggu sebelum siklus menstruasi lanjut pada bulan berikutnya.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dismenore


2.1.1 Pengertian Dismenore
Menstruasi seringkali muncul dengan berbagai jenis rasa nyeri. Nyeri yang dirasakan setiap
individu dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Secara etimologi nyeri menstruasi
(dismenore) berasal dari bahasa Yunani kuno, dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal; meno yang
berarti bulan, dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Disimpulkan bahwa dysmenorrhea atau
dismenore adalah aliran menstruasi yang sulit atau aliran menstruasi yang mengalami nyeri
(Anurogo, 2015).
Setiap wanita normal akan mengalami menstruasi setiap bulannya. Beberapa wanita
merasakan rasa nyeri pada tiap siklus menstruasi, nyeri menstruasi yang sedemikian hebatnya
sehingga membuat penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan dan aktivitas sehari-
hari selama beberapa jam atau beberapa hari disebut dengan istilah dismenore (Anorogo,2011).
Dismenore yang dialami setiap siklus menstruasi mepakan pertanda adanya gangguan di
dalam tubuh seseorang. Sari, Indrawati, & Harjanto (2012) mengatakan bahwa dismenore dapat
berasal dari kram rahim saat proses menstruasi, dismenore dapat timbul akibat gangguan pada
organ reproduksi, faktor hormonal maupun faktor psikologis dan dapat menimbulkan
tergganggunya aktivitas sehari-hari. Adanya gejala nyeri yang dirasakan belum tentu timbul
karena adanya suatu penyakit.

2.1.2 Jenis-jenis dismenore

2.1.2.1 Dismenore Primer (Nyeri Spasmodik)

Dismenore secara khusus terbagi menjadi dua jenis. Dismenore sekunder dan Dismenore primer.
Menurut Prawirohardjo & Wiknjosastro (2012) dismenore primer adalah nyeri pada saat
menstruasi yang timbul tanpa ditemukan adanya kelainan patologi pada panggul. Dismenore
primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi miometrium sehingga
terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium pada fase sekresi.
Dismenore seringkali disertai dengan keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare yang
diduga timbul karena prostaglandin.

8
Ada banyak penjelasan mengenai dismenore primer. Dismenore primer seringkali
disebut dengan istilah dismenore fungsional atau idiopatik. Biasanya dismenore primer timbul
pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama. Timbul sejak menstruasi
pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon
tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri menstruasi ini normal,
namun dapat berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, seperti stres, shock,
penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang
menurun (Wijayanti, 2010).
Dismenore primer seringkali menimbulkan gejala fisik dan gejala psikologis. Setiap
individu bisa mengalami gejala fsik dan gejala psikologis sekaligus, namun juga bisa mengalami
hanya salah satu gejala, baik fisik maupun psikologisnya. Tanda gejala yang dapat mucul seperti
rasa tidak enak di badan, lelah, mual dan muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala,
kadang kala disertai vertigo, perasaan cemas, gelisah, hingga kehilangan keseimbangan dan
kehilangan kesabaran (Anurogo, 2011).

Seseorang dapat diketahui dengan pasti bahwa menderita dismenore primer apabila mengalami
nyeri pada tiga kali siklus menstruasi berturut-turut yang kemudian ketika diperiksakan tidak
terdapat adanya kelainan dismenore sekunder (Shah, et al. 2014).

2.1.2.2 Dismenore Sekunder (Nyeri Kongestif)

Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri haid akibat patologi panggul anatomi makroskopik,
seperti yang terlihat pada wanita dengan endometriosis atau penyakit radang panggul kronis. Hal ini
paling sering ditemukan pada wanita berusia 30-45 tahun. Mekanisme yang bertanggung jawab untuk
rasa sakit pada dismenore sekunder bervariasi dan mungkin tidak melibatkan tingginya prostaglandin.

