Anda di halaman 1dari 63

i

PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP PARTISIPASI


POLITIK MASYARAKAT KABUPATEN TASIKMALAYA
DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH 2020
(Studi Deskriptif Masyarakat Desa Cipatujah)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
RAZIF ALGIFFARY SUKMA
1701030011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi yang diajukan oleh:


Nama : Razif Algiffary Sukma
NIM : 1701030011
Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas : Keguruan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Judul : Pengaruh Pandemi COVID-19 Terhadap Partisipasi
Politik Masyarakat Kabupaten Tasikmalaya (Studi
Deskriptif Desa Cipatujah)

Telah diterima dan disetujui


Purwokerto, Februari 2021
Pembimbing I

Wildan Nurul Fajar, M.Pd.


NIK. 2160466

Pembimbing II

Dr. Elly Hasan Sadeli, M.Pd.


NIK. 2160467
iii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, Shalawat

serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW.

Berkat limpahan dan rahmatnya penulis mampu menyelesaikan proposal

penelitian.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Wildan Nurul Fajar, M.Pd.

dan Bapak Dr. Elly Hasan Sadeli, M.Pd. atas petunjuk dan bimbingannya. Dalam

penyusunanan proposal penelitian ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa

terdapat kekurangan baik dari segi penyusun bahasa maupun segi lainnya. Oleh

karena itu dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang

membangun agar penulis dapat memperbaiki proposal ini lebih sempurna dari

sebelumnya.

Purwokerto, Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................ 11

C. Tujuan Penelitian................................................................................. 11

D. Manfaat Penelitian............................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 13

A. Tinjauan Tentang COVID-19 ............................................................. 13


...................................................................................................................

1. Pengertian COVID-19..................................................................... 13

2. Dampak COVID-19........................................................................ 13

3. Kebijakan Pemerintah..................................................................... 14

B. Tinjauan Tentang Partisipasi Politik Masyarakat ............................... 16

1. Pengertian Partisipasi Politik .......................................................... 16

2. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik ................................................... 18

3. Tipologi Partisipasi Politik ............................................................. 21

4. Pengertian Politik............................................................................ 24
vii

C. Tinjauan Tentang Pemilihan Kepala Daerah ...................................... 25

1. Pengertian Pemilihan Kepala Daerah.............................................. 25

2. Pengertian Pemilihan Umum .......................................................... 28

3. Asas-asas Pemilihan Umum............................................................ 29

4. Tahapan Pemilihan Kepala Daerah ................................................ 30

5. Syarat Pemilih Peserta ................................................................ 31

6. Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah... 32

D. Kerangka Berfikir................................................................................ 34

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan..................................................... 36

F. Hipotesis............................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 38

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.......................................................... 38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 39

C. Variabel Penelitian............................................................................... 39

D. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................... 37

E. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 43

F. Data dan Sumber Data.......................................................................... 44

G. Instrumen Penelitian............................................................................ 45

H. Validitas............................................................................................... 47

I. Reabilitas............................................................................................... 48

J. Teknik Analisis Data............................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56


viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Piramida Partisipasi Politik .......................................................... 23

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir......................................................................... 34

Gambar. 3.1 Hubungan Variabel Independen dan Variabel Dependen............ 40


ix
ix

DAFTAR TABEL

Tabel. 1.1 Data KPUD Tasikmalaya............................................................... 5

Tabel. 2.1 Penelitian Relevan......................................................................... 32

Tabel 3.1 Pedoman Penilaian......................................................................... 42

Tabel. 3.2 Pedoman untuk Memberikan Interprestasi Reliabilitas Instrument 45


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut W. Mas’udi dan P.S. Winanti dalam (Ristyawati, 2020) Wabah

Corona Virus Disease (COVID-19) yang terjadi di seluruh negara di dunia

saat ini semakin merajalela. Kasus pneumonia unknown etiology atau

COVID-19 ini pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina

pada tanggal 31 Desember 2019. Sudah hampir sembilan bulan lamanya kasus

Corona virus/COVID-19 menjadi bencana nasional sejak bulan Maret 2020

lalu. Pandemi seperti ini juga telah mengakibatkan krisis tata kelola dan

kebijakan penanganan pandemi di berbagai negara di dunia.

Peningkatan jumlah kasus COVID-19 terjadi dalam waktu singkat dan

membutuhkan penanganan segera. Virus COVID-19 dapat dengan mudah

menyebar dan menginfeksi siapapun tanpa pandang usia. Virus ini dapat

menular secara mudah melalui kontak dengan penderita. Sayangnya hingga

kini belum ada obat spesifik untuk menangani kasus infeksi virus corona atau

COVID-19. (Mona Nailul, 2020).

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah tahun 2020 dihadapkan dengan

keadaan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang terjadi

hampir merata di seluruh Indonesia, tak terkecuali daerah yang melaksanakan

Pilkada. Hal tersebut, menjadikan pilkada serentak tahun ini memiliki

perbedaan perlakukan yang cukup khusus dibanding dengan pelaksanaan

Pilkada sebelumnya.
2

Pandemi COVID-19 berdampak signifikan dan memberikan tekanan di

berbagai wilayah negara untuk memutuskan apakah Pemilu atau Pilkada (di

tingkat lokal) dapat berlangsung atau tidak sehingga hal tersebut menuai

kontroversi. Dua pilihan yang dilematis yaitu pemenuhan kontrak sosial

antara pemerintah dengan masyarakat atau meningkatnya kasus positif Covid-

19 akibat dari berkumpulnya massa karena mengikuti Pilkada. (Spinelli,

2020:4).

Pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak tahun 2020

didasarkan atas UndangUndang No. 6 Tahun 2020 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2020 tentang perubahan ketiga atas

Undang-Undang No. 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

No. 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi

Undang-Undang (UU Pilkada). Ketentuan pelaksanaan tahapan Pilkada

serentak diatur dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 5 Tahun 2020

tentang perubahan ketiga atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 15

Tahun 2019 tentang Tahapan Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/Atau

Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tahun 2020 (PKPU Tahapan). PKPU

Tahapan sebagai bentuk aturan teknis yang diamanatkan oleh UU Pilkada

untuk mengatur secara kongkret tahapan penyelenggaraan Pilkada tahun

2020. (Supriyadi, 2020:496).

Diketahui, Pilkada 2020 serentak dilaksanakan di 270 daerah baik

provinsi maupun kabupaten/kota. Sedianya, pemungutan suara akan digelar


3

pada 23 September tetapi digeser menjadi 9 Desember 2020 akibat pandemi

COVID-19. Keputusan mengenai penundaan ini tertuang dalam Perppu

Nomor 2 Tahun 2020 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo. Pasal 201

A Ayat (1) mengatur, pemungutan suara pilkada 2020 ditunda karena bencana

non alam, dalam hal ini adalah pandemi COVID-19). Kemudian pada Ayat 2

disebutkan, pemungutan suara dilaksanakan pada Desember 2020. Akan

tetapi, dalam Ayat 3 kemudian diatur pemungutan suara dapat diundur dan

dijadwalkan kembali apabila pemungutan suara belum bisa dilaksanakan

akhir tahun ini. (Kartika, 2020).

Pemilihan Umum di tengah-tengah COVID-19 menjadi persoalan

tersendiri yang sedang membutuhkan ruang khusus. Karena akan banyak

sudut pandang dari berbagai lapisan masyarat yang bersepakat dengan tetap

melakukan pemilihan umum atau juga yang tidak bersependapat (Sarjan,

Kemal, Dkk., 2020:61). Mengenai berbagai sudut pandang yang dinilai

masyarakat pro dan kontra terhadap adanya pelaksanaan pemilihan kepala

daerah di masa pandemi akan berdampak terhadap partisipasi politik

masyarakat sebagai salah satu faktor pendukung kesuksesan pemilihan kepala

daerah.

Sukses atau tidaknya pelaksanaan pemilihan kepala daerah bisa dilihat

dari partisipasi politik masyarakatnya, karena keikutsertaan masyarakat dalam

proses pemilihan kepala daerah merupakan salah satu bagian dari partisipasi

politik. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Herbert McClosky (Prof.

Miriam Budiardjo. 2008:367) yang berpendapat bahwa partisipasi politik


4

adalah kegiatan masyarakat, dimana masyarakat berperan serta secara aktif

dalam pemilihan pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung

dapat mempengaruhi kebijakan publik (public policy). Kegiatan itu mencakup

tindakan politik seperti menggunakan hak pilih dalam pemilihan umum,

menghadiri kampanye politik, mengadakan diskusi (lobby) dengan politisi

atau pemerintah. Jadi pemilihan kepala daerah merupakan salah satu bagian

dari partisipasi politik. Karena dalam prosesnya, masyarakat secara sukarela

memilih calon kepala daerah sesuai pilihannya tanpa ada paksaan dari pihak

manapun.

