Anda di halaman 1dari 14

1

PROPOSAL
INOVASI SPRAY SORBENT KITOSAN CANGKANG BEKICOT
SEBAGAI PENANGKAL PAPARAN ASAP ROKOK

OLEH :

NURUL QAMARIYAH M021221009


MARSHANDA NURUL AZMI M021221014
RIZKY NUR HANDAYANI M021221036
REZKI AMALIA BAHAR M021221023

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
2

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Riset..............................................................................................2
1.4 Manfaat dan Kontribusi Riset...................................................................2
1.5 Urgensi Riset............................................................................................2
1.6 Temuan yang Ditargetkan.........................................................................2
1.7 Target Luaran Riset..................................................................................2
1.8 Implementasi MBKM...............................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Limbah Cangkang Bekicot.......................................................................3
2.2 Kitosan......................................................................................................3
2.3 Asap Rokok..............................................................................................4
2.4 Spraysorbent.............................................................................................4
2.5 Kebaharuan Riset......................................................................................5
BAB 3 METODE RISET......................................................................................5
3.1 Waku dan Tempat Riset...........................................................................5
3.2 Bahan dan Alat.........................................................................................5
3.3 Prosedur Riset...........................................................................................5
3.4 Indikator Capaian Riset............................................................................7
3.5 Analisis Data.............................................................................................7
3.6 Penafsiran dan Penyimpulan.....................................................................8
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN.....................................................9
4.1 Anggaran Biaya........................................................................................9
4.2 Jadwal Kegiatan........................................................................................9
BAB 5 BUSINESS MODEL CANVAS………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
3

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada Negara Indonesia penggunaan tembakau didominasi laki-laki selama
dekade ini dicatat sebagai penggunaan tembakau tertinggi di dunia (Farihah et al.,
2021). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020, tercatat sebesar
3,8 juta kematian akibat polusi asap rokok, dengan 60,8 juta perokok pria dewasa
dan 3,7 juta perokok wanita dewasa di Indonesia. Pada tahun 2013 penduduk
Indonesia yang merokok 33% dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan
atau menghabiskan 225 miliar batang rokok per tahun, sementara data Global
Adult Tobacco Survey (GATS) perokok aktif di Indonesia laki-laki mencapai
67,4%, perempuan sebesar 4,5% (WHO, 2015) (Siregar, Simamora and Daulay,
2021). Asap rokok dari perokok aktif mengandung 25% zat berbahaya, sedangkan
asap rokok yang terhirup oleh perokok pasif dan mengandung 75% zat berbahaya
dikatakatan sebagai asap rokok samping. Menurut Permenkes No.
28/MENKES/PER/II/2013, rokok merupakan salah satu produk tembakau yang
dimaksudkan untuk dihisap, seperti rokok putih, rokok kretek, cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum dan Nicotiana Rustica
(Mukharomah et al., 2022).
Paparan asap rokok bisa berakibat pada perokok pasif. Perokok pasif
memiliki dampak yang lebih buruk dari rokok karena zat yang dihirup 4-6 kali
lebih besar dari kadar yang dihirup oleh perokok aktif. Perokok pasif ini tidak
merokok tetapi terpaksa menghisap asap rokok dari lingkungannya. Asap sisa
pembakaran rokok tidak begitu saja menguap ke udara, namun, ada residu nikotin
yang menempel pada debu atau barang-barang di sekitar kita, misalnya baju,
karpet, dinding, meubel atau kursi. Debu nikotin ini tidak akan hilang dalam
waktu pendek sehingga akan terhirup oleh orang lain meskipun perokok sudah
meninggalkan tempat (Siregar, Simamora and Daulay, 2021). Perokok aktif
menghirup asap rokok melalui saluran yang biasa disebut asap arus utama, dimana
terdapat penyaring pada rokok filter yang mampu mengurangi sampai 70% kadar
bahan berbahaya, sehingga hanya sekitar 30% saja bahan berbahaya yang diserap
oleh tubuh perokok aktif tersebut. Sedangkan perokok pasif akan menyerap
seluruh asap rokok melalui saluran yang disebut asap arus samping, dimana bahan
berbahaya masuk ke dalam tubuh perokok pasif tanpa adanya penyaringan. (Dewi,
2003) Jika bahan berbahaya masuk dan terakumulasi di dalam paru-paru akan
menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan (Fitriyano and Abdullah, 2016).
Nikotin atau asap rokok dapat dihilangkan melalui proses adsorbsi. Adsorbsi
dapat dilakukan dengan menggunakan limbah cangkang bekicot. Limbah tersebut
mengandung sekitar 70-80% kitosan, yang dapat mengadsorben asap rokok.
Berdasarkan hasil penelitian Mukharomah, (2022) bahwa kitosan mampu
mereduksi nikotin sebesar 80,73 %. Kemudian penelitian tentang pemanfaatan
Chitosan Polymer Medium (CPM) sebagai pereduksi asap rokok dan asap
kendaraan yang memiliki efektifitas penurunan 10,5% pada konsentrasi CPM 1%
4