Gambaran klinis disminore sekunder, yaitu:

1). Dismenore dimulai pada 20-an atau 30-an, setelah siklus relatif tanpa rasa sakit sebelumnya

2). Aliran menstruasi yang berat atau perdarahan tidak teratur

3). Dismenore terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah menarche (haid pertama yang terjadi

pada awal pubertas)

4). Terdapat kelainan panggul dengan pemeriksaan fisik

9
5). Respon yang buruk terhadap oba anti-inflammatory nonsteroid (NSAID) atau kontrasepsi oral (OC)

6). Infertilitas, dispareunia, dan keputihan

2.1.3 Etiologi Dismenore

Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Dismenore primer
umumnya dijumpai pads wanita dengan siklus berovulasi. Penyebab tersering dismenore
sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik genitalia interns. Dismenore sekunder lebih
jarang ditemukan dan terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenore. Penyebab dari
dismenore sekunder adalah: endometriosis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii,
perlengketan abnormal antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD, faktor psikologis yaitu
stres.(Dr. Suparyanto, M.Kes,2011).

2.1.4 Patofisiologi Dismenore

Produksi prostaglandin dua hingga tujuh kali lebih besar pada wanita dengan dismenore
dibandingkan dengan wanita- wanita yang tidak mengeluhkan nyeri menstruasi. Peningkatan
produksi prostaglandin F2α (PGF2α), dan prostaglandin E2 (PGE2), atau suatu rasio PGF2α:
PGE2 yang tidak memadai, dapat meningkatkan tonus uterus istirahat, tekanan kontraktil
miometrium, frekuensi kontraksi uterus, dan kontraksi aritmik uterus. Kelainan ini akan
menimbulkan vasokontriksi, iskemia dan hipoksia uterus, yang semua menyebabkan nyeri.
Selain itu, prostaglandin juga menimbulkan hipersensitisasi serabut- serabut nyeri terhadap
bradikidin dan rangsang fisik lainnya. Bila PGF2α yang berlebihan masuk ke dalam sirkulasi,
maka dapat timbul gejala-gejala sistemik.

Konsentrasi PGE2 dan PGF2α endometrium relatif rendah pada fase proliferatif pra-ovulasi,
namun akan meningkat selama fase sekresi, mencapai kadar tertingginya selama menstruasi.
Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa steroid-steroid seks, khususnya progesteron,
berperandalam peninggian kadar prostaglandin yang dapat menyebabkan dismenore. Temuan ini
juga konsisten dengan kejadian dismenore yang hampir eksklusif pada siklus-siklus ovulatorik.
Faktor- faktor biopsikososial yang melibatkan individu ataupun keluarga, atau keduanya, dapat
menetukan sifat nyeri dismenore. Faktor- faktor ini lebih unik untuk nyeri dismenore
dibandingkan nyeri yang berasal dari sumber lainnya. (Mengel MB, 2011).

10
2.1.5 Penatalaksanaan Dismenore

a) Teknik nafas dalam dan relaksasi


Teknik relaksasi nafas dalam adalah teknik melakukan nafas dalam, nafas lambat dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan (Smeltzer, Bare,2002). Relaksasi secara
umum sebagai metode yang paling efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri
(National Safety Council, 2008 dalam Emawati dkk, 2010) sehingga perlu dilakukan
penelitian pengaruh terapi relaksasi terhadap dismenore (Hapsari; Anasari 2013).

b) Penggunaan kompres hangat


Kompres hangat merupakan salah satu motode non farmakologi yang dianggap sangat
efektif dalam menurunkan nyeri atau spasme otot. Panas dapat dialirkan melalui konduksi,
konveksi, dan konvensi. Nyeri akibat memar, spasme otot, dan arthtritis berespon baik
terhadap peningkatan suhu karena dapat melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan
aliran darah lokal (Oktasari,dkk,2014).

c) Istirahat yang cukup


Istirahat merupakan kesadaran yang relaks tanpa adanya emosional dan bukan hanya dalam
keadaan tidka beraktivitas, melainkan juga berhenti sejenak. Kondisi tersebut membutuhkan
ketenangan. Kata istirahat berarti menyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja
keras; suatu keadaan untuk melepaskan lelah; bersantai untuk menyegarkan diri; atau suatu
keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan bahkan
menjengkelkan (Hidayat Musrifatul Hidayat, 2010).

