Anda di halaman 1dari 51

EKSPLORASI JENIS-JENIS POSSUM AKIBAT DARI

PEMBANGUNAN DI LANNY JAYA MAKKI

USULAN PENELITIAN

ELIBEN KOGOYA

201802031

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2021

1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................. iii

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
I.2 Perumusan Masalah.................................................................. 4
I.3 Tujuan penelitian ..................................................................... 5
I.4 Manfaat penelitian.................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN


II.1..................................................................................................Klasi
fikasi Possum............................................................................ 7
II.1.1 Ciri Morfologi Possum........................................... 7
II.1.2 Habitat dan Kebiasaan Hidup Possum.................... 8
II.1.3 Pakan Possum......................................................... 13
II.1.4 perburuan Possum................................................... 14
II.1.5 Nilai dan Pemanfaatan Possum............................... 15
II.1.6 Status Konservasi Possum...................................... 17

II.2..................................................................................................Peren
canaan dan Pembangunan......................................................... 18
II.2.1 Perencanaan pembangunan..................................... 18
II.2.2 pembangunan.......................................................... 20
II.2.3 Aktivitas Penduduk................................................. 22
II.2.4 Keadaan Umum Daerah.......................................... 24
II.2.5 Teori Etika Lingkungan.......................................... 26
II.2.6 Prinsip – Prinsip Etika Lingkungan Hidup............. 28

2
II.3..................................................................................................Kera
ngka Penelitian ......................................................................... 31

III. METODE PENELITIAN


III.1.................................................................................................Wakt
u dan Tempat ............................................................................ 32
III.2................................................................................................., Alat
dan Bahan.................................................................................. 32
III.2.1 Alat ......................................................................... 32
III.2.2 Bahan ..................................................................... 32
III.3.................................................................................................Renc
ana Yang Di Gunakan .............................................................. 32
III.4.................................................................................................Prose
dur Penelitian ........................................................................... 33
III.4.1 Survey Awal ........................................................... 33
III.4.2 Persiapan ................................................................ 33
III.4.3 Penangkapan .......................................................... 34
III.4.4 Pengamatan Morfologi dan Pengukuran ................ 34
III.4.5
III.5.................................................................................................Varia
bel Penelitian ............................................................................ 35
III.6.................................................................................................Anali
sis Data...................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 37
LAMPIRAN..................................................................................................... 38

3
DAFTAR GAMBAR
Halaman

2.1 Ciri - ciri Morfologi Possum .................................................... 8

2.2 Acrobatidae (possum kecil) ..................................................... 9

2.3 Acrobatidae (possum kecil) ..................................................... 9

2.4 Petauridae (possum peluncur gula) .......................................... 10

2.5 Pseudocheridae (possum ekor cincin) ...................................... 10

2.6 Fhlanger Carmelitae dan S. Maculatus..................................... 11

2.7 Peta Lokasi Penelitian Beserta Topografi Distrik Makki............. 26

2.8 Kerangka Penelitian.................................................................. 31

3.1 Cara Pengukuran possum Payne (2000) .................................. 35

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Papua merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dengan luas

wilayah ± 416.129 km2 (3,5 kali luas Pulau Jawa) atau 30% dari luas seluruh

wilayah daratan Indonesia. Papua juga dipenuhi dengan keanekaragaman yang

tinggi dipengaruhi oleh topografi dan letak wilayah yang luas, iklimnya sangat

mendukung sehingga tipe ekosistem yang sangat bervariasi memungkinkan

menyimpan berbagai flora, fauna dan mikroorganisme. Keberadaan kepulauan ini

dengan ukuran yang bervariasi merupakan salah satu faktor penunjang tingginya

biodiversitas dan endemisitas flora maupun fauna (Primack et al. 1998 dalam Krey

2008). Namun sejarah geologi turut memberi kontribusi yang penting bagi

penyebaran flora dan fauna di Papua. Pulau New Guinea (Papua dan Papua New

Guinea) dapat dipandang dalam terminologi geologi yang sederhana sebagai

wilayah pegunungan, perubahan tektonik garis utara Australia (Polhemus 2007).

5
Garis pemisahan fauna oleh A.R. Walacea menginformasikan pola penyebaran

possum hingga daerah pegunugan tengah, salah satunya adalah Lanny Jaya.

Kabupaten Lanny Jaya adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua

terletak di Tiom, Kabupaten Lanny Jaya merupakan pemekaran dari Kabupaten

Jaya Wijaya. Secara administrasi Kabupaten Lanny Jaya memiliki luas wilayah

8.496 km2 didiami oleh 384. 628 jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk

adalah sebesar 23,49 jiwa/km2. Ini berarti bahwa setiap 1 km2 di huni sekitar 23

jiwa penduduk. Dari hasil sensus tahun 2005 di Kabupaten Lanny Jaya, diperoleh

jumlah penduduk sebanyak 89.167 jiwa sementara pada sensus penduduk tahun

2013 diperoleh hasil sebesar 187.889 jiwa, maka laju pertumbuhan penduduknya

sebesar 8,39 % per tahun.

Pertumbuhan penduduk ini tergolong tinggi mengingat wilayah

pengunungan tengah terus mengalami perkembangan dengan semakin banyaknya

penduduk yang datang dari luar untuk tingal di Lanny Jaya, Makki merupakan

salah satu distrik yang perbatasan dari Kabupaten Jayawijaya dengan Kabupaten

Lanny Jaya sehingga pada saat ini jumlah penduduk di Makki makin meningkat.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan pangan dan

kegiatan pembangunan, telah terjadi eksploitasi sumber daya alam hayati

yang berlebihan, sehingga mengganggu kelestarian biodiversitas.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa,

pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa

pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan

terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat

6
berupa pengembangan / perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement)

dari aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, sesuai dengan program-program

yang sudah ditentukan secara politik oleh para pengambil kebijakan.

Pemerintah daerah Kabupaten Lanny Jaya mendapatkan hak otonomi

khusus, berarti mendapatkan kewenangan khusus dalam mengatur dan mengurus

kepentingan hidup dan kehidupan masyarakat dengan prakarsa sendiri, berdasarkan

aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat setempat. Dengan adanya kewenangan,

pemerintah dalam pembangunan daerahnya disegala bidang menuju masyarakat

yang sejahtera, damai, adil dan makmur. Salah satu program pemerintah adalah

pembukaan jalan dari Wamena menghubungkan Lanny Jaya, untuk mempermudah

moblisasi perekonomian. Di sisi lain pembukaan jalan juga mengancam masa

depan hutan sebagai penyedia sumber daya alam atau (Biodiversitas), termasuk

didalamnya mamalia Possum, serta masyarakat asli yang berdomisili disekitarnya

dan hidup tergantung kepada hutan tersebut.

Possum merupakan mamalia berkantung, endemik Papua dan dijadikan

hewan yang diburu untuk dimanfaatkannya oleh manusia. Kegiatan perburuan

dan penangkapan possum yang tidak terkontrol akan berdampak pada

terancamnya keberadaan possum di habitat aslinya. Possum termasuk dalam kelas

mamalia yang memiliki ciri khas hewan yang berkantung, ekornya prehensile, serta

jari-jari kedua dan ketiga pada kaki belakang menyatu. Beberapa possum juga

memiliki kemampuan melayang Flannery (1994). Possum terdiri dari enam famili

tetapi yang terdapat di New Guinea ada lima Famili yaitu: Acrobatidae,

Burramydae, Petauride, Pseudocheiridae dan Phalangeridae. Menurut Flannery,

7
(1994). Penyebaran possum sangat luas, daerah Papua dan Papua New Guinea, oleh

karena daerah-daerah ini memiliki satu daratan sehingga Possum di daerah ini

berbeda dengan daerah lain.