(Mardani, 2015). Serta penelitian tentang kitosan sebagai super sorben pada rokok guna
mereduksi nikotin dan tar bagi perokok memiliki efektifitas penurunan sebesar 12%
(Hakim, 2013). Seiring perkembangan zaman manusia menginginkan sesuatu yang lebih
praktis yang mudah untuk digunakan dan diaplikasikan. Berdasarkan latar belakang
tersebut maka kami berinisiatif membuat spraysorben dengan berbahan dasar kitosan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dihadapi
sekarang adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsentrasi optimum kitosan dalam spray sorben yang dapat
mengadsorben asap rokok?
2. Bagaimana efektifitas spray sorben dalam mereduksi asap rokok?
1.3 Tujuan Riset
1. Mengetahui konsentrasi optimum kitosan dalam pembuatan spray sorben yang
dapat mengadsorben asap rokok.
2. Mengetahui efektifitas spray sorben dalam mereduksi asap rokok.
1.4 Manfaat dan Kontribusi Riset
Manfaat dalam riset ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat dari kitosan sebagai
penangkal paparan asap rokok pada perokok pasif.
2. Menambah nilai jual limbah cangkang bekicot lebih ekonomis.
1.5 Urgensi Riset
1. Melimpahnya limbah cangkang bekicot yang masih belum banyak dikelola
secara khusus untuk menghasilkam manfaat yang lebih berguna.
2. Minimnya pembaharuan riset terkait pengolahan limbah cangkang bekicot
menjadi spraysorben dari kitosan.
3. Meminimalisir paparan asap rokok yang memiliki efek samping bagi perokok pasif.
1.6 Temuan yang Ditargetkan
Riset ini dirancang untuk berkontribusi dalam hal meminimalisir paparan asap
rokok yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan manusia dan juga
dapat mencemari udara. Selain itu dari riset ini, penulis juga dapat berkontribusi dalam
hal ilmu pengetahuan. Hadirnya pemanfaatan limbah cangkang bekicot ini diharapakan
dapat menjadi salah satu alternatif untuk meminimalisir paparan asap rokok pada perokok
pasif yang memiliki dampak pada saluran pernapasan hingga menyebabkan kematian.
Serta dapat berkontribusi dalam penanganan mengurangi limbah yang dapat meresahkan
masyarakat dan dapat merusak estetika lingkungan hidup.
5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Cangkang Bekicot


