Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


DAFTAR TABEL.................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2
1.3 Tujuan Riset .............................................................................................2
1.4 Manfaat dan Kontribusi Riset ..................................................................2
1.5 Urgensi Riset ............................................................................................2
1.6 Temuan yang Ditargetkan ........................................................................2
1.7 Target Luaran Riset ..................................................................................2
1.8 Implementasi MBKM ..............................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................3
2.1 Limbah Cangkang Bekicot .......................................................................3
2.2 Kitosan .....................................................................................................3
2.3 Asap Rokok ..............................................................................................4
2.4 Spraysorbent ............................................................................................4
2.5 Kebaharuan Riset .....................................................................................5
BAB 3 METODE RISET ......................................................................................5
3.1 Waku dan Tempat Riset ...........................................................................5
3.2 Bahan dan Alat .........................................................................................5
3.3 Prosedur Riset ..........................................................................................5
3.4 Indikator Capaian Riset ............................................................................7
3.5 Analisis Data ............................................................................................7
3.6 Penafsiran dan Penyimpulan ....................................................................8
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN .....................................................9
4.1 Anggaran Biaya ........................................................................................9
4.2 Jadwal Kegiatan .......................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................10
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping ......................11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan .....................................................16
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas ........17
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana .............................................19

i
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Format Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya .................................9
Tabel 4.2 Rekapitulasi Rencana Pelaksanaan Kegiatan ...................................9

ii
1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada Negara Indonesia penggunaan tembakau didominasi laki-laki selama
dekade ini dicatat sebagai penggunaan tembakau tertinggi di dunia (Farihah et al.,
2021). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020, tercatat sebesar
3,8 juta kematian akibat polusi asap rokok, dengan 60,8 juta perokok pria dewasa
dan 3,7 juta perokok wanita dewasa di Indonesia. Pada tahun 2013 penduduk
Indonesia yang merokok 33% dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan
atau menghabiskan 225 miliar batang rokok per tahun, sementara data Global Adult
Tobacco Survey (GATS) perokok aktif di Indonesia laki-laki mencapai 67,4%,
perempuan sebesar 4,5% (WHO, 2015) (Siregar, Simamora and Daulay, 2021).
Asap rokok dari perokok aktif mengandung 25% zat berbahaya, sedangkan asap
rokok yang terhirup oleh perokok pasif dan mengandung 75% zat berbahaya
dikatakatan sebagai asap rokok samping. Menurut Permenkes No.
28/MENKES/PER/II/2013, rokok merupakan salah satu produk tembakau yang
dimaksudkan untuk dihisap, seperti rokok putih, rokok kretek, cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum dan Nicotiana Rustica
(Mukharomah et al., 2022).
Paparan asap rokok bisa berakibat pada perokok pasif. Perokok pasif
memiliki dampak yang lebih buruk dari rokok karena zat yang dihirup 4-6 kali lebih
besar dari kadar yang dihirup oleh perokok aktif. Perokok pasif ini tidak merokok
tetapi terpaksa menghisap asap rokok dari lingkungannya. Asap sisa pembakaran
rokok tidak begitu saja menguap ke udara, namun, ada residu nikotin yang
menempel pada debu atau barang-barang di sekitar kita, misalnya baju, karpet,
dinding, meubel atau kursi. Debu nikotin ini tidak akan hilang dalam waktu pendek
sehingga akan terhirup oleh orang lain meskipun perokok sudah meninggalkan
tempat (Siregar, Simamora and Daulay, 2021). Perokok aktif menghirup asap rokok
melalui saluran yang biasa disebut asap arus utama, dimana terdapat penyaring pada
rokok filter yang mampu mengurangi sampai 70% kadar bahan berbahaya, sehingga
hanya sekitar 30% saja bahan berbahaya yang diserap oleh tubuh perokok aktif
tersebut. Sedangkan perokok pasif akan menyerap seluruh asap rokok melalui
saluran yang disebut asap arus samping, dimana bahan berbahaya masuk ke dalam
tubuh perokok pasif tanpa adanya penyaringan. (Dewi, 2003) Jika bahan berbahaya
masuk dan terakumulasi di dalam paru-paru akan menyebabkan gangguan pada
sistem pernafasan (Fitriyano and Abdullah, 2016).
Nikotin atau asap rokok dapat dihilangkan melalui proses adsorbsi. Adsorbsi
dapat dilakukan dengan menggunakan limbah cangkang bekicot. Limbah tersebut
mengandung sekitar 70-80% kitosan, yang dapat mengadsorben asap rokok.
Berdasarkan hasil penelitian Mukharomah, (2022) bahwa kitosan mampu
mereduksi nikotin sebesar 80,73 %. Kemudian penelitian tentang pemanfaatan
Chitosan Polymer Medium (CPM) sebagai pereduksi asap rokok dan asap
kendaraan yang memiliki efektifitas penurunan 10,5% pada konsentrasi CPM 1%
2