2.1.6 Teknik Relaksasi Nafas Dalam


Teknik relaksasi nafas dalam merupakam bentuk asuhan keperawatan untuk mengajarkan
kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara
maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan
intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam ini juga dapat membuat ketentraman hati dan
berkurangnya rasa cemas (Arfa,2013).
Teknik relaksasi nafas dalam yaitu proses yang dapat melepaskan ketegangan dan
mengembalikan keseimbangan tubuh. Teknik nafas dalam dapat meningkatkan konsentrasi pada
diri, mempermudah untuk mengatur nafas, meningkatkan oksigen dalam darah dan memberikan

11
rasa tenang sehingga membuat diri menjadi lebih rileks sehingga membantu untuk memasuki
kondisi tidur, karena dengan cara meregangkan otot-otot akan membuat suasana hati menjadi
lebih tenang dan juga lebih santai, dengan suasana ini lebih tenang dapat membantu mencapai
kondisi gelombang alpha yang merupakan suatu keadaan yang sangat diperlukan seseorang
untuk dapat memasuki frase tidur lebih awal. Dengan keadaan rileks juga dapat memberikan
kenyamanan sebelum tidur sehingga para lansia dapat memulai tidur dengan mudah (Likah,
2010).

Menurut Brunner dan Suddart (2002) relaksasi nafas dalam adalah pernafasan abdomen
dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama dan nyaman dilakukan dengan memejamkan
mata.Menurut Bare dan Smeltzer (2002) teknik relaksasi nafas dalam bertujuan untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis paru,
meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stres baik stres fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan kecemasan.

2.1.7 Teknik Relaksasi Nafas Dalam


Langkah-langkah Teknik Relaksasi Nafas Dalam (Potter dan Perry, 2010).

1). Atur posisi pasien dengan posisi duduk ditempat tidur atau dikursi
2). Letakkan satu tangan pasien diatas abdomen ( tepat bawah iga) dan tangan lainnya berada

di tengah-tengah dada untuk merasakan gerakan dada dan abdomen saat bernafas
3). Keluarkan nafas dengan perlahan-lahan
4). Tarik nafas dalam melalui hidung secara perlahan-lahan selama 4 detik sampai dada dan

abdomenterasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap tertutup selama menarik nafas
5). Tahan nafas selama 3 detik

6). Hembuskan dan keluarkan nafas secara perlahan-lahan melalui mulut selama 4 detik
7). Lakukan secara berulang dalam 5 siklus selama 15 menit dengan periode istirahat 2 menit

(1 siklus adalah 1 kali proses mulai dari tarik nafas, tahan dan hembuskan).

12
2.1.8 Kerangka Teori

Faktor Gaya Hidup Faktor Lain

Faktor usia Pengetahuan


Jenis kelamin
Faktor lama menstruasi Obat-obatan
Faktor stress Psikologi
Olahraga
Faktor nutrisi

DISMENORE

Resiko Dismenore Meningkat Resiko Dismenore Menurun

Dampaknya Manfaatnya
Terjadinya endometriosis Tidak sulit konsentrasi
Sulit konsentrasi Rasa aman dan nyaman
Perubahan nafsu makan Nafsu makan kembali
Sulit tidur meningkat
Tidak percaya diri Aktivitas lancar

Kerangka Teori

Sumber: Afiyanti; Anggi Pratisi (2016), Bobak (2014).