Limbah merupakan produk samping dari aktivitas makhluk hidup. Limbah sering
menimbulkan permasalahan lingkungan hidup yang serius dan akhir-akhir ini menjadi
pusat perhatian oleh pemerintah karena dampak negatif yang ditimbulkannya. Terlepas
dari banyak nya efek negatif yang ditimbulkannya, limbah juga memiliki banyak manfaat
apabila diolah dengan cara yang baik dan benar. Salah satu limbah yang sering kita lihat
adalah limbah cangkang bekicot (Achatina fulica). Negara tropis seperti Indonesia
menjadi tempat yang baik bagi hewan moluska salah satunya adalah bekicot untuk
berkembang biak. Perkembangan biakan yang pesat sering diiringi dengan banyak nya
cangkang bekicot yang berserakan dan tidak diberdaya gunakan sehingga menjadi limbah
(Kurniawan, Asril and Nigsih, 2019).
Cangkang bekicot yang mempunyai kandungan kitin yang dapat diproses lebih
lanjut menghasilkan kitosan yang mempunyai banyak manfaat di bidang industri. Kitosan
merupakan biopolimer yang banyak digunakan di berbagai industri kimia, antara lain
dipakai sebagai koagulan dalam pengolahan limbah air, bahan pelembab, pelapis benih
yang akan ditanam, adsorben ion logam, anti kanker/anti tumor, anti kolesterol,
komponen tambahan pakan ternak, sebagai lensa kontak, pelarut lemak, dan pengawet
makanan (Mukharomah et al., 2022).
2.2 Kitosan
Kitosan merupakan biopolimer yang diperoleh dari deasetilasi kitin dan merupakan
polimer yang tersusun atas kopolimer dari glukosamin dan kopolimer N-
asetilglukosamin. Kitosan disebut juga sebagai biopolimer yang disebut poli (1,4)-2-
amina-2-deoksi-β-D- glukosa. Proses utama dalam pembuatan kitosan, meliputi
penghilangan protein dan kandungan mineral melalui proses deproteinasi dan
demineralisasi, yang masing-masing dilakukan dengan menggunakan larutan basa dan
asam. Selanjutnya, kitosan diperoleh melalui proses deasetilasi dengan cara memanaskan
pada suhu diatas 100oC dalam larutan basa (Madani et al., 2014).
Kitosan memiliki rantai molekul yang panjang dengan berat molekul tinggi serta
berasal dari senyawa turunan kitin dan memiliki struktur kimia yang sama dengan kitin.
Kitosan merupakan biopolimer yang unik karena berada dalam larutan asam dan tidak
dapat larut dalam larutan netral dan basa. Pelarut yang baik untuk kitosan adalah asam
asetat. Chitosan Polymer Medium (CPM) merupakan bentuk turunan dari kitosan dengan
ukuran polimer yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kitosan polimer besar.
Pembuatan CPM berasal dari serbuk kitosan yang dilarutkan menggunakan asam asetat
dan aquadest, kemudian dilakukan sizing menggunakan magnetic stirrer sampai polimer
kitosan menjadi lebih pendek (Mukharomah et al., 2022).
6

2.2 Asap Rokok


Asap rokok merupakan bahan berbahaya bagi kesehatan manusia karena
mengandung nikotin, tar, timbal, arsen, kadmium serta sejumlah kecil bahan
berbahaya lainnya. Penggunaan masker dapat mengurangi bahaya tersebut, akan tetapi
masker yang mampu menyaring asap rokok memiliki harga yang lebih mahal
dibandingkan masker medis atau masker kesehatan (Fitriyano and Abdullah, 2016).
Seorang perokok aktif menghasilkan polusi asap rokok yang mengandung bahan
berbahya diantaranya nikotin, tar, timbal, cadmium, arsen dan banyak lagi bahan lainnya.
Perokok aktif menghirup asap rokok melalui saluran yang biasa disebut asap arus
utama, dimana terdapat penyaring pada rokok filter yang mampu mengurangi sampai
70% kadar bahan berbahaya, sehingga hanya sekitar 30% saja bahan berbahaya yang
diserap oleh tubuh perokok aktif tersebut. Sedangkan perokok pasif akan menyerap
seluruh asap rokok melalui saluran yang disebut asap arus samping, dimana bahan
berbahaya masuk ke dalam tubuh perokok pasif tanpa adanya penyaringan. Jika bahan
berbahaya masuk dan terakumulasi di dalam paru- paru akan menyebabkan gangguan
pada sistem pernafasan (Fitriyano and Abdullah,
2016)
Asap rokok selain dapat membahayakan kesehatan perokok sendiri, juga dapat
membahayakan lingkungannya, yaitu orang-orang yang berada disekitarnya. Rokok
memiliki dua arus asap, yaitu arus utama dan arus, samping. Arus utama adalah asap
rokok yang dihisap oleh perokok sedangkan asap arus samping adalah yang dilepaskan ke
lingkungan sekelilingnya yang memungkinkan dihirup oleh orang lain yang berada pada
lingkungan tersebut. Dari hasil sebuah penelitian, didapatkan data bahwa polutan lebih
banyak terdapat pada asap arus samping daripada asap arus utama. Inilah alas an
mengapa dampak negatif dari rokok lebih banyak dirasakan oleh perokok pasif (Pramesti
et al., 2022).