Pola penyebaran possum, berperanan penting yang dapat ditinjau dari segi

ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Possum memegang peranan penting di

kehidupan liar sebagai salah satu penyeimbang dalam ekosistem karena mamalia

menempati berbagai trophik. Peranan dalam ekologi yaitu sebagai penyebar biji di

hutan Flannery, (1994). Menurut Menzies (1991), Peranan dalam ekonomi yaitu

kulit possum dapat dijadikan sebagai bentuk hiasan seperti souvenir antara lain: tas,

dompet, topi, ada di jadikan sebagai pajangan. Peranan sosial yaitu kerajinan

tersebut akan digunakan dalam acara ritual atau religius Menzies, (1991). Peranan

penting possum akan berubah ketika terjadi kerusakan hutan sebagai habitat

possum akibat akses pembangunan infrastruktur jalan, perumahan penduduk dan

eksploitasi hutan.

1.2 Perumusan Masalah

Pembangunan merupakan sebuah proses menuju perubahan sosial yang

mengarah ke kualitas hidup yang lebih baik tanpa merusaka lingkungan. Proses

pengubahan itu mengeksploitasi SDA dengan melibatkan teknologi buatan

manusia. Ilmu dan teknologi ini berkembang oleh semangat hidup yang berpusat

pada kepentingan diri dan kebutuhan manusia, Dalam arti manusia adalah pusat

setiap kehidupan di alam. Pertambahan jumlah penduduk akan menaikkan

aktifitas eksploitasi hutan, sementara luas hutan dan kapasitas sumber dayanya

8
tidak bertambah. Seiring dengan pembangunan di Lanny Jaya dan meningkatnya

aktivitas penduduk, sangat mempengaruhi kondisi lingkungan, dimana terjadi

penebangan hutan yang menyebabkan berkurangnya SDA. Selain itu tingginya

nilai pemanfaatan dan Aktifitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan pangan

dan sosialnya akan meningkatkan laju pemanfaatan SDA. Pemanfaatan SDA

yang tidak terkendali dapat mengancam kelangsungan hidup organisme dan

lingkungannya yang mesti dapat merusaknya.

Masyarakat lokal, terus melakukan perburuan possum untuk memenuhi

kebutuan sumber protein hewani. Salah satu alternatif adalah perburuan possum.

Perburuan possum akan mengancam keberadaannya di alam. Sejahu ini, informasi

mengenai possum di daerah Lanny Jaya belum banyak meskipun sudah pernah

melakukan survey oleh Tim Flannery (1991), di daerah Kwiyawagi. Kogoya

(2016), di daerah Makki berhasil menemukan jenis kuskus dari Famili

Phalangeridae yaitu Phalanger vestitus, Phalanger carmelitae, Phalanger

sericeus. (Kogoya, dkk. 2016), menemukan Phalanger vestitus, Phalanger

carmelitae. Dalam penelitian ini berfokus pada Famili Phalangeridae sehingga

sebagian besar jenis possum belum terdokumentasi yaitu Famili; Acrobatidae,

Burramydae, Petauridae, Pseudochiridae dan Phalangeridae. Berdasarkan uraian

latar belakang dan rumusan masalah, maka dapat di rumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut:

9
1. Apakah semua jenis possum dari Famili Acrobatidae, Burramydae,

Petauridae, Pseudochiridae dan Phalangeridae, ini terdapat di daerah

Lanny Jaya Makki?

2. Apakah akibat dari pembangunan di Lanny Jaya mempengaruhi

keberadaan possum dan merusak lingkungan sebagai habitat alaminya?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk menggetahui dan mendeskripsikan ciri morfologi pada semua jenis-

jenis possum yang dapat ditemukan di Lanni Jaya Makki.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

keberadaan possum di alam.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi pemangku kebijakan instansi pemerintah, peneliti dan Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) dalam upaya-upaya konservasi bagi mamalia

possum, melindunggi sumber daya alam hayati, yang ada di Lanny Jaya

Papua.

2. Memberikan informasi dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya, dan

bermanfaat bagi masyarakat setempat mengenai keberadaan / status jenis -

jenis possum.

10
II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN

2.1 Klasifikasi Possum

Jenis mamalia di Papua berjumlah kurang lebih 200 spesies baik jenis

endemik maupun jenis introduksi, namun sampai saat ini telah diketahui 154 jenis

mamalia yang didokumentasikan dan sedikitnya 16 spesies terancam punah

(Conservatioan International, 1997). Klasifikasi Possum Menurut IUCN (2012)

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Sub Phyllum : Verteberata

Celassis : Mamalia

Ordo : Marsupial

11
Famili : Acrobatidae

Genus : Distoechurus

Famili : Burramydae

Genus : Cercatetus

Famili : Petauridae

Genus : Dactylopsila

Petaurus

Famili : Pseudochiridae

Genus : Pseudochirops

: Pseudochirulus

Famili : Phalangeridae

Genus : Phalanger

: Spilocuscus

2.1.1 Ciri Morfologi Possum

Menurut Flannery (1994), Possum termasuk dalam kelas mamalia

yang mempunyai ciri khas hewan yang berkantung yang digunakan untuk

memelihara anaknya, mulai dari kecil hingga dewasa atau anaknya

dianggap sudah bisa mandiri. Possum memiliki ekor prehensile, serta jari-

jari kedua dan ketiga pada kaki belakang menyatu.

12
a b

Gambar 2.1 Ciri - ciri Morfologi Possum, Sumber dari:

a. Flannery, (1994)
b. Yohanita, (2006)

Beberapa possum mempunyai kemampuan melayang seperti Petaurus

breviceps, Dactylopsila trivirgata dan Datylopsila palpator dari famili Petauridae:

Menurut Flannery (1995), possum terbagi dalam lima famili sebagai berikut:

a. Acrobatidae (possum kecil)

Possum kerdil ini mempunyai gigi premolar tajam untuk


memecahkan biji-bijian, tetapi gerahamnya rendah dan membulat sangat
sesuai untuk pakan lunak yang merupakan sebagian besar pakannya. Salah
satu spesies adalah Distoechurus pennatus.

13
Gambar 2.2 Acrobatidae (possum kecil) Distoechurus penatus
(Flannery,1995)

b. Burramydae (possum ekor bulu)

Burramydae dibedakan dengan famili lainnya karena pada bagian

mata terdapat lingkaran hitam, badan kecil, ekornya panjang, dan tidak

berambut, telinga yang lebar dan memiliki jari tangan yang terpisah, salah

satu spesies adalah Cercartetus caudatus.

Gambar 2.3 Burramydae (possum ekor bulu ), Cercartetus caudatus


Flannery (1995)

c. Petauridae (possum peluncur gula)

Spesies ini mempunyai panjang tubuh 130 mm, berambut tebal,

telingga dan hidung berwarna gelap, tungkai berkulit merah mudah,

mempunyai membrane peluncur yang terdapat antara tungkai depan dan

belakang. Salah satu spesies adalah Petaurus breviceps.

14
Gambar 2.4 Petauridae (possum peluncur gula) Petaurus
breviceps Flannery (1995)

d. Pseudocheridae (possum ekor cincin)

Pseudocheridae memiliki ciri yang hampir sama dengan famili

phalangeridae namun yang membedakan adalah ekor, famili

Pseudocheridae memiliki ekor phrensile dan setengah gundul atau tidak

berambut dan hanya dua pertiga yang terdapat rambut. Salah satu spesies

adalah Pseudochirulus schlegeli.

Gambar 2.5 Pseudocheridae (possum ekor cincin) Peudochirulus


schlegeli
e. Phalangeridae (kuskus)

Kuskus ini mempunyai kepala bulat, telingahnya kecil dan pendek (hampir

tidak kelihatan dan tertutup rambut-rambutnya yang tebal) dan memiliki

mata yang menonjol keluar. Salah satu spesies adalah Fhlanger

Carmelitae dan Spilocuscus maculatus.