13
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang dismenore
mulai dari remaja usia 11-14 tahun dan menopause usia 45-55 tahun. pengetahuan yang akan
diukur meliputi usia, lamanya menstruasi, faktor stres dan faktor nutrisi. variabel
independen pada penelitian ini adalah tekhnik relaksasi nafas dalam dan yang menjadi
variabel dependen adalah nyeri dismenore. variabel confounding adalah data demografi yang
terdiri dari pengetahuan, jenis kelamin, obat-obatan, psikologi dan olahraga.

Variabel Independen Variabel Dependen

Teknik relaksasi nafas dalam

1. Faktor usia Nyeri Dismenore

2. Faktor lama menstruasi

3. Faktor stress
4. Faktor nutrisi

Variabel Confounding

Faktor lain:

1. Pengetahuan
2. Jenis kelamin
3. Obat-obatan
4. psikologi
5. olahraga

14
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian(Sumber : Notoatmojo, 2012)

3.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep penelitian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

a) Adahubungan antara usia dengan nyeri dismenore


b) Ada hubungan antara lama menstruasi dengan nyeri dismenore
c) Ada hubungan antara stress dengan nyeri dismenore
d) Ada hubungan antara nutrisi dengan nyeri dismenore

3.4 Definisi Operasional


Definisi operasional memuat penjelasan- penjelasan yang berkaitan dengan variabel yang
akan diteliti. Variabel independen pada penelitian ini adalah pengetahuan dan yang menjadi
Variabel dependen adalah nyeri dismenore. Variabel counfounding adalah data demografi
yang terdiri dari Pengetahuan, Olahraga, Merokok, Psikologi, Semua variabel tersebut akan
dijelaskan pada tabel 3.1.

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Independen (Bebas):

Usia Rentang kehidupan Dikategorikan


yang diukur dari Angket 0= Remaja Nominal
menarche (pertama Berupa wanita (11-30)
kali menstruasi) pertanyaan tahun
sampai menstruasi tertulis yang 1= Dewasa
terakhir (menopuse) diisi akhir wanita
responden (45-55) tahun
secara

15
langsung

Lama menstruasi Durasi waktu 0 = Waktu ‘


menstruasi yang Kuesioner menstruasi yang Nominal
terlalu pendek dan Berupa pendek
terlalu panjang dari pertanyaan 1 = Waktu
waktu yang normal. tertulis yang menstruasi yang
Normalnya waktu diisi normal
menstruasi adalah 3- responden 2 = Waktu
7hari secara menstruasi yang
langsung panjang

Faktor stress Stress yang Kuesioner 0 = Siklus Nominal


memikirkan siklus Berupa menstruasi
menstruasi yang pertanyaan teratur
tidak teratur tertulis yang 1 = Siklus
diisi menstruasi tidak
responden teratur
secara
langsung

Faktor nutrisi Menanyakan jenis Kuesioner Dikategorikan


makanan yang Berupa Jumlah jenis Nominal
paling banyak di pertanyaan makanan dan

16
konsumsi atau tertulis yang porsi makan
jumlah porsi yang diisi 0 = Porsi
dimakan apabila responden makan sedikit
sedang merasakan secara 1 = Porsi makan
nyeri saat menstruasi langsung banyak
atau dismenore
Variabel Dependen .

Nyeri Dismenore Rasa nyeri pada 0 = Tidak


perut bagian bawah Kuesioner mengalami Nominal
dan dua atau lebih berupa dismenore
gejala penyerta pertanyaan 1 = Yang
lainnya seperti, tertulis yang mengalami
pegalpegal, nyeri diisi dismenore
pinggang bawah, responden
sakit kepala, mual, secara
muntah, sembelit, langsung
diare, sering buar air
kecil, sensitive,
lelah, dan nafsu
makan menurun
yang dialami oleh
remaja dan dewasa
wanita sebelum dan
selama menstruasi.
Variabel
Counfonding
Pengetahuan formal Angket 0= Pendidikan
Pengetahuan terakhir yang sedang Berupa tinggi Ordinal
atau pernah dicapai pertanyaan (perguruan
oleh responden tertulis yang tinggi)
diisi 1= Pendidikan

