USULAN PENELITIAN
ELIBEN KOGOYA
201802031
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
I.2 Perumusan Masalah.................................................................. 4
I.3 Tujuan penelitian ..................................................................... 5
I.4 Manfaat penelitian.................................................................... 6
II.2..................................................................................................Peren
canaan dan Pembangunan......................................................... 18
II.2.1 Perencanaan pembangunan..................................... 18
II.2.2 pembangunan.......................................................... 20
II.2.3 Aktivitas Penduduk................................................. 22
II.2.4 Keadaan Umum Daerah.......................................... 24
II.2.5 Teori Etika Lingkungan.......................................... 26
II.2.6 Prinsip – Prinsip Etika Lingkungan Hidup............. 28
2
II.3..................................................................................................Kera
ngka Penelitian ......................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 37
LAMPIRAN..................................................................................................... 38
3
DAFTAR GAMBAR
Halaman
4
BAB I
PENDAHULUAN
wilayah ± 416.129 km2 (3,5 kali luas Pulau Jawa) atau 30% dari luas seluruh
tinggi dipengaruhi oleh topografi dan letak wilayah yang luas, iklimnya sangat
dengan ukuran yang bervariasi merupakan salah satu faktor penunjang tingginya
biodiversitas dan endemisitas flora maupun fauna (Primack et al. 1998 dalam Krey
2008). Namun sejarah geologi turut memberi kontribusi yang penting bagi
penyebaran flora dan fauna di Papua. Pulau New Guinea (Papua dan Papua New
5
Garis pemisahan fauna oleh A.R. Walacea menginformasikan pola penyebaran
possum hingga daerah pegunugan tengah, salah satunya adalah Lanny Jaya.
Jaya Wijaya. Secara administrasi Kabupaten Lanny Jaya memiliki luas wilayah
8.496 km2 didiami oleh 384. 628 jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk
adalah sebesar 23,49 jiwa/km2. Ini berarti bahwa setiap 1 km2 di huni sekitar 23
jiwa penduduk. Dari hasil sensus tahun 2005 di Kabupaten Lanny Jaya, diperoleh
jumlah penduduk sebanyak 89.167 jiwa sementara pada sensus penduduk tahun
2013 diperoleh hasil sebesar 187.889 jiwa, maka laju pertumbuhan penduduknya
penduduk yang datang dari luar untuk tingal di Lanny Jaya, Makki merupakan
salah satu distrik yang perbatasan dari Kabupaten Jayawijaya dengan Kabupaten
Lanny Jaya sehingga pada saat ini jumlah penduduk di Makki makin meningkat.
terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat
6
berupa pengembangan / perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement)
yang sejahtera, damai, adil dan makmur. Salah satu program pemerintah adalah
depan hutan sebagai penyedia sumber daya alam atau (Biodiversitas), termasuk
mamalia yang memiliki ciri khas hewan yang berkantung, ekornya prehensile, serta
jari-jari kedua dan ketiga pada kaki belakang menyatu. Beberapa possum juga
memiliki kemampuan melayang Flannery (1994). Possum terdiri dari enam famili
tetapi yang terdapat di New Guinea ada lima Famili yaitu: Acrobatidae,
7
(1994). Penyebaran possum sangat luas, daerah Papua dan Papua New Guinea, oleh
karena daerah-daerah ini memiliki satu daratan sehingga Possum di daerah ini
Pola penyebaran possum, berperanan penting yang dapat ditinjau dari segi
kehidupan liar sebagai salah satu penyeimbang dalam ekosistem karena mamalia
menempati berbagai trophik. Peranan dalam ekologi yaitu sebagai penyebar biji di
hutan Flannery, (1994). Menurut Menzies (1991), Peranan dalam ekonomi yaitu
kulit possum dapat dijadikan sebagai bentuk hiasan seperti souvenir antara lain: tas,
dompet, topi, ada di jadikan sebagai pajangan. Peranan sosial yaitu kerajinan
tersebut akan digunakan dalam acara ritual atau religius Menzies, (1991). Peranan
penting possum akan berubah ketika terjadi kerusakan hutan sebagai habitat
eksploitasi hutan.
mengarah ke kualitas hidup yang lebih baik tanpa merusaka lingkungan. Proses
manusia. Ilmu dan teknologi ini berkembang oleh semangat hidup yang berpusat
pada kepentingan diri dan kebutuhan manusia, Dalam arti manusia adalah pusat
aktifitas eksploitasi hutan, sementara luas hutan dan kapasitas sumber dayanya
8
tidak bertambah. Seiring dengan pembangunan di Lanny Jaya dan meningkatnya
kebutuan sumber protein hewani. Salah satu alternatif adalah perburuan possum.
mengenai possum di daerah Lanny Jaya belum banyak meskipun sudah pernah
9
1. Apakah semua jenis possum dari Famili Acrobatidae, Burramydae,
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
possum, melindunggi sumber daya alam hayati, yang ada di Lanny Jaya
Papua.
jenis possum.
