Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR


“PENGENDALIAN ROKOK”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. Luthfi Pebridila (N1A118007)


2. Yunita Misdayani (N1A118015)
3. Eva Alvanita Kayame (N1A118037)

DOSEN PENGAMPU :

RD. HALIM, S.KM., M.PH

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JAMBI

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaiakan makalah dengan judul
“Pengendalian Rokok”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam
mata Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
Atas bimbingan bapak/ibu dosen dan saran dari teman-teman maka disusunlah karya tulis
ilmiah ini.Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi kami semua
dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan.Makalah ini diharapkan bisa
bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak,
maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait.Dalam menyusun
makalah ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk membuat makalah yang
sebaik-baiknya.
Sebagaimana peribahasa mengatakan tak ada gading yang tak retak oleh karenanya masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun agar makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi.
Demikianlah kata pengantar makalah ini dan penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Jambi, Februari 2020

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 4
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 7
2.1  Konsep Rokok dan Tembakau....................................................................... 7
2.2  Kimiawi Rokok ........................................................................................... 18
2.3  Pandemi Rokok............................................................................................ 20
2.4  Kecenderungan Masalah Rokok.................................................................. 21
2.5  Merokok Sebagai Faktor Resiko.................................................................. 22
2.6  PenelitianEpidemiologi Pengaruh Rokok.................................................... 24
2.7  Pengendalian Rokok.................................................................................... 33
2.8 Berhenti Merokok..........................................................................................33

BAB III PENUTUP...................................................................................................... 36
3.1  Kesimpulan.................................................................................................. 36
3.2  Saran............................................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 37
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Manusia memiliki berbagai macam kebiasaan.Mulai dari berolahraga, membaca, menulis
dan sebagainya. Diantara sekian banyak kebiasaan manusia, ada salah satu kebiasaan manusia
yang sangat merugikan bagi kesehatan mereka. Anehnya, kebiasaan yang tidak baik ini serinng
dilakukan oleh masyarakat kita, yakni merokok.

Merokok sendiri bukanlah hal yang dianggap tabu oleh masyarakat kita, meskipun yang
melakukannya adalah anak yang masih duduk di bangku sekolah. Hal ini sangat
memprihatinkan, karena sebagaimana kita ketahui bahwa didalam rokok terdapat banyak zat
beracun yang nantinya akan menganggu kesehatan tubuh kita.

Lebih dari 70.000 publikasi hasil penelitian medis yang membuktikan pengaruh buruk akibat


rokok. Dari data di Indonesia, sebagian besar perokok  berasal dari kalangan penduduk miskin.
Secara tidak disadari, keluarga miskin meningkatkan alokasi anggaran untuk rokok yang
mengakibatkan anggaran makanan pokok harus dikurangi. Bila dalam keluarga semacam ini
terdapat anak kelompok balita, akan mengakibatkan kebutuhan gizi yang kurang sehingga dapat
menyebabakan penyakit.

Rokok semakin  gencar meluas di berbagai tempat. Banyak  Negara


– negara industri yang menilai bahwa merokok telah menjadi perilaku yang  secara  sosial
dianggap  kurang  biasa  untuk  diterima. Hal ini adalah hasil  penyuluhan yang  intensif, bukan
saja  dilaksanakan oleh pemerintah, melainkan  oleh pihak lembaga swadaya masyarakat dan
juga pihak perusahaan – perusahaan.

Di  negara  berkembang, penyuluhan tentang  bahaya  merokok  belum  dilaksanakan secara 
intensif. Hal ini selain karena  industri  rokok merupakan  sumber  pemasukan bagi  negara  dan
sumber  kesempatan kerja,  juga  karena  di  sebagian besar negara – negara sedang berkembang,
dana untuk ini walaupun ada,  sangat kecil dibandingkan dengan dana  yang  dipergunakan oleh
perusahaan  –  perusahaan rokok untuk memasarkan rokok. Industri rokok melaksanakan secara 
agresif dan dengan mengaitkan merokok dengan gaya hidup modern, masyarakat 
terutama remaja yang paling sangat terpengaruh.

Sudah merupakan kesepakatan masyarakat dunia untuk membuat Perjanjian Internasional


dalam pengendalian rokok, yang dimulai oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara sistematik
sejak tahun 1999 dan perumusannya selesai tahun 2013. Indonesia termasuk Negara yang aktif
memberikan sumbangan pikiran yang melahirkan Framework Convention on Tobacco Control
(FCTC).Namun Indonesia tidak bersedia menandatanganinya pada tahun 2003 oleh karena
pemerintah menganggap Indonesia belum siap.

Sebagian besar  orang  bisa  meninggal dikarenakan mengkonsumsi rokok  dengan  berlebih.
Awalnya  memang tidak  terasa  sakit, tetapi semakin  lama  seseorang  mengkonsumsi rokok,
maka akan banyak timbul berbagai penyakit  dalam tubuhnya.  Sebagian besar  penyakit yang 
akan diderita  oleh orang  yang  merokok adalah penyakit yang  umumnya  tidak  dapat
disembuhkan. Oleh sebab  itu, atas dasar  realita  inilah penulis merasa  tertarik  untuk 
membahasnya  dalam  bentuk makalah dengan judul “ Pengendalian Rokok “
1.2  Tujuan Penulisan
a.  Untuk mengetahui konsep rokok dan tembakau

b. Untuk mengetahui kandungan kimiawi rokok

c.  Untuk mengetahui bagaimana pandemi rokok

d. Untuk mengetahui kecenderungan masalah rokok

e. Untuk mengetahui merokok sebagai faktor risiko

f. Untuk mengetahui penelitian-penelitian epidemiologi pengaruh rokok

g. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian rokok

h. Untuk mengetahui upaya berhenti merokok

1.3 Manfaat Penulisan

a. Memberikan masukan sebagai bahan referensi.


b. Bagi masyarakat agar dapat mengetahui bahaya apa sajakah yang dapat ditimbulkan dari
merokok tersebut
c. Agar mengetahui bahan-bahan apa saja yang terkandung dalam rokok yang dapat
berakibat bagi kesehatan kita.
d. Pengetahuan  bagi  pembaca  tentang  adanya bahaya rokok  terhadap kesehatan dan 
upaya  antisipasi untuk terhindar dari bahaya rokok.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Konsep Rokok dan Tembakau

2.1.2 Konsep Rokok

A. Pengertian Rokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana
Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan
tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Heryani, 2014). Rokok terbuat dari bahan dasar
tembakau yang diperoleh dari tanaman Nicotiana Tobacum L.Tembakau dipergunakan sebagai
bahan untuk sigaret dan cerutu, baik penggunaannya dengan pipa maupun tanpa pipa. Ketika
anda sedang membakar sepuntung rokok, hakikatnya ibarat cerobong asap sebuah pabrik kimia
yang menghasilkan ribuan komponen beracun akibat berbagai proses yang terjadi didalamnya
(Saktyowati, 2010).

Merokok dalam bahasa Arab disebut “tadkhin” dan dalam bahasa Inggris disebut
“smoking” , merupakan istilah yang digunakan untuk aktivitas menghisap rokok atau tembakau
dengan berbagai cara. Kata merokok itu sendiri nampaknya ditujukan untuk perbuatan
menyalakan api pada rokok sigaret atau cerutu, atau tembajkau dalam pipa rokok. Asap dari
tembakau atau bahan sejenis terkena api itu disedot melalui mulut sehingga merasuk ke bagian
dalam tubuh, lalu diihisap masuk kedalan rongga dada, lalu dilepaskan keluar melalui hidung
atau mulut, atau melalui keduanya sekaligus. Perilaku itu lah yang disebut “merokok” (Basyir,
2005).

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Dimana-mana, mudah menemui orang merokok, lelaki-wanita, anak kecil-tua renta, kaya-
miskin; tidak ada terkecuali. Betapa merokok merupakan bagian hidup masyarakat. Dari segi
kesehatan, tidak ada satu titik yang menyetujui atau melihat manfaat yang dikandungnya. Namun
tidak mudah untuk menurunkan terlebih menghilangkannya. Karena itu gaya hidup ini menarik
sebagai suatu masalah kesehatan, minimal dianggap sebagai faktor risiko dari berbagai macam
penyakit. (M.N. Bustan, 2007: 204)
Pasien-pasien perokok juga berisiko tinggi mengalami komplikasi atau sukarnya
penyembuhan luka setelah pembedahan termasuk bedah plastik dan rekonstruksi, operasi plastik
pembentukan payudara dan operai yang menyangkut anggota tubuh, bagian bawah.Pada
kenyataannya kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu
kebiasaan buruk. Apalagi orang yang merokok untuk mengalihkan diri dari stress dan tekanan
emosi, lebih sulit melepaskan diri dari kebiasaan ini dibandingkan perokok yang tidak memiliki
latar belakang depresi.

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat
dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-
bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok
akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau
serangan jantung (walaupun pada kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).

Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di
Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewaatau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa
Eropa menemukan benua Amerika,sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba
menghisap rokokdan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan
merokokmulai muncul di kalangan bangsawan Eropa.Tapi berbeda dengan bangsaIndian yang
merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanyauntuk kesenangan semata-
mata.Abad 17 para pedagang Spanyol masuk keTurki dan saat itu kebiasaan merokok mulai
masuk negara-negara Islam.

Menurut WHO, merokok akan menciptakan beban ganda, karenamerokok akan menganggu
kesehatan sehingga lebih banyak biaya harusdikeluarkan untuk mengobati penyakitnya.
Disamping itu meropok jugamenghabiskan uang yang seharusnya digunakan untuk membeli
makananyang bergizi. Untuk mengurangi/menghilangkan kemiskinan, pemerintah perlusegera
mengatasi masalah konsumsi tembakau.Karena itu KepalaPerwakilan WHO untuk Indonesia
mendorong pemerintah Indonesia untuk lebih serius lagi mempertimbangkan untuk
menandatangani globalFramework Convention on Tobacco Control (FCTC) akhir
masa penandatangan akhir Juni 2004. Dengan demikian Indonesia dapat menjadi pemimpin
regional dalam gerakan pengawasan tembakau.

B. Sejarah Rokok di Indonesia

Menurut Poetra (2012) kebiasaan merokok di Indonesia diperkirakan dimulai pada awal abad
ke-19, dimana warisan budaya luhur bangsa Indonesia ialah rokok kretek. Rokok kretek adalah
rokok yang menggunakan tembakau asli yang dikeringkan, dipadukan dengan cengkeh dan saat
dihisap terdengar bunyi ‘kretek’. Sejarah rokok kretek di Indonesia bermula dari kota Kudus,
Jawa Tengah.