17
responden menengah
secara (SMP/ SMA)
langsung 2= Pendidikan
rendah(SD/Tida
k sekolah)

Jenis kelamin Fungsi reproduksi Kuesioner Dikategorikan


pada anak berupa 0= Laki-laki Ordinal
perempuan pertanyaan 1= Perempuan
berkembang lebih tertulis yang
cepat daripada laki- diisi
laki. Akan tetapi responden
setelah melewati secara
masa pubertas, langsung
pertumbuhan anak
laki-laki akan lebih
cepat.

Obat-obatan Riwayat pemakaian Kuesioner Dikategorikan Ordinal


obat untuk Berupa 0= Baik (tidak
meredakan nyeri pertanyaan meggunakan
menstruasi atau tertulis yang obat-obatan)
dismenore diisi 1=Tidak baik
responden (jika
secara menggunakan
langsung obat-obatan)

Psikologi Hubungan anak Kuesioner Dikategorikan Oridinal


dengan orang Berupa 0 = Baik
sekitarnya pertanyaan ( kondisi

18
tertulis yang psikologi tidak
diisi tertekan)
responden 1 = Tidak Baik (
secara kondisi
langsung psikologi
tertekan)

Olahraga Frekuensi olahraga Kuesioner Dikategorikan Oridinal


yang dilakukan Berupa Frekuensi
sampel. Batasan pertanyaan olahraga dibagi
waktu untuk setiap tertulis yang menjadi 2
kali olah raga diisi 0 = Jarang
minimal selama 30 responden berolahraga
menit. secara 1 = Sering
langsung berolahraga

19
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian Dan Metode Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana penelitian ini menguraikan atau memberi
gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif mengenai pengetahuan para
remaja dan dewasa akhir DI DESA S KEPULAUAN JAWAtentang pengaruhnya tekhik
relaksasi nafas dalam terhadap nyeri dismenore (Notoadmojo.S,2012).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa S Kepulauan Jawa
4.2.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal Juni-Juli 2020.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian subjek (misalnya manusia/klien) yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang menderita nyeri saat dismenore di
desa s kepulauan jawa
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Nursalam, 2011).
a). Besar sampel
Besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh rancangan dan
ketersediaan subjek dari penelitian itu sendiri. Semakin besar sampel yang
dipergunakan semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh. Prinsip umum
yang berlaku adalah sebaiknya dalam penelitian digunakan sampel sebanyak

20
mungkin. Namun demikian, penggunaan sampel sebesar 10%-20% untuk subjek
dengan jumlah lebih dari 1.000 dipandang sudah cukup (Nursalam, 2011).
Jumlah sampel yang akan diteliti pada penelitian ini sebanyak 37 sampel di desa
s kepulauan jawa.
Adapun rumus yang digunakan untuk sample adalah :
N
n= 2
1+ N ( d)
Dimana :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Tingkat penyimpangan yang diinginkan
60
n=
1+60 (0,1)2
60
n=
1+0,60
50
n=
1,50
n=37,5
n = 37

b). Teknik sampling


Teknik sampling merupakan cara yang ditempuh dalam pengambilan
sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan
subjek penelitian (Nursalam, 2011).
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih
sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah
dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi
yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2011).
Dengan Kriteria sampel :
1). Kriteria inklusi

21
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2011).
Kriterianya adalah :
a). Klien penderita nyeri saat dismenore di desa s kepulauan jawa
b). Klien berada di desa s tersebut
c). Klien yang bersedia menjadi responden.
d). Klien dalam kondisi sadar penuh.
e). Klien bisa berbicara.
f). Klien tidak mengalami gangguan ingatan.
2). Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi (Nursalam, 2011).
Kriterianya adalah :
a). Klien yang tidak nyeri saat dismenore di desa s kepulauan jawa
b). Klien yang tidak bersedia menjadi responden.
c). Klien dengan gangguan ingatan.
d). Klien dengan kondisi tidak sadar.
e). Klien yang tidak berada di desa s kepulauan jawa