(Mardani, 2015). Serta penelitian tentang kitosan sebagai super sorben pada rokok
guna mereduksi nikotin dan tar bagi perokok memiliki efektifitas penurunan sebesar
12% (Hakim, 2013). Seiring perkembangan zaman manusia menginginkan sesuatu
yang lebih praktis yang mudah untuk digunakan dan diaplikasikan. Berdasarkan
latar belakang tersebut maka kami berinisiatif membuat spraysorben dengan
berbahan dasar kitosan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang
dihadapi sekarang adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsentrasi optimum kitosan dalam spray sorben yang dapat
mengadsorben asap rokok?
2. Bagaimana efektifitas spray sorben dalam mereduksi asap rokok?
1.3 Tujuan Riset
1. Mengetahui konsentrasi optimum kitosan dalam pembuatan spray sorben
yang dapat mengadsorben asap rokok.
2. Mengetahui efektifitas spray sorben dalam mereduksi asap rokok.
1.4 Manfaat dan Kontribusi Riset
Manfaat dalam riset ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat dari kitosan
sebagai penangkal paparan asap rokok pada perokok pasif.
2. Menambah nilai jual limbah cangkang bekicot lebih ekonomis.
1.5 Urgensi Riset
1. Melimpahnya limbah cangkang bekicot yang masih belum banyak dikelola
secara khusus untuk menghasilkam manfaat yang lebih berguna.
2. Minimnya pembaharuan riset terkait pengolahan limbah cangkang bekicot
menjadi spraysorben dari kitosan.
3. Meminimalisir paparan asap rokok yang memiliki efek samping bagi perokok
pasif.
1.6 Temuan yang Ditargetkan
Riset ini dirancang untuk berkontribusi dalam hal meminimalisir paparan asap
rokok yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan manusia dan
juga dapat mencemari udara. Selain itu dari riset ini, penulis juga dapat
berkontribusi dalam hal ilmu pengetahuan. Hadirnya pemanfaatan limbah cangkang
bekicot ini diharapakan dapat menjadi salah satu alternatif untuk meminimalisir
paparan asap rokok pada perokok pasif yang memiliki dampak pada saluran
pernapasan hingga menyebabkan kematian. Serta dapat berkontribusi dalam
penanganan mengurangi limbah yang dapat meresahkan masyarakat dan dapat
merusak estetika lingkungan hidup.
1.7 Target Luaran Riset
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Produk Spraysorbent Kitosan Limbah Cangkang Bekicot sebagai Penangkal
Paparan Asap Rokok Bagi Perokok Pasif.
3