Partisipasi politik mempunyai pemenuhan hak-hak politik sebagai warga

negara. Wujud dari pemenuhan hak-hak politik adalah adanya kebebasan bagi

setiap warga untuk menyatakan pendapat dan berkumpul. Seperti yang

tertuang dalam UUD 1945 pasal 28: “kemerdekaan berserikat dan berkumpul

mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan

dengan undang-undang”. Dalam pemilu misalnya, partisipasi politik

masyarakat sangat berpengaruh terhadap pasangan calon terpilih.

Pemilihan Umum (Pemilu) adalah suatu proses di mana para pemilih

memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-

jabatan politik beraneka ragam, mulai dari jabatan Presiden, Gubernur,

Kepala Daerah kabupaten/kota yang sering disebut dengan Bupati/Walikota.

Pemilu merupakan salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil,

karena dalam pelaksanaan hak asasi adalah merupakan suatu keharusan

pemerintah untuk melaksanakan pemilu sesuai asas bahwa rakyatlah yang

berdaulat maka semua itu dikembalikan kepada rakyat unuk menentukannya.


5

Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga

masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan

penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses

pembentukan umum suatu negara sangatlah penting, terutama bagi negara

yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi. Suatu negara dapat

dikatakan sebagai negara demokrasi ketika pemerintah memberikan

kesempatan kepada warga negara untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.

Salah satu kegiatan politik yang paling umum menunjukkan suatu negara

disebut negara demokrasi yaitu adanya kebebasan bersuara misalnya dalam

pemilihan umum. Kegiatan tersebut mengikutsertakan seluruh masyarakat

untuk ikut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan politik. Pada saat proses

pemilihan umum, masyarakat dapat memberikan hak suaranya untuk memilih

calon pemimpin yang akan menjabat dalam kursi pemerintahan.

Sementara itu Kabupaten Tasikmalaya menjadi salah satu daerah yang

mengikuti Pilkada 2020 di tengah wabah pandemi COVID-19. Berikut

merupakan data partisipasi masyarakat pada Pemilihan Kepala Daerah

Kabupaten Tasikmalaya dari tahun 2015 :

Tabel 1.1 Data Partisipasi Masyarakat pada Pemilihan Kepala Daerah


Kabupaten Tasikmalaya :
Jumlah Jumlah seluruh
Tingkat
Pilkada Seluruh Pengguna Hak
Partisipasi
Pemilih Pilih
Pemilihan 810.664 743.773 60,33%
Bupati dan
Wakil Bupati
2015
Sumber : Diolah sendiri dari data KPUD Kab. Tasikmalaya 2015
6

Rapat pleno terbuka rekapitulasi suara pemilihan bupati dan wakil

bupati Tasikmalaya yang diselenggarakan di Gedung Da’wah Islamiayah

Mesjid Besar Singaparna Kabupaten Tasikmalaya dihadiri oleh Muspida

Kabupaten tasikmalaya, ketua PPK, sekretaris PPK dan seluruh anggotanya,

Camat, Panwascam se-Kabupaten Tasikmalaya, tim kampanye, serta tokoh

masyarakat Kabupaten Tasikmalaya yang di dalamnya menghasilkan raihan

suara untuk pasangan setuju berjumlah 500.908 suara dan suara untuk tidak

setuju berjumlah 242.862 suara, total suara sah berjumlah 743.773 suara dan

suara tidak sah berjumlah 66.891 sehingga total suara yang masuk berjumlah

810.644 suara dengan tingkat partisipasi sebesar 60.33%. dalam pemilihan

kepala daerah Kabuten Tasikmalaya tahun 2015 DPT terbanyak dari

Kecamatan Karangnuggal yang berjumlah 65.621 jiwa dan DPT terkecil dari

kecamatan Karang Jaya yang berjumlah 10.122 jiwa. Tingkat partisipasi

pemilih yang terbanyak dari Kecamatan Karang Jaya sebesar 71.93%

melebihi tingkat rata-rata partisipasi sekabupaten Tasikmalaya yang hanya

60.33%. Yang terkecil dari Kecamatan Kadipaten sebesar 50.17%. Lokasi

yang peneliti pilih adalah desa Cipatujah yaitu sebuah desa yang terletak di

Kecamatan Cipatujah yang memiliki tingkat partisipasi sebanyak 58,13%.

Peneliti ingin melihat apakah di masa pandemi COVID-19 dapat

mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Cipatujah dalam menentukan

pilihannya di pemilihan kepala daerah Kabupaten Tasikimalaya 2020

dikarenakan di desa Cipatujah pernah terdapat warganya yang terpapar positif

COVID-19.
7

Berdasarkan pemaparan permasalahan di atas peneliti merasa tertarik

untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Pandemi

Covid-19 terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Kabupaten

Tasikmalaya dalam Pemilihan Kepala Daerah 2020 (Studi Deskriptif

Pada Masyarakat Desa Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya)”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan maka

dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : Adakah pengaruh

masa pandemi COVID-19 terhadap partisipasi politik masyarakat Kabupaten

Tasikmalaya dalam pemilihan kepada daerah 2020 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh

masa pandemi COVID-19 terhadap partisipasi politik masyarakat Kabupaten

Tasikmalaya dalam pemilihan kepada daerah serentak 2020.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah diungkapkan di atas, maka kegunaan

dalam penelitian ini dapat sesuai dengan kegunaan penelitian yang

diharapkan, ialah sebagai berikut:


8

1. Manfaat Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menggali dan meningkatkan

partisipasi politik masyarakat Kabupaten Tasimalaya di masa pandemi

COVID-19 dalam Pilkada tahun 2020, sehingga masyarakat dapat

berpartisipasi dengan baik.

2. Manfaat Secara Praktis

Penelitian ini diharapakan dapat menambahkan pengetahuan

partisipasi politik masyarakat di daerah Kabupaten Tasikmalaya dalam

Pilkada Tahun 2020. Bagi Program Studi PPKn sendiri penelitian ini

diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan proses pembelajaran

sebagai contoh realisasi partisipasi politik masyarakat yang terjadi

Kabupaten Tasikmalaya
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJUAN TENTANG PANDEMI COVID-19

1. Pengertian COVID-19

Menurut data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan

COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan

oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan pertama

kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. COVID-19 ini

dapat menimbulkan gejala gangguan pernafasan akut seperti demam

diatas 38°C, batuk dan sesak nafas bagi manusia. Selain itu dapat disertai

dengan lemas, nyeri otot, dan diare. Pada penderita COVID-19 yang

berat, dapat menimbulkan pneumonia, sindroma pernafasan akut, gagal

ginjal bahkan sampai kematian. COVID-19 dapat menular dari manusia

ke manusia melalui kontak erat dan droplet (percikan cairan pada saat

bersin dan batuk), tidak melalui udara. Bentuk COVID-19 jika dilihat

melalui mikroskop elektron (cairan saluran nafas/swab tenggorokan) dan

digambarkan kembali bentuk COVID-19 seperti virus yang memiliki

mahkota.

2. Dampak COVID-19

Menurut (Jati Bima dan Putra Gilang, 2020:478). menyebutkan

bahwa Masyarakat Indonesia tentu semakin resah akibat pandemi

COVID-19, karena mengancam kesehatan dan keberlangsungan


10

hidupnya. Sebagai negara hukum tentunya negara Indonesia serta

pemerintahannya yang menjunjung tinggi keadilan atas dasar hukum,

sudah seharusnya menjamin keberlangsungan hidup bernegara sebagai

pelaksana hukum.

Adapun usaha Langkah-langkah telah dilakukan oleh pemerintah

untuk dapat menyelesaikan kasus luar biasa ini, salah satunya adalah

dengan mensosialisasikan gerakan Social Distancing. Konsep ini

menjelaskan bahwa untuk dapat mengurangi bahkan memutus mata

rantai infeksi Covid-19 seseorang harus menjaga jarak aman dengan

manusia lainnya minimal 2 meter, dan tidak melakukan kontak langsung

dengan orang lain, menghindari pertemuan massal. (Tim CNN, 2020).

3. Kebijakan Pemerintah

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) merupakan kebijakan

pemerintah yang dikeluarkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 21

Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka

Percepatan Penanganan Corona virus Disease 2019 (COVID-19).

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah pembatasan kegiatan

tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Corona

Virus Disease 2019 (COVID-19) sedemikian rupa untuk mencegah

kemungkinan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Kebijakan tersebut merupakan implementasi dari pembukaan Undang-

Undang Dasar Republik Indonesia alinea ke-4 “Kemudian dari pada itu

untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang


11

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum...” dapat dimaknai

dari pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 negara harus melindungi segenap bangsa Indonesia yang

diimplementasikan melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar untuk

mengurangi penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

(Juaningsih, Consuello, Dkk. 2020:513).

Pembatasan Sosial Berskala Besar ini didasari dari beberapa

aturan dasar; Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah

Penyakit Menular, Undang-Udang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana, serta Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018

tentang Kekarantinaan Kesehatan.