C. Bahan Baku Rokok

Bahan baku yang digunakan untuk membuat rokok adalah sebagai berikut:

1. Tembakau
Jenis tembakau yang dibudidayakan dan berkembang di Indonesia termasuk dalam
spesies Nicotiana tabacum (Santika, 2011).
2. Cengkeh
Bagian yang biasa digunakan adalah bunga yang belum mekar.Bunga cengkeh dipetik
dengan tangan oleh para pekerja, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari,
kemudian cengkeh ditimbang dan dirajang dengan mesin sebelum ditambahkan ke dalam
campuran tembakau untuk membuat rokok kretek (Anonim, 2013).
3. Saus Rahasia
Saus ini terbuat dari beraneka rempah dan ekstrak buah-buahan untuk menciptakan
aroma serta cita rasa tertentu.Saus ini yang menjadi pembeda antara setiap merek dan
varian kretek (Anonim, 2013).

D.  Zat yang Terkandung dalam Rokok 

Rokok merupakan salah satu produk industry dan komoditi internasional yang mengandung
sekitar 3.000 bahan kimiawi. Unsur-unsur yang penting antara lain: tar, nikotin, benzopyrin,
metil-kloride, aseton, ammonia dan karbon dioksida. Tapi diantara zat – zat yang disebutkan
tadi, ada 3 zat yang paling berbahaya yang terkandung di dalam sebatang rokok (M.N. Bustan,
2007: 205). Zat – zat itu adalah:

1. Nikotin
Nikotin merangsang pelepasan catecholamine yang bisa meningkatkan denyut
jantung (M.N Bustan, 2007: 205). Nikotin adalah suatu zat yang dapat membuat
kecanduan dan mempengaruhi sistem syaraf, mempercepat detak jantung ( melebihi
detak normal ) , sehingga menambah resiko terkena penyakit jantung. Selain itu zat ini
paling sering dibicarakan dan diteliti orang, karena dapat meracuni saraf tubuh,
meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan
menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg
yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan.
Selain itu Nikotin berperan dalam memulai terjadinya penyakit jaringan pendukung gigi
karena nikotin dapat diserap oleh jaringan lunak rongga mulut termasuk gusi melalui
aliran darah dan perlekatan gusi pada permukaan gigi dan akar.
Nikotin dapat ditemukan pada permukaan akar gigi dan hasil metabolitnya yakni
kontinin dapat ditemukan pada cairan gusi.Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang
membuat jantung berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras, frekuensi jantung
meningkat dan kontraksi jantung meningkat sehingga menimbulkan tekanan darah
meningkat (Tawbariah et al., 2014).
2. Tar
Tar mengandung ratusan zat kimiawi yang kebanyakan bersifat karsinogenik (M.N.
Bustan, 2007). Zat berbahaya ini berupa kotoran pekat yang dapat menyumbat dan
mengiritasi paru - paru dan sistem pernafasan, sehingga menyebabkan penyakit
bronchitis kronis, emphysema dan dalam beberapa kasus menyebabkan kanker paru -
paru ( penyakit maut yang hampir tak dikenal oleh mereka yang bukan perokok ). Racun
kimia dalam TAR juga dapat meresap ke dalam aliran darah dan kemudian dikeluarkan di
urine. TAR yang tersisa di kantung kemih juga dapat menyebabkan penyakit kanker
kantung kemih. Selain itu Tar dapat meresap dalam aliran darah dan mengurangi
kemampuan sel - sel darah merah untuk membawa Oksigen ke seluruh tubuh, sehingga
sangat besar pengaruhnya terhadap sistem peredaran darah.
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru, mengandung bahan-bahan karsinogen (Mardjun, 2012). Zat berbahaya ini berupa
kotoran pekat yang dapat menyumbat dan mengiritasi paru - paru dan sistem pernafasan,
sehinggamenyebabkan penyakit bronchitis kronis, emphysema dan dalam beberapa kasus
menyebabkan kanker paru - paru (penyakit maut yang hampir tak dikenal oleh mereka
yang bukan perokok).Racun kimia dalam TAR juga dapat meresap ke dalam aliran darah
dan kemudian dikeluarkan diurine. TAR yang tersisa di kantung kemih juga dapat
menyebabkan
3. Karbon monoksida (CO)
CO merupakan 1-5% dari asap rokok, zat ini mengusung oksigen dalam darah
(eritrosit) dan membentuk carboxihaemoglobin. Seorang perokok akan mempunyai
carboxihaemoglobin lebih tinggi dari orang normal, sekitar 2-15%. Pda orang normal
carboxihaemoglobin hanya sekitar 0,5-2%. Se;ain itu CO merusak dinding arteri yang
pada akhirnya dapat menyebabkan atherosclerosis dan penyakit jantung koroner. CO juga
marusak bayi dalam kandungan (M.N. Bustan, 2007: 205).
Zat ini dapat meresap dalam aliran darah dan mengurangi kemampuan sel - sel darah
merah untuk membawa Oksigen ke seluruh tubuh, sehingga sangat besar pengaruhnya
terhadap sistem peredaran darah.Selain itu, karbonmonoksida memudahkan penumpukan
zat - zat penyumbat pembuluh nadi, yang dapat menyebabkan serangan jantung yang
fatal selain itu juga dapat menimbulkan gangguan sirkulasi darah di kaki.
E. Jenis-jenis Rokok

Menurut (Sugito, 2007:25) jenis-jenis rokok yaitu:

1. Rokok klobot
Rokok ini terbuat dari campuran tembakau dan cengkeh.Disebut rokok klobot karena
pembungkusnya terbuat dari bahan daun jagung kering
2. Rokok kawung
Rokok kawung hampir sama dengan rokok klobot. Bahan rokok ini adalah tembakau
cengkeh dan pembungkusnya terbuat dari daun kawung.
3. Rokok kretek
Disebut sebagai rokok kretek karena suara rokok ini saat disulut api berbunyi kretek-
kretek, suara ini berasal dari cengkeh yang terbakar api, awalnya rokok ini dibungkus
dengan daun jagung kering, namun sekerang bahan pembungkusnya sudah diganti kertas.
4. Rokok filter
Bahan pembuat rokok filter hamper sama dengan rokok kretek yang membedakan yaitu
ditambahkanya saringan yang terbuat dari gabus berserat lembut yang digunakan untuk
menyaring asap rokok.
5. Rokok mild
Rokok mild termasuk rokok filter. Bedanya pada kardar nikotin dan tar yang lebih rendah
dari rokok filter pada umumnya.
6. Rokok cerutu
Cerutu berbeda dengan rokok lain dalam hal ukuan dan pembungkusnya. Ukuran cerutu
lebih besar daripada rokok pada umumya.Pembungkusnya tembakau, bukan daun kering
maupun kertas.

2.1.2 Tembakau

A. Pengertian Tanaman Tembakau

Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam tanaman


perkebunan.Pemanfaatan tanaman tembakau terutama pada daunnya yaitu untuk pembuatan
rokok. Tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai berikut :

 Famili : Solanaceae
 Sub Famili : Nicotianae
 Genus : Nicotianae
 Spesies : Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica

Tanaman tembakau merupakan salah satu tanaman tropis asli Amerika, di mana bangsa
pribumi menggunakannya dalam upacara adat dan untuk pengobatan. Tembakau digunakan
pertama kali di Amerika Utara, tembakau masuk ke Eropa melalui Spanyol (Basyir 2006). Pada
awalnya hanya digunakan untuk keperluan dekorasi dan kedokteraan serta medis saja. Setelah
masuknya tembakau ke Eropa tembakau menjadi semakin populer sebagai barang dagangan,
sehingga tanaman tembakau menyebar dengan sangat cepat di seluruh Eropa, Afrika, Asia, dan
Australia (Matnawi, 1997).

Mulai abad ke-15, konsumsi tembakau terus tumbuh.Pada abad ke-18, tembakau telah
diperdagangkan secara internasional dan menjadi bagian dari kebudayaan sebagian besar bangsa
di dunia.Lalu pada abad ke-19 orang – orang Spanyol memperkenalkan cerutu ke Asia lewat
Fhilipina dan kemudian ke Rusia dan Turki sehinga rokok mulai menggantikan penggunaan
tembakau pada pipa, tembakau kunyah dan hirup. Dengan cara itulah, tembakau menyebar ke
negara – negara lainnya (Basyir, 2006).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, tembakau membunuh lebih dari lima
juta orang per tahun, dan diproyeksikan akan membunuh 10 juta sampai tahun 2020. Dari jumlah
itu, 70 persen korban berasal dari Negara berkembang. Lembaga Demografi UI mencatat, angka
kematian akibat penyakit yang disebabkan olem tambakau/rokok tahun 2004 adalah 427.948
jiwa, berarti 1.172 jiwa perhari atau sekitar 22,5 persen dari total kematian di Indonesia (M.N.
Bustan, 2007: 204).

B. Kandungan Kimia Tembakau

Berlainan dengan tanaman lain, tanaman tembakau diusahakan terutama dimanfaatkan untuk
dirokok. Asap yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan kenikmatan bagi perokok. Dari
2.500 komponen kimia yang sudah teridentifikasi, beberapa komponen berpengaruh terhadap
mutu asap. Tembakau yang bermutu tinggi adalah aromanya harum, rasa isapnya enteng, dan
menyegarkan; dan tidak memiliki ciri-ciri negatif misalnya rasa pahit, pedas, dan menggigit. Zat-
zat yang berpengaruh terhadap mutu tembakau dan asap antara lain (Hiroe et al., 1975; Tso,
1999):

1. Persenyawaan nitrogen (nikotin, protein). Nikotin (β-pyridil-α-N-methyl pyrrolidine)


merupakan senyawa organik spesifik yang terkandung dalam daun tembakau. Apabila
diisap senyawa ini akan menimbulkan rangsangan psikologis bagi perokok dan
membuatnya menjadi ketagihan. Dalam asap, nikotin berpengaruh terhadap beratnya rasa
isap. Semakin tinggi kadar nikotin rasa isapnya semakin berat, sebaliknya tembakau yang
berkadar nikotin rendah rasanya enteng (hambar). Protein membuat rasaisap amat pedas
dan menggigit, sehingga selama prosesing (curing) senyawa ini harus dirombak menjadi
senyawa lain seperti amida dan asam amino.
2. Senyawa karbohidrat (pati, pektin, selulose, gula). Pati, pektin, dan selulose merupakan
senyawa bertenaga tinggi yang merugikan aroma dan rasa isap, sehingga selama
prosesing harus dirombak menjadi gula. Gula mempunyai peranan dalam meringankan
rasa berat dalam pengisapan rokok, tetapi bila terlalu tinggi menyebabkan panas dan
iritasi kerongkongan, dan menyebabkan tembakau mudah menyerap lengas (air) sehingga
lembap. Dalam asap keseimbang- an gula dan nikotin akan menentukan kenikmatan
dalam merokok.
3. Resin dan minyak atsiri. Getah daun yang berada dalam bulu-bulu daun mengandung
resin dan minyak atsiri, dalam pembakaran akan menimbulkan bau harum pada asap
rokok.
4. Asam organik. Asam-asam organik seperti asam oksalat, asam sitrat, dan asam malat
membantu daya pijar dan memberikan kesegaran dalam rasa isap.
5. Zat warna: klorofil (hijau), santofil (kuning), karotin (merah). Apabila klorofil masih ada
pada daun tembakau, maka dalam pijaran rokok akan menimbulkan bau tidak enak
(“apek”), sedang santofil dan karotin tidak berpengaruh terhadap aroma dan rasa isap.