2. Artikel ilmiah yang akan diterbitkan pada Journal Of Chemical Proces


Engineering (JCPE) yang terakreditasi SINTA 3.
(http://jurnal.teknologiindustriumi.ac.id/indek.php/JCPE/index)
3. Laporan kemajuan dan laporan akhir.
4. Akun social media yang mengedukasi publik mengenai manfaat spraysorben.
1.8 Implementasi MBKM
1. Proposal yang lolos satu, dapat dikonversi setara 1-2 sks.
2. Proposal yang lolos pendanaan tetapi tidak lolos PIMNAS maka mahasiswa
medapatkan tambahan konversi setara 3-5 sks sehingga totalnya dapat
dikonversi secara kumulatif setara 4-7 sks.
3. Proposal yang lolos pendanaan dan lolos PIMNAS maka mahasiswa
mendapatkan tambahan konversi setara 2-3 sks sehingga secara kumulatif
setara 6-10 sks.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Limbah Cangkang Bekicot
Limbah merupakan produk samping dari aktivitas makhluk hidup. Limbah
sering menimbulkan permasalahan lingkungan hidup yang serius dan akhir-akhir
ini menjadi pusat perhatian oleh pemerintah karena dampak negatif yang
ditimbulkannya. Terlepas dari banyak nya efek negatif yang ditimbulkannya,
limbah juga memiliki banyak manfaat apabila diolah dengan cara yang baik dan
benar. Salah satu limbah yang sering kita lihat adalah limbah cangkang bekicot
(Achatina fulica). Negara tropis seperti Indonesia menjadi tempat yang baik bagi
hewan moluska salah satunya adalah bekicot untuk berkembang biak.
Perkembangan biakan yang pesat sering diiringi dengan banyak nya cangkang
bekicot yang berserakan dan tidak diberdaya gunakan sehingga menjadi limbah
(Kurniawan, Asril and Nigsih, 2019).
Cangkang bekicot yang mempunyai kandungan kitin yang dapat diproses
lebih lanjut menghasilkan kitosan yang mempunyai banyak manfaat di bidang
industri. Kitosan merupakan biopolimer yang banyak digunakan di berbagai
industri kimia, antara lain dipakai sebagai koagulan dalam pengolahan limbah air,
bahan pelembab, pelapis benih yang akan ditanam, adsorben ion logam, anti
kanker/anti tumor, anti kolesterol, komponen tambahan pakan ternak, sebagai lensa
kontak, pelarut lemak, dan pengawet makanan (Mukharomah et al., 2022).
2.2 Kitosan
Kitosan merupakan biopolimer yang diperoleh dari deasetilasi kitin dan
merupakan polimer yang tersusun atas kopolimer dari glukosamin dan kopolimer
N-asetilglukosamin. Kitosan disebut juga sebagai biopolimer yang disebut poli
(1,4)-2-amina-2-deoksi-β-D-glukosa. Proses utama dalam pembuatan kitosan,
meliputi penghilangan protein dan kandungan mineral melalui proses deproteinasi
dan demineralisasi, yang masing-masing dilakukan dengan menggunakan larutan
4