Selain Undang-Undang yang disebutkan di atas Pembatasan

Sosial Berskala Besarpun diatur secara rinci di dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala

Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019

(COVID-19). Pada praktiknya Pembatasan Sosial Berskala Besar ini

memiliki kriteria antara lain:

a. Jumlah kasus dan/atau jumlah kematian akibat penyakit meninggal

dan menyebar secara signifikan dan cepat ke beberapa wilayah; dan

b. Terdapat kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah atau

negara lain.
12

B. TINJAUAN TENTANG PARTISIPASI POLITIK

1. Pengertian Partisipasi Politik

Partisipasi politik masyarakat, khususnya partisipasi pada saat

pemilihan umum dalam ilmu politik terangkum sebagai bagaian dari

kajian perilaku politik. Partisipasi berasal dari bahasa Latin, yaitu pars

yang artinya bagian dan capere (sipasi), yang artinya mengambil. Bila

digabungkan berarti "mengambil bagian". Dalam bahasa Inggris,

participate atau participation berarti mengambil bagian atau mengambil

peranan. Jadi partisipasi berarti mengambil bagian atau mengambil

peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik suatu negara. (Suharno,

2004:102-103).

Sesuai dengan istilah partisipasi, maka partisipasi berarti

keikutsertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan)

dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan

politik berupa kebijakan publik.

Selanjutnya (Kusmanto:2013-41) bahwa partisipasi politik

merupakan kegiatan yang dilakukan warga negara untuk terlibat dalam

proses pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah.

Menurut Budiarjo sebagaimana yang dikutip (Kusmanto:2013-44)

menyatakan partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau kelompok

orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, misalnya dalam

pemilihan pemimpin negara dan berbagai kegiatan lainnya.


13

Kemudian di negara-negara demokrasi pada umumnya dianggap

bahwa partisipasi masyarakatnya lebih banyak, maka akan lebih baik.

Dalam implementasinya tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa

warga negara mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin

melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan itu. Sebaliknya, tingkat

partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang

kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh

perhatian terhadap masalah kenegaraan (Budiardjo Miriam, 2008:369).

Ahli yang lain juga menyebutkan mengenai pengertian partisipasi politik:

1) Herbert McClosky dalam International Encyclopedia of the Social

Sciences

McClosky (Budiarjo Miriam, 2008:367) memberikan definisi

partisipasi politik sebagai kegiatan-kegiatan sukarela dari warga

masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses

pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam

proses pembentukan kebijakan umum.

2) Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam No Easy Choice:

Political Participation in Developing Countries

Huntington dan Nelson (Budiarjo Miriam, 2008:368).

Partisipasi politik sebagai Kegiatan warga negara yang bertindak

sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud sebagai pembuatan keputusan

oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,


14

terorganisir atau spontan, mantap atau secara damai atau kekerasan,

legal atau illegal, efektif atau tidak efektif.

3) Robert P. Clark dalam buku Power and Policy in the Third World

Clark (Anggara Sahya, 2013:143) partisipasi dapat juga

diartikan berbeda-beda tergantung padaa kultur politik yang

melandasi kegiatan partisipasi politik tersebut. Partisipasi merupakan

kegiatan pribadi warga negara dalam mempengaruhi kebijakan

pemerintah.

Dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat ditarik

kesimpulan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan yang ditunjukan

kepada sesesorang atau kelompok masyarakat dalam turut menentukan

pemilihan penguasa dan mengambil keputasan terhaadap kebijakan

publik yang dibuat pemerintah untuk dijalankan secara langsung

mauapun tidak langsung.

2. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik

Menurut Zuly Qodir (2016:45) bentuk partisipasi politik dibagi menjadi:

a. Kegiatan pemilihan

Mencangkup suara, akan tetapi juga sumbangan-sumbangan

untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan

bagi calon, atau setiap tindakan yang bertujuan memengaruhi hasil

proses pemilihan.
15

b. Lobbying

Mencakup upaya-upaya perorangan atau kelompok untuk

menghubungi pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin

politik dengan maksud memengaruhi keputusan-keputusan mereka

mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut sejumlah besar

orang.

c. Kegiatan organisasi

Tujuan utama dan eksplisitnya adalah memenagruhi pengambilan

keputusan pemerintah.

d. Mencari Koneksi

Merupakan tindakan perorangan yang ditunjukan terhadap

pejabat-pejabat pemerintah dan biasanya dengan maksud memperoleh

manfaat bagi hanya satu orang atau segelintir orang.

e. Tindakan kekerasan

Upaya untuk memengaruhi pengambilan keputusan oleh

pemerintah dengan menimbulkan kerugian fisik terhadap orang-orang

atau harta benda.

Sedangkan Gany (dalam Kusmanto, 2013) bentuk-bentuk partisipasi

politik dibagi atas 2 yaitu:

a. Konvensional

Merupakan pemberian suara (voting); diskusi politik; kegiatan

kampanye; membentuk dan bergabung dengan kelompok kepentingan;

komunikasi individu dengan pejabat politik/administrasi


16

b. Nonkonvensional

Merupakan demonstrasi (unjuk rasa, mogok); tindakan kekerasan

politik terhadap harta benda; pemboman; pembakaran; tindakan

kekerasan politik terhadap manusia; penculikan; pembunuhan.

Anggara Sahya (2013:151-152) mengemukakan ada beberapa bentuk

partisipasi politik diantaranya sebagai berikut:

a. Partisipasi vertikal

Partisipasi vertikal terjadi dalam bentuk kondisi tertentu

masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program

pihak lain dama hubungan antara masyarakat berada sebagai status

bawahan, pengikut atau klien.

b. Partisipasi horizontal

Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa untuk

berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya.

Menurut Milbrat dan Goel yang dikutip oleh Anggara Sahya

(2013:152) kegiatan partisipasi dibedakan menjadi :

a. Kelompok apatis, yaitu orang yang akan berpartisipasi dan menarik

diri proses politik.

b. Spektator, yaitu orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih

dalam pemilihan umum.

c. Gladiator, yaitu komunikator, spesialis mengadakan kontak tatap

muka, aktivitas partai, pekerja kampanye, dan aktivis masyarakat.

d. Pengkritik, yaitu dalam bentuk partisipasi yang tidak konvensional.


17

Menurut UU Nomor 8 Tahun 2015 pasal 133 ayat 2, Partispasi

masyarakat dalam Pemilihan Umum dapat dilakukan dalam bentuk

pengawasan pada setiap tahapan pemilihan, sosialisasi pemilihan,

pendidkan politik bagi pemilih, survey atau jajak pendapat tentang

pemilihan dan penghitungan cepat hasil pemilihan. Partisipasi masyarakat

sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan dengan ketentuan :

a. Tidak melaukan kerpihakan yang menguntugkan atau merugikan salah

satu pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur, pasangan

calon bupati dan calon wakil bupati, serta pasangan calon wali kota

dan calon wakil wali kota.

b. Tidak mengganggu proses penyelenggaraan tahapan pemilihan.

c. Bertujuan meningkatkan partisipasi politik masyarakat secara luas.

d. Mendorong terwujudnya suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan

pemilihan yang aman, damai, tertib dan lancar.

Bentuk-Bentuk Partisipasi politik dapat digunakan sebagai alat ukur

untuk menilai stabilita sistem politik dan kepuasaan atau ketidakpuasan

warga negara.

3. Tipologi Partisipasi Politik

Anggara Sahya (2013:153) menyatakan bahwa secara umum tipologi

partisipasi sebagai kegiatan dibedakan menjadi:

a. Partisipasi aktif, yaitu partisipasi yang berorientasi pada proses input

dan output.
18

b. Partisipasi pasif, yaitu partisipasi yang berorientasi hanya pada output,

dalam arti hanya menaati peraturan pemerintah, menerima dan

melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah.

c. Golongan putih (golput) atau kelompok apatis, karena menganggap

sistem politik yang ada menyimpang dari yang dicita-citakan.

Menurut Seligson yang dikutip (Jayawinangun, Valdiani, 2020:31)

membedakan tipologi partisipasi menjadi empat jenis pemilih yaitu:

a. Pemilih yang setia, yaitu pemilih yang terlibat aktif secara politik,

punya efikasi tinggi dan percaya terhadap institusi politik.

b. Pemilih yang teralienasi yaitu pemilih yang memiliki efikasi politik,

mempunyai political interest tinggi tapi kepercayaan terhadap institusi

politik tidak sesuai dengan yang diharapkan.

c. Pemilih yang naif, yaitu pemilih yang tidak terlibat aktif, tidak

memiliki efikasi, tidak memiliki ketertarikan politik tapi percaya

begitu saja terhadap institusi - institusi politik.

d. Pemilih yang apatis adalah pemilih yang mempunyai efikasi politik dan

ketertarikan yang rendah serta memiliki rasa kepercayaan terhadap

institusi politik yang rendah.