Sebelum digunakan untuk racikan rokok, tembakau kering hasil pengolahan petani yang
berupa rajangan atau kerosok masih harus mengalami proses pengeringan ulang (redrying) dan
fermentasi (aging). Pengeringan 14%. Kadar air yangulang dilakukan agar tembakau mencapai
kadar air ideal, yaitu 12 terlalu tinggi atau terlalu rendah sangat mengganggu proses fermentasi
yang memerlukan 3 tahun. Mesin-mesin pengering ulangwaktu 1 modern seperti GLT (green
leaves thresser), selain mengeringkan sekaligus juga dapat digunakan untuk menghilangkan
gagang, membersihkan debu dan kotoran lain, memotong dan mencampur, sehingga dihasilkan
racikan awal (preblended).

Pada saat ini hampir semua jenis tembakau (rajangan, cerutu, dan pipa) mengalami proses
menjadi preblended sebelum difermentasi, kecuali tembakau rajangan temanggung dan
sejenisnya (muntilan, prambanan). Untuk jenis tembakau ini pembelian dilakukan dalam
keranjang dan langsung disimpan untuk proses fermentasi. Selama proses pengeringan ulang dan
fermentasi akan terjadi perubahan kimia akibat kegiatan fisiologi lanjutan yang dikatalisir oleh
enzimenzim tertentu yang masih aktif. Setelah selesai proses fermentasi, maka tembakau
menjadi siap pakai untuk pembuatan rokok. Kandungan kimia tembakau siap pakai dibagi
menjadi 10 kelompok seperti pada Tabel 1 (Geiss dan Kotzias, 2007).Bahan kimia tersebut
sebagian mempunyai korelasi positif terhadap mutu rokok, khususnya rokok keretek.Kandungan
gula diinginkan dalam jumlah tinggi. Gula yang dimaksud disini adalah gula yang terbentuk di
dalam sel-sel tembakau, bukan gula yang ditambahkan.

Untuk tembakau tertentu yaitu temanggung, papie, dan klodan, fermentasi dilakukan sampai
warna menjadi cokelat, sehingga seluruh pati dan gula terdegradasi.Kandungan pati dan klorofil
untuk semua jenis tembakau dikehendaki rendah karena menyebabkan iritasi pada tenggorokan
saat dirokok. Gula yang ditambahkan pada saat perajangan daun tembakau mempunyai dampak
negatif karena sangat menganggu proses fermentasi, dan meningkatkan daya serap air
(higroskopisitas). Tembakau mutu baik, umumnya mengandung kadar nikotin tinggi, juga asam-
asam lemak, minyak atsiri, dan bahan organik lain yang berfungsi memberikan rasa dan aroma
saat dibakar. Abu sisa pembakaran rokok yang baik berwarna putih dan tidak mudah putus, yang
merupakan indikasi hasil pembakaran yang sempurna. Daya bakar yang baik disebabkan antara
lain karena tembakau banyak mengandung garam kalium dan natrium.

C. Jenis Tembakau

Setiap jenis tembakau mempunyai kandungan kimia yang berbeda untuk menghasilkan
karakter yang dikehendaki, sehingga perlakuan budi dayanya juga berbeda. Pada tembakau
virginia FC dibudidayakan dengan pupuk N cukup dan air cukup, sehingga kandungan gula
tinggi dan nikotin se dang. Tembakau temanggung dibudidayakan dengan pupuk kandang dan
nitrogen tinggi, pangkasan awal, kurang air, sehingga nikotin tinggi.

Tembakau madura dibudidayakan dengan pupuk N agak rendah, kurang air, pangkasan
awal, sehingga kadar nikotinnya sedang, gula sedang, tetapi asam organik dan resin tinggi
sehingga sangat aromatis. Tembakau cerutu dikehendaki daun tipis, kuat, dan elastis, sehingga
dipupuk N rendah, tidak dipangkas, dan dipanen musim penghujan.Kandungan nikotin tembakau
cerutu rendah. Tembakau lumajang VO ditanam pada tanah berpasir, musim hujan, dosis pupuk
N rendah, tidak dipangkas sehingga kadar nikotin rendah.

Kandungan gula dan nikotin beberapa jenis tembakau


Jenis Tembakau Gula total (%) Nikotin (%)

Virginia FC 12-25 1,5-3,5

Virginia rajangan 5-20 1,0-2,5

Temanggung 0,5-7 3,0-8,0

Madura 10-15 1,0-3,5

Weleri 1-11 1,0-3,0

Cerutu - 0,9-2,68

Lumajang VD 0,75-1,75 0,5-0,7

2.2  Kimiawi Rokok

2.2.1 Komponen Kimia Rokok

Menurut Sitepoe (2000), terdapat lebih dari 3040 jenis bahan kimia yang dijumpai di dalam
daun tembakau kering. Bahan-bahan ini berasal dari pertumbuhan daun tembakau itu sendiri,
misalnya bersumber dari tanah, udara dan bahan kimia yang digunakan semasa penanaman
tembakau maupun semasa proses pembuatan rokok. Hal ini bermaksud, komposisi kimia pada
daun tembakau juga dipengaruhi oleh cara pemprosesan dan kawasan tempat penanaman
tembakau tersebut. Pada waktu rokok dibakar, maka akan terbentuk pula bahan kimia lain hasil
reaksi dari proses pembakaran yang terjadi. Asap rokok mainstream dikatakan mengandung 4000
jenis bahan kimia. Bahan kimia ini dibedakan menjadi fase partikulat dan fase gas.Fase
partikulat terdiri daripada nikotine, nitrosamine, nitrosonornikotin, polisiklik hidorkarbon, logam
berat dan karsinogenik amine.Sedangkan, fase yang dapat menguap atau seperti gas adalah
karbon monoksida, karbon dioksida, benzene, amonia, formaldehid, hidrosianida dan lain-lain.

Karbon monoksida adalah sejenis gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yangmerupakan
hasil daripada pembakaran bahan yang mengandung karbon seperti arang, gasdan kayu. Ia terdiri
dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan
ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalenkoordinasi antara atom karbon dan
oksigen.Apabila gas karbon dioksida memasuki sirkulasi darah, ia akan berikatan
denganhemoglobin sama seperti oksigen. Tetapi, ikatan karbon monoksida terhadap
hemoglobinadalah 250 kali lebih kuat berbanding pengikatan oksigen terhadap
hemoglobin.Maka, pada konsentrasi sekecil 0.1% saja pun Gas karbon monoksida dapat
ditemukan di dalamasap pembakaran, asap dari kendaraan dan juga asap rokok. Apabila hal ini
berlanjutan, tubuh akan menjalankan mekanisme kompensasi berupapeningkatan proses
erythropoiesis sebagai usaha untuk meningkatkan kadar penghantaran, karbonmonoksida akan
berikatan dengan separuh daripada total hemolgobin di dalam darah danmengurangkan kapasitas
membawa oksigen darah sebesar 50%. Apabila hal ini berlanjutan, tubuh akan menjalankan
mekanisme kompensasi berupa pningkatan kadar penghantaran oksigen ke jaringan. Maka, kadar
hemoglobin akan meningkat dan menjadi lebih tinggi berbanding pada kondisi normal. Salah
satu penyebab terjadinya hipoksia akibat peningkatan kadar karbon monoksida adalah merokok
(Asyraf, 2010).

Komponen kimia rokok yang berbahaya bagi kesehatan berasal dari lima sumber sebagai
berikut:

1. Terkandung dalam tanaman tembakau dan diwariskan secara genetik, yaitu senyawa
alkaloid. Nikotin, salah satu jenis alkaloid yang penting, meningkat jumlahnya karena
pemupukan nitrogen, pemangkasan tanaman awal yang diikuti pembuangan tunas ketiak
secara intensif, daerah tumbuh, dan lain-lain (Collins dan Hawks, 1993). Nikotin dapat
mengakibatkan ketagihan dan gangguan pada jantung serta paruparu (Asmino dan
Sudoko, 1987; Voges, 2000).
2. Terkandung dalam daun tembakau dalam jumlah kecil tetapi akan meningkat akibat
pengovenan terlalu lama. Misalnya TSNA, yang dapat meningkat akibat kegiatan
mikrobia tertentu yang banyak menghasilkan senyawa nitrit (Maksimoviez, 2001;
Universal, 2000; Morin et al., 2004). TSNA merupakan bahan karsinogenik, yang juga
banyak terdapat pada makanan yang diolah dengan pengasapan atau pembakaran.
3. Residu bahan bakar pada pengovenan dengan pemanasan langsung. Sisa pembakaran
juga membawa senyawa nitrit selain residu B-a-P (Voges, 2000; Reid, 2007). Seperti
TSNA, B-a-P juga bersifat karsinogenik. 4. Residu pupuk dan pestisida seperti klor,
cadmium, sipermetrin, provenofos, dan lain-lain. 5. Bahan asing terutama bahan plastik
seperti tali, pembungkus, dan lain-lain yang dikriteriakan sebagai bahan lain terbawa
tembakau (NTRM = nontobacco relatedmaterial).
2.2.2 Kimia Asap Rokok

Jumlah komponen kimia pada asap rokok yang telah diidentifikasi mencapai 4.800
macam. Suhu perokokan atau proses distilasi kering (pyrolysis) mencapai 884o C saat diisap dan
turun menjadi 835oC atau kurang jika lama tidak diisap (Geiss dan Kotzias, 2007).
Kesempurnaan pembakaran, terutama tingginya suhu, akan mempengaruhi produksi komponen
kimia asap, sehingga komponen kimia yang dihasilkan juga beragam. Beberapa penyebab
keragaman suhu perokokan adalah sebagai berikut:

a. Kepadatan massa tembakau dan ukuran atau diameter rokok. Massa yang padat dan tebal
akan sulit diisap atau terbakar.
b. Kandungan garam kalium atau natrium di dalam racikan rokok dapat memperbaiki
pembakaran.
c. Adanya bahan-bahan yang menghambat pembakaran seperti klor (Cl) atau gula, terutama
gula sukrose, atau yang lain. Klor mempunyai pengaruh menghambat pembakaran paling
besar.
d. Kelembapan tembakau yang tinggi akan menghambat pembakaran.
e. Filter yang rapat akan menghambat kelancaran pembakaran.
f. Pori-pori kertas rokok terletak pada pangkal batang rokok dan berfungsi memasukkan
udara pada saat pengisapan rokok. Penggunaan kertas rokok berpori akan mengencerkan
asap yang masuk ke mulut perokok, sehingga menurunkan konsentrasi komponen kimia
yang terkandung di dalamnya.