basa dan asam. Selanjutnya, kitosan diperoleh melalui proses deasetilasi dengan
cara memanaskan pada suhu diatas 100oC dalam larutan basa (Madani et al., 2014).
Kitosan memiliki rantai molekul yang panjang dengan berat molekul tinggi
serta berasal dari senyawa turunan kitin dan memiliki struktur kimia yang sama
dengan kitin. Kitosan merupakan biopolimer yang unik karena berada dalam larutan
asam dan tidak dapat larut dalam larutan netral dan basa. Pelarut yang baik untuk
kitosan adalah asam asetat. Chitosan Polymer Medium (CPM) merupakan bentuk
turunan dari kitosan dengan ukuran polimer yang lebih kecil jika dibandingkan
dengan kitosan polimer besar. Pembuatan CPM berasal dari serbuk kitosan yang
dilarutkan menggunakan asam asetat dan aquadest, kemudian dilakukan sizing
menggunakan magnetic stirrer sampai polimer kitosan menjadi lebih pendek
(Mukharomah et al., 2022).
2.3 Asap Rokok
Asap rokok merupakan bahan berbahaya bagi kesehatan manusia karena
mengandung nikotin, tar, timbal, arsen, kadmium serta sejumlah kecil bahan
berbahaya lainnya. Penggunaan masker dapat mengurangi bahaya tersebut, akan
tetapi masker yang mampu menyaring asap rokok memiliki harga yang lebih mahal
dibandingkan masker medis atau masker kesehatan (Fitriyano and Abdullah, 2016).
Seorang perokok aktif menghasilkan polusi asap rokok yang mengandung
bahan berbahya diantaranya nikotin, tar, timbal, cadmium, arsen dan banyak lagi
bahan lainnya. Perokok aktif menghirup asap rokok melalui saluran yang biasa
disebut asap arus utama, dimana terdapat penyaring pada rokok filter yang mampu
mengurangi sampai 70% kadar bahan berbahaya, sehingga hanya sekitar 30% saja
bahan berbahaya yang diserap oleh tubuh perokok aktif tersebut. Sedangkan
perokok pasif akan menyerap seluruh asap rokok melalui saluran yang disebut asap
arus samping, dimana bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh perokok pasif tanpa
adanya penyaringan. Jika bahan berbahaya masuk dan terakumulasi di dalam paru-
paru akan menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan (Fitriyano and Abdullah,
2016)
Asap rokok selain dapat membahayakan kesehatan perokok sendiri, juga
dapat membahayakan lingkungannya, yaitu orang-orang yang berada disekitarnya.
Rokok memiliki dua arus asap, yaitu arus utama dan arus, samping. Arus utama
adalah asap rokok yang dihisap oleh perokok sedangkan asap arus samping adalah
yang dilepaskan ke lingkungan sekelilingnya yang memungkinkan dihirup oleh
orang lain yang berada pada lingkungan tersebut. Dari hasil sebuah penelitian,
didapatkan data bahwa polutan lebih banyak terdapat pada asap arus samping
daripada asap arus utama. Inilah alas an mengapa dampak negatif dari rokok lebih
banyak dirasakan oleh perokok pasif (Pramesti et al., 2022).
2.4 Spraysorben
Spraysorben merupakan salah satu bentuk pengembangan sorben sebagai
penangkal paparan asap rokok. Bentuk sediaan tersebut memiliki kelebihan yaitu
mengurangi kemungkinan terjadinya kontaminasi atau pengaruh buruk terhadap
5

sistem pernafasan. Selain itu, sediaan topikal dengan teknik semprot lebih diminati
dibandingkan dengan yang dioleskan, terutama dalam hal bentuk spray lebih
praktis. Pengembangan sediaan spraysorben kitosan cangkang bekicok diketahui
dapat mengurangi zat-zar berbahaya yang terkandung dalam asap rokok. Selain itu
spraysorben ini sangat bermanfaat bagi ibu hamil atau perokok pasif lainnya untuk
terhindar secara langsung dari paparan asap rokok (Ervina et al., 2022).
Produk pada riset ini dibuat dalam sediaan spray. Bentuk spray dipilih
karena sifatnya yang cepat kering, cepat menyerap, penggunaan yang praktis, lebih
nyaman dan aman untuk digunakan. Kitosan dengan ukuran nano digunakan dalam
formulasi spray agar memudahkan penetrasi baik pada masker maupun langsung
diaplikasikan atau menyemprotkannya pada asap rokok.
2.5 Kebaharuan Riset
Berdasarkan pada beberapa riset sebelumnya terkait adsorben dari limbah
cangkang bekicot Chitosan Polymer Medium (CPM) sebagai adsorben diinjeksikan
secara langsung ke dalam filter rokok, sedangkan pada riset ini adsorbent dari
kitosan cangkang bekicot dibuat dalam bentuk spray dengan menambahkan ekstrak
pewangi.