15
Gambar 2.6 (Fhlanger Carmelitae dan Spilocuscus Maculatus)
Sumber. Flannery (1995)

2.1.2 Habitat dan Kebiasaan Hidup Possum

Salah satu strategi yang tepat untuk diterapkan dalam meningkatkan

populasi dan pelestarian satwa adalah dengan memahami aktivitas harian

(Alikodra, H.S, 1990), sehingga aktivitas harian possum sangat penting untuk

dipelajari, karena possum ini merupakan satwa arboreal yang sulit ditemui serta

tingkat kunjungan manusia dan eksploitasi hutan dapat berpengaruh terhadap

kondisi possum ini. Oleh karena itu dengan mengetahui tingkah laku possum

dapat memberikan informasi-informasi penting dalam menentukan strategi yang

tepat untuk pengelolaan possum / satwa liar dalam rangkaian peningkatan

populasi dan usaha pelestariannya.

Possum merupakan hewan nocturnal dan bersifat herbivore pada tempat-

tempat yang jauh dari gangguan terutama aktivitas manusia. Menurut Flannery

(1995), bahwa satwa ini melakukan aktivitas pada malam hari dan beristirahat

pada siang hari pada pepohonan yang rimbun lubang-lubang didalam tanah atau

cela-cela bebatuan. Possum juga dapat di jumpai pada pohon yang lebat dan rapat,

16
selain di pohon ada juga sering bermain, mencari makan dan beristirahat diatas

tanah (Menzies, 1991).

Possum tersebar didaratan Papua mulai dari Kepala Burung sampai bagian

selatan Papua, juga pulau-pulau sekitarnya dari Kepulauan Raja Ampat, Teluk

Cendrawasih, Yapen, Biak-Supiori dan Numfor. Penelitian Astuti (2005) di pulau

yoop ditemukan dua jenis kuskus yaitu Spilocuscus rufoniger dan Phalanger

orientalis Sineri (2006) ditemukan dua jenis possum di Taman Wisata Alam

Gununung Meja yaitu Phalanger orientalis dan Spilocuscus matulatus.

Wambrauw (2007), ditemukan tiga jenis possum di Kampung Mokwam yaitu;

Phalager oriental, Pseudochirops albertisii, Pseudocchirulus schlegeli. Patem

dan Sawen (2007) ditemukan dua jenis possum sekitar Pantai Utara yaitu,

Phalanger orientalis dan spilocuscus maculatus Wambrau menemukan dua famili

dikampung Mokwam yaitu; ditemukan lima jenis possum yaitu; Dasyuridae,

(melas) dan Pseudochirulus albertisii dan Pseudochirops schelegeli, (2007.).

wakum (2007), menemukan dua jenis possum di Saukrem Distrik Amberbaken

yaitu; Phalanger orientalis dan spilocucus rufoniger.

Dwiranty dan Yohanita (2009) temukan lima jenis possum di sekitar

Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak yaitu Pseurodohciurulus schlegeli,

Pseudochirops albertisii, Phalager orientalis, Spilocuscus maculatus, dan

Spilocuscus Sp. Asmawati (2010) ditemukan tiga jenis possum di Saukorem

Distrik Amberbaken yaitu Phalanger gymnotis, Spilocuscus maculatus dan

Petaurus breviceps. Possum yang ditemukan oleh Retnaningtyas (2014), di

17
Kawasan Gunung Kabori Maruni meliputi Petaurus breviceps, Phalanger

orientalis, Spilocuscus maculatus, Spilocuscus rufoniger. Selanjutnya penelitian

yang dilakukan Kogoya (2016), berhasil ditemukan yaitu Phalanger vestitus,

Phalanger carmelitae, Phalanger sericeus dari dataran tinggi Pegunungan

Tenggah Papua atau Lanny Jaya. Spiocuscus maculates dan Phalanger orientalis

di Warmare Manokwari. Possum tersebar disuatu rangkaian habitat dari pantai

sampai daerah daratan yang paling tinggi dengan kisaran ketinggian 0-3.996 m

dpl, terutama pada daerah-daerah yang masih berhutan (Petocz, 1994).

2.1.3 Pakan Possum

Menurut Petocz (1994), possum bersifat herbivora dan insektivora.

Possum yang bersifat herbivore yaitu pada famili Phalangeridae dan

Pseudochiridae. Kedua famili ini umumnya menyukai pakan yang tinggi

kandungan proteinnya dan mudah dicerna, karena itu possum selalu memilih

hijauan yang memiliki kandungan protein yang tinggi. Menurut Alikodra (1990),

ketersediaan pakan bagi hewan herbivore tergantung kelimpahan dan persebaran

jenis-jenis tumbuhan. Bagian yang sering dikonsumsi oleh kedua famili ini adalah

daun dan buah dari tanaman tersebut, baik buah yang sudah masak atau masih

mengkal, pucuk daun dan bunga-bunga (Hoeve, 1988).

Alikodra (1990), menyebutkan bahwa dari segi ketergantungan terhadap

air satwa liar dapat digolongkan ke dalam empat golongan, yaitu satwa liar, yang

hidupnya tergantung pada air, satwa yang hidupnya kurang tergantung pada air,

dan satwa yang hidupnya tidak tergantung pada air, possum adalah jenis satwa

18
liar yang hidupnya kurang tergantung pada air, sehingga satwa ini tidak

memerlukan sumber-sumber air untuk minum maupun berkembang biak. Air bagi

satwa di perlukan untuk keseimbangan metabolisme tubuh dan umumnya di

peroleh dari hasil ekstrak dari berbagai sumber atau jenis pakan yang dikonsumsi.

2.1.4 Perburuan Possum

Aktivitas perburuan di Papua umumnya merupakan perburuan subsistens

yang sangat bergantung pada alat buru tradisional dalam hubungannya dengan

menjaga hubungan antara manusia dengan alam. Perburuan merupakan salah satu

aktivitas umum yang dilakukan oleh masyarakat untuk mendapatkan possum bagi

masyarakat Patiselanno (2006). Pada dasarnya bahwa masyarakat melakukan

aktivitas rutin perburuan sebagai bagian penting dari kehidupan yang

berhubungan dengan aktivitas sosial dan budaya. Masyarakat setempat

menjadikan sebagai tradisi yang harus dipertahankan hal ini dari moyangnya

sampai turun temurun.

Patiselanno (2004), bahwa perburuan subsistens umumnya menggunakan

alat buru tradisional yang sederhana dengan tujuan utama menyediakan sumber

protein esensial untuk kebutuhan konsumsi keluarga. Pemburu mengadopsi

penggunaan produk hutan seperti kayu, bambu dan rotan untuk membuat jerat,

mendesain perangkap, membuat panah, busur dan tombak. Tumbuhan hutan yang

elastis dan mudah untuk dibentuk, dilengkungkan serta tumbuhan penghasil serat

tumbuhan diambil dan dianyam sebagai pengganti tali.

19
Hewan buruan yang menjadi sasaran utama aktivitas berburu selalu

beragam sesuai dengan kondisi lingkungan, hal ini disebabkan oleh kondisi

geografis daerah yang berbedah. Beberapa jenis possum yang di buruh

penyebarannya pun, tidak sama tapi sangat luas tergantung habitatnya.

2.1.5 Nilai dan Pemanfaatan Possum

Possum adalah salah satu satwa yang banyak diburu dan dimanfaatkan

untuk dikonsumsi sebagai sumber protein hewani Petocz (1994). Peranan possum

yang dapat tinjau dari segi ekologi, ekonomi dan sosial budaya untuk kepentingan

kegiatan pariwisata. Aktivitas perburuan tradisional berhubungan dengan teknik

perburuan yang dilakukan oleh masyarakat secara tradisional dengan

menggunakan alat-alat seperti panah, busur, tombak, parang jerat serta alat

tradisional lainnya sehingga masyarakat hanya tergantung pada jenis satwa yang

diburu Patiselanno (2005).