Aliran asap rokok dibagi menjadi dua, yaitu aliran asap pada saat rokok diisap (mainstream),
dan aliran asap pada saat tidak diisap (sidestream). Untuk menganalisa kandungan kimia asap
dilakukan dengan smoking machine, yang dilengkapi filter Cambridge untuk menangkap
kondensat asap. Massa asap dibagi menjadi dua sebagai berikut:

a. Asap yang tertangkap filter Cambridge pada saat rokok diisap smoking machine sebagai
kondensat asap. Kondensat asap ini disebut TPM (total particulate matter) yang komponen
utamanya adalah air, nikotin, dan tar. Kondensat kering, adalah TPM setelah dikurangi air,
sedangkan tar adalah TPM setelah dikurangi air dan nikotin. Kan-dungan kimia tar terdiri atas
bermacammacam senyawa. Hasil analisis kandungan kimia kondensat asap tercantum pada
Tabel 9.

b. Asap yang lolos dari filter Cambridge pada saat rokok diisap smoking machine dan asap
yang keluar saat tidak diisap atau asap samping (sidestream). Kandungan kimia dari massa asap
ini tercantum pada Tabel 10. Selain itu di dalam asap ini juga terkandung B-a-P (benzo-a-pyrine)
dan TSNA (tobacco spesific nitrosamine).

2.3  Pandemi Rokok

Selain AIDS maka rokok boleh dikatakan sudah mencapai tingkat pandemitas.Merokok
sudah menjalari seluruh penduduk dunia dengan pevalensi yang cukup tinggi, ditambah dengn
kecenderungan peningkatan penggunaannya, terutama dinegara-negara berkembang.

Negara yang paling menonjol dalam hal merokok adalah Cina dimana:

a. Prevalensi perokok yang tinggi dan merata keseluruh negara


b. Jenis rokok yang dipakai, kebanyakan kretek
c. Tampak merupakan bagian budaya atau kehidupan masyarakat karena menjadi hobbi
atau kebiasaan semua orang, terutama lelaki (61% dari penduduknya) (M.N. Bustan,
2007: 205).

Tanda-tanda pandemitas secara rinci dapat dituliskan sebagai berikut: (M.N. Bustan, 2007:
205-206)

 Diperkirakan sejumlah 1,1 miliar perokok dunia berumur 15 tahun ke atas, sepertiga
dari total penduduk dunia.
 800 juta perokok berada di Negara-negara sedang berkembang didominasi oleh kaum
lelaki (700 juta), dan terutama di Asia.
 Peningkatan konsumsi rokok yang sudah mencapai 7 juta ton, dengan peningkatan
1,4% per tahun. Rata-rata rokok yang diisap per hari 24gr/hari di negara-negara maju
dan 14gr/hari di Negara-negara sedang berkembang
 Menjelang tahun 2020 kematian yang disebabkan oleh rokok akan meningkat sampai
10 juta, dimana 70% terjadi di negara-negara berkembang.
2.4  Kecenderungan Masalah Rokok

Kebiasaan rmerokok sudah meluas di hampir semua kelompok masyarakat di Indonesia


dan cenderung meningkat, terutama dikalangan anak dan remaja seebagai akibat gencamnya
promosi rokok di berbagai media massa. Karena itulah, masalah merokok telah menjadi semakin
serius, mengingat merokok dapat meninbulkan resiko timbulnya berbagai penyakit atau
gangguan kesehatan seperti penyakit tidak menular, baik pada perokok itu sendiri maupun orang
lain di sekitarnya yang tidak merokok (perokok pasif).

Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Diduga
hingga menjelang tahun 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta orang
pertahunnya. Sejauh ini, wabah merokok telah terjadi dinegara-negara maju. Diperkirakan pada
tahun 2030 tidak kurang dari 70% kematian yang disebabkan oleh rokok akan terjadi dinegara
berkembang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang memiliki tingkat
konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi.Variasi produk dan harga rokok di Indonesia
telah menyebabkan Indonesia menjadi salah satu produsen sekaligus konsumen rokok terbesar di
dunia.

Menurut Bank Dunia, konsumsi rokok Indonesia sekitar 6,6% dari seluruh konsumsi
dunia. Hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2001 menyebutkan bahwa:

 27% penduduk berusia di atas 10 tahun menyatakan dalam satu bulan terakhir
 54,%% penduduk pria merupakan perokok dan hanya 1,2% wanita yang merokok
 Terdapat peningkatan sebesar 4% penduduk, umur diatas 10 tahun yang merokok
dalam kurun waktu enam tahun
 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah, ketika
bersama anggota rumah lainnya, dengan demikian sebagian besar anggota rumah
tangga merupakan perokok pasif
 65,5% penduduk mulai merokok pada usia 20 tahun, meningkat 8% dari Susenas
1995 yaitu 60,0%
 Peningkatan usia muda yang merokok, kelompok umur 25-29 tahun (75%) dan
kelompok usia 20-24 tahun (84,0%)
Menurut Bustan,M.N. (2007:206-209), terdapata beberapa kecenderungan mengenai situasi
rokok yang cukup mencemaskan dalam pembengkakan permasalahan merokok :

1. umur usia merokok makin muda


Ditemukan sekitar 30% perokok di AS adalah golongan usia di bawah 20 tahun. Di
Indonesia, kepulan asap bukan hal yang langka ditemukan disekolah menengah. Dan
ternyata, makin awal seorang perokok makin sulit untuk berhenti merokok kelak. Rokok
juga punya dose-response effect, artinya makin muda usia rokok, akan makin besar
pengaruhnya.
2. Ancaman khusus kelompok anak
Rokok dapat mengancam masa depan kesehatan dan kepribadian anak. Rokok harus
dilihat juga sebagai bahan adiktif buat anak.
Anak dapat terpapar dengan bahaya rokok melalui beberapa cara :
- Terpapar dengan kampanye dan reklame gencar perusahaan rokok di semua sudut
kota dan desa, melalui billboard, leaflet, media tulis maupun siaran televise/radio.
- Tercemar asap rokok dari passive smoking dari orang tua atau orang dewasa serumah
atau di lingkungannya. Di kuba, tercatat 69% anak terpapar passive smoking di
rumah, di Indonesia 63% dan india sekitar 34%

Tidak disadari bahwa mengiklankan rokok sama dengan mempromosikan bahan adiktif
terhadap anak-anak. Padahal UU No 23/2002 tentang perlindungan anak menyatakan,
pemerintah wajib dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada
anak termasuk yang menjadi korban zat adiktif (pasal 59). Pasal 89 ayat 2 menegaskan,
“setiap orang yang dengan sengaja menempatkan, produksi atau distribusi alcohol dan zat
adiktif lainnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun…” Badan
POM mencatat 14.249 iklan rokok tersebar di media elektronik (9.230), media luar
ruangan (3.239), dan media cetak (1.780). hingga kini, tanpa kendala, iklan rokok terus
mempromosikan bahan yang sarat pelanggaran hak anak, baik hak hidup, hak tumbuh
dan berkembang, maupun hak untuk memperoleh perlindungan.

3. Semakin banyak wanita merokok


Masalah rokok untuk wanita ini menjadi lebih serius jika dikaitkan dengan kehamiloan
dan reproduktivitas. Pengaruh rokok terhadap kehamilan dapat berupa abortus spontan,
kelahiran premature,
4. Kecenderungan peningkatan konsumsi rokok di Negara sedang berkembang
Alasan mengapa Negara berkembang menjadi tempat pelemparan komiditi tembakau :
a. Demografis : dalam 20 tahun terakhir ini terdapat pertambahan penduduk dari 1,5
menjadi 2 miliar di Negara-negara sedang berkembang.
b. Kesadaran penduduk yang rendah terhadap bahaya rokok.
c. Social ekonomi meningkat dan kemampuan membeli rokok juga meningkat.
d. Proteksi terhadap zat-zat berbahaya umumnya kurang.
e. Perokok juga didominasi oleh kelompok pendapatan rendah dan pekerja kasar (blue
colar). Pendapatan yang seharusnya dipakai untuk membeli protein atau makanan,
harus melayang jdi asap rokok.
5. Makin meningkatnya masalah passive smoking
Lingkungan kerja atau tempat tinggal (kamar) yang semakin tertutup memungkinkan
terjadinya pengaruh passive smoking. Udara yang tercemar oleh perokok akan
mencemari orang yang tidak merokok disekitarnya. Beberapa penyelidikan menunjukkan
bahwa anak-anak yang orang tuanya merokok akan mudah menderita penyakit gangguan
pernapasan.
6. Tobacco can kill in two dozen way
Kandungan karsinogen dan zat lainnya yang beribu-ribu banyaknya menyebabkan rokok
dapat membunuh dengan berbagai cara. Sudah terbukti hubungan kausal rokok dengan
kanker pancreas, kanker serviks uteri, kanker kandung kencing dan ginjal.
7. Pengiriman rokok ke Negara-negara berkembang
Sebanyak 5,5x1000.000.000.000 rokok di produksi di dunia pada tahun 1994 di mana
50% dibuat di Cina, AS, Jerman dan Japan. Negara maju mendapatkan uang dengan
mengekspor rokok, dan Negara miskin membakar uang dengan mengisap rokok.
Pengiriman rokok ini disertai dengan reklame atau kampanye rokok yang gencar
diselubungi dengan gaya yang menarik dan persuasive. Dipakailah tokoh atau idola
remaja (penyanyi, artis, kelompok music, tokoh masyarakat) sebagai remaja ideal dengan
rokoknya. Rokok ditampilkan sebagai sesuatu yang baik, tergambar dalam identifikasi
rokok sebagai suatau yang nikmat, tampan, berani, macho, trendi, kompak, santai,
optimistis, kreatif, penuh petualangan, dan penuh kebanggaan.

2.5 Merokok Sebagai Faktor Risiko

Menurut WHO, ada 4 macam penyakit kronis yang tergolong PTM utama yaitu, penyakit
kardiovaskular(serangan jantung dan stroke), kanker, penyakit paru kronik (PPOK, asthma) dan
diabetes.80% kematian PTM disebabkan oleh penyakit: kardiovaskuler (17 juta),kanker (7.6
juta),pernafasan (4.2 juta), dan diabetes (1.3 juta).Salah satu faktor risiko ke-4 PTM tersebut
adalah mengkonsumsi rokok. Selain itu, ada faktor pendukung lain yaitu non-aktivitas fisik,
minuman beralkohol dandiet tak sehat. Menurut Depkes (2007), penggunaan rokok merupakan
salah satu faktor risiko terbesar pada penyakit tidak menular.