Dengan demikian bahwa orientasi partisipasi politik aktif terletak

pada proses input dan output sedangkan partisipasi pasif hanya

berorientasi pada output saja. Kemudian muncul golongan putih yang

dimana masyarakat menganggap terdapat sesuatu yang menyimpang dari

sistem politik yang dicita-citakan sehinggap banyak masyarakat yang

apatis terhadap politik.


19

Gabriel Almond, dalam sosialisasi, kebudayaan dan partisipasi

politik (Cholisin, 2012:150) mengenalkan partisipasi politik digolongkan

menjadi konvensioni dan non konvensionil. Kegiatan politik yang

konvensional adalah partisipasi politik yang normal dalam demokrasi

modern. Bentuk non konvensional termasuk beberapa yang mungkin

legal seperti petisi dan yang ilegal, seperti tindakan politik penuh

kekerasan, dan revolusioner.

Partisipasi politik dibedakan menjadi aktivis, partisipan, dan

pengamat. Partisipasi politik berdasarkan frekuensi dan intensitas,

digambarkan dalam bentuk piramida partisipasi sebagai berikut.

Pejabat partai sepenuh waktu


Pengamat Pemimpin partai/kelompok

Petugas kampanye Anggota aktif dari partai


Partisipan /kelompok kepentingan Aktif dalam proyek-proyek
sosial

Menghadiri rapat umum Anggota partai/kelompok kepentingan Membicarakan


Pengamat masalah politik Mengikuti perkembangan politik melalui media massa
Memberikan suara dalam pemilihan umum

Orang yang apolitis

Gambar. 2.1 Piramida Partisipasi Politik Budiardjo (Cholisin, 2012: 150).

Berdasarkan gambar piramida partisipasi bagian paling atas adalah

aktivis yang meliputi pejabat partai sepenuh waktu, pemimpin partai atau

kelompok kepentingan. Bagian partisipan meliputi petugas Pejabat partai

sepenuh waktu Pemimpin partai/kelompok kepentingan Petugas

kampanye Anggota aktif dari partai /kelompok kepentingan Aktif dalam

proyek-proyek sosial Menghadiri rapat umum Anggota partai/kelompok


20

kepentingan Membicarakan masalah politik Mengikuti perkembangan

politik melalui media massa Memberikan suara dalam pemilihan umum

Aktivis Partisipan Pengamat Orang yang apolitis kampanye, anggota aktif

dari partai atau kelompok kepentingan, aktif dalam proyek-proyek sosial.

Bagian pengamat meliputi menghadiri rapat umum, anggota partai atau

kelompok kepentingan, membicarakan masalah politik, mengikuti

perkembangan politik melalui media massa, dan memberikan suara dalam

pemilihan umum. Bagian paling bawah pada piramida partisipasi tersebut

adalah apolitis.

4. Pengertian Politik

Abdulkadir B. Nambo dan Muhamad Rusdiyanto Puluhuluwa

(2005:265). Politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan

dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi, dengan

jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk susunan

masyarakat.

Dari pengertian Delia Noer dapat dipahami bahwa politik

merupakan aktivitas manusia yang salimg berhubungan yang bertujuan

mendapatkan kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara

mempengaruhi kelompok masyarakat.

Miriam Budiardjo (2008:15). Politik (politics) adalah bermacam-

macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau nagara) yang

menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistim itu dan

melaksanakan tujuan-tujuan itu.


21

Politik mencakup semua kebijakan/tindakan dalam urusan

kenegaraan/pemerintah termasuk penetapan bentuk, tugas dan lingkup

urusan negara.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa politik tidak pernah

lepas dari sebuah soal-soal negara maupun pemerintahan, dan dapat

dikatan maju atau mundurnya sebuah negara serta berkembangnya

pemerintahan tidak lepas dari sorotan politik.

C. TINJAUAN TENTANG PEMILIHAN KEPALA DAERAH

1. Pengertian Pemilihan Kepala Daerah

Terminologi Pemilihan Kepala Daerah atau yang disingkat Pilkada

sebenarnya digunakan untuk mengartikan pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Wali Kota dan Wakil Wali

Kota. Menurut Pasal 1 UU Nomor 8 Tahun 2015, Pemilihan Gubernur

dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Wali Kota dan Wakil

Wali Kota yang selanjutnya disebut Pemilihan adalah pelaksanaan

kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan kabupaten/kota untuk memilih

Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Wali Kota

dan Wakil Wali Kota secara langsung dan demokratis.

Pengertian Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan

Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah juncto Peraturan


22

Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008 tentang Perubahan atas PP Nomor 6

Tahun 2005 adalah : “sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah

Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota berdasarkan Pancasila dan UUD

Tahun 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah”.

Istilah kepala daerah hanya dikenal dalam UU No. 32 Tahun 2004

yang diatur dalam Pasal 24 ayat (1), dan ayat (2). Namun demikian kedua

istilah tersebut memiliki makna substantif yang sama, karena keduanya

memiliki unsur, kedudukan, dan fungsi yang sama sebagai “Chief of

Executive”. Oleh karena itu, penggunaan istilah Kepala Daerah atau

Kepala Pemerintah Daerah tidak perlu dipertentangkan dan sah adanya.

Kepala Pemerintah Daerah secara eksplisit diatur dalam Pasal 18 ayat (4)

yang berbunyi: “ Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai

kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota yang dipilih

secara demokratis”. (Hoesein, 2010:15).

Pelaksanaa Pilkada langsung lahir merupakan koreksi terhadap

pelaksanaan Pilkada melalui perwakilan (oleh DPRD) sebagaimana

pernah diamanatkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999. koreksi ini

semakin kentara dengan diimplementasikannya payung hukum

pelaksanaan Pilkada Langsung, yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diperbaiki melalui

Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 (Agustino, 2009:78).

Menurut Mukhtar Saman yang dikutip oleh Akbar Idil (2016:19)

menjelaskan bahwa :
23

“Di Indonesia sejak tahun 2005 membuat sebuah prosedur


demokrasi yang baru untuk mengganti dan mengisi jabatan Kepala
Daerah yang secara konseptual dinamakan Pilkada”.

Dengan adanya Pilkada diharapkan warga masyarakat sangat

membutuhkan proses tersebut sebagai pemilihan kepala daerah. Melalui

Pilkada, masyarakat di berbagai daerah dapat dengan bebas

memanfaatkan hak memilihnya dalam memilih seseorang untuk menjadi

Kepala Daerah yang sesuai dengan aspirasi yang dibutuhkan tentunya

secara rasional.

Akbar Idil (2016:100) mengemukakan bahwa Pilkada sejatinya

adalah menjadi sarana bagi rakyat untuk memilih pemimpin yang terbaik

bagi rakyat dan daerahnya yang mampu memenuhi ekspetasi rakyat

secara mayoritas, mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah,

meningkatkan kesejahteraan dan menjaga kedaulatan rakyat secara

bermartabat.

Pelaksanaa Pilkada langsung lahir merupakan koreksi terhadap

pelaksanaan Pilkada melalui perwakilan (oleh DPRD) sebagaimana

pernah diamanatkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999. koreksi ini

semakin kentara dengan diimplementasikannya payung hukum

pelaksanaan Pilkada Langsung, yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diperbaiki melalui

Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 (Agustino, 2009:78).


24

2. Pengertian Pemilihan Umum

Menurut Aziz Yaya, Hidayat Syarief (2016:123) Pemilihan umum

didefinisikan sebagai cara atau sarana untuk menentukan orang-orang

yang akan mewakili rakyat dalam menjalankan pemerintahan suatu

negara.

Dalam pandangan syamsudin Haris dalam (Antari Putri, 2018:88)

Pemilihan umum merupakan salah satu pendidikan politik bagi rakyat,

yang bersifat langsung, terbuka, massal, yang diharapkan bisa

mencerdaskan pemahaman politik dan meningkatkan kesadaran

masyarakat mengenai demokrasi.

Menurut pasal 1 UU Nomor 8 Tahun 2015, Pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Wali Kota dan Wakil

Wali Kota yang selanjutnya disebut Pemilihan adalah pelaksanaan

kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan kabupaten/kota untuk memilih

Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Wali Kota

dan Wakil Wali Kota secara langsung dan demokratis. Pemilihan Kepala

Daerah yang dilaksanakan secara langsung dan demokratis ini merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari amanat Undang–Undang Dasar yang

mengatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat. Ada dua alasan

mengapa gagasan pemilihan langsung dianggap perlu. Pertama, untuk

lebih membuka pintu bagi tampilnya Kepala Daerah yang sesuai dengan

kehedak mayoritas rakyat sendiri; dan Kedua, untuk menjaga stabilitas

pemerintahan agar tidak mudah dijatuhkan di tengah jalan.


25

Pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan proses politik

yang tidak saja merupakan mekanisme politik untuk mengisi jabatan

demokratis (melalui Pemilu), tetapi juga sebuah implementasi

pelaksanaan otonomi daerah atau desentralisasi politik yang

sesungguhnya. Sebagai sebuah implementasi pelaksanaan otonomi

daerah, maka Pilkada adalah kesempatan yang diberikan oleh Negara

kepada masyarakat di daerah untuk menentukan sendiri pemimpin

mereka, serta menentukan sendiri segala bentuk kebijaksanaan yang

menyangkut harkat hidup rakyat daerah (Sodikin, 2014:104).