10
II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN
Jenis mamalia di Papua berjumlah kurang lebih 200 spesies baik jenis
endemik maupun jenis introduksi, namun sampai saat ini telah diketahui 154 jenis
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Celassis : Mamalia
Ordo : Marsupial
11
Famili : Acrobatidae
Genus : Distoechurus
Famili : Burramydae
Genus : Cercatetus
Famili : Petauridae
Genus : Dactylopsila
Petaurus
Famili : Pseudochiridae
Genus : Pseudochirops
: Pseudochirulus
Famili : Phalangeridae
Genus : Phalanger
: Spilocuscus
yang mempunyai ciri khas hewan yang berkantung yang digunakan untuk
dianggap sudah bisa mandiri. Possum memiliki ekor prehensile, serta jari-
12
a b
a. Flannery, (1994)
b. Yohanita, (2006)
Menurut Flannery (1995), possum terbagi dalam lima famili sebagai berikut:
13
Gambar 2.2 Acrobatidae (possum kecil) Distoechurus penatus
(Flannery,1995)
mata terdapat lingkaran hitam, badan kecil, ekornya panjang, dan tidak
berambut, telinga yang lebar dan memiliki jari tangan yang terpisah, salah
14
Gambar 2.4 Petauridae (possum peluncur gula) Petaurus
breviceps Flannery (1995)
berambut dan hanya dua pertiga yang terdapat rambut. Salah satu spesies
Kuskus ini mempunyai kepala bulat, telingahnya kecil dan pendek (hampir
15
Gambar 2.6 (Fhlanger Carmelitae dan Spilocuscus Maculatus)
Sumber. Flannery (1995)
(Alikodra, H.S, 1990), sehingga aktivitas harian possum sangat penting untuk
dipelajari, karena possum ini merupakan satwa arboreal yang sulit ditemui serta
kondisi possum ini. Oleh karena itu dengan mengetahui tingkah laku possum
tempat yang jauh dari gangguan terutama aktivitas manusia. Menurut Flannery
(1995), bahwa satwa ini melakukan aktivitas pada malam hari dan beristirahat
pada siang hari pada pepohonan yang rimbun lubang-lubang didalam tanah atau
cela-cela bebatuan. Possum juga dapat di jumpai pada pohon yang lebat dan rapat,
16
selain di pohon ada juga sering bermain, mencari makan dan beristirahat diatas
Possum tersebar didaratan Papua mulai dari Kepala Burung sampai bagian
selatan Papua, juga pulau-pulau sekitarnya dari Kepulauan Raja Ampat, Teluk
yoop ditemukan dua jenis kuskus yaitu Spilocuscus rufoniger dan Phalanger
orientalis Sineri (2006) ditemukan dua jenis possum di Taman Wisata Alam
dan Sawen (2007) ditemukan dua jenis possum sekitar Pantai Utara yaitu,
17
Kawasan Gunung Kabori Maruni meliputi Petaurus breviceps, Phalanger
Tenggah Papua atau Lanny Jaya. Spiocuscus maculates dan Phalanger orientalis
sampai daerah daratan yang paling tinggi dengan kisaran ketinggian 0-3.996 m
kandungan proteinnya dan mudah dicerna, karena itu possum selalu memilih
hijauan yang memiliki kandungan protein yang tinggi. Menurut Alikodra (1990),
jenis-jenis tumbuhan. Bagian yang sering dikonsumsi oleh kedua famili ini adalah
daun dan buah dari tanaman tersebut, baik buah yang sudah masak atau masih
air satwa liar dapat digolongkan ke dalam empat golongan, yaitu satwa liar, yang
hidupnya tergantung pada air, satwa yang hidupnya kurang tergantung pada air,
dan satwa yang hidupnya tidak tergantung pada air, possum adalah jenis satwa
18
liar yang hidupnya kurang tergantung pada air, sehingga satwa ini tidak
memerlukan sumber-sumber air untuk minum maupun berkembang biak. Air bagi
peroleh dari hasil ekstrak dari berbagai sumber atau jenis pakan yang dikonsumsi.