BAB 3. METODE RISET


3.1 Waktu dan Tempat Riset
Tempat pelaksanaan riset ini yaitu Laboratorium Proses Program Studi Teknik
Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia. Dengan jangka
waktu kurang lebih 2 bulan.
3.2 Alat dan Bahan
A. Alat : yang digunakan dalam riset ini yaitu neraca digital, blender, hot plate,
magnetic stirrer, autoclave, inkubator, bunsen, ruang laminar, penangas
air, erlenmeyer 300 ml, erlenmeyer 100 ml, tabung reaksi, spatula, batang
pengaduk, ose, pipet volume 1 ml, bulb, petridish, oven, spet, kain masker
dan chamber.
B. Bahan : yang digunakan dalam riset ini yaitu Cangkang Bekicot, NaOH,
HCl, Aquadest, asam asetat 1%, dan sampel asap rokok.
3.3 Prosedur Riset
A. Preparasi Cangkang Bekicot
Perlakuan fisika terhadap cangkang bekicot meliputi pencucian,
pengeringan, pengahancuran dengan blender dan pengayakan. Pencucian
dilakukan untuk membersihkan cangkang bekicot dari kotoran. Lalu
cangkang bekicot dikeringkan dimana tahap pengeringan bertujuan
mengurangi kadar air dan tidak berbau pada cangkang bekicot. Lalu untuk
memperkecil ukuran cangkang bekicot, alat yang digunakan adalah alu dan
lumpang, setelah sedikit halus maka cangkang bekicot di blender untuk
lebih memperkecil ukurannya. Kemudian di ayak dengan ayakan 200 mesh
agar didapat cangkang yang berbentuk bubuk.
6

B. Isolasi Kitin menjadi Kitosan


Isolasi kitin menjadi kitosan berlangsung melalui proses deproteinasi,
demineralisasi, dan dekolorisasi yang bertujuan untuk memperoleh kitin
yang terdapat pada cangkang bekicot.
a. Deproteinasi
Proses deproteinasi berperan sebagai penghilang atau pemisah
kandungan protein di dalam cangkang dengan kandungan kitin. Sebanyak
50 gr cangkang bekicot yang sudah halus dideproteinasi menggunakan
larutan NaOH 2N dengan perbandingan 1:6 (b/v) sambil diaduk dan
dipanaskan pada suhu 90oC selama 1 jam. Setelah dipisahkan dari
larutannya, cangkang bekicot dicuci dengan aquadest hingga pH-nya
netral. Kemudian dikeringkan pada suhu 70°C-80°C selama 24 jam dalam
oven.
b. Demineralisasi
Padatan kering hasil deproteinasi selanjutnya didemineralisasi dengan
menggunakan larutan HCl 1N (perbandingan 1:12 b/v) dan diaduk pada
suhu kamar selama 1 jam. Setelah disaring, padatan dicuci dengan
aquadest hingga pHnya netral kemudian dikeringkan pada suhu 70°C
hingga 80°C selama 24 jam dalam oven untuk mendapatkan kitin kering.
c. Deasetilasi
Kitin ditambahkan dengan larutan NaOH 50% dengan perbandingan
1:10 (b/v) pada suhu 70oC hingga 80oC dengan waktu pemanasan 90
menit. Padatan kemudian dipisahkan dengan cairan, selanjutnya dicuci
dengan aquadest hingga netral pHnya. Setelah itu padatan dikeringkan
pada suhu 70oC hingga 80oC dalam oven selama 24 jam.
C. Pembuatan Spraysorbent
Pembuatan Spraysorbent dengan melarutkan kitosan bubuk dengan asam
asetat dan aquadest serta penambahan minyak atsiri peppermint (mentha
piperita) dengan variasi konsentrasi yang telah ditentukan, kemudian
dilakukan sizing dengan menggunakan magnetic stirrer sehingga polimer
kitosan menjadi lebih pendek. Selanjutnya, dilakukan percobaan masker
dengan cara melewatkan asap rokok ke masker yang telah disemprotkan
Spraysorbent cangkang bekicot. Asap rokok yang telah melalui masker
akan ditampung pada chamber yang berisi larutan methanol. Kemudian, gas
yang tertampung pada chamber tersebut dideteksi menggunakan uji Gas
Cromatography and Mass Spectroscopy GCMS. Uji Gas Cromatography
and Mass Spectroscopy GCMS dilakukan untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi dan variasi volume penyemprotan Spraysorbent yang optimal
dalam mereduksi nikotin pada asap rokok.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variable bebas
dan variable tetap.
7