Berdasarkan penelitian, 87% dari 430,000 kematian orang dewasa per tahun diakibatkan
oleh arol (asap rokok oranglain/ lingkungan) disebabkan penyakitjantung iskemik.Pemahaman
masyarakat akan arolsebagai penyebab penyakit jantungiskemik sangat rendah
dibandingkanpemahaman terhadap arol sebagai penyebabkanker paru. Penyakit jantung iskemik/
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penumpukan plak di arteri jantung yang dapat
menyebabkan serangan jantung (American Heart Association,2013).

Tembakau berada pada peringkat utama penyebab kematian yang dapat dicegah di dunia.
Merokok juga merupakan penyebab kematian satudari 10 kematian orang dewasa di seluruh
dunia, serta mengakibatkan 5,4juta kematian pada tahun 2006, ini berarti rata-rata satu kematian
setiap 6,5detik (Jia-Xiang, 2014). Lebih lanjut Dr. Agus mengungkapkan bahwa pasienpenderita
kanker paru, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), stroke, danjantung koroner, kebanyakan
adalah perokok (Kompas, 25 Mei 2016).

Menurut data dari situasi rokok Indonesia (Wijaya, 2013) beberapa penyakit tidak
menular yang diakibatkan oleh kegiatan merokok,diantaranya adalah:

1. 90% penyakit kanker paru-paru pada pria dan 70% pada wanita.

2. 56-80% penyakit saluran pernafasan (brokhitis kronis dan pneumonia).


3. 22% penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah lainnya.

4. 50% impotensi pada pria.

5. Infertilitas pada wanita baik sebagai perokok aktif maupun pasif.

6. Abortus spontan, bayi berat lahir rendah, bayi lahir mati dan komplikasi

melahirkan lainnya pada wanita.

7. Meningkatkan infeksi saluran pernafasan, penyakit telinga tengah, asma

atau sudden infant death syndrome (SIDS) pada bayi dan anak-anak.

Merokok dapat merubah metabolisme khususnya dengan meningkatnya kadar kolersterol


darah, di samping itu dapat menurunkan HDL. Tingginya kadar kolesterol darah mempunyai
pengaruh yang besar terhadap terjadinya PJK (Arief, 2011).Penelitian Framingham dalam Anwar
(2004), memaparkan bahwa kematian mendadak akibat PJK pada laki-laki perokok 10x lebih
besar dari pada bukanperokok dan pada perempuan perokok 4,5x lebih tinggi dari pada bukan
perokok. Halini disebabkan meningkatnya beban miokard yang dipicu oleh katekolamin
danmenurunnya komsumsi O2 akibat inhalasi CO sehingga menimbulkan
takikardi,vasokonstriksi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah
danmerubah 5-10% Hb menjadi karboksi -Hb. Semakin sering menghisap rokok
akanmenyebabkan kadar HDL kolesterol makin menurun. Efek merokok ini akanberdampak
langsung pada peningkatan tingkat diabetes disertai obesitas danhipertensi, sehingga orang yang
merokok cenderung lebih mudah terjadi prosesaterosklerosis dari pada yang bukan perokok
(Arief, 2011).Selain itu ada banyak lagi penyakit penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok
bahkan dapat menyebabkan kematian.

Beberapa penyakit dimana rokok dianggap sebagai faktor risiko penting (Bustan, M.N.,
2007:209),yaitu :

1. Batuk menahun
2. Penyakit paru seperti penyakit paru obstruktif menahun (PPOM), bronlhitis, dan
empisemi
3. Ulkus peptikum
4. Infertility
5. Gangguan kehamilan, bias berupa keguguran, kehamilan luar Rahim
6. Artherosklerosis sampai penyakit jantung coroner
7. Beberapa jenis kanker seperti kanker mulut, kanker paru, kanker system pernapasan
lainnya. Juga kanker kandung kemih, pancreas, atau ginjal
Yang baru dutemukan adalah rokok mempertinggi kerentanan dan mempercepat
seseorang mendapat AIDS, misalnya yang seharusnya menderita AIDS dalam
setahun, karena merokok, AIDS akan dating dalam setengah tahun.