yang sangat bergantung pada alat buru tradisional dalam hubungannya dengan
menjaga hubungan antara manusia dengan alam. Perburuan merupakan salah satu
aktivitas umum yang dilakukan oleh masyarakat untuk mendapatkan possum bagi
menjadikan sebagai tradisi yang harus dipertahankan hal ini dari moyangnya
alat buru tradisional yang sederhana dengan tujuan utama menyediakan sumber
penggunaan produk hutan seperti kayu, bambu dan rotan untuk membuat jerat,
mendesain perangkap, membuat panah, busur dan tombak. Tumbuhan hutan yang
elastis dan mudah untuk dibentuk, dilengkungkan serta tumbuhan penghasil serat
19
Hewan buruan yang menjadi sasaran utama aktivitas berburu selalu
beragam sesuai dengan kondisi lingkungan, hal ini disebabkan oleh kondisi
Possum adalah salah satu satwa yang banyak diburu dan dimanfaatkan
untuk dikonsumsi sebagai sumber protein hewani Petocz (1994). Peranan possum
yang dapat tinjau dari segi ekologi, ekonomi dan sosial budaya untuk kepentingan
menggunakan alat-alat seperti panah, busur, tombak, parang jerat serta alat
tradisional lainnya sehingga masyarakat hanya tergantung pada jenis satwa yang
beragam sesuai dengan kondisi lokasi. Jenis satwa yang diburuh relatif tidak
sama, hal ini disebabkan oleh kondisi geografis daerah yang berbeda. Beberapa
jenis satwa yang diburu penyebaran pun, tidak sama di setiap daerah di Papua
misalnya rusa, babi hutan, tikus tanah, kus-kus, biawak, kanguru, kelelawar dan
20
Satwa liar di Papua dimanfaatkan oleh berbagai lapisan masyarakat lokal
termasuk pemenuhan kebutuan protein hewani (daging dan telur) juga sebagai
sumber pendapatan dengan menjual hasil buruan. Selain sumber protein possum
juga banyak di manfaatkan oleh masyarakat sebagai simbol atau objek budaya,
kegiatan spiritual dan di yakini memiliki potensi ethologi bagi beberapa etnis
perburuan satwa liar kini juga dilakukan sebagai hobi maupun kesenangan yang
bersifat ekslusif. Hampir semua suku yang berada di Papua saat ini masih
menjaga adat istiadat yang erat berhubungan dengan pemanfaatan bagian tubuh
Wild Flora and Fauna (CITES) dan memasukkan beberapa spesies mamalia
21
possum berkantung dalam Red Data Book (RDB). Marsupial yang terdaftar
dalam RDB dengan kategori “Vulnerable” atau Rentan artinya spesies yang
oleh lembaga international, ada juga kebijakan yang diambil oleh Pemerintah
Indonesia seperti:
22
pengawetan keragaman spesies tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya,
Yang Dilindungi.
2.2.1 Perencanaan
yang cukup panjang dengan berbagai pendapat dan pandangan yang sangat
23
pola jangka panjang dan dinamis. Kegiatan penduduk dalam
2.2.2 Pembangunan
24
perdesaan, termasuk di dalamnya pembangunan prasarana dan sarana
baik yang sifatnya fisik maupun non fisik ditentukan, diarahkan dan didorong
oleh pemerintah.
efisien dapat membantu perpindahan orang atau barang dari suatu tempat
lintasan yang mungkin sudah disiapkan oleh alam seperti sungai, laut dan
udara; atau jalur yang lintasan hasil kerja tangan manusia, misalnya jalan
berkembang oleh semangat hidup yang berpusat pada kepentingan diri dan
25
alam. Pertambahan jumlah manusia akan menaikkan aktifitas eksploitasi
sumber daya alam, sementara luas bumi dan kapasitas sumber dayanya tidak
bertambah.
hutan alam menjadi akses jalan akan mempermudah masyarakat lokal dan
dari 3 (tiga) aspek utama yang sangat penting yaitu: aspek ekonomi, sosial
dan lingkungan yang ada, karena jaringan jalan merupakan bagian dari
interaksi tata ruang dan sistem transportasi yang ada di sekitarnya. Dengan
26
memperhatikan aspek lingkungan, pembangunan infrastruktur juga
tambahnya. Sumber daya alam tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi
lahir dan penduduk yang datang, dan penduduk akan berkurang jumlahnya
apabila terdapat penduduk yang mati dan penduduk yang keluar wilayah
27
kemajuan teknologi kesehatan kelahiran dapat diatur dan kematian dapat
mengalami perubahan.
alam, berupa tanah, air dan udara dan Sumberdaya alam lainnya. Namun
menurut ruang dan waktu. Banyaknya penebangan kayu pada kawasan hutan
produksi yang tidak diketahui mempunyai izin, Oleh sebab itu diperlukan
itu sendiri. Keberadaan sumberdaya alam, air, tanah dan sumberdaya yang lain
28
pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas
manusia, pada akhirnya akan merugikan manusia dan Alam itu sendiri.