Hewan buruan yang menjadi sasaran utama aktivitas berburu selalu

beragam sesuai dengan kondisi lokasi. Jenis satwa yang diburuh relatif tidak

sama, hal ini disebabkan oleh kondisi geografis daerah yang berbeda. Beberapa

jenis satwa yang diburu penyebaran pun, tidak sama di setiap daerah di Papua

misalnya rusa, babi hutan, tikus tanah, kus-kus, biawak, kanguru, kelelawar dan

kasuari Patiselanno (2006).

20
Satwa liar di Papua dimanfaatkan oleh berbagai lapisan masyarakat lokal

di Papua maupun di luar Papua untuk memenuhi kebutuhan berbagai keperluan

termasuk pemenuhan kebutuan protein hewani (daging dan telur) juga sebagai

sumber pendapatan dengan menjual hasil buruan. Selain sumber protein possum

juga banyak di manfaatkan oleh masyarakat sebagai simbol atau objek budaya,

kegiatan spiritual dan di yakini memiliki potensi ethologi bagi beberapa etnis

tertentu Petocz (1994).

Manusia melakukan perburuan satwa liar pada dasarnya antara lain

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi seiring dengan

berjalannya waktu dan perkembangan zaman ataupun kebudayaan, maka

perburuan satwa liar kini juga dilakukan sebagai hobi maupun kesenangan yang

bersifat ekslusif. Hampir semua suku yang berada di Papua saat ini masih

menjaga adat istiadat yang erat berhubungan dengan pemanfaatan bagian tubuh

sebagai hiasan dalam upacara atau ritual-ritual.

2.1.6 Status Konservasi Possum

Persatuan internasional yang bergerak dalam bidang konservasi yaitu:

International Union for Conservation of the Natural and Resources (IUCN)

mengadakan Convention on International Trade in Endangered Spesies of

Wild Flora and Fauna (CITES) dan memasukkan beberapa spesies mamalia

21
possum berkantung dalam Red Data Book (RDB). Marsupial yang terdaftar

dalam RDB dengan kategori “Vulnerable” atau Rentan artinya spesies yang

tidak termasuk kategori kritis atau genting tetapi menghadapi resiko

kepunahan sangat tinggi di alam yaitu Phalanger vestitus sedangkan yang

tergolong kategori “Endangered” atau terancam artinya keberadaan spesiesnya

di alam terancam sehingga harus dilindungi agar terhindar  dari kepunahan,

yaitu Spilocuscus rufoniger.

Menurut CITES status dari Phalanger orientalis dan Spilocuscus

maculatus berada dalam Appendix II, dimana possum ini boleh

diperdagangkan tetapi hanya dari budidaya/penangkaran, akan tetapi bila

jumlah populasi sedikit / jarang possum tersebut tidak dapat diperdagangkan

(Conservation International, 1999). Selain kebijakan yang ditetapkan/diambil

oleh lembaga international, ada juga kebijakan yang diambil oleh Pemerintah

Indonesia seperti:

a. SK Menteri Pertanian Tanggal 5 April 1979 No. 247/Kpts/Um/4/1979,

yaitu tentang perlindungan terhadap spesies kuskus seperti Spilocuscus

maculatus, S. papuensis, S.rufoniger, Phalanger gymnotis, P.vestitus,

P.orientalis dan P. permixitio.

b. Undang-undang No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya Alam

Hayati dan Ekosistemnya. Undang-undang ini mengatur tentang

22
pengawetan keragaman spesies tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,

yang populasinya jarang dan berada dalam keadaan genting atau

kepunahan. (Departemen Kehutanan, 2000).

c. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia

Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan Dan Satwa

Yang Dilindungi.

d. Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI sesuai dengan surat Nomor

B.2230/IPH.1/KS.02.04/V/2018 tanggal 4 Mei 2018 perihal Rekomendasi Revisi

Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis

Tumbuhan dan Satwa, memberikan pertimbangan untuk jenis tumbuhan dan

satwa yang ditetapkan sebagai jenis yang dilindungi.

2.2 Perencanaan dan Pembagunan

2.2.1 Perencanaan

Perencanaan pembangunan wilayah dan perkotaan memiliki sejarah

yang cukup panjang dengan berbagai pendapat dan pandangan yang sangat

beragam. Setelah perang dunia kedua kegiatan perencanaan perkotaan

mengalami kemajuan yang sangat pesat akibat tingginya kebutuhan

terhadap perumahan. yang mengunakan instrumen observasi dan

pengalaman sebagai dasar analisis, permasalahan sosial yang pelik

dipecahkan dengan cara menerapkan peraturan berjenjang dari pemerintah,

terutama di level nasional. Perangkat di daerah merupakan perpanjangan

tangan pemerintah pusat sebagai pelaksana pembangunan. Perencanaan

pembagunan yang berorientasi jangka pendek hendaknya diubah dengan

23
pola jangka panjang dan dinamis. Kegiatan penduduk dalam

upaya meningkatkan kesejahteraan hidup dan kegiatan sosialnya

diharapkan tidak melampaui kapasitas toleransi ekologis dari lingkungan

dengan sumber daya alamnya (Diane 2003).

Untuk itu, aktifitas manusia dalam mengelola sumber daya alam

perlu dibekali dengan pengetahuan tentang ekologi dan lingkungan

hidup. Pengetahuan ini menjadi dasar dalam memahami hubungan

manusia dengan alam, hubungan aktivitas manusia dengan proses-proses

alam yang berdampak pada masalah lingkungan hidup, pencemaran dan

kesehatan lingkungan. Kemudian bagaimana dapat memulihkan kembali

kapasitas sumber daya alam melalui konservasi, dan menilai dampak

pembangunan terhadap lingkungan. Dengan konsep dasar ini diharapkan

dapat menambah pemahaman dan menjadikan perilaku arif dalam

mengelolah sumber daya alam, sehingga keseimbangan ekosistemnya

terpelihara serta dapat dilindungi dari kerusakan.

2.2.2 Pembangunan

Menurut Diane (2003). Pembangunan perdesaan mempunyai peran yang

sangat penting dalam pembangunan nasional dan daerah, di dalamnya

terkandung unsur pemerataan pembangunan dan hasilnya, termasuk

pemenuhan kebutuhan masyarakat yang bermukim di perdesaan untuk

meningkatkan kesejahteraan. Ketimpangan pembangunan khususnya di

24
perdesaan, termasuk di dalamnya pembangunan prasarana dan sarana

transportasi di perdesaan, tidak terlepas dari inplementasi kebijakan

pembangunan perkotaan dengan negara sebagai aktor utama. kebijakan

pembangunan yang bersifat betting strong policy dengan strategi state

cetered development. Dalam konteks ini negara menjadi inisiator, pelaksana,

sekaligus pengawas dari keseluruhan pembangunan. Melalui aparat birokrasi

sebagai kepanjangan tangan pemerintah, hampir semua proses pembangunan

baik yang sifatnya fisik maupun non fisik ditentukan, diarahkan dan didorong

oleh pemerintah.

Dalam upaya meningkatkan perekonomian nasional dan melakukan

pembangunan di segala bidang, sektor transportasi sebagai penggerak roda

pembangunan sangatlah dibutuhkan. Dengan transportasi yang lancar dan

efisien dapat membantu perpindahan orang atau barang dari suatu tempat

ketempat lain. Pemindahan ini menempuh suatu jalur perpindahan yaitu

lintasan yang mungkin sudah disiapkan oleh alam seperti sungai, laut dan

udara; atau jalur yang lintasan hasil kerja tangan manusia, misalnya jalan

raya. Dengan demikian nyata bahwa kegiatan transportasi terjadi karena

adanya kegiatan, pergerakan dan adanya teknologi.