2.1 Spraysorben
Spraysorben merupakan salah satu bentuk pengembangan sorben sebagai
penangkal paparan asap rokok. Bentuk sediaan tersebut memiliki kelebihan yaitu
mengurangi kemungkinan terjadinya kontaminasi atau pengaruh buruk terhadap sistem
pernafasan. Selain itu, sediaan topikal dengan teknik semprot lebih diminati dibandingkan
dengan yang dioleskan, terutama dalam hal bentuk spray lebih praktis. Pengembangan
sediaan spraysorben kitosan cangkang bekicok diketahui dapat mengurangi zat-zar
berbahaya yang terkandung dalam asap rokok. Selain itu spraysorben ini sangat
bermanfaat bagi ibu hamil atau perokok pasif lainnya untuk terhindar secara langsung
dari paparan asap rokok (Ervina et al., 2022).
Produk pada riset ini dibuat dalam sediaan spray. Bentuk spray dipilih karena
sifatnya yang cepat kering, cepat menyerap, penggunaan yang praktis, lebih nyaman dan
aman untuk digunakan. Kitosan dengan ukuran nano digunakan dalam formulasi
spray agar
7

memudahkan penetrasi baik pada masker maupun langsung diaplikasikan atau


menyemprotkannya pada asap rokok.

2.4 Kebaharuan Riset


Berdasarkan pada beberapa riset sebelumnya terkait adsorben dari limbah cangkang
bekicot Chitosan Polymer Medium (CPM) sebagai adsorben diinjeksikan secara langsung
ke dalam filter rokok, sedangkan pada riset ini adsorbent dari kitosan cangkang bekicot
dibuat dalam bentuk spray dengan menambahkan ekstrak pewangi.
8

BAB 3. METODE RISET


1.1 Waktu dan Tempat Riset
Tempat pelaksanaan riset ini yaitu Laboratorium Proses Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia. Dengan jangka waktu kurang
lebih 2 bulan.
1.2 Alat dan Bahan
A. Alat : yang digunakan dalam riset ini yaitu neraca digital, blender, hot plate,
magnetic stirrer, autoclave, inkubator, bunsen, ruang laminar, penangas air,
erlenmeyer 300 ml, erlenmeyer 100 ml, tabung reaksi, spatula, batang pengaduk,
ose, pipet volume 1 ml, bulb, petridish, oven, spet, kain masker dan chamber.
B. Bahan : yang digunakan dalam riset ini yaitu Cangkang Bekicot, NaOH, HCl,
Aquadest, asam asetat 1%, dan sampel asap rokok.
1.3 Prosedur Riset
C. Preparasi Cangkang Bekicot
Perlakuan fisika terhadap cangkang bekicot meliputi pencucian,
pengeringan, pengahancuran dengan blender dan pengayakan. Pencucian
dilakukan untuk membersihkan cangkang bekicot dari kotoran. Lalu cangkang
bekicot dikeringkan dimana tahap pengeringan bertujuan mengurangi kadar air
dan tidak berbau pada cangkang bekicot. Lalu untuk memperkecil ukuran
cangkang bekicot, alat yang digunakan adalah alu dan lumpang, setelah sedikit
halus maka cangkang bekicot di blender untuk lebih memperkecil ukurannya.
Kemudian di ayak dengan ayakan 200 mesh agar didapat cangkang yang
berbentuk bubuk.
D. Isolasi Kitin menjadi Kitosan
Isolasi kitin menjadi kitosan berlangsung melalui proses deproteinasi,
demineralisasi, dan dekolorisasi yang bertujuan untuk memperoleh kitin yang
terdapat pada cangkang bekicot.
a. Deproteinasi
Proses deproteinasi berperan sebagai penghilang atau pemisah kandungan
protein di dalam cangkang dengan kandungan kitin. Sebanyak 50 gr cangkang
bekicot yang sudah halus dideproteinasi menggunakan larutan NaOH 2N
dengan perbandingan 1:6 (b/v) sambil diaduk dan dipanaskan pada suhu 90 oC
selama 1 jam. Setelah dipisahkan dari larutannya, cangkang bekicot dicuci
dengan aquadest hingga pH-nya netral. Kemudian dikeringkan pada suhu 70°C-
80°C selama 24 jam dalam oven.
b. Demineralisasi
Padatan kering hasil deproteinasi selanjutnya didemineralisasi dengan
menggunakan larutan HCl 1N (perbandingan 1:12 b/v) dan diaduk pada suhu
kamar selama 1 jam. Setelah disaring, padatan dicuci dengan aquadest hingga
pHnya netral kemudian dikeringkan pada suhu 70°C hingga 80°C selama 24
jam dalam oven untuk mendapatkan kitin kering.
9