Jaya terletak diantara 138,30”-139,40” Bujur Timur dan 3.45”-4.20” Lintang Selatan,
dengan luas wilayah 6.448 km2atau 2.03% dari luas wilayah Provinsi Papua. Jumlah
yang mencolok terlihat pada keadaan suhu dan kecepatan angin karena
beriklim tropis basah dengan keadaan cuaca, suhu dan curah hujan tidak
29
ada batasan waktu, tetapi selalu berubah-ubah karena pengaruh faktor
alam. Diperkirakan bahwa di Lanny Jaya kerap terjadi hujan. Hal ini bisa
Curah hujan di Lanny Jaya cukup bervariasi setiap bulannya. Curah hujan
terbesar terjadi pada bulan Februari (343,4 mm) sedangkan terendah pada
bulan September (93,4 mm). Rata-rata jumlah hari hujan selama satu
bulan ada sekitar 24 hari. Pada bulan Juli dan Desember, hujan hampir
terjadi dalam satu bulan (27 hari). Gambar di bawah ini adalah peta
30
Teori-teori Lingkungan Hidup Menurut Albert Schweitzer dalam buku A.
Sonny Keraf. teori yang ada dalam etika lingkungan hidup, antara lain: Teori
a. Teori Antroposentrisme.
dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia dan bahwa kebutuhan dan
kepentingan manusia mempunyai nilai paling tinggi dan paling penting. Bagi
teori ini, etika hanya berlaku pada manusia maka, segala tuntutan mengenai
hidup dianggap sebagi tuntutan yang berlebihan, tidak relevan, dan tidak pada
tempatnya.
perwujudan kewajiban dan tanggung jawab moral manusia terhadap alam itu
sendiri.
b. Teori Biosentrisme
31
Teori Biosentrisme Menurut Albert Schweitzer dalam buku A. Sonny
hormat.
manusia dan alam, dan nilai yang ada pada alam itu sendiri. Alam dan seluruh
apapun kewajiban dan tanggung jawab moral yang manusia miliki terhadap
c. Teori Ekosentrisme
semakin diperluas dalam deep ecology dan ecosophy yang sangat menggugah
ecology menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat pada manusia,
32
melainkan berpusat pada keseluruhan kehidupan dengan upaya mengatasi
diperdalam melalui teori deep ecology yang menyebut dasar dari filosofi Arne
membangun suatu kearifan budi dan kehendak untuk hidup dalam keterkaitan
dan kesaling tergantungan satu sama lain dengan seluruh isi alam semesta
Unsur pokok dalam prinsip etika lingkungan hidup ada dua, yang pertama
perubahan kebijakan sosial, politik, dan ekonomi untuk lebih berpihak pada
lingkungan sekarang ini. Semua teori etika lingkungan hidup mengakui bahwa
33
segala isinya karena manusia adalah bagian dari alam dan karena alam
yang sama untuk berada, hidup, dan berkembang. Alam mempunyai hak
alam, tetapi karena kenyataan ontologis bahwa manusia adalah bagian integral
alam dan sebagai anggota komunitas ekologis. Sikap hormat terhadap alam
lahir dari relasi kontekstual manusia dengan alam dalam komunitas ekologis.
melestarikan alam beserta seluruh isinya. Manusia tidak boleh merusak dan
menghancurkan alam beserta seluruh isinya tanpa alasan yang benar. Alam
dan seluruh isinya juga berhak untuk dicintai, disayangi, dan mendapat
kepedulian dari manusia. Kasih sayang dan kepedulian muncul dari kenyataan
34
Terkait dengan prinsip hormat kepada alam merupakan tanggung jawab
moral terhadap alam. Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan
manusia atau tidak. Oleh sebab itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta
bertanggung jawab pula untuk menjaga alam. Tanggung jawab ini bukan saja
secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan segala isinya. Hal ini
seluruh umat manusia. Tanggung jawab ini juga terwujud dalam bentuk
alam.