A. Variabel bebas : Ratio perbandingan konsentrasi Spraysorbent yaitu 15.000


ppm, 30.000 ppm 45.000 ppm, 60.000 ppm dan 75.000 ppm.
B. Variabel tetap : Ukuran ayakan 200 mesh, volume penyemprotan 0,07 mL.
3.4 Indikator Capaian Riset
No. Tahap Bentuk Kegiatan Indikator keberhasilan
Pematangan Melakukan studi literatur Rencana berjalan
1
konsep dan persiapan konsep dengan baik
Melakukan proses Berubahnya gugus
Isolasi kitin deproteinasi, kitin menjadi
2
menjadi kitosan demineralisasi dan Chitosan Polymer
deasetilasi Medium (CPM)
Diperoleh
Membuat spraysorbent
Pembuatan spraysorbent dengan
3 dengan konsentrasi yang
spraysorbent konsentrasi yang telah
telah ditentukan
ditentukan
Mengetahui pengaruh
konsentrasi dan
Melakukan uji Gas
variasi volume
Pengujian Cromatography and Mass
4 penyemprotan
spraysorbent Spectroscopy (GCMS)
spraysorbent yang
dan uji mikroskop
optimal dalam
mereduksi nikotin
Analisis, olah data
Melakukan analisis dan Memperoleh
5 dan penarikan
olah data hasil riset kesimpulan riset
kesimpulan
Pembuatan Laporan kemajuan,
Melakukan pengumpulan
laporan, laporan akhir, draft
6 hasil analisis dan olah data
pemaparan hasil, artikel ilmiah untuk
untuk dituliskan
draft publikasi publikasi
Membuat akun sosial
media di Facebook, Akun sosial media
Membuat akun
7 Instagram serta melakukan dan endorse sosial
sosial media
endorse sesuai dengan media
jadwal dari Belmawa
3.5 Analisis Data
Chitosan Polymer Medium (CPM) cangkang bekicot dianalisis dengan uji
FTIR untuk mengetahui kadar kitosan pada cangkang bekicot. Selanjutanya pada
asap yang tertampung di chamber dianalisis menggunakan uji Gas Cromatography
and Mass Spectroscopy (GCMS) untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan
volume penyemprotan yang optimal dalam mereduksi nikotin asap rokok.
Selanjutnya pada masker yang telah disemprotkan spraysorbent dianalisis dengan
8

uji mikroskop untuk mengetahui karakteristik Chitosan Polymer Medium (CPM)


pada masker.
3.6 Penafsiran dan Penarikan Kesimpulan
berdasarkan uji FTIR yang dilakukan dipelajari kadar kitosan cangkang
bekicot yang dihasilkan. Pengaruh konsentrasi pada setiap jenis Chitosan Polymer
Medium (CPM) dapat diketahui dengan membandingkan persen penyisihan
terhadap variasi penyemprotan. Hasil analisis dari uji Gas Cromatography and
Mass Spectroscopy (GCMS) dan uji mikroskop diolah untuk menghasilkan
simpulan kemampuan spraysorbent dalam mereduksi asap rokok.
9

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
4.1 Format Rekapitalusi Rencana Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Sumber Dana Besaran Dana (Rp)
1 Bahan habis pakai (53%) Belmawa 4.706.000
Perguruan Tinggi 0
2 Sewa dan jasa (20%) Belmawa 2.355.000
Perguruan Tinggi 0
3 Transportasi lokal (16%) Belmawa 1.250.000
Perguruan Tinggi 750.000
4 Lain-lain (10%) Belmawa 0
Perguruan Tinggi 1.250.000
Jumlah 10.311.000