3. Asas-asas Pemilihan Umum

Menurut Aziz Yaya M (2016:136) Pemilihan umum di Indonesia

menganut asas “Luber”, yaitu Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia.

Asas Luber ini telah ada pada zaman Orde Baru dan berkembang pada era

Reformasi menjadi asas “Jurdil” yaitu “Jujur dan Adil”. adapun

pengertian dari “Luber” dan “Jurdil” sebagai berikut :

1. Langsung, yaitu rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk

memberikan suaranya secara langsung, sesuai dengan kehendak hati

nuraninya, tanpa perantara.

2. Umum, yaitu pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi

persyaratan sesuai dengan undang-undang berhak mengikuti pemilu.

3. Bebas, yaitu setiap warga negara yang berhak memilih bebas

menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari pihak

manapun.
26

4. Rahasia, yaitu dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa

pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan

apapun.

5. Jujur, yaitu setiap penyelenggaraan pemilu, aparat pemerintah, peserta

pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilih, pemilih, serta semua

pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

6. Adil, yaitu setiap pemilih dan peserta pemilu mendapat perlakuan kata

yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun.

4. Tahapan Pemilihan Kepala Daerah

Sebagai suatu proses penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan

wakil kepala daerah, Undang-undang No.8 tahun 2015 pasal 5 membagi

penyelengaraan pemilihan menjadi 2 (dua) tahapan yaitu :

a. Tahapan persiapan meliputi :

1) Perencanaan program penganggaran;

2) Penyusunan peraturan penyelengaraan pemilihan;

3) Perencanaan penyelenggaraan yang meliputi penetapan tata cara

dan jadwal tahapan pelaksaan pemilihan;

4) Pembentukan PPK, PPS, KPPS;

5) Pembentukan panwas kabupaten/kota, panwas kecamatan, PPL,

dan pengawas TPS;

6) Pemberitahuan dan pendaftaran pemantau pemilihan;

7) Penyerahan daftar penduduk potensial pemilih.


27

8) Pemutakhiran dan penyusunan daftar pemilih.

b. Tahapan penyelenggaraan meliputi :

1) Pengumuman pendaftaran pasangan Calon Gubernur dan Calon

Wakil Gubernur, pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati

serta pasangan Calon Wali Kota dan Calon Wakil Wali Kota.

2) Pendaftaran pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil

Gubernur, pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati serta

pasangan Calon Wali Kota dan Calon Wakil Wali Kota.

3) Penelitian persyaratan Calon Gubernur dan Calon Wakil

Gubernur, pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati serta

pasangan Calon Wali Kota dan Calon Wakil Wali Kota.

4) Penetapan pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur,

pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati serta pasangan

Calon Wali Kota dan Calon Wakil Wali Kota.

5) Pelaksanaan kampanye.

6) Pelakaksanaan pemungutan suara.

7) Penghitungan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara.

8) Penetapan calon terpilih.

9) Penyelesaian pelanggaran dan sengketa hasil pemilihan.

10) Pengusulan pengesahan pengangkatancalon terpilih.

5. Syarat Pemilih Peserta

Syarat pemilih dalam Pilkada 2020 menurut KPU sebagai berikut :

a. Warga negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara 17 (tujuh

belas) tahun atau sudah pernah kawin,mempunyai hak memilih.


28

b. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

c. Berdomisili di daerah pemilihan, dibuktikan dengan Kartu Tanda

Penduduk Elektronik dan/atau surat keterangan domisili dan dari

Kepala Desa atau sebutan lain Lurah.

d. Tidak sedang menjadi anggota Polri atau TNI.

6. Bentuk Partsipasi masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah

Menurut UU Nomor 8 Tahun 2015 pasal 133 ayat 2, Partispasi

masyarakat dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dapat dilakukan

dalam bentuk :

a. Pengawasan pada setiap tahapan pemilihan, sosialisasi pemilihan.

b. Pendidikan politik bagi pemilih.

c. Survey atau jajak pendapat tentang pemilihan.

d. Penghitungan cepat hasil pemilihan.

Partisipasi masyarakat diatas dilakukan dengan ketentuan:

a. Tidak melaukan keberpihakan yang menguntugkan atau merugikan

salah satu pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur,

pasangan calon bupati dan calon wakil bupati, serta pasangan calon

wali kota dan calon wakil wali kota.

b. Tidak mengganggu proses penyelenggaraan tahapan pemilihan.

c. Bertujuan meningkatkan partisipasi politik masyarakat secara luas.

d. Mendorong terwujudnya suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan

pemilihan yang aman, damai, tertib dan lancar.


29

Selain bentuk partisipasi masyarakat diatas, Ramlan Surbakti dan

Didik Supriyanto (2013:12-13), menyebutkan bahwa partisipasi

masyarakat dalam Pemilu maupun Pilkada tidak hanya terbatas pada

pemberian hak suara pada saat pemilu. Menurut mereka pemberian suara

pada Pemilu hanya merupakan salah satu bentuk partisipasi dalam

Pemilu. Karenanya menurut Ramlan Surbakti dan Didik Supriyanto ada

sepuluh bentuk kegiatan yang dikateogrikan sebagai bentuk partisipasi

masyarakat dalam proses penyelenggaraan Pemilu/Pilkada, yakni :

1. Bekerja sama dengan KPU melaksanakan Sosialisasi Pemilu.

2. Melaksanakan Pendidikan Pemilih.

3. Memilih calon atau pasangan calon partai politik, dan membahas

rencana visi, misi dan program partai dalam pemilu.

4. Memberikan suara sebagai pemilih.

5. Menulis atau menyiarkan berita tentang pemilu.

6. Mendukung peserta pemilu/calon tertentu.

7. Mengorganisasi warga lain untuk mendukung atau menolak

alternatif kebijakan publik yang diajukan peserta pemilu tertentu.

8. Menyampaikan hasil pemantauan atas pemilu, dan menyampaikan

pengaduan tentang dugaan pelanggaran pemilu.

9. Melakukan survey dan menyebar-luaskan hasil survey tentang

pendapat atau persepsi pemilih tentang peserta pemilu/calon.

10. Melaksanakan dan menyebarluaskan hasil perhitungan cepat pemilu

(quickcount).
30

D. KERANGKA BERFIKIR

PILKADA
SERENTAK 2020

PANDEMI
COVID-19 (X)

PARTISIPASI
POLITIK (Y)

MEMILIH GOLPUT

TERPILIHNYA
KEPALA
DAERAH

Gambar. 2.2 Kerangka Berfikir

Pilkada merupakan perwujudan sistem demokrasi ditingkat lokal,

dilaksanakannya pilkada adalah untuk memilih Gubernur, Walikota atau

Bupati. Semenjak Indonesia merdeka pemilihan kepala daerah baik itu bupati,

walikota, maupun gubernur hanya dipilih melalui Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah setempat saja, kemudian setelah dikeluarkan Undang-undang no 32

tahun 2004 tentang pemerintah daerah harus dilakukan secara langsung oleh

rakyat adalah merupakan sebagai proses kehidupan politik yang lebih

bertanggungjawab dan demokratis. Pejabat publik yang dipilih oleh rakyat

harus mempertanggungjawabkan segala amanah yang diberikan rakyat,

karena kedaulatan dimiliki oleh rakyat. Kemudian sebagai sarana pendidikan

politik bagi masyarakat, mendorong pula kemajuan bagi partai politik.


31

Di dalam pemilihan kepala daerah, partisipasi politik masyarakat

sangatlah penting dikarenakan partisipasi masyarakat merupakan salah satu

suksesnya pemilihan kepala daerah. Hak pilih yang merupakan bagian dari

partisipasi politik masyarakat yang tentutnya sangatlah penting. Tetapi ada

saja masyarakat yang belum sadar akan pentingnya hak pilih yang dimilikinya

sehingga mereka memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya dengan kata

lain golput.

Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah pada tahun 2020 sangatlah

menarik, dikarenakan dilaksanakan pada masa pandemi COVID-19. Dimana

virus COVID-19 di Indonesia sendiri belum bisa teratasi dan masih menjerat

banyak korban, hal tersebut dapat mempengaruhi peranan partisipasi politik

masyarakat terhadap pemilihan kepala daerah. Yang dikhawatirkan pemilihan

kepala daerah di masa pandemi COVID-19 ini adalah banyaknya masyarakat

yang memilih golput dikarenakan alasan kesehatan sehingga nantinya

menciptakan pejabat daerah yang kurang berkualitas dan juga tentunya

menghamburkan banyak biaya dikarenakan harus tersedianya alat medis

protokol kesehatan ketika dalam pelaksaan pemilihan.