Namun pembangunan telah mengubah alam dan menjadikannya alam

buatan manusia. Proses pengubahan itu mengeksploitasi sumber daya alam

dengan melibatkan teknologi buatan manusia. Ilmu dan teknologi ini

berkembang oleh semangat hidup yang berpusat pada kepentingan diri dan

kebutuhan manusia, dalam arti manusia adalah pusat setiap kehidupan di

25
alam. Pertambahan jumlah manusia akan menaikkan aktifitas eksploitasi

sumber daya alam, sementara luas bumi dan kapasitas sumber dayanya tidak

bertambah.

Pembangunan prasarana jalan memperlancar arus distribusi barang dan

orang. Secara ekonomi makro, ketersediaan jasa pelayanan prasarana jalan

mempengaruhi tingkat produktivitas marginal modal swasta. Sedangkan

secara ekonomi mikro, prasarana jalan menekan ongkos transportasi yang

berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Prasarana jalan juga

berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan

masyarakat, antara lain peningkatan nilai konsumsi, peningkatan

produktivitas tenaga kerja dan akses masyarakat. Disamping itu juga

berpengaruh pada peningkatan kemakmuran masyarakat dalam mengelolah

SDA secara tradisional.

Seiring dengan berjalannya pembagunan ini pun membawa dampak

negative bagi flora, fauna dan mikroorganisme lainnya, karena pembukaan

hutan alam menjadi akses jalan akan mempermudah masyarakat lokal dan

masyarakat luar, mudah untuk melakukan perburuhan satwa liar di alam.

Pembangunan prasarana jalan harus memperhatikan secara bersamaan

dari 3 (tiga) aspek utama yang sangat penting yaitu: aspek ekonomi, sosial

dan lingkungan yang ada, karena jaringan jalan merupakan bagian dari

interaksi tata ruang dan sistem transportasi yang ada di sekitarnya. Dengan

26
memperhatikan aspek lingkungan, pembangunan infrastruktur juga

mendukung salah satu strategi pembangunan berkelanjutan.

2.2.3 Aktivitas Penduduk

Aktifitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sosialnya

dapat meningkatkan laju pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan.

Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkendali dapat merusak

kelangsungan ekosistem dan lingkungannya yang mesti dapat mendukung

kehidupan manusia dan pembangunan. Karena itu perilaku pembangunan

yang mengeksploitasi sumber daya alam hendaknya diubah menjadi perilaku

pembangunan yang memperkaya sumber daya alam dan menaikkan nilai

tambahnya. Sumber daya alam tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi

juga untuk memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang.

Menurut Kartomo (1981), Pertumbuhan penduduk adalah perubahan

jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya. Pertumbuhan

penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh besarnya kelahiran (Birth),

kematian (Death), migrasi masuk (In Migration), dan migrasi keluar (Out

Migration). Penduduk akan bertambah jumlahnya apabila terdapat bayi yang

lahir dan penduduk yang datang, dan penduduk akan berkurang jumlahnya

apabila terdapat penduduk yang mati dan penduduk yang keluar wilayah

tersebut. Faktor penyebab utama ini adalah adanya kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi terutama kemajuan di bidang kesehatan. Dengan

27
kemajuan teknologi kesehatan kelahiran dapat diatur dan kematian dapat

dicegah. Ini semua mengakibatkan menurunnya angka kematian secara drastis

atau mencolok. Sesuai dengan tingkat kemajuan dibidang ilmu pengetahuan

dan teknologi maka tiap-tiap masyarakat pertumbuhan penduduknya

mengalami perubahan.

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan Sumberdaya

alam, berupa tanah, air dan udara dan Sumberdaya alam lainnya. Namun

demikian harus disadari bahwa sumberdaya alam mempunyai keterbatasan di

dalam banyak hal, yaitu keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas

dan kualitasnya. Sumberdaya alam tertentu juga mempunyai keterbatasan

menurut ruang dan waktu. Banyaknya penebangan kayu pada kawasan hutan

produksi yang tidak diketahui mempunyai izin, Oleh sebab itu diperlukan

pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan

dan manusia saling mempunyai kaitan yang erat.

Ada kalanya manusia sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan di

sekitarnya, sehingga aktivitasnya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan

itu sendiri. Keberadaan sumberdaya alam, air, tanah dan sumberdaya yang lain

menentukan aktivitas manusia sehari-hari. Manusia tidak dapat hidup tanpa

udara dan air.

Sebaliknya ada pula aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi

keberadaan sumberdaya dan lingkungan di sekitarnya. Kerusakan sumberdaya

alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. Banyak contoh kasus-kasus

28
pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas

manusia seperti pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta

kerusakan hutan dan lingkungan, semuanya tidak terlepas dari aktivitas

manusia, pada akhirnya akan merugikan manusia dan Alam itu sendiri.

2.2.4 Keadaan umum Daerah

a. Letak Dan Luas Daerah

Wilayah Kabupaten Lanny Jaya memiliki topografi dataran tinggi, seluruh

wilayahnya berbukit-bukit dan bergunung-gunung sehingga sangat sulit untuk

mendapatkan daerah pemukiman yang datar. Secara astronomis Kabupaten Lanny

Jaya terletak  diantara 138,30”-139,40” Bujur Timur dan 3.45”-4.20” Lintang Selatan,

dengan luas wilayah 6.448 km2atau 2.03% dari luas wilayah Provinsi Papua. Jumlah

Penduduk 187.889 jiwa, penduduk terbesar kedua berada di Distrik Makki:

 Sebelah Utara Kabupaten Lanny Jaya berbatasan dengan Kabupaten Tolikara,

 sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Nduga,

 sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Jayawijaya dan

 sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Puncak Jaya.

b. Iklim dan Topografi

Keadaan Iklim Daearah Kabupaten Lanny Jaya pada umumnya

hampir sama dengan di daerah Pegunungan Tengah Papua. Perbedaan

yang mencolok terlihat pada keadaan suhu dan kecepatan angin karena

tergantung pada ketinggian daearah. Lanny Jaya terletak pada daerah

beriklim tropis basah dengan keadaan cuaca, suhu dan curah hujan tidak

29
ada batasan waktu, tetapi selalu berubah-ubah karena pengaruh faktor

alam. Diperkirakan bahwa di Lanny Jaya kerap terjadi hujan. Hal ini bisa

saja terjadi karena kondisi topografi yang bergunung-gunung dan masih

banyak perbukitan sehingga sulit dibedakan musim secara jelas.

Berdasarkan hasil pencatatan Balai Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika Wamena  Tahun 2016, dilaporkan bahwa suhu udara rata-rata

di wilayah Kabupaten Lanny Jaya, mencapai 19,8 C o, dimana suhu

minimum tercatat 14,7 Cosementara suhu maksimum mencapai 26,1 C o.

Curah hujan di Lanny Jaya cukup bervariasi setiap bulannya. Curah hujan

terbesar terjadi pada bulan Februari (343,4 mm) sedangkan terendah pada

bulan September (93,4 mm). Rata-rata jumlah hari hujan selama satu

bulan ada sekitar 24 hari. Pada bulan Juli dan Desember, hujan hampir

terjadi dalam satu bulan (27 hari). Gambar di bawah ini adalah peta

topografi Distrik Makki.

Gambar.2.7 Peta Lokasi Penelitian Beserta Topografi Distrik Makki.