Rekap Sumber Dana Belmawa(75%) 8.311.000


Perguruan Tinggi 2.000.000
(25%)
Jumlah 10.311.000
4.2 Jadwal Kegiatan
4.2 Rekapitulasi Rencana Pelaksanaan Kegiatan
No Bulan
Jenis Kegiatan Penanggung Jawab
. 1 2 3 4
Studi literatur dan
1 Semua Anggota
persiapan konsep
Isolasi kitin menjadi
2 Syam Suryanto Nusbah
kitosan
3 Pembuatan spraysorbent Marina
Mutiara Dwi
4 Pengujian spraysorbent
Puspitasari
Analisis, olah data dan
5 Syam Suryanto Nusbah
penarikan kesimpulan
Pembuatan laporan,
Mutiara Dwi
6 pemaparan hasil, draft
Puspitasari
publikasi
Membuat akun sosial
7 Marina
media
10

DAFTAR PUSTAKA
Ervina, A. et al. (2022) ‘Formulasi Foot Spray Anti Bau Kaki Berbasis Nano
Chitosan Dari Limbah Industri Udang’, Jurnal Teknologi Perikanan dan
Kelautan, 12(2), pp. 135–141.
Fitriyano, G. and Abdullah, S. (2016) ‘Sintesis Selulosa Asetat dari Pemanfaatan
Limbah Kulit Pisang Diaplikasikan sebagai Masker Asap Rokok’, Seminar
Nasional Sains dan Teknologi, 1(1), pp. 1–7.
Hakim, L. (2013) ‘Super Sorben Kitosan pada Rokok sebagai Penangkal Nikotin
dan Tar bagi Perokok’.
Kurniawan, E., Asril, A. and Nigsih, J.R. (2019) ‘Sintesis dan Karakterisasi
Kalsium Oksida dari Limbah Cangkang Bekicot (Achatina fulica)’, pp. 50–
54.
Madani, I. et al. (2014) ‘MASKER ANTITOKSIK PENCEGAH ASAP ROKOK
DAN EMISI KENDARAAN BERMOTOR MELALUI LAYER CHITOSAN
POLIMER MEDIUM’.
Mardani, I. (2015) ‘Masker Chitosan Polymer Medium Pereduksi Asap Rokok Dan
Emisi Kendaraan Bermotor’.
Mukharomah, N.L.A. et al. (2022) ‘Pemanfaatan Kitosan Limbah Cangkang
Rajungan sebagai Spray Antitoksik Pelapis Masker Pereduksi Asap Rokok’,
Canadian Journal of Civil Engineering, 3(1), pp. 159–159.
Pramesti, H.N. et al. (2022) ‘Envirotek : Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Potensi
Limbah Kulit Udang dan Cangkang Kepiting Sebagai Chitosan Polymer
Medium’, 14(2), pp. 115–120.
Siregar, H.R., Simamora, F.A. and Daulay, N.M. (2021) ‘Penyuluhan Kesehatan:
Dampak Paparan Asap Rokok Terhadap Kesehatan Keluarga Di Desa
Manunggang Jae Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan’, Jurnal Pengabdian Masyarakat Aufa ( JPMA ), 3(2), pp.
25–27.
11
12
13
14
15
16