Namun meskipun demikian dalam proses penyelenggaraan

pemilihan kepala daerah partisipasi masyarakat akan banyak yang memilih

golput karena alasan kesehatan tetap saja akan ada pejabat daerah yang

terpilih. Maka dari itu diharapkan kepada warga negara Indonesia dapat lebih

sadar untuk ikut berpartisipasi dengan menggunakan hak pilihnya agar

menciptakan pejabat daerah yang berkualitas, bertanggungjawab dan mampu

melaksanakan amanahnya dengan baik.


32

E. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN

Dalam pembahasan ini peneliti memasukan atau mengangkat

kembali beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai referensi penulis maupun

teori yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti.

Tabel 2.1 Penelitian Relevan.

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


Tia Subekti Partisipasi Politik Partisipasi politik
Masyarakat dalam merupakan bagian yang
Pemilihan Umum: Studi paling penting dalam
Turn of Voter dalam sebuah Pemilukada.
Pemilihan Umum Kepala Tingkat partisipasi politik
Daerah Kabupaten masyarakat ternyata
Magetan Tahun 2013 dipengaruhi oleh adanya
praktik politik uang
menjelang Pemilukada.
Terjadinya politik uang
dikarenakan saat ini
masyarakat mulai
dipengaruhi oleh
pemikiran yang rasional
dalam memandang
partisipasi politik.

Perbedaan : penelitian yang dilakukan oleh Tia Subekti lebih berfokus


kepada tingkat partisipasi politik masyarakat yang dipengaruhi oleh politik
uang. Sedangkan yang akan diteliti oleh peneliti lebih berfokus kepada
pandemi COVID-19 yang dimana akan dikaji mengenai ada atau tidaknya
keterkaitan dengan partisipasi politik di dalam pilkada.
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Ayuni Nurfatwa Pengaruh Kesadaran Terdapat korelasi antara
Politik Terhadap pengaruh kesadaran
Partisipasi Politik politik terhadap
Masyarakat Dalam partisipasi politik yaitu
Pemilihan Bupati sebesar 0,236 dan hasil
Tahun 2013 di Desa yang signifikan.
Sesulu Kabupaten Perubahan dari satuan
Penajam Paser Utara variabel kesadaran
politik mengakibatkan
perubahan sebesar 0,236
33

pada partisipasi politik.


Maka hipotesis
penelitian yang berbunyi
“kesadaran politik
berpengaruh terhadap
partisipasi politik”
diterima.
Perbedaan : Pada penelitian Ayuni Nurfatwa (2013) berfokus pada variabel
bebasnya (X) yaitu kesadaran politik dapat yang dapat mempengaruhi
variabel terikatnya (Y) yaitu partisipasi politik masyarakat, berbeda dengan
yang akan peneliti lakukan yaitu berfokus pada variabel bebasnya (X) yaitu
masa pandemi COVID-19 terhadap (Y) partisipasi politik masyarakat.

F. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah, apabila

peneliti telah mendalami permasalahan suatu penelitiannyadengan seksama

serta menetapkan anggapa dasar , lalu membuat sebuah teori sementara, yang

kebenarannya masih perlu diuji (di bawah kebenaran). Peneliti

mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk membuktikan

hipotesisnya (Rahmaniar, Haris, & Martawijaya, 2015;234). Dalam penelitian

ini, hipotesis ditetapkan sebagai berikut :

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengaruh pandemi COVID-

19 terhadap partisipasi politik masyarakat Kabupaten Tasikmalaya

dalam pemiihan kepala daerah 2020.

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara pengaruh pandemi COVID-19

terhadap partisipasi politik masyarakat Kabupaten Tasikmalaya dalam

pemiihan kepala daerah 2020.


34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang bersumber pada data- data

matematis dan serangkaian observasi dan pengukuran yang dinyatakan dalam

angka. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengemukakan penelitian

kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menguakan

angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta

penampilan hasilnya. (Suharsimi Arikunto, 2010:10).

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk

mendapatkan data yang objektif, valid dan reliabel, dengan tujuan dapat

ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan, sehingga dapat

digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah

dalam bidang tertentu.

Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut

(Resseffendi 2010:33) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah

penelitian yang menggunakan observasi, wawancara atau angket mengenai

keadaan sekarang ini, mengenai subjek yang sedang kita teliti. Melalui angket

dan sebagainya kita mengumpulkan data untuk menguji hipotensis atau

menjawab suatu pertanyaan. Melalui penelitian deskriptif ini peneliti akan

memaparkan yang sebenarnya terjadi mengenai keadaan sekarang ini yang

sedang diteliti.
35

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi ini adalah di Desa Cipatujah, Kecamatan Cipatujah,

Kabupaten Tasikamalaya, Jawa Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dan

menggunakan instrumen kuisioner, waktu penelitian dilaksanakan pada

bulan februari hingga mei 2021.

C. Variabel Penelitian

Penggunaan istilah variabel dapat dikenakan kepada konsep (konsep

yang abstrak) maupun indikator (konsep yang konkrit) (Mustafa, 2009: 23).

sedangkan pada dasarnya variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang sesuatu hal yang kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2019 55).

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka

macam-macam variabel dalam penelitian dibedakan menjadi:

a. Variabel independen, dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai

variabel bebas.

b. Variabel dependen, dalam bahasa Indonesia sering juga disebut variabel

terikat.
36

c. Variabel moderator, dapat juga disebut sebagai variabel independen ke dua

karena variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen

dan dependen.

d. Variabel intervening,variabel intervening merupakan yang secara teoritis

mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen

tetapi tidak dapat diamati dan diukur.

Fokus penelitian pada 2 variabel, yaitu :

1. Variabel terikat

Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah partisipasi

politik masyarakat yang dinyatakan dalam Y.

2. Variabel bebas

Pada penelitian ini yang menjadi variabel yaitu bebas yaitu pandemi

COVID-19 yang dinyatakan sebagai X.

Terkait dengan dengan hubungan variabel bebas dan (independen)

dan variabel terikat (dependen) maka dapat dilihat dalam tabel:

Pandemi COVID-19 Partispasi Politik


Masyarakat

(Variabel independen) (Varaibel dependen)

Gambar. 3.1 Hubungan variabel independen dan variabel dependen

Dari gambar di atas menunjukan bahwa Pandemi COVID-19 (X)

sebagai variabel bebas (independen) mempengaruhi partisipasi politik

masyarakat (Y) sebagai variabel terikat (dependen).


37

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2019:130) yang dimaksud dengan populasi adalah

wilayah generaliasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karaktreristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Definisi lain juga disampaikan

oleh Suharsimi Arikunto (2013:173), mendefinisikan populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan

objek atau subjek yang diteliti untuk memperoleh sumber data. Dalam

penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat pesisir di Desa

Cipatujah Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya dimana yang sudah

mempunyai hak pilih dan bukan anggota TNI/ POLRI, dengan karakteristik

sudah berusia 17 tahun atau sudah/ pernah kawin, warga negara yang harus

terdaftar sebagai pemilih, tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya, tidak

sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang

mempunyai hukum tetap. Jumlah keseluruhan pemilih di Desa Cipatujah

dengan karakteristik tersebut yaitu 3.161 jiwa. (Data KPU 2020).

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2019:131). Fraenkel dan Wallen menjelaskan

bahwa tugas pertama peneliti dalam pemilihan sampel adalah menegaskan

batasan populasi yang hendak diseledikinya (Purwanto, 2013:86).


38

Dari berbagai rumus yang ada, ada sebuah rumus yang dapat

digunakan untuk menetukan besaran sampel yaitu rumus slovin dengan nilai

kritis sebesar 10% (Bambang, 2005: 137-138).

Rumus Slovin :

N
n = ____________
1+ Ne2

Keterangan:

n : besaran sampel

N : besaran populasi

E : nilai kritis (batas ketelitian) yang digunakan (persen kelonggaran)

ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel)

Dari populasi diatas dapat dihitung:

N
____________
n=
1+ Ne2

3.161
__________________
n=
1+3.161 (0,1)2

3.161
__________________
n=
1 + 31,61

3.161
n = _________________
32,61

n = 96,93 dibulatkan 97

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel yaitu 97 jiwa dari

3.161. 97 Skala disebar keseluruh wilayah desa Cipatujah. Sampel mewakili


39

populasi dengan karakteristik penelitian. Penelitian ini menggunakan

sampling Insidental dimana teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,

yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti

dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan

ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2019:138).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data disini adalah cara-cara peneliti untuk mencari

data yang diperlukan dalam penelitian dan alat-alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data tersebut. Menurut Mustafa (2009: 92). Metode

pengumpulan data merupakan langkah penting dalam suatu penelitian, karena

terhadap data itulah pengujian atau analisis akan dilakukan, Kualitas data

(goodness of data) akan sangat dipengaruhi oleh siapa narasumbernya,

bagaimana dan dengan cara atau alat apa data itu dikumpulkan (diukur).