c. Deasetilasi
Kitin ditambahkan dengan larutan NaOH 50% dengan perbandingan 1:10
(b/v) pada suhu 70oC hingga 80oC dengan waktu pemanasan 90 menit. Padatan
kemudian dipisahkan dengan cairan, selanjutnya dicuci dengan aquadest hingga
netral pHnya. Setelah itu padatan dikeringkan pada suhu 70oC hingga 80oC
dalam oven selama 24 jam.
E. Pembuatan Spraysorbent
Pembuatan Spraysorbent dengan melarutkan kitosan bubuk dengan asam
asetat dan aquadest serta penambahan minyak atsiri peppermint
(mentha piperita) dengan variasi konsentrasi yang telah ditentukan, kemudian
dilakukan sizing dengan menggunakan magnetic stirrer sehingga polimer kitosan
menjadi lebih pendek. Selanjutnya, dilakukan percobaan masker dengan cara
melewatkan asap rokok ke masker yang telah disemprotkan Spraysorbent
cangkang bekicot. Asap rokok yang telah melalui masker akan ditampung pada
chamber yang berisi larutan methanol. Kemudian, gas yang tertampung pada
chamber tersebut dideteksi menggunakan uji Gas Cromatography and Mass
Spectroscopy GCMS. Uji Gas Cromatography and Mass Spectroscopy GCMS
dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan variasi volume
penyemprotan Spraysorbent yang optimal dalam mereduksi nikotin pada asap
rokok.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variable bebas dan
variable tetap.
A. Variabel bebas : Ratio perbandingan konsentrasi Spraysorbent yaitu 15.000 ppm,
30.000 ppm 45.000 ppm, 60.000 ppm dan 75.000 ppm.
B. Variabel tetap : Ukuran ayakan 200 mesh, volume penyemprotan 0,07 mL.
1.4 Indikator Capaian Riset
No. Tahap Bentuk Kegiatan Indikator keberhasilan
Pematangan Melakukan studi literatur Rencana berjalan
1
konsep dan persiapan konsep dengan baik
Melakukan proses Berubahnya gugus
Isolasi kitin deproteinasi, kitin menjadi
2
menjadi kitosan demineralisasi dan Chitosan Polymer
deasetilasi Medium (CPM)
Diperoleh
Membuat spraysorbent
Pembuatan spraysorbent dengan
3 dengan konsentrasi yang
spraysorbent konsentrasi yang telah
telah ditentukan
ditentukan
10

Mengetahui pengaruh
konsentrasi dan
Melakukan uji Gas
variasi volume
Pengujian Cromatography and Mass
4 penyemprotan
spraysorbent Spectroscopy (GCMS)
spraysorbent yang
dan uji mikroskop
optimal dalam
mereduksi nikotin
Analisis, olah data
Melakukan analisis dan Memperoleh
5 dan penarikan
olah data hasil riset kesimpulan riset
kesimpulan
Pembuatan Laporan kemajuan,
Melakukan pengumpulan
laporan, laporan akhir, draft
6 hasil analisis dan olah
pemaparan hasil, artikel ilmiah untuk
data untuk dituliskan
draft publikasi publikasi
Membuat akun sosial
media di Facebook, Akun sosial media
Membuat akun
7 Instagram serta melakukan dan endorse sosial
sosial media
endorse sesuai dengan media
jadwal dari Belmawa