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan


Harga Satuan
1. Bahan Habis Pakai Volume Jumlah (Rp)
(Rp)
- Cangkang Bekicot 2 Kg - -
- Asam Asetat 1% 2 liter Rp. 45.000 Rp. 90.000
- Spritus 1 liter Rp. 35.000 Rp. 35.000
- CMC (Karboksil Metil 2 Kg Rp. 115.000 Rp. 230.000
Selulosa)
- HCl 1N 2 liter Rp. 286.000 Rp. 527.000
- NaOH 2N 2 liter Rp. 327.000 Rp. 564.000
- NaOH 50% 2 liter Rp. 565.000 Rp. 1.130.000
- Aquadest 130 liter Rp. 10.000 Rp. 1.300.000
- Sarung tangan 2 dos Rp. 50.000 Rp. 100.000
- Tissue 10 pack Rp. 30.000 Rp. 300.000
- Disinfektan 10 liter Rp. 90.000 Rp. 180.000
- ATK 5 Rp. 50.000 Rp. 250.000
SUB TOTAL (Rp) Rp. 4.706.000
2. Sewa dan jasa
- Wadah produk 8 buah Rp. 70.000 Rp. 560.000
- Kantong Sampel 2 buah Rp. 10.000 Rp. 20.000
- Lap halus dan kasar 4 buah Rp. 35.000 Rp. 140.000
-Biaya sewa dan peralatan lab 5 Rp. 60.000 Rp. 300.000
-Sewa aplikasi video conference 1 Rp. 175.000 Rp. 175.000
-Biaya sewa dan peralatan lab 5 Rp. 60.000 Rp. 300.000
SUB TOTAL (Rp) Rp. 2.355.000
3. Perjalanan
- Keperluan Pembelian Bahan 2 Rp. 80.000 Rp. 160.000
- Keperluan Pengambilan 4 Rp. 250.000 Rp. 1.000.000
Sampel
-Ke lokasi uji coba 4 Rp. 168.000 Rp. 840.000
SUB TOTAL (Rp) Rp. 2.000.000
4. Lain-lain
- Biaya Pencetakan Poster 4 Rp. 25.000 Rp. 100.000
- Biaya pencetakan banner dan 1 Rp. 150.000 Rp. 150.000
stand
- Biaya publikasi 1 Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000
SUB TOTAL (Rp) Rp. 1.250.000
TOTAL 1+2+3+4 (Rp) Rp. 10.311.000
(Terbilang = Sepuluh Juta Tiga Ratus Sebelas Ribu Rupiah)
17

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

Alokasi
Program Bidang waktu
No. Nama/NIM Uraian Tugas
Studi Ilmu (Jam/
Minggu)
1. Mutiara Teknik Sains 21 1. Menentukan,
Dwi Kimia merumuskan dan
Puspitasari mengajukan ide riset
/09220220 riset yang akan
058 dilakukan.
2. Mengkoordinir dan
mengawasi tugas-
tugas yang telah
disepakati bersama.
3. Memimpin dan
mengawasi setiap
kerja yang dilakukan
anggotanya.
4. Melakukan uji Gas
Cromatography and
Mass Spectroscopy
(GCMS) dan uji
mikroskop.
5. Melakukan
pengumpulan hasil
analisis dan olah data
untuk dituliskan.
2. Marina Teknik Sains 21 1. Membantu ketua
/09220210 Kimia dalam riset dan
023 penyusunan data dan
kegiatan jangka
pendek atau jangka
panjang, sekretaris
tim peneliti,
penanggung jawab
sumber-sumber
keuangan.
2. Bertanggung jawab
langsung kepada
ketua tim peneliti,
18

preparasi bahan riset.


3. Koordinator
akomodasi,
mempersiapkan dan
menyediakan
peralatan yang
dibutuhkan dalam
kegiatan riset.
4. Membuat
spraysorbent dengan
konsentrasi yang
telah ditentukan.
5. Membuat akun sosial
media di Facebook,
Instagram serta
melakukan endorse
sesuai dengan jadwal
dari Belmawa.
3. Syam Teknik Sains 21 1. Bertanggung jawab
Suryanto Kimia atas tertib
Nusbah administrasi yang
/09220200 berhubungan dengan
065 sistem dan prosedur
yang ditetapkan.
2. Membantu ketua
dalam riset ataupun
menyusun data dan
kegiatan jangka
pendek atau jangka
panjang.
3. Melakukan proses
deproteinasi,
demineralisasi dan
deasetilasi kitin
menjadi kitosan.
4. Melakukan analisis
dan olah data hasil
riset.
19

Anda mungkin juga menyukai