Dalam penelitian ini, teknik yang akan digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

1. Angket atau Kuisioner Tertutup

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

tertutup menggunakan skala pengukuran interval dengan model Skala

Likert. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disajikan dengan

alternatif pilihan jawaban yang sudah disediakan dengan memberikan

checklist (√) pada jawaban yang dianggap sesuai. Sugiyono (2019:152)

menjelaskan bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,


40

pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena

sosial.

2. Wawancara Tidak Terstrukur

Wawancara tidak terstuktur adalah wawancara yang bebas dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar pertanyaan yang

akan ditanyakan (Sugiyono, 2019:217). Wawancara dilakukan dengan

masyarakat desa Cipatujah yang berpartisipasi pada pemilihan kepala

daerah 2020. Sedangkan alat yang digunakan dalam wawancara adalah

berpedoman pada angket.

F. Data dan Sumber


Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

Pertama, data primer yaitu data yang diambil langsung dari responden yaitu

masyarakat desa Cipatujah yang telah memiliki hak memilih pada

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah 2020 secara langsung yang

dikumpulkan melalui instrumen penelitian berupa angket/kuesioner yang diisi

oleh peserta dan wawancara dengan masyarakat dan pihak kelompok

penyelenggara pemungutan suara. Kedua, data sekunder yaitu data penunjang

yang digunakan untuk mendukung penelitian yaitu dokumen tertulis tentang

pelaksaan pemilihan kepala daerah di desa Cipatujah.


41

G. Instrumen Penelitian

Menurut Emory (Sugiyono, 2019:166) pada prinsipnya meneliti adalah

melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti

dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan

dari pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling

rendah laporan juga sebagai bentuk penelitian. Di dalam penelitian yang

menggunakan pendekatan kuantitatif yang menjadi instrumen atau alat

didalam penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti,

dengan jumlah instrumen yang digunakan sesuai dengan jumlah variabel

penelitian, adapun jenis instrumen yang sering digunakan didalam penelitian

ini yaitu berupa kuantitatif: tes dan kuesioner, instrumen yang digunakan

untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif

yang akurat, maka setiap instrumen mempunyai skala pengukuran bermacam-

macam, adapun skala yang sering digunakan didalam penelitian sosial,

pendidikan dan ekonomi yaitu segala sikap yang meliputi:

1. Skala Likert.

2. Skala Gittman.

3. Rating Scale.

4. Semantik Deperencial (Hamdi, 2014: 50).

Titik tolak dari penyusunan instrument penelitian adalah variabel-

variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel

tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan

indikator yang akan diukur.


42

Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan

atau pernyataan. Supaya memudahan penyusunan instrument, maka perlu

digunakan “matriks pengembangan instrument” atau “kisi-kisi instrument”

(Sugiyono, 2019:197). Instrumen yang digunakan dalam memperoleh data

tentang “Pengaruh Pandemi COVID-19 Terhadap Partisipasi Politik

Masyarakat Kabupaten Tasikmalaya dalam Pemiihan Kepala Daerah 2020

(Studi Deskriptif Desa Cipatujah)” adalah menggunakan skala likert. Lembar

kuesioner ini berjenis kuesioner tertutup, dimana telah tersedia jawaban

alternativ sehingga responden tinggal memilih jawaban dengan memberikan

tanda check list (√). Dalam tahap penilaian pada penelitian ini, menggunakan

skala bertingkat dimana disediakan 4 jawaban alternatif yang meliputi Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Sedangkan untuk penyusunan instrument disusun secara acak dengan

pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pedoman Penilaian

Alternatif Jawaban Skor untuk pernyataan


Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4

Angket disusun berdasarkan kisi-kisi instrument dari variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun tahapan-tahapan dalam

pembutan instrument, antara lain sebagai berikut:

1. Membuat indikator instrumen penelitian sesuai dengan kajian teori yang

diteliti, kemudian
43

2. Menjabarkan tiap-tiap indikator yang telah dibuat kedalam butir

pernyataan yang mewakili indikator tersebut dalam instrument penelitian.

3. Instrumen yang telah disusun, kemudian di konsultasikan kepada ahli

untuk diperbaiki dan disempurnakan lalu di uji ke validannya.

H. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrumen. (Arikunto, 2013:211). Dalam hal ini perlu

dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan realibel dengan instrument

yang valid dan reabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan

antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada

objek yang diteliti (Sugiyono, 2019: 197).

Menurut Purwoto (2007:11). Rumus yang digunakan untuk mengukur

validitas tergantung skala pengukuran data yang digunakan. Jika data

nondikotomi, pengukuran menggunakan korelasi product moment sebagai

berikut.

r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿

Keterangan:

r xy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y


X : Skor item nomor
Y : Skor total
N : Banyaknya subjek
Ʃxy : jumlah perkalian antara skor X dan skor Y

Dari rxy yang diperoleh tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel

harga kritis product momen. Item tersebut dikatakan valid jika rhitung > rtabel.
44

I. Reabilitas

Arifin (2013:258) mengemukakan bahwa “Reliabilitas adalah tingkat

atau derajat konsistensi dari suatu instrument. Suatu tes dapat dikatakan

reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok

yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda”. Dalam menguji

reabilitas instrument dicari menggunakan menggunakan rumus Alpa. Rumus alpa

digunakan untuk mencari reabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0,

misalnya angket atau soal bentuk uraian :

n S 2−∑ pq
( )(
r 11 =
n−1 S2 )
2
∑X
S2 =
∑X −
2
N ( )
N

Keterangan:
r 11 : Reliabilitas item tes
P : Proporsi subjek yang menjawab benar suatu item
Q : Proporsi subjek yang menjawab salah suatu item
N : Banyaknya item soal
S : Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
X : Jumlah item yang benar

Selanjutnya setelah menghitung r11 yang diperoleh untuk memberikan

interprestasi dengan tingkat keterandalan koefisien korelasi yang menurut

Sugiyono (2019: 257) adalah sebagai berikut:

Tabel. 3.2 Pedoman untuk Memberikan Interprestasi Reliabilitas Instrument.

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


45

0,00 – 0,199 Sangat Rendah


0.20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Berdasarkan tabel. tersebut, akan digunakan sebagai indikator instrument

dinyatakan realiabel adalah 0,600. Jadi instrument dapat dikatakan reliabel jika

memiliki koefisien alpha lebih dari 0,600 dan intrumen dikatakan tidak reliabel

jika memiliki koefisien alpha kurang dari 0,600.

J. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden

atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisi data adalah:

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi

data berdasarkan variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji

hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono. 2019: 226).

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskripstif pada penelitian ini dimaksudkan untuk

menganalisa data yang diperoleh dari responden yang telah mengisi angket

dalam penelitian ini.

Untuk mendeskripsikan kedua variabel dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

f
P= x 100%
n

Keterangan :
46

P = Angka persentase

f = Frekuensi jawaban

N = Jumlah responden

2. Analisis Statistik Inferensial

a. Uji Normalitas

Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas kemudian

dilakukan uji normalitas. Uji normalitas adalah pengujian mengenai

kenormalan distribusi data. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Jadi, uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau

tidaknya distribusi data. Uji normalitas yang akan peneliti lakukan adalah

menggunakan uji One Sample Kolmogorof Smirnov (1-Sampel K-S)

dengan menggunakan SPSS 20. Pengujian normalitas data (X²) dilakukan

dengan cara membandingkan kurva normal yang terbentuk dari data yang

telah terkumpul dengan kurva normal. Rumus perhitungan normalitas

data adalah menggunakan Chi kuadran hitung (X²) :

(fi−fh) 2❑
X2 =
fh

Sumber Surjweni (2012:49)

Keterangan :

X2 = Chi kuadran hitung

Fh = frekuensi yang diharapkan

Fi = frekuensi/jumlah hasil data observasi

Kriteria :
47

- Chi kuadran hitung > Chi kuadran tabel maka data tidak terdistribusi

normal

- Chi kuadran hitung < Chi kuadran tabel maka data berdistribusi

normal. (Sujarweni & Endrayanto, 2012:49).

b. Uji linearitas

Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah hubungan

variabel bebas dengan variabel terikat mempunyai sifat hubungan linear

atau tidak. Peneliti akan menggunakan penghitungan uji liniertitas

melalui tabel Analysis of Varians pada SPSS. Uji lineritas bertujuan

untuk mengetahui apakah dua variabel yang digunakan mempunyai

hubungan yang linier atau tidak mengenai hubungan pandemi COVID-19

(X) dengan partisipasi politik masyarakat (Y). Berikut adalah dasar

pengambilan keputusannya:

1) Jika nilai signifikansi Deviation from Linearity > 0,05, maka terdapat

hubungan yang linear antara variabel bebas dengan variabel terikat.

2) Jika nilai signifikansi Deviation from Linearity < 0,05, maka tidak

terdapat hubungan yang linear antara variabel bebas dengan variabel

terikat.