Pembangunan
Kabupaten Lanny Jaya
*Possum
Pembangunan
35
* Habitat dan Pakan
Possum. Respon Masyarakat Sistem Perburuan -*Nilai
* Status Konservasi Tentang Infrastruktur Sosial Budaya Dan
Ekonomi
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
REKOMENDASI
Penelitian ini akan dilaksanakan selama ± 1 (satu) bulan. Bulan Agustus tahun
Provinsi Papua.
3.2.1 Alat
36
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kamera, GPS
mamalia possum
3.2.2 Bahan
observasi atau pengamatan secara langsung dilapangan. Selain itu juga dilakukan
37
Prosedur penelitian ini meliputi beberapa tahap:
3.4.2 Persiapan
3.4.3 Penangkapan
pukul 20.00 WIT - 05.00 WIT. Menurut masyarakat bahwa pada jam
38
termohigrometer. Ketinggian tempat ditemukan possum diukur dengan
kondisi rambut dan pola warna pada bagian tubuh serta ada tidaknya
39
Diukur dari tumit kaki belakang sampai pada jari panjang tidak
tubuh (PTT).
40
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar jilid 1. Dparteman Pendidikan dan
Kebudayaan.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Istudi
Antar Universitas Ilmu Hayat. Bogor.
Astuti, T.W. 2005. Eksporasi Jenis Kuskus di Pulau Yoop Distrik Windesi
Kabupaten Teluk Wondama. Skripsi Jurusan Biologi – FMIPA
UNIPA. Manokwari.
41
Asmawati. S. 2010. Identifikasi Jenis Possum Di Saukorem Distrik Amberbaken,
Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Skripsi. .MIPA. Universitas
Negeri Papua. Manowari.
Atmodjo, E. J . Wanggai. H.Yuwano, F. Pattiselanno. 1998. Pemantapan Dasar-
Dasar dan Perencanaan Pengelolahan Kawasan Lindung Di Kab.
Dati II Nabire. Pusat Studi Lingkungan Faperta Uncen.
Manokwari.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali. 2009. Peraturan pemerintah nomor
7 tahun 1990.http://www.ksda bali.go.id/upload/2009/05/pp-no-7-
thn-1999-pengawetan jenis .pdf.( : 03/ Mei/2014 21:37:35)
BPS Provinsi Papua. 2005. Data Jumlah Penduduk. Jayapura Papua.
42
Kogoya, E. Maker, P.U, Dwiranty, F. 2016. Morfology of cuscus (Phalangeridae)
From Lanny Jaya, Papua. UNIPA. Manokwari.
Menzies, J. 1991. A Handbook Of New Guinea Marsupials & Monotremes.
Kristen Pres Terjemahan dari: The Biodiversity Of New Guinea.
Pattiselanno, F. 2003. The Wildlive Volue: Example West Papuaindonesia.
Tiger Paper 30 (1) 27-29.
Pattiselanno, F. 2004. Berburu Rusa Di Rimba Papua. Majalah Pertanian
Berkelanjutan SALAM. No 08.33.Sep.2004.
Pattiselanno, F., 2005. Traditional Hunting for Sustainable Wildlife
Management (Current Review on Wildlife Hunting in West
Papua). Proceeding of the 7th of New Guinea Biological
Conference, Universitas Cenderawasih Jayapura, June 16-18, 2005.
Pattiselanno, F. 2006. The Wild Life Hunting In Papua. Biota Vol. XI (1) :
561.
Pattiselanno, F. 2007. Perburuan Kuskus Oleh Masyarakat Napan di Pulau
Ratewi Nabire Papua. Biodiversitas . vol 18 (4)121 – 126.
Payne J. dan C.M.Francis. 2000. Panduan Lapangan Mamalia Di Kalimantan
Sabah, Serawak dan Brunei Darussalam. The Sabah Society and
Wildife Conservation, WWF. Malaysia.
Petocz , R.G. 1994. Mamalia Darat Irian Jaya. PT. Gramedia Pustaka Utama
Jakarta.
Primack et al dalam. Krey K. 2008. Daerah Penyebaran Dan Variasi Morfologi
Ular Putih Micropechis Ikaheka Di Papua. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.
43
Sugiharto. 2007. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah. Medan: USUpress
44
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Alamat :
6. Pekerjaan :
7. Apakah Bapak atau Ibu penduduk asli desa ini? (Ya) / (Tidak) Jika (Tidak)
……… Tahun.
1. Apakah Bapak atau Ibu tahu bahwa ada jenis-jenis Possum yang dapat
dikonsumsi?
banyak?
45
5. Menurut Bapak atau Ibu untuk memperoleh / menangkap