2.2.5 Teori Etika Lingkingan Hidup

30
Teori-teori Lingkungan Hidup Menurut Albert Schweitzer dalam buku A.

Sonny Keraf. teori yang ada dalam etika lingkungan hidup, antara lain: Teori

Antroposentrisme, Teori Biosentrisme, Teori Ekosentrisme. A. Sonny Keraf,

a. Teori Antroposentrisme.

Teori Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan hidup yang

memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.

Antroposentrisme juga merupakan teori filsafat yang mengatakan bahwa nilai

dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia dan bahwa kebutuhan dan

kepentingan manusia mempunyai nilai paling tinggi dan paling penting. Bagi

teori ini, etika hanya berlaku pada manusia maka, segala tuntutan mengenai

perlunya kewajiban dan tanggung jawab moral manusia terhadap lingkungan

hidup dianggap sebagi tuntutan yang berlebihan, tidak relevan, dan tidak pada

tempatnya.

Kewajiban dan tanggung jawab moral manusia terhadap lingkungan hidup

semata-mata demi memenuhi kepentingan sesama manusia. Kewajiban dan

tanggung jawab terhadap alam hanya merupakan perwujudan kewajiban dan

tanggung jawab moral terhadap sesama manusia. Bukan merupakan

perwujudan kewajiban dan tanggung jawab moral manusia terhadap alam itu

sendiri.

b. Teori Biosentrisme

31
Teori Biosentrisme Menurut Albert Schweitzer dalam buku A. Sonny

Keraf, etika biosentrisme bersumber pada kesadaran bahwa kehidupan adalah

hal sakral. Kesadaran ini mendorong manusia untuk selalu berusaha

mempertahankan kehidupan dan memperlakukan kehidupan dengan sikap

hormat.

Bagi Albert Szhweitzer, orang yang benar-benar bermoral adalah orang

yang tunduk pada dorongan untuk membantu semua kehidupan, ketika ia

sendiri mampu membantu dan menghindari apapun yang membahayakan

kehidupan. Etika biosentrisme didasarkan pada hubungan yang khas antara

manusia dan alam, dan nilai yang ada pada alam itu sendiri. Alam dan seluruh

isinya mempunyai harkat dan nilai di tengah dalam komunitas kehidupan di

bumi. Alam mempunyai nilai karena ada kehidupan di dalamnya.Terlepas dari

apapun kewajiban dan tanggung jawab moral yang manusia miliki terhadap

sesama manusia, manusia mempunyai kewajiban dan tanggung jawab moral

terhadap semua makhluk di bumi ini demi kepentingan manusia.

c. Teori Ekosentrisme

Teori ekosentrisme menawarkan pemahaman yang semakin memadai

tentang lingkungan. Kepedulian moral diperluas sehingga mencakup

komunitas ekologis seluruhnya, baik yang hidup maupun tidak. Ekosentrisme

semakin diperluas dalam deep ecology dan ecosophy yang sangat menggugah

pemahaman manusia tentang kepentingan seluruh komunitas ekologis. Deep

ecology menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia,

32
melainkan berpusat pada keseluruhan kehidupan dengan upaya mengatasi

persoalan lingkungan hidup. Paham ekosentrisme semakin diperluas dan

diperdalam melalui teori deep ecology yang menyebut dasar dari filosofi Arne

Naess tentang lingkungan hidup sebagai ecosophy, yakni kearifan mengatur

hidup selaras dengan alam.

Dengan demikian, manusia dengan kesadaran penuh diminta untuk

membangun suatu kearifan budi dan kehendak untuk hidup dalam keterkaitan

dan kesaling tergantungan satu sama lain dengan seluruh isi alam semesta

sebagai suatu gaya hidup yang semakin selaras dengan alam.

2.2.6 Prinsip – Prinsip Etika Lingkungan Hidup

Unsur pokok dalam prinsip etika lingkungan hidup ada dua, yang pertama

komunitas moral tidak hanya dibatasi pada komunitas sosial, melainkan

mencakup komunitas ekologis seluruhnya. Kedua, hakikat manusia bukan

hanya sebagai makhluk sosial, melainkan juga makhluk ekologis.

Prinsip-prinsip ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk melakukan

perubahan kebijakan sosial, politik, dan ekonomi untuk lebih berpihak pada

lingkungan hidup dan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada

lingkungan sekarang ini. Semua teori etika lingkungan hidup mengakui bahwa

alam semesta perlu dihormati. Pada teori antroposentrisme menghormati alam

karena kepentingan manusia bergantung pada kelestarian dan integritas alam.

Sedangkan pada teori biosentrisme dan ekosentrisme beranggapan bahwa

manusia mempunyai kewajiban moral untuk menghargai alam semesta dengan

33
segala isinya karena manusia adalah bagian dari alam dan karena alam

mempunyai nilai pada dirinya sendiri.

Secara khusus, sebagai pelaku moral, manusia mempunyai kewajiban

moral untuk menghormati kehidupan, baik pada manusia maupun pada

makhluk lain dalam komunitas ekologis seluruhnya. Menurut teori DE dalam

buku A. Sonny Keraf, manusia dituntut untuk menghargai dan menghormati

benda-benda nonhayati karena semua benda di alam semesta mempunyai hak

yang sama untuk berada, hidup, dan berkembang. Alam mempunyai hak

untuk dihormati, bukan hanya karena kehidupan manusia bergantung pada

alam, tetapi karena kenyataan ontologis bahwa manusia adalah bagian integral

alam dan sebagai anggota komunitas ekologis. Sikap hormat terhadap alam

lahir dari relasi kontekstual manusia dengan alam dalam komunitas ekologis.

Manusia berkewajiban menghargai hak semua makhluk hidup untuk

berada, hidup, tumbuh, dan berkembang secara alamiah. Sebagai perwujudan

nyata, manusia perlu memelihara, merawat, menjaga, melindungi, dan

melestarikan alam beserta seluruh isinya. Manusia tidak boleh merusak dan

menghancurkan alam beserta seluruh isinya tanpa alasan yang benar. Alam

dan seluruh isinya juga berhak untuk dicintai, disayangi, dan mendapat

kepedulian dari manusia. Kasih sayang dan kepedulian muncul dari kenyataan

bahwa semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara,

tidak disakiti, dan dirawat.

34
Terkait dengan prinsip hormat kepada alam merupakan tanggung jawab

moral terhadap alam. Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan

oleh Tuhan dengan tujuannya masing-masing terlepas dari untuk kepentingan

manusia atau tidak. Oleh sebab itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta

bertanggung jawab pula untuk menjaga alam. Tanggung jawab ini bukan saja

bersifat individual melainkan kolektif. Tanggung jawab moral menuntut

manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan, dan tindakan bersama

secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan segala isinya. Hal ini

berarti, kelestarian dan kerusakan alam merupakan tanggung jawab bersama

seluruh umat manusia. Tanggung jawab ini juga terwujud dalam bentuk

mengingatkan, melarang dan menghukum yang merusak dan membahayakan

alam.

2.3 Kerangka Penelitian

Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini diuraikan sebagaimana tertera pada

gambar dibawah ini.

Pembangunan
Kabupaten Lanny Jaya

*Possum
Pembangunan

Teori dan Prinsip-Prinsip


Etika Lingkungan

35
* Habitat dan Pakan
Possum. Respon Masyarakat Sistem Perburuan -*Nilai
* Status Konservasi Tentang Infrastruktur Sosial Budaya Dan
Ekonomi

HASIL PENELITIAN

PEMBAHASAN

REKOMENDASI

Gambar 2.8 Kerangka Penelitian

III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan selama ± 1 (satu) bulan. Bulan Agustus tahun

2020, bertempat di daerah pegunungan tengah, Distrik Makki Kabupaten Lanny

Provinsi Papua.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

36
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kamera, GPS

(Global Positioning System), timbangan gantung, meteran,

thermohigrometer, dan mengacu pada buku identifikasi Flannery

(1995) dan Menzies (1991) Yang menjadi Obyek penelitian adalah

mamalia possum

3.2.2 Bahan

Bahan yang akan digunakan adalah alcohol, kuisioner yang disiapkan

untuk wawancara secara langsung pada informan kunci.