2.6 Penelitian Epidemiologi Pengaruh Rokok


Berdasarkan pengamatan epidemiologi dan pada banyak penelitian memperlihatkan
bahwa nikotin memberikan pengaruh yang membahayakanbagi kesehatan manusia.Nikotin
berpengaruh dalam meningkatkan faktorfaktoragresif, melemahkan faktor-faktor pertahanan dan
menekanpengaruh pengobatan.Walaupun banyak pengamatan yang menghasilkanhasil yang
bertentangan, namun sangat banyak bukti nyata bahwa nikotin pada kenyataannya berbahaya
bagi kesehatan tubuh.
Ada beberapa penelitian menurut Bustan, M.N., 2007:209-210 yang menyangkut
pengaruh rokok terhadap terjadinya penyakit :
1. Penelitian utama dan pertama yang dilakukan oleh Dr. Richard Doll and Dr. A.B. Hill
di inggris tahun 1951-1956. Penelitian itu menunjukkan pengaruh rokok terhadap
kanker paru dan tingginya kematian di antara dokter di inggris.
2. Framinghab Study juga menilai pengaruh rokok terhadap penyakit jantung dan rokok
termasuk tiga besar penyebab penyakit jantung coroner.
3. Surgeon General DepKes AS. Melakukan penelitian bertahun-tahun untuk sampai
pada kesimpulan tentang berbagai penyakit yng berkaitan dengan rokok.
Hasil pengamatan terhadap suatu populasi perokok menunjukkan bahwa adanya
kecenderungan perokok untuk terus mengkonsumsi rokokyang dapat menyebabkan kerusakan
potensial terhadap kesehatan.Kerusakan kesehatan ini terutama diakibatkan dari kandungan tar
dannikotin. Mulai dari kandungan yang rendah dalam rokok dan kerusakanmeningkat dengan
meningkatnya kadar tar dan nikotin, terlebih lagi biladiikuti dengan meningkatnya level
konsumsi rokok (Martin et al., 2001).
Pengaruh Merokok terhadap Saluran Pernafasan dan Paru-paru
Asap rokok dengan senyawa aktif senyawa tar dan nikotin, akan mengalami reaksi-reaksi
yang bermula dari masuknya asap rokok dalam alveolus paru-paru dan memberikan pengaruh
negatif pada gelembung paru-paru (Masashi et al., 2001; Etsuro et al., 1999; Ofulue et al.,1998;
Carnevali et al., 1998; Y-Hong dan Duncan, 1999). Pada pengamatan terhadap kadar nikotin
yang terdapat dalam rokok, yang beredar di Amerika di bawah pengawasan Federal Trade
Commision (FTC), diperoleh bahwa pada seorang perokok sedang terdapat 48,6 mL nikotin
dalam sekali isap dan 44,1 mL pada perokok ringan (perokok pasif) (Mirjana et al., 2001). Suatu
jumlah yang cukup besar dari senyawa nikotin yang dapat masuk kedalam tubuh
seseorang.Ditambah lagi dengan sifat alveolus yang mempunyai afinitas yang besar terhadap
penyerapan nikotin, yang memperbesar penyerapan senyawa nikotin ke dalam jaringan
tubuh.Sel-sel fibroblas dan epitelia dari paru-paru menunjukkan afinitas yang besar terhadap
nikotin, dengan adanya nicotinic acetylcholine binding sites yang larut dalam cairan sel (Sharon
et al., 2000).
Suatu penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa perokok pasif yang berada pada
lingkungan asap rokok (pengamatan terhadap wanita yang bersuamikan perokok) akan
mendapatkan dan memetabolisme 4-(methylnitrosamin)-1-(3-pyridyl)-1-butanone (NNK) yang
merupakan senyawa karsinogenik spesifik dari rokok (Kristin et al., 2001; liu et al., 1993;Alaoui-
Jamali et al., 1991). Dijelaskan pula bahwa hal ini dapat menyebabkan meningkatnya risiko
terkena kanker paru-paru pada perokok pasif tersebut.Hasil metabolisme NNK yang dikeluarkan
melalui urine berada dalam bentuk senyawa 4-(methylnitrosamin)-1-(3-pyridyl)-1-butanol
(NNAL) dan NNAL-Glucuronide (Liu et al., 1993; Alaoui-Jamali et al., 1991). Berdasarkan
perhitungan kadar NNAL dan NNAL-Gluc dalam urin perokok pasif tersebut diketahui bahwa
tingkat risiko terkena kanker paru-paru pada perokok pasif tersebut adalah 1%-2% lebih tinggi
daripada si perokok (Kristin et al., 2001).
Selain menginduksi kanker, konsumsi nikotin dapat menyebabkan peradangan pada paru-
paru dan saluran pernafasan. Glutation (GSH) merupakan senyawa antioksidan sebagai
pelindung fital dari intra- dan ekstra seluler dalam paru-paru. Menurunnya metabolisme GSH
dalam alveolus dan paru-paru merupakan penyebab utama dari banyak kasus radang paru-paru
(Irfan dan William, 1999). Diterangkan juga bahwa pada perokok kronis (menahun), terjadi
peningkatan GSH pada cairan dinding epitel paru-paru, tapi pada perokok akut (mendadak tapi
parah) tidak didapatkan GSH (habis) pada sel. Dengan terjadinya peradangan pada paruparu dan
saluran pernafasan dapat menginduksi rusaknya elastisitas paru-paru. Gangguan berupa
hipersekresi mukus dari sel-sel goblet menandakan terjadinya gangguan kronis terhadap paru-
paru. Pernafasan pada udara asap rokok, mengakibatkan peningkatan sekresi mukus oleh sel
goblet(Masashi et al., 2001; Kiyoshi et al., 2001).
Dalam hal ini nikotin berpengaruh pada peningkatan aktivitas dari epidermal growth
factor receptors (EGFR) yang menginduksi sintesis mukus yang berlebihan yang mengakibatkan
hipersekresi mukus dari sel-sel goblet saluran pernafasan (Kiyoshi et al.,2001). Eksudasi plasma
ke dalam jaringan, akumulasi monosit dan netrofil, dan kerusakan jaringan ikat dari saluran
pernafasan juga merupakan ciri dari penyakit saluran pernafasan kronis akibat merokok (Etsuro
et al., 1999; Carnevali et al., 1998; Y-Hong dan Duncan, 1999).Terjadinya peradangan sel
berkorelasi dengan terjadinya fibrosis (pembentukan berlebih dari jaringan ikat). Kehadiran asap
rokok menyebabkan fibroblas paru-paru melepaskan netrofil dan monosit sebagai respon
terhadap asap rokok, dan hal ini dapat mengarah kepada terjadinya peradangan sel paru-paru
(Etsuro et al., 1999). Kerusakan lain yang dapat ditimbulkan akibat merokok adalah emphysema
(melebarnya gelembung paru-paru) yang diinduksi oleh rusaknya elastisitas mengembang dan
mengempisnya paru-paru dalam proses pernafasan (Irfan dan William, 1999; Etsuro et al., 1999;
Ofulue et al.,1999).
Asap rokok dapat menginduksi kerusakan pada elastisitas paru-paru (sehubungan dengan
level elastin-derived peptides dan desmosin) danmengakibatkan emphysema (Ofulue et al., 1999;
Ofulue et al., 1998). Dalam hal ini makrofag lebih merupakan faktor patogen kritis dari pada
netrofil yang diinduksi asap rokok dalam terjadinya emphysema paru-paru (Ofulue et al., 1998).
Dengan terjadinya kerusakan elastisitas paru-paru ini dapat mengakibatkan waktu yang
diperlukan untuk aktivitas pernafasan menjadi meningkat. Waktu yang dibutuhkan oleh aktivitas
macrophage-directed elastinolytic dalam paru-paru meningkat dengan terjadinya perkembangan
emphysema yang diinduksi oleh asap rokok (Etsuro et al., 1999; Ofulue etal., 1999; Ofulue et al.,
1998). Asap rokok dapat menghambat kontraksi dari fibroblast-mediated gel yang diakibatkan
oleh komponen volatil asap rokok yang mengurangi produksi fibroblast fibronectin.
Penghambatan oleh asap rokok ini dapat menyebabkan bertambahnya waktu yang dibutuhkan
oleh aktivitas macrophage-directed elastinolytic dalam paru-paru dan timbulnya penyakit
emphysema (melebarnya gelembung alveolus) paru-paru (Carnaveli et al., 1998).
Pengamatan terhadap pengaruh merokok terhadap eksudasi plasma dari pembuluh darah
ke jaringan, Yu-Hong dan Duncan (1999) menemukan bahwa kehadiran senyawa morfin dalam
rokok memberikan pengaruh yang berbeda dari pengaruh yang ditimbulkan oleh rokok tanpa
morfin. Dikatakan bahwa morfin reseptor berupa -opioid-receptor (DAMGO) berpengaruh
pada penghambatan eksudasi plasma (merembesnya plasma darah ke jaringan paru-paru) oleh
asap rokok, sedangkan  (DPDPE)- receptor, dan  (U-50488H)-receptor tidak memberi
pengaruh tersebut. Reseptor DPDPE menahan penghambatan DAMGO terhadap eksudasi, dan
kombinasi keduanya dapat meningkatkan eksudasi.Pengaruh penghambatan dan peningkatan
eksudasi ini ditekan oleh antihistamin yang dilepaskan oleh sel mast sebagai penetral racun
sodium cromoglycate (Y-Hong dan Duncan, 1999).
Pengaruh Merokok dalam Menginduksi Kanker
Pada pengamatan terhadap nikotin dalam menginduksi kanker, didapatkan bahwa Nikotin
ditemukan secara signifikan menstimulus sintesis DNA dan proliferasi sel endotelia (Amparo,
1998).Terbentuknya kanker dikaitkan bermula terbentuknya radikal bebas dari senyawa nikotin
yang masuk ke dalam paru-paru seseorang. Senyawa nitrosamin yang merupakan senyawa
karsinogenik utama dari rokok (Liu et al., 1993) tidak saja berhenti di paruparu tapi kemudian
akan masuk ke dalam saluran darah dan oleh darah senyawa ini dialirkan ke seluruh jaringan
tubuh, baik itu ke otak, jantung, hati, alat pencernaan makanan dan jaringan tubuh lainnya.
Senyawa ini akan meningkat dengan meningkatnya nitrogen oksida (NOx) N-nitrosamin volatile
(VNA), dan tobaco-specific N-nitrosamin (TSNA) dalam asap rokok. Selama pernafasan udara
rokok, nitrogen oksida yang terdapat dalam asap rorkok merupakan prekursor penting pada
pembentukan endogenous N-nitrosamin bagi mereka yang menghirup udara rokok (perokok
pasif) (Adams et al.,1984).
Pembentukan kanker paru-paru oleh nikotin adalah dengan terjadinya gangguan pada
pertumbuhan sel dalam saluran pernafasan. Pertumbuhan abnormal dari sel goblet pada saluran
pernafasan terjadi pada pasien yang menderita gangguan pernafasan (Frank et al., 2000; Mirjana
et al., 2000; Sharon et al., 2000). Pemberian nikotin pada hewan percobaanmenunjukkan adanya
peningkatan jumlah sel goblet dan peningkatan level platelet-activating factor (PAF), eosinofil,
dan netrofil dalam cairan alveolus paru-paru (Mirjana et al., 2000; Sharon et al., 2000; Masashi
et al., 2001).Peningkatan sel goblet tersebut terjadi karena induksi nikotin terhadap PAF yang
mempunyai peranan pada pertumbuhan abnormal dari sel goblet (Masashi et al., 2001). Diantara
pengaruh induksi terhadap kanker yang ditimbulkan oleh merokok adalah peningkatan aktivitas
gastrin-releasing peptide receptor (GRPR) pada saluran pernafasan yang berkaitan dengan respon
proliferasi sel paru-paru terhadap penggunaan tembakau menahun (Sharon et al.,2000).
Peningkatan GRPR gen dapat meningkatkan kerentanan terhadap terkenanya kanker
paru-paru pada tubuh manusia. Gen GRPR terikat pada kromosom-X, dengan demikian ekspresi
gen GRPR lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria. Dijelaskan pula bahwa, keberadaan
nikotin dalam paru-paru dapat mengaktifkan gen GRPR pada wanita lebih awal, sehingga
dengan adanya dua bentuk aktivasi gen GRPR pada wanita, menyebabkan wanita lebih rentan
terhadap terkenanya kanker paru-paru dari pada pria (Sharon et al., 2000). Pengamatan pada
pekerja industri pewarna, didapatkan bahwa pada udara yang terkontaminasi dengan asap rokok
dijumpai adanya 4-aminobiphenyl (4-ABP). 4-ABP merupakan senyawa karsinogen yang
potensial bagi sel pembentuk kantung (misalnya: kantung alveolus paruparu).
Disamping itu senyawa ini juga dapat berikatan dengan hemoglobin. Senyawa ini akan
meningkat dengan meningkatnya level asap rokok pada udara yang dihirup selama pernafasan.
Hal ini menunjukkan bahwa, peningkatkan senyawa karsinogen 4-ABP pada perokok pasif akan
meningkatkan pula terbentuknya ikatan 4-ABP dengan hemoglobin (Hammond et al., 1993).
Dengan terbentuknya ikatan 4-ABP dengan hemoglobin berpengaruh pada fungsi dari
hemoglobin sebagai pengangkut oksigen.Dari pemberian nikotin secara oral pada hewan
percobaan dapat menginduksi pertumbuhan tidak normal dari sel endotelia pada pembuluh darah
aorta (Booyse et al., 1981). Bentuk abnormal yang diperlihatkan diantaranya adanya peningkatan
sitoplasma sel dan meningkatnya pembentukan mikrovili pada sel. Dikatakan pula pemberian
nikotin tersebut juga berpengaruh pada peningkatan kadar LDL-kolesterol, total kolesterol,
trigliserida, dan glukosa dalam darah yang dapat mengarah pada terjadinyaarterosklerosis atau
terjadinya pembentukan plag pada bagian dalam pembuluh darah (Liu et al., 1993; Nalini et al.,
1997).
Pengaruh Merokok terhadap Pencernaan Makanan
Nikotin meningkatkan faktor agresif lambung dan melemahkan faktor-faktor pertahanan;
nikotin meningkatkan sekresi asam dan pepsin, motilitas lambung, aliran balik dari garam
empedu, bahaya infeksi pada pylori oleh Helicobacter, meningkatnya radikal bebas,
meningkatkan aktifasi pembentukan platelet, pengaruh terhadap perbanyakan endotelia dan