1.5 Analisis Data


Chitosan Polymer Medium (CPM) cangkang bekicot dianalisis dengan uji FTIR
untuk mengetahui kadar kitosan pada cangkang bekicot. Selanjutanya pada asap yang
tertampung di chamber dianalisis menggunakan uji Gas Cromatography and Mass
Spectroscopy (GCMS) untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan volume
penyemprotan yang optimal dalam mereduksi nikotin asap rokok. Selanjutnya pada
masker yang telah disemprotkan spraysorbent dianalisis dengan uji mikroskop untuk
mengetahui karakteristik Chitosan Polymer Medium (CPM) pada masker.
1.6 Penafsiran dan Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan uji FTIR yang dilakukan dipelajari kadar kitosan cangkang bekicot yang
dihasilkan. Pengaruh konsentrasi pada setiap jenis Chitosan Polymer Medium (CPM)
dapat diketahui dengan membandingkan persen penyisihan terhadap variasi
penyemprotan. Hasil analisis dari uji Gas Cromatography and Mass Spectroscopy
(GCMS) dan uji mikroskop diolah untuk menghasilkan simpulan kemampuan
spraysorbent dalam mereduksi asap rokok.
11

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


1.1 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
4.1 Format Rekapitalusi Rencana Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Sumber Dana Besaran Dana (Rp)
1 Bahan habis pakai (59%) Belmawa 4.706.000
Perguruan Tinggi 0
2 Sewa dan jasa (15%) Belmawa 2.355.000
Perguruan Tinggi 0
3 Transportasi lokal (16%) Belmawa 1.250.000
Perguruan Tinggi 750.000
4 Lain-lain (10%) Belmawa 0
Perguruan Tinggi 1.250.000
Jumlah 10.311.000

Rekap Sumber Dana Belmawa(75%) 8.311.000


Perguruan Tinggi 2.000.000
(25%)
Jumlah 10.311.000
1.2 Jadwal Kegiatan
4.2 Rekapitulasi Rencana Pelaksanaan Kegiatan
No Bulan
Jenis Kegiatan Penanggung Jawab
. 1 2 3 4
Studi literatur dan
1 Semua Anggota
persiapan konsep
Isolasi kitin menjadi
2 Rizky Nur Handayani
kitosan
3 Pembuatan spraysorbent Nurul Qamariyah
Marshanda
4 Pengujian spraysorbent
Nurul
Azmi
Analisis, olah data
5 Rezki Amalia Bahar
dan penarikan
kesimpulan
Pembuatan laporan,
Rizky Nur
6 pemaparan hasil, draft
Handayani
publikasi
Membuat akun sosial
7 Marshanda Nurul Azmi
media
12

BAB 5. BUSINESS MODEL CANVAS

5.1 Key Partners


Dalam hal bisnis kami memberikan pelayanan yang responsive untuk
pertanyaan terkait produk, kegunaan produk, keahlian dari produk kami, serta keunggulan
dan compattablenya produk kami. Dalam hal pemasukan saran kami sangat terbuka untuk
umum, agar kami dapat lebih selektif dalam proses produksi hingga pemasaran. Produsen
Bahan Baku: Kemitraan dengan produsen cangkang bekicot untuk memastikan pasokan
bahan berkualitas. Toko Ritel dan Platform E-commerce: Kerjasama dengan pengecer
untuk mendistribusikan produk.
5.2 Key Activites
Pengembangan formulasi produk yang efektif
Riset dan pengembangan berkelanjutan untuk meningkatkan performa produk
Strategi Pemasaran yang luas baik online maupun offline, secara tetap ataupun tidak tetap,
lingkup Masyarakat pedesaan maupun perkotaan,
Harga yang murah dengan kualitas tinggi
Penelitian dan Pengembangan Berkelanjutan:* Terus menginvestasikan dalam R&D untuk
meningkatkan formula dan efektivitas produk.
Pemasaran dan Promosi:* Menciptakan kampanye pemasaran kreatif untuk meningkatkan
kesadaran dan penjualan.
5.3 Key Resources
Ekstrak Cangkang Bekicot:* Memastikan pasokan bahan baku yang berkualitas.
Tim Riset dan Pengembangan:* Untuk terus meningkatkan formula dan keefektifan produk.
5.4 Value Proposations
Penangkal Paparan Asap Rokok Inovatif, Spray sorbent yang mengandung ekstrak
cangkang bekicot untuk menangkal dan mereduksi paparan asap roko
Ringan dan Mudah Digunakan, Formula ringan dalam bentuk semprot yang mudah
diaplikasikan dan tidak meninggalkan residu berat.
5.5 Customer Relationship
Pelayanan Pelanggan Online:* Layanan pelanggan yang responsif melalui email atau
obrolan online untuk pertanyaan atau masukan pelanggan.
Edukasi Pelanggan:* Menyediakan informasi tentang bahaya asap rokok dan manfaat
penggunaan spray sorbent.
5.6 Channels
Toko Ritel: Penjualan langsung ke konsumen melalui toko ritel yang menjual produk
kesehatan dan kecantikan.
Online Platform: Penjualan melalui situs web dan platform e-commerce untuk memperluas
jangkauan.
5.7 Customer segments
Perokok Aktif: Individu yang secara teratur merokok dan mencari solusi untuk mengurangi
dampak paparan asap rokok.
Perusahaan dan Lingkungan Bebas Rokok: Bisnis atau lingkungan yang ingin menciptakan
area bebas asap rokok.
13