3.3 Rancangan Yang Digunakan Dalam Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan teknik

observasi atau pengamatan secara langsung dilapangan. Selain itu juga dilakukan

wawancara kepada masyarakat setempat untuk mengetahui informasi kerusakan

habitat, keberadaan spesies possum serta pemanfaatannya. Rancangan penelitian

ini menggunakan metode:

a. Observasi, yaitu pengambilan data dilakukan melalui survey

langsung di lapangan terhadap objek penelitian.

b. Wawancara yaitu; wawancara langsung kepada masyarakat /

informan kunci dengan menggunakan bantuan kuisioner.

c. Studi kepustakaan, yaitu beberapa buku atau literatur sebagai

landasan teori penelitian dan Buku identifikasi possum

3.4 Prosedur Penelitian

37
Prosedur penelitian ini meliputi beberapa tahap:

3.4.1 Survey awal

Survey awal dilakukan guna mengetahui keadaan lokasi penelitian,

dan tingkat pemanfaatan possum oleh masyarakat di Distrik Makki dan

melakukan wawancara dengan masyarakat setempat yang hali berburu

possum. Serta melakukan koordinasi dengan kepala Distrik, Kepala

Kampung berkaitan dengan pembangunan jalan.

3.4.2 Persiapan

Persiapan ini dilakukan dengan pendekatan dan wawancara beberapa

kepada Kepala Kampung, Tokoh Gereja dan masyarakat setempat

untuk mengetahui keadaan lokasi penelitian. Persiapan semua

peralatan yang digunakan dalam penelitian.

3.4.3 Penangkapan

Untuk mencari dan menangkap possum dilakukan pada malam hari

pukul 20.00 WIT - 05.00 WIT. Menurut masyarakat bahwa pada jam

ini possum keluar untuk mencari makan dan beraktivitas. Pencarian

possum dilakukan bersama masyarakat setempat yang memliki

keahlian dalam menangkap possum. Saat possum ditangkap juga

melakukan pengukuran suhu dan kelembaban dengan menggunakan

38
termohigrometer. Ketinggian tempat ditemukan possum diukur dengan

altimeter sedangkan yang tertangkap, diukur dan didokumentasi.

3.4.4 Pengamatan Morfologi dan Pengukuran

Pengamatan morfologi possum meliputi jenis kelamin, warna rambut,

kondisi rambut dan pola warna pada bagian tubuh serta ada tidaknya

garis atau totol, pengamatan morfologi mengacu pada Buku Flannery,

(1995). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran rol (200

cm) dan dinyatakan dalam satuan milimeter, sedangkan untuk

menimbang berat badan menggunakan timbangan gantung dinyatakan

dalam gram (g).

Teknik yang dipakai untuk mengukur tubuh possum mengacu pada

pengukuran yang dipakai oleh Payne (2000) yaitu:

1. Panjang Kepala Tubuh (PKT)

Diukur dari anus sampai didepan hidung.

2. Panjang Telinga (PT)

Diukur dari bagian luar yang terbuka sampai ujung.

3. Panjang Total Tubuh (PTT)

Diukur dari bagian depan kepala (ujung moncong) sampai lekukan

pada ujung ekor.

4. Panjang Ekor (PE)

Diukur dari pangkal anus sampai ujung ekor tidak termasuk

rambut atau buluh yang memanjang melebihi ekor.

5. Panjang kaki belakang (PKB)

39
Diukur dari tumit kaki belakang sampai pada jari panjang tidak

termasuk jari kuku.

6. Bobot Badan (BB)

Gambar 3.1 Cara Pengukuran possum Payne (2000).

3.5 Variabel penelitian

Variable pengamatan dalam objek penelitian ini adalah sifat-sifat kuantitatif

dan kualitatif serta variabel penunjang:

1. Variabel utama meliputi sifat kualitatif dari possum : Jenis

kelamin, ciri morfologi dan warna rambut, (tekstur rambut, pada

bagian dorsal, ventral, kepala, hidung, telinga, kaki dan ekor).

2. Sifat kuantitatif : Panjang kepala tubuh (PT), panjang ekor (PE),

panjang telinga (PT), panjang kaki belakang (PKB) dan total

tubuh (PTT).

3. Variabel penunjang meliputi suhu, kelembaban, ketinggian

tempat dan waktu aktivitas possum saat tertangkap.

3.6 Analisis Data

40
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk

tabel dan gambar.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar jilid 1. Dparteman Pendidikan dan
Kebudayaan.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Istudi
Antar Universitas Ilmu Hayat. Bogor.

A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,


2010).

Astuti, T.W. 2005. Eksporasi Jenis Kuskus di Pulau Yoop Distrik Windesi
Kabupaten Teluk Wondama. Skripsi Jurusan Biologi – FMIPA
UNIPA. Manokwari.

41
Asmawati. S. 2010. Identifikasi Jenis Possum Di Saukorem Distrik Amberbaken,
Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Skripsi. .MIPA. Universitas
Negeri Papua. Manowari.
Atmodjo, E. J . Wanggai. H.Yuwano, F. Pattiselanno. 1998. Pemantapan Dasar-
Dasar dan Perencanaan Pengelolahan Kawasan Lindung Di Kab.
Dati II Nabire. Pusat Studi Lingkungan Faperta Uncen.
Manokwari.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali. 2009. Peraturan pemerintah nomor
7 tahun 1990.http://www.ksda bali.go.id/upload/2009/05/pp-no-7-
thn-1999-pengawetan jenis .pdf.( : 03/ Mei/2014 21:37:35)
BPS Provinsi Papua. 2005. Data Jumlah Penduduk. Jayapura Papua.

Departemen Kehutanan. 2000. Undang-Undang No 5 tahun 1990. http://www.


Dephut.go. id/files/ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1990. fdf. (03/ Mei/2014 22:10:50).
Diane. P. 2003. Analisis Pembangunan Desa Wilayah. Tesis pasca sarjana
unstrat manado.
Dwiranti, F & Yohanita A.M. 2009. Karakteristik Morfologi Fossum Di Sekitar
Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak Manokwari Berkala
Penelitian Hayati Journal. Hal.23-28.
Fatem S. Sawen D. 2007. Jenis Kuskus Di Pantai Utara Manokwari Papua.
Biodiversitas 8 (2) : 233-237.
Flannery, T. 1994. Possums Of The World A Monograph Of The
Phalangeroidea. Robert Brown and Associates Australia.
Flannery, T. 1995. Mammals Of New Guinea. Reed Books, Australia.
Hoeve, W.V 1988. Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna Mamalia 1. PT Ichitar Baru
Van Hoeve. Jakarta.
Kogoya, E. 2016. Morfologi Jenis Kuskus Famili Phalangeridae Dari Dataran
Tinggi Dan Dataran Rendah Di Pulau Papua. Universitas Papua.
Manokwari.

42
Kogoya, E. Maker, P.U, Dwiranty, F. 2016. Morfology of cuscus (Phalangeridae)
From Lanny Jaya, Papua. UNIPA. Manokwari.
Menzies, J. 1991. A Handbook Of New Guinea Marsupials & Monotremes.
Kristen Pres Terjemahan dari: The Biodiversity Of New Guinea. 
Pattiselanno, F. 2003. The Wildlive Volue: Example West Papuaindonesia.
Tiger Paper 30 (1) 27-29.
Pattiselanno, F. 2004. Berburu Rusa Di Rimba Papua. Majalah Pertanian
Berkelanjutan SALAM. No 08.33.Sep.2004.
Pattiselanno, F., 2005. Traditional Hunting for Sustainable Wildlife
Management (Current Review on Wildlife Hunting in West
Papua). Proceeding of the 7th of New Guinea Biological
Conference, Universitas Cenderawasih Jayapura, June 16-18, 2005.