4.4 Pengumpulan Data


4.4.1 Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan data sekunder :
a). Data primer
Data primer adalah data yang didapatkan dari pasien dengan menggunakan tehnik
wawancara dan observasi langsung, dengan menggunakan kuisioner. Dengan tujuan
agar data yang didapatkan lebih sesuai dan akurat kebenarannya.
b). Data sekunder
Data yang didapatkan langsung di desa s kepulauan jawa.

22
4.4.2 Etika Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa perlunya persetejuan dari pihak-pihak
terkait. Untuk pengambilan data di lokasi penelitian, pertama yang dilakukan adalah
meminta surat rekomendasi penelitian dari kampus untuk diserahkan ke tempat penelitian
yaitu di desa s kepulauan jawa Setelah mendapatkan persetujuan, barulah dilakukan
penelitian den̶gan menekankan etika penelitian :
1. Informed Consent
Lembar persetujuan yang akan diberikan pada responden yang akan diteliti dan
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi lembar
tersebut diberikan kode.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang
dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4.4.3 Langkah Pengolahan Data
Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa
kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data, dan memeriksa keseragaman data
2. Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau data perlu
disederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol tertentu, untuk setiap jawaban
(pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan memberi nomor halaman pada daftar
pertanyaan, nomor pertanyaan , nomor variabel, nama variabel dan kode.
3. Tabulasi Data
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam suatu tabel menurut
sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, tabel mudah untuk dianalisa.
Tabel tersebut dapat berupa tabel sederhana maupun tabel silang.
4.4.4 Analisa data

23
Setelah data tersebut dilakukan editing, koding, dan tabulasi maka selanjutnya
dilakukan analisa dengan cara :

1. Analisa univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara
mendeskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu distribusi
frekuensinya.
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh antara variabel bebas secara
sendiri-sendiri dengan variabel terikat. Analisa data akan di olah dengan uji
statatistik chi-square dengan menggunakan SPSS dengan tingkat kemaknaan ɑ =
0,05.

24
DAFTAR PUSTAKA

Suslia & Lestari. 2014. Keperawatan medikal bedah manajemen klinis untuk hasil yang
diharapkan.eds. 8, vol. 1, Jakarta: P.T Salemba Emban Patria.
Agustina, dkk. Gambaran Perilaku Remaja Dalam Meminimalkan Nyeri Menstruasi (Dismenore).

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.2011.

Fitri, I. Lebih dekat dengan Sistem Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2017.

Mubarak, W. I., Indrawati, L. and Susanto, J. (2015) Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta

Salemba merdeka.

Chia, C F and JHY, Lai,et al.2014. Dysmenorrhoea among Hong Kong university
students: prevalence, impact, and management. Medical Journal 3(19).

Anurogo, dr. D & Wulandari A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyei Haid. Yogyakarta: ANDI

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Smelzer, S.C & B.G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart,

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Dhito dwi pramardika, S,K,M.,Kes & Fitriana, S.Si.T.,Kes. 2019. Panduan Penanganan
Dismenore, Yogyakarta: (Grup Penerbitan CV Budi Utama).

Wiknjosastro. 2012. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

25
Judul: Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore

Variabel Independen: Teknik relaksasi nafas dalam

Variabel Dependen: Nyeri dismenore

Variabel Confounding : Hal yang mempengaruhi teknik relaksasi nafas dalam denga nyeri
dismenore adalah faktor nyeri dismenore karena disebabkan terjadinya stres, kram perut, dan
tidak dapat beraktivitas ketika dismenore tersebut. Seperti: Usia, lama menstruasi, stress nutrisi,
pengetahuan, jenis kelamin, obat-obatan, psikologi dan olahraga.

26

Anda mungkin juga menyukai