5.8 Cost Structure


Bahan Baku dan Produksi: Biaya untuk mendapatkan ekstrak cangkang bekicot dan proses
produksi.
Pemasaran dan Promosi: Biaya untuk kampanye pemasaran dan promosi produk.
Operasional Online: Biaya untuk mengelola platform e-commerce dan layanan pelanggan
online.
5.9 Reveneu Streams
Penjualan Produk: Pendapatan utama berasal dari penjualan spray sorbent cangkang
bekicot.
Lisensi atau Kemitraan: Kesempatan untuk menjalin kemitraan dengan perusahaan atau
tempat umum sebagai lingkungan bebas asap rokok.
14

DAFTAR PUSTAKA
Ervina, A. et al. (2022) ‘Formulasi Foot Spray Anti Bau Kaki Berbasis Nano Chitosan Dari
Limbah Industri Udang’, Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, 12(2), pp. 135–
141.

Fitriyano, G. and Abdullah, S. (2016) ‘Sintesis Selulosa Asetat dari Pemanfaatan Limbah
Kulit Pisang Diaplikasikan sebagai Masker Asap Rokok’, Seminar Nasional Sains
dan Teknologi, 1(1), pp. 1–7.
Hakim, L. (2013) ‘Super Sorben Kitosan pada Rokok sebagai Penangkal Nikotin dan Tar
bagi Perokok’.
Kurniawan, E., Asril, A. and Nigsih, J.R. (2019) ‘Sintesis dan Karakterisasi Kalsium
Oksida dari Limbah Cangkang Bekicot (Achatina fulica)’, pp. 50– 54.
Madani, I. et al. (2014) ‘MASKER ANTITOKSIK PENCEGAH ASAP ROKOK DAN
EMISI KENDARAAN BERMOTOR MELALUI LAYER CHITOSAN POLIMER
MEDIUM’.
Mardani, I. (2015) ‘Masker Chitosan Polymer Medium Pereduksi Asap Rokok Dan Emisi
Kendaraan Bermotor’.
Mukharomah, N.L.A. et al. (2022) ‘Pemanfaatan Kitosan Limbah Cangkang Rajungan
sebagai Spray Antitoksik Pelapis Masker Pereduksi Asap Rokok’, Canadian Journal
of Civil Engineering, 3(1), pp. 159–159.

Pramesti, H.N. et al. (2022) ‘Envirotek : Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Potensi
Limbah Kulit Udang dan Cangkang Kepiting Sebagai Chitosan Polymer Medium’,
14(2), pp. 115–120.
Siregar, H.R., Simamora, F.A. and Daulay, N.M. (2021) ‘Penyuluhan Kesehatan:
Dampak Paparan Asap Rokok Terhadap Kesehatan Keluarga Di Desa Manunggang
Jae Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan’, Jurnal
Pengabdian Masyarakat Aufa ( JPMA ), 3(2), pp. 25–27

Anda mungkin juga menyukai