sekresi vasopressin (hormon yang berfungsi mengurangi pembentukan kemih dan meningkatkan
tekanan darah). Disamping itu, nikotin menekan pengaruh pengobatan dan meningkatkan sintesis
prostaglandin, aliran darah mukosa lambung, sekresi mukus, dan sekresi epidermal growth factor
(EGF) (Benowitz et al., 1989; Connolly et al., 1986; Grady et al., 1990; Martin et al., 2001).
Banyak kasus klinis dari asap rokok yang membuktikan bahwa penggunaan rokok yang terus
menerus dapat menyebabkan luka pada lapisan mukosa saluran pencernaan dan terjadinya
peradangan (Benowitz et al.,1989; Connolly et al., 1986; Grady et al., 1990).
Pengamatan histologi terhadap saluran pencernaan hewan percobaan menunjukkan
adanya pendarahan dari vena postcapillary yang mengarah pada kerusakan fungsi jaringan
(Grady et al., 1990). Bentuk kerusakan lain yang ditimbulkan asap rokok yaitu dengan
menginduksi kerusakan lambung melalui ethanolinduced gastric damage yang berakibat pada
menurunnya prostaglandin E2, meningkatanya aktivitas myeloperoksidase, dan meningkatnya
akumulasi netrophil dalam mukosa lambung. Asap rokok berpotensi menyebabkan luka yang
diinduksi oleh etanol. Hal yang sama dengan yang ditimbulkan oleh fraksi asap rokok berfilter
yang juga menghalangi penutupan luka (Chow et al., 1990; Raud et al., 1990). Selain itu rokok
juga dapat menimbulkan gangguan pada pergerakan lambung.Gangguan yang ditimbulkannya
adalah dengan menyebabkan terjadinya perlambatan gelombang peristaltik.Nikotin
menyebabkan timbulnya antral hypomotility (melemahnya gerakan lambung) pada perokok dan
terutama perokok pasif, nikotin dapat menyebabkan timbulnya prostaglandin-dependent gastric
dysrythmias (Kohagen et al., 1990).
Disebutkan pula bahwa, hal tersebut berakibat pada ritmik yang salah dari gerakan
lambung yang disebabkan oleh prostaglandin yang hanya diderita oleh perokok pasif.Selain itu,
mengkonsumsi rokok juga dapat memperlambat penyembuhan luka pada lapisan mukosa
lambung dengan terjadinya penurunan angiogenesis, proliferasi sel, dan sekresi mukus. Efek
merusak dari asap rokok pada penutupan luka adalah tidak langsung. Dalam hal ini nikotin
menekanan biosintesi EGF (epidermal growth factor) dan ekspresi mRNA dalam kelenjar ludah
dan mukosa lambung. Sementara EGF mempunyai peranan penting dalam angiogenesis,
proliferasi sel, dan sekresi mukus dalam proses penutupan luka (Ma et al., 1990). Dengan
berkurangnya biosintesa EGF oleh nikotin dapat menekan proses angiogenesis, proliferasi sel
dan sekresi mukus dalam proses penutupan luka.
Pengaruh Merokok terhadap Fungsi Hati
Nikotin yang diserap ke paru-paru, oleh darah dibawa ke hati.Hati merupakan organ
utama yang mematabolisme nikotin.Salah satu bentuk hasil metabolisme nikotin adalah senyawa
metabolit N-nitrosamin dalam bentuk 4-(methyl-nitrosamino)-1-(3-pyridyl)-1-buthanone (NNK)
merupakan senyawa karsinogen yang kuat (Alaoui-Jamali et al., 1991). Berkurangnya
metabolisme nikotin pada hati sirosis disebabkan oleh berkurangnya cytochrome P450 (CYP)
dan level ekspresi protein flavin-containing monooksigenase dalam hati (Miki et al., 1998).
Dikatakan pula bahwa CYP berfungsi mengubah nikotin menjadi kotinin dan flavin-containing
monooksigenase berfungsi mengubah nikotin menjadi nicotine-1,-N-oxide.Bentuk-bentuk
senyawa metabolit dari degradasi nikotin merupakan senyawa toksik yang berpengaruh pada
metabolisme di hati dan menyebabkan kerusakan pada hati (Miki et al., 1998; Eugene et al.,
1999).
Sementara diketahui bahwa komponen volatil dan spesifik tembako nitrosamin
berkolerasi positif dengan kandungan tar dan nikotin pada asap rokok (Martin et al., 2001;
Eugene et al., 1999), dan nitrosamin, terutama nitrosamin spesifik dari tembako berhubungan
erat dengan meningkatnya risiko terhadap kanker hati pada hewan percobaan (Eugene et al.,
1999). Dijelaskan pula bahwa hal tersebut terjadi dengan adanya induksi aktivitas
hepatocarcinogenic dari nitrosodimethylamine oleh ophisthrochis viverrini (OV) yang meningkat
sebagai pengaruh dari tembakau. Sementara CYP 1A(dari paru-paru dan ginjal) meningkat
mencapai maksimal dalam darah dengan adanya nikotin dalam plasma darah (Michael et al.,
1999). Dengan terdapatnya senyawa-senyawa yang bersifat menginduksi kanker hati dalam
udara asap rokok, penggunaan udara tersebut oleh perokok pasif juga dapat menginduksi kanker
hati dalam tubuhnya. Lingkungan dengan asap tembakau dapat menyebabkan kanker hati pada
hewan percobaan dan merupakan penyebab kanker hati yang potensial yang berkaitan dengan
pembentukan radikal bebas yang bersifat oksidatif kuat (Witschi et al., 1997; Witschi et al.,
1997).
Pengaruh Merokok terhadap Fungsi Jantung dan Sirkulasi Darah
Rokok diketahui menginduksi berbagai pengaruh terhadap kardiovaskular dan sistem
hormonal dalam tubuh manusia (Karnel et al., 1984; Karnel et al., 1987; McGill, 1988;
Benowitz, 1997; Ball dan Turner,
1974; Baer dan Radichenic, 1985). Pemberian nikotin dapat menyebabkan pelepasan
beberapa hormon (Cryer et al., 1976; Baer dan Radichenic, 1985) dan menyebabkan
meningkatnya tekanan darah, detak jantung, cardiac output, dan pemakaian oksigen (Karnel et
al., 1984; Karnel et al., 1987; McGill, 1988; Benowitz, 1997; Ball dan Turner, 1974). Dengan
merokok dapat mengakibatkan perubahan pada morfologi dan fungsional dari saluran
darah.Terjadinya morfologi yang abnormal, pembengkakan sel endotelia, edema yang menjalar
pada sub endotelia, pendarahan pada subendotelia, dan meningkatnya makrofag subendotelia
pada dinding pembuluh darah arteri (Bonham et al., 1995; Colerige et al., 1998; Colerige et al.,
1984; Lin et al., 1993). Pemberian asap rokok kepada hewan percobaan dan monolayers sel
endotelia, akan meningkatkan permeabilitas lapisan basal terhadap protein plasma (Lin et al.,
1993; Bonham et al., 1996; Ho dan Lee, 1998; Jensen et al., 1992) dan merubah nitrit oksida
sintase dari arteri peripheral (Ekwo et al., 1983; Fox Bonham et al., 1993) dan pelebaran pada
arteriol resisten (Rubinstein et al., 1991). Pengaruh toksik dari asap rokok berkaitan dengan
dihasilkannya radikal oksigen yang dapat menginaktifkan nitrit oksida, yang berpengaruh pada
meningkatnya permeabilitas mikrovaskular.
Peningkatan permeabilitas mikrovaskular memungkinkan terjadinya efflux
macromolecular dari dalam mikrovaskular ke jaringan (Mayhan dan Sharpe, 1998).Pengamatan
histologi terhadap pembuluh vena hewan percobaan menunjukkan adanya pendarahan dari vena
postcapillary yang mengarah pada endema pada sela jaringan dan kerusakan fungsi jaringan
(Rubinstein et al., 1992). Dalam hal ini sedikit asap tembakau dapat meningkatkan produksi
bradikinin dan berkurangnya jaringan eksogenus enzim angiotensin I converting (ACE).
Sementara ACE berperan dalam mengatur efek edemagenic dari bradikinin dan menghambat
perembesan makromolekul ke jaringan. Dengan demikian kehadiran asap tembakau dapat
menyebabkan merembesnya makromolekul dari pembuluh vena kejaringan melalui penekanan
terhadap jaringan dan aktivitas ACE (Xiao-Pei et al., 1997; Rubinstein et al., 1992; Yong et al.,
1992). Bradikinin merupakan senyawa peptid dalam plasma darah yang berfungsi sebagai
vasodilatator yang kuat meningkatkan permeabilitas pembuluh kapiler dan dengan demikian
menyebabkan edema (Ramali dan Pamoentjak, 2000).Ditemukan juga bahwa konsumsi nikotin
melalui rokok dapat menginduksi ganguan kesehatan pada perokok pasif dengan terjadinya
peningkatan plasma endotelin-1 (ET-1) (Claudio et al., 1997).
Peningkatan plasma endotelin ini terjadi setelah terjadinya peningkatan plasma
vasopressin (hormon yang berfungsi mengurangi pembentukan kemih dan meningkatkan tekanan
darah).Peningkatan plasma endotelin-1 dapat menyebabkan terjadinya patogenesis dari beberapa
kelainan pada kardiovaskular.Hal ini dapat terjadi sehubungan dengan sifat plasma endotelin-1
yang merupakan suatu peptida yang bersifat vasoconstrictor (unsur penyempit pembuluh darah)
yang kuat dan berpengaruh pada pertumbuhan otot halus dan sel otot dari jantung (Claudio et al.,
1997). Pemberian nikotin berpengaruh pada peningkatan kadar LDL-kolesterol, total kolesterol,
trigliserida, dan glukosa dalam darah yang dapat mengarah pada terjadinya aterosklerosis (Nalini
et al., 1997; Claudio et al., 1997). LDL (low density lipoprotein) dalam darah yang teroksidasi
diketahui merupakan senyawa aterogenic. Di dalam asap rokok umumnya ditemukan nitrit
oksida, nitrogen dioksida, radikal lemak, radikal lemak peroksi, beberapa aldehid dan polifenol
(Witschi et al., 1997; Kannel et al., 1984). Senyawa-senyawa tersebut dapat berperan sebagai
substrat yang memediasi oksidasi peroksida. Disamping itu antioksidan yang terdapat dalam
ekstrak asap rokok berperan sebagai prooksidan. Dengan demikian pengaruh dari nikotin pada
risiko terkenanya aterosklerosis adalah dengan meningkatkan oksidasi LDL melalui peningkatan
H2O2 dan myeloperoksidase, serta peran darisenyawa-senyawa nitrit oksida, nitrogen dioksida,
radikal lemak, radikal lemak peroksi, beberapa aldehid dan polifenol sebagai mediator oksidasi
peroksida (Nalini et al., 1997).
Pengaruh Merokok terhadap Jaringan Saraf
Rokok terbukti merupakan faktor utama yang membahayakan kesehatan melalui
timbulnya penyakit coronary dan cerebrovascular.Gangguan yang ditimbulkannya berupa
ganguan pada arteri coronary dan sirkulasi darah otak, sehingga menyebabkan berkurangnya
aliran darah otak dan mengakibatkan stroke (Volodymyr et al., 1997; Carla et al., 1997).Dalam
hal ini dijelaskan bahwa nikotin menginduksi pembentukan senyawa aktif yang dapat
mengganggu aliran darah dengan menginduksi terjadinya peradangan dalam pembuluh darah
(Sharon et al., 2001; Jennifer et al., 2001). Gangguan yang ditimbulkan pada pembuluh darah
tersebut dapat menyebabkan vasoconstrictive dan patologi seluler seperti pada pengubahan
kestimbangan Ca2+ pada pembuluh arteriol otak yang dapat menyebabkan stroke (Sharon et al.,
2001; Volodymyr et al., 2001; Jennifer et al., 2001). Menurut Jennifer et al. (2001), nikotin dapat
menyebabkan timbulnya pelepasan transmiter dari synaptosome. Sementara synaptosome
merupakan bagian fungsional dari reseptor ecetylcholine presynaptic dan chanel calsium.
Senyawa metabolit nikotin yang berperan di sini adalah nornikotin (Omar et al., 2001; Peter et
al., 1997; Aditama, 1992).
Nornikotin merupakan senyawa aktif yang ada pada otak setelah pemberian nikotin
periferal (subcutan). Pemberian nikotin yang berulang selama 21 hari akan meningkatkan
akumulasi nornikotin dalam otak sebanyak 4 kali lipat (Omar et al., 2001). Dengan demikian
pemakaian nikotin yang terus menerus dapat menyebabkan pengaruh neurofarmakologi pada
otak oleh metabolit nikotin dalam bentuk nornikotin (Hitoshi et al., 1997). Salah satu bentuk
neurofarmakologi yang ditimbulkan oleh nikotin adalah terjadinya syncopalpada
seseorang.Hitoshi et al. (1997) melakukan pengamatan pada seorang laki-laki berusia 77 tahun
yang menderita syncopal, ditemukan bahwa nikotin dapat menyebabkan terjadinya syncopal
yang berulang.
Dalam hal ini, dikatakan bahwa nikotin dan orthostatic hypotension berperan penting
pada vasokonstriksi dari pembuluh darah ke otak, dan ini mengakibatkan berkurangnya aliran
darah ke otak.Dengan berkurangnya aliran darah keotak dapat menyebabkan terjadinya syncopal
berulang pada penderita tersebut (Hitoshi et al., 1997). Dijelaskan pula bahwa vasodilatasi dari
arteriol pada jaringan otak melemah dengan penggunaan rokok yang terus menerus.Melemahnya
vasodilatasi disebabkan oleh meningkatnya produksi NO (nitrit oksida) dan aktifasi jalur-
hubungan K+ (Hitoshi et al., 1997).Mami et al. (1998) menemukan bahwa, terjadinya
vasokonstriksi pada pembuluh darah otak, sebagian disebabkan oleh tromboksan A2 yang
diinduksi oleh nikotin. Dalam hal ini, meningkatnya produksi NO (nitrit oksida) dan aktifasi
jalur-hubungan K+ serta meningkatnya thromboksan A2 yang disebabkan oleh nikotin
memberikan pengaruh yang sinergis pada terjadinya vasokonstriksi pada pembuluh darah otak,
sehingga memperbesar terjadinya stroke akibat merokok.