3. Uji Hipotesis

a. Analisis Persamaan Regresi Linear Sederhana

Perhitungan persamaan regresi sederhana dilakukan melalui

aplikasi SPSS. Perhitungan ini dilakukan untuk mencari hubungan

fungsional antara variabel x dengan variabel y atau dengan kata lain


48

untuk memprediksikan nilai variabel terikat apabila nilai variabel

bebas diubah. Adapun masing-masing substruktur persamaan regresi

sederhana dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

y' = a + bx

Keterangan :

y' = subjek variabel terikat yang diprediksikan

a= nilai konstanta harga y bila x = 0

b= nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang

menunjukkan nilai peningkatan (+) atau penurunan (-) variabel

x= variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk

diprediksikan.

Rumus perhitungan regresi serta perhitungan t hitung (Sujarweni dan

Endrayanto 2012:84) adalah :

∑ y−b (∑ x)
a = x=
n

n ∑ xy−( ∑ x)(∑Y )
b=
n( Σx ²) – (Σx)²

se = √∑ y 2 −a ∑ y−b ∑ xy
n−2

(∑ x)2❑

sb = ❑ ∑ x 2−
n

b
t hitung =
sb
49

b. Uji t-test

Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel

independen terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan

membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Uji ini dilakukan

menggunakan uji t-test satu sisi yang dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Ho : Masa pandemi COVID-19 tidak berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap partisipasi politik masyarakat dalam

pemilihan umum kepala daerah 2020.

Ha : Masa pandemi COVID-19 secara positif dan signifikan

terhadap partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepala

daerah 2020.

- Apabila t-hitung ≥ t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima,

berarti masa pandemi COVID-19 berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap partisipasi politik masyarakat dalam

pemilihan kepala daerah 2020.

- Apabila t-hitung ≤ t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak,

berarti masa pandemi COVID-19 berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap partisipasi politik masyarakat dalam

pemilihan kepala daerah 2020.

Atau :
50

- Jika nilai probabilitas (0,05) ≤ nilai probabilitas Sig atau

[0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak

signifikan

- Jika nilai probabilitas (0,05) ≥ nilai probabilitas Sig atau

[0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya

signifikan.

c. Koefiesien Determinasi

Untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel x

terhadap y, dapat ditentukan sebagai berikut :

KD = r 2 x 100%

Keterangan :

KD = Koefisien determinasi yang dicari

r2 = koefisien korelasi

Dalam SPSS koefisien korelasi dikenal dengan R square. R

square berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin

kecil angka R square semakin lemah hubungan kedua variabel

(Riduwan, 2012:102).

Adapun langkah-langkah analisis data untuk menguji

hipotesis dilakukan pada program SPPS adalah sebagai berikut :

a) Menghitung jumlah skor total jawaban responden tiap variabel.

b) Merumuskan hipotesis.

c) Melakukan analisis menggunakan perintah analyze kemudian

regression linear.
51

d) Memasukkan hasil perhitungan ke dalam persamaan regresi.

e) Membandingkan nilai t hitung dengan t tabel,

f) Menghitung nilai koefisien determinasi menggunakan R square.


52

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Agustino, Leo. (2009). Pilkada dan Dinamika Politik Lokal. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.

Agustino, Leo. (2007). Perihal Ilmu Politik: Sebuah Bahasan Memahami Ilmu
Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anggara, Sahya.(2013). Sistem Politik Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia

Arifin. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Aziz, Yaya., Hidayat, Syarief,. (2016). Dinamika Sistem Politik Indonesia.


Bandung: CV Pustaka Setia.

Bambang S. Soedibjo. (2005). Metodologi Penelitian. Bandung: Universitas


Nasional Pasim.

Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-dasar Ilmu Politik. Edisi Revisi. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Cholisin. (2012). Dasar-dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: Ombak.

Hamdi, Asep Saepul. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam


Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.

Mustafa, Zainal. (2009). Mengurai Variabel Hingga Instrumen. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Purwanto. (2013). Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purwoto, Agus. (2007). Panduan Laboratorium Statistik Inferensial. Jakarta:


Grasindo.

Qodir, Zuly. (2016). Teori dan Praktik Politik di Indonesia: Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
53

Riduwan. (2012). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung;


Alfabeta.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: CV Alfabeta.

Suharno. 2004. Diktat Kuliah Sosiologi Politik. Yogyakarta.

Sujarweni, V. W., & Endrayanto, P. (2012). Statistika Untuk Penelitian.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Surbakti, Ramlan., Supriyanto, Didik. (2013). Partisipasi Warga Masyarakat


Dalam Proses Penyelenggaran Pemilihan Umum. Jakarta: Kemitraan
bagi Pembaruan Tata Pemerintahan.

Winarno, Budi. (2008). Sistem Politik Era Reformasi. Jakarta: Buku Kita.

Jurnal :

Akbar, Idil. (2016). Pilkada Serentak dan Geliat Dinamika Politik dan
Pemerintahan Lokal Indonesia. Jurnal Ilmu Pemerintahan: Volume 2, No.
1, 2016.

Hoesein, Zainal. (2010). Pemilu Kepala Daerah dalam Transisi Demokrasi. Jurnal
Konstitusi: Volume 7, No. 6, Desember 2020.

Jayawiangun, Roni., Valdiani, Dini. (2020). Tipologi Partisipasi Politik Pemilih


Laki-Laki di Kabupaten Bogor Berdasarkan Penggunaan Sumber Informasi
Publik. Jurnal Ilmu Komunikasi: Vol. 9, No. 1, 1 Juni 2020 hl. 31-39.

Juaningsih, Imas., Consuello, Yosua. (2020). Optimalisasi Kebijakan Pemerintah


dalam Penanganan COVID-19 Terhadap Masyarakat Indonesia. Jurnal
Sosial dan Budaya Syar’I: Volume 7, No. 6, 2020 hlm. 509-518.

Kusmanto, Heri. (2013). Peran Badan Permusyawaratan Daerah dalam


Meningkatkan Partisipasi Masyarakat. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan
Sosial Politik: Vol. 1, No. 1, 2013 hlm. 39-47.

Mona, Lailul. (2020). Konsep Isolasi dalam Jaringan Sosial untuk Meminimalisasi
Efek Contagious (Penyebaran Virus Corona di Indonesia). Jurnal
Humaniora Terapan: Volume 2, no.2 Januari-Juni 2020.

Nambo, Abdulkadir., Puluhuluwa, Muhammad. (2005). Memahami Tentang


Konsep Politik. Jurnal Sosial dan Pembangunan: Volume XXI, No. 2, April
– Juni 2005, hlm. 262 - 285.
54

Sarjan., Mulya, Kemal., Dkk. (2020). Problematika dan Teknis Penyelenggaraan


Pemilihan Kepala Daerah pada Masa Pandemi-19. Jurnal Ilmu Hukum:
Vol. 3, No. 1 Agustus 2020.

Ristyawati, Aprista. (2020). Efektivitas Pelaksanaan Pilkada Serentak 2020 Pada


Masa Pandemi COVID-19 di Indonesia. Jurnal Credipo: Volume 02, no 02
November 2020.

Supriyadi. (2020). Menakar Nilai Keadilan Penyelenggaraan Pilkada 2020 di


Tengah Pandemi COVID-19. Kanal Jurnal Ilmu Hukum: Vol.22, no.3
Desember 2020.

Skripsi :

Subekti, Tia. (2013). Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum.


(Studi Turn of Voter dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten
Magetan Tahun 2013). Malang. Program Studi Ilmu Pemerintahan,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.

Nurfatwa, Ayuni. (2013). Pengatuh Kesadaran Politik Terhadap Partisipasi


Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Bupati Tahun 2013 di Desa Sesulu
Kabupaten Penajam Paser Utara. Samarinda. Program Studi Ilmu
Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman.

Internet :

Informasi COVID-19 https://www.kemkes.go.id/ diakses 20 Januari 2021.

Kartika. 2020. KPU Terima Surat Gugus Tugas COVID-19 Soal Pilkada
Lanjutan. https://www.republika.co.id/berita/qazznf354/kpu-terima-surat-
gugus-tugas-covid-19-soal-pilkada-lanjutan diakses 12 Desember 2020.

Pilkada 2020 https://pilkada2020.kpu.go.id/#/pkwkp

Tim CNN. 2020 Mengenal Social Distancing sebagai Cara Mencegah Corona
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200314102823-255-
483358/mengenal-social-distancing-sebagai-cara-mencegah-corona
diakses November 2020.

Undang-Undang :

UUD 1945 pasal 28 Tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara,


55

UU Nomor 8 Tahun 2015 pasal 1 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah


Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang.

UU Nomor 8 Tahun 2015 pasal 133 ayat 2 tentang Penetapan Peraturan


Pemerintah

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984  tentang Wabah Penyakit Menular.

Undang-Udang Nomor 24 Tahun 2007  tentang Mengatur Pokok-Pokok Berupa


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan.

Perpu :

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala


Besar.

Anda mungkin juga menyukai