Pattiselanno, F. 2006. The Wild Life Hunting In Papua. Biota Vol. XI (1) :
561.
Pattiselanno, F. 2007. Perburuan Kuskus Oleh Masyarakat Napan di Pulau
Ratewi Nabire Papua. Biodiversitas . vol 18 (4)121 – 126.
Payne J. dan C.M.Francis. 2000. Panduan Lapangan Mamalia Di Kalimantan
Sabah, Serawak dan Brunei Darussalam. The Sabah Society and
Wildife Conservation, WWF. Malaysia.
Petocz , R.G. 1994. Mamalia Darat Irian Jaya. PT. Gramedia Pustaka Utama
Jakarta.
Primack et al dalam. Krey K. 2008. Daerah Penyebaran Dan Variasi Morfologi
Ular Putih Micropechis Ikaheka Di Papua. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.

Polhemus DA, Allen GR. 2007. Freshwater Biogeography of Papua. Di dalam:


Marshall AJ, Beehler BM, editor. The Ecology
Retnaningtyas, I. 2014. Jenis – Jenis Possum Di Kawasan Gunung Kabori
(Gunung Kapur) Maruni Manokwari. Skripsi. Jurusan Biologi –
FMIA UNIPA.Manokwari.
Sinery, A.S. 2006. Jenis Kuskus Di Taman Wisataa Wunung Mejakabupaten
Manokwari, Irian Jaya Barat.Biodiversitas 7 (2):175-180

43
Sugiharto. 2007. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah. Medan: USUpress

Wakum M.W. 2007. Kajian Morfologi Jenis Kuskus Di Kampong Saukorem


Distrik Amberbakenkabupaten Manokwari. Skripsi Jurusan
Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Negeri Papua. Manokwari.
Kartomo, W. 1981. Kebijaksanaan Kependudukan dalam Dasar-Dasar Demografi.
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Eksplorasi Jenis – Jenis


Possum Akibat Dari Pembangunan Di Lanny
Jaya Makki.

PENELITIAN UNTUK TESIS (S2)


PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PAPUA

Kuisioner Untuk Mengetahui Persepsi Dari Responden


atau Masyarakat Terhadap Possum dan Pembangunan Di Lanny
Jaya Makki

44
A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Umur :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Alamat :

6. Pekerjaan :

7. Apakah Bapak atau Ibu penduduk asli desa ini? (Ya) / (Tidak) Jika (Tidak)

dari mana asalnya?...............Sudah berapa lama tinggal di Makki ini,

……… Tahun.

8. Bapak atau Ibu termasuk suku apa?.....................

B. Pengetahuan Tentang Possum/Kuskus

1. Apakah Bapak atau Ibu tahu bahwa ada jenis-jenis Possum yang dapat

dikonsumsi?

a. Sangat Tahu b. Kurang Tahu c. Tidak Tahu

2. Pengetahuan tentang Possum, pertama kali tahu dari siapa?

a. Turun Temurun b. Tetanga / orang luar c. Informasi Media

3. Apakah Bapak atau Ibu mengetahui dimana tempat mencari possum?

a. Dalam Kawasan Hutan b. Pekarangan c. Tidak Tahu

4. Menurut Bapak atau Ibu potensi/keberadaan Possum di hutan masih

banyak?

a. Masih banyak b. Sudah berkurang c. Tidak tahu

45
5. Menurut Bapak atau Ibu untuk memperoleh / menangkap Possum dari

hutan:

a. Mudah b. Agak Sulit c. Sulit

C. Pemanfaatan Possum / Kuskus

1. Apakah Bapak atau Ibu pernah makan daging Possum?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah Bapak atau Ibu makan daging possum sebagai penganti utama,

untuk protein hewani?

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak

3. Jika Bapak atau Ibu tidak memakan daging Possum, apakah Bapak atau

Ibu memakan makanan dikemas oleh pabrik dan dijual secara umum?

a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya

4. Jika Ya, apakah karena memakan makanan dikemas secara umum lebih

praktis?

a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya

5. Menurut Bapak atau Ibu, apakah generasi mudah yang akan datang enggan

memakan daging possum terus?

a. Tidak mungkin b. Tidak tahu c. Mungkin.

46
D. Kuisioner untuk responden kunci

1. Nama :

2. Umur :

3. Alamat :

4. Pekerjaan :

5. Bapak atau Ibu termasuk suku apa?..........................

6. Menurut Bapak ada berapa suku yang tinggal di daerah ini?

…………………

7. Suku atau Marga apa yang dikatakan penduduk asli

………………………………….

8. Apakah ada peraturan adat yang melindungi hutan dan mamalia possum?

9. Apakah ada sanksi/hukum adat yang dikenakan bila melanggar peraturan

adat?

10. Apakah Bapak mengetahui jenis-jenis mamalia possum apa saja ada

disini ?................

11. Apakah pengetahuan Bapak tentang mamalia possum merupakan

pengetahuan turun temurun? (Ya/ Tidak)

12. Apakah ada mamalia possum yang digunakan untuk upacara adat?

(Ya/Tidak). Jika ada sebutkan jenisnya…………………………….

13. Menurut Bapak mamalia possum mudah untuk memperoleh dari hutan : a.

Mudah b. Agak sulit c. Sulit

47
14. Dalam perburuan mamalia possum tersebut apakah berburu sendiri atau

minta bantuan orang lain? Berapa jauh jaraknya?

15. Apakah alat-alat yang digunakan untuk pergi berburu di hutan ?

16. Jika sulit karena faktor apa?.........................

17. Apakah masyarakat sini masih banyak berburu ? a. Ya b. Mulai kurang c.

Sangat berkurang

18. Jenis mamalia possum apakah yang sering dapat atau di jumpai?

Alasan……………...

19. Menurut Bapak mungkinkah kaum muda yang akan datang masih

melakukan perburuan atau tidak? a. (ya), alasannya……………… b.

Tidak, alasannya………….

20. Menurut Bapak, mungkinkah mamalia possum yang ada di hutan bisa

punah? a. Mungkin b. Tidak mungkin c. Tidak tahu

21. Menurut Bapak saran apa yang harus dilakukan untuk

melestarikan/menjaga mamalia possum?.........

22. Apakah bapak tau tentang konservasi ?

23. Apakah bapak pernah ikut terlibat di dalam pengambilan keputusan adat

atau larangan berburu di hutan ini?

24. Menurut bapak pemerintah buka jalan di tengah hutan ini baik ? (ya)

……..alasannya (tidak)….. alasannya.

Lampiran 2. Karakteristik Responden Masyarakat Di Lany Jaya

No Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Keterangan


1
2

48
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Lampiran 3. Tallysheet
Teknik pengukuran tubuh Possum, mengacu pada pengukuran yang

dilakukan oleh Payne, (2000) yang terdiri dari: Sifat kuantitatif : (PT), (PE), (PT),

(PKB) dan (PTT). Selain itu, sebagai Variabel penunjang meliputi suhu,

kelembaban, ketinggian tempat dan waktu aktivitas kuskus saat tertangkap.

Keterangan: PKT : Panjang Kepala Tubuh


PT Panjang Telinga
PTT : Panjang Total Tubuh
PE : Panjang Ekor
PKB : Panjang Kaki Belakang
BB : Bobot Badan
sex : Jenis Kelamin

49
Lampiran 4. Gambar. Peta Administrasi Kabupaten Lanny Jaya

50
Lokasi Penelitian

51

Anda mungkin juga menyukai