2.7 Pengendalian Rokok


Strategi MPOWER rekomendasi WHO, dapat mengatasi epidemi tembakau dan kematian
yang disebabkannya. Ada enam strategi mengatasi epidemi tembakau yaitu :
• Monitor penggunaan tembakau & prevensinya
• Perlindungan terhadap asap tembakau
Dukungan terhadap larangan merokok menyeluruh di tempat umum.
• Optimalkan dukungan untuk berhenti merokok
Terapi berhenti merokok, motivasi dan dukungan penuh dari lingkungan.
• Waspadakan masyarakat akan bahaya tembakau
Peringatan di bungkus rokok, terutama bila memakai gambar/foto di setengah
bungkusnya.
• Eliminasi iklan, promosi & sponsor terkait tembakau.
• Raih kenaikan cukai untuk tembakau.
Berbagai aturan internasional dan nasional telah dilakukan, misalnya PP NO. 19 Tahun
2003 dan Peraturan Gubernur DKI No. 75/2005, namun perilaku merokok dan perdagangan
rokok jalan terus.(Bustan,M.N., 2007:211)

2.8 Berhenti Merokok

Dalam buku Bustan,M.N, 2007:211 dikatakan bahwa 90% perokok pernah mencoba
untuk berhenti merokok tetapi sangat kurang yang berhasil untuk menghentikannya.

Berhenti merokok mungkin dengan cara :

1. Menurunkan jumlahnya secara bertahap


2. Berhenti ‘cold turkey’; berhenti segera
3. Mencarikan bentuk penggantiannya, misalnya gula-gula
4. Dan berbagai cara lainnya

Menurut Walter S. Ross dalam buku Bustan,M.N., 2007 mengemukakan sepuluh hokum
untuk berhenti merokok :

1. Untuk berhenti merokok harus dengan kemauan keras


2. Merokok adalah sesuatu yang dipelajari. Tidak ada orang yang lahir sebagai perokok
3. Diperlukan jangka waktu yang lama untuk mengembangkan kebiasaan merokok
4. Jangan mencoba berhenti merokok sebelum memahami mengapa anda merokok dan apa
motif untuk berhenti
5. Berhentilah dengan ‘cold turkey method’ tetapi banyak juga cara perlahan-lahan
6. Jangan bandingkan diri anda dengan perokok lainnya
7. Berhenti merokok tidak selalu gampang
8. Berhenti merokok tidaklah seharusnya terlalu sukar dan tidak pula terlalu menyiksa
9. Tidak ada sihir atau sunglap untuk menjauhkan diri dari merokok segera
10. Merokok dan berhenti merokok itu adalah masalah pribadi
Keinginan untuk hidup sehat, panjang umur, terbebas dari gangguan kesehatan maupun
penyakit mendorong perokok untuk terlepas dari penderitaannya.Alasan berhenti merokok bisa
dipengaruhi faktor kesehatan, keluarga, dan organisasi keagamaan.Faktor kesehatan yaitu
munculnya gangguan-gangguan seperti hipertensi, nyeri dada, demam tinggi maupun
batuk.Sementara itu penolakan anggota keluarga terhadap perokok mengakibatkan ada usaha
keras untuk berhenti merokok. Faktor keluarga sebagai alasan berhenti merokok termasuk
keprihatinan melihat anak dan istri yang mengikuti jejaknya sebagai perokok serta adanya balita
di rumah yang akan terkena pengaruh negatif asap rokok. Sementara itu, faktor organisasi
keagamaan menyangkut organisasi keagaamaan yang dianutnya menjadi faktor penting dalam
hidupnya yang telah memberi pencerahan padanya agar menjauhi rokok, karena pengaruh negatif
dari rokok lebih besar daripada positifnya.
Cara yang ditempuh untuk berhenti merokok antara lain dengan metode pengobatan yaitu
mencari obat yang bisa menyembuhkan kecanduan terhadap rokok. Metode lain yaitu perubahan
perilaku yaitu seseorang berubah tanpa bantuan obat melainkan hanya berhenti begitu saja
melalui perubahan perilaku dengan menjauhi dan menghindari rokok. Metode ketiga yaitu
dorongan positif artinya memasukkan pikiran dan perilaku positif yang diinginkan. Ketiga
bentuk terapi yang dipilih untuk berhenti merokok dalam pelayanan kesehatan menurut
Kleinman termasuk dalam sektor populer, karena informasi pelayanan kesehatan yang dipilih
hanya didasarkan atas nasihat teman, keluarga, atau orang awam dan bukan dari kelompok
medis.
Untuk mewujudkan program berhenti merokok, tentu saja ada faktor yang
memudahkannya.Mereka berpikir bahwa mereka mampu untuk berhenti, maka berhentilah
mereka dari merokok.Kekuatan pikiranlah yang sangat menentukan perilaku mereka.Adanya
niat, tekad, kemauan, dan perubahan perilaku yang mendasari mereka untuk berhenti merokok.
Tanpa unsur-unsur di atas, maka kebiasaan merokok akan terus dilakukan. Karena itu,
dianjurkan adanya perubahan perilaku masyarakat dalam mengambil keputusan seperti halnya
ketika memutuskan baik ketika akan memulai maupun mengakhiri hidup dengan rokok.
Berhenti merokok menyebabkan mereka bertambah tahu apa itu bahaya rokok. Adanya
pengetahuan bahaya merokok yang disebarluaskan baik oleh pemerintah maupun LSM antirokok
diharapkan para perokok juga ada keinginan (niat) untuk berhenti merokok, sehingga kerugian
yang dialami oleh perokok pasif akan terlindungi.Berhenti merokok hanya bisa dilakukan dengan
niat.Tidak ada obat yang bisa menghilangkan kebiasaan itu.Kalaupun ada, sifatnya hanya
sementara dan harganya mahal sekali.Dengan bantuan orang-orang di sekitarnya, perokok bisa
meninggalkan kebiasaan buruknya.
Banyak orang mengatakan bahwa kenikmatan merokok sangat menyenangkan.Banyak
pula orang mengatakan sulit sekali untuk meninggalkan kebiasaan atau lebih tepatnya kecanduan
rokok.Mengapa dikatakan kecanduan, karena kebiasaan ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja
dan harus dipenuhi jika diinginkan serta rasa nikmat yang diburu.Padahal semua masyarakat dan
khususnya perokok itu sendiri tahu benar bahwa merokok itu berbahaya bagi kesehatan
khususnya paru- paru dan jantung, namun mereka masih tetap merokok. Inilah yang
mempertegas bahwa merokok masuk dalam
kategori kecanduan zat tertentu (nikotin) untuk menimbulkan rasa nikmat yang dalam
bagi pecandunya. Hanya dengan tekad yang serius untuk menolak semua ajakan dan keinginan
untuk merokok adalah sangat penting, karena dari titik inilah selalu dapat mawas diri (kontrol
diri) dalam setiap tindakan khususnya kecanduan rokok.Karena jika berkompromi dengan rokok,
maka sebenarnya manusia yang tidak dapat memegang teguh prinsip hidup pribadinya.Jadi,
tetaplah yakin bahwa kecanduan rokok mampu dihentikan dan tetap ingatlah selalu pada prinsip
hidup yang benar.Salah satunya adalah tidak merokok.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rokok memiliki banyak kandungan zat berbahaya.Asap rokok mainstream dikatakan
mengandung 4000 jenis bahan kimia. Bahan kimia ini dibedakan menjadi fase partikulat dan fase
gas.Fase partikulat terdiri daripada nikotine, nitrosamine, nitrosonornikotin, polisiklik
hidorkarbon, logam berat dan karsinogenik amine.Sedangkan, fase yang dapat menguap atau
seperti gas adalah karbon monoksida, karbon dioksida, benzene, amonia, formaldehid,
hidrosianida dan lain-lain.Kandungan zat berbahya dalam rokok dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit terutama pada penyakit kronis.Beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan
seperti penyakit kardiovaskular(serangan jantung dan stroke), kanker, penyakit paru kronik
(PPOK, asthma) dan diabetes.Dalam pengendalian rokok, WHO merekomendasikan strategi
MPOWER.Untuk berhenti merokok, seseorang perlu memiliki tekad dan keseriusan untuk
berhenti merokok.Selain itu, dukungan dari orang sekitar dan lingkungan juga diperlukan.

3.2 Saran
Agar masyarakat mulai berperilaku hidup sehat dengan menjauhi rokok serta memberi
dukungan dan motivasi kepada keluarga, teman dan orang disekitar untuk berhenti merokok.
DAFTAR PUSTAKA

Bustan, M.N.2007.Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Jakarta:Rineka Cipta

Irianto, Koes.2014.Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan


Klinis.Bandung:Alfabeta

Samsuri Tirtosastro. 2009. Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok.Jurnal


Penelitian.21(33):33-43

Dr. Rusdi Glugur .2010.Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Pada Perokok Aktif Dikelurahan
Helvetia Medan.Jurnal penelitian.21(73).1-10

Fawzani, Nurhidayatidan Atik Triratnawati.Juni 2005.TERAPI BERHENTI MEROKOK


(STUDI KASUS 3 PEROKOK BERAT). Journal UI. 9 (1): 15-22.

Nadila, Lula. 2016. Pengaruh Negatif Merokok terhadap Kesehatan dan Kesadaran Masyarakat
Urban.

Wibisana, Widyastuti.Rokok, faktor risiko utama PTM dan upaya pengendaliannya.WHO


Country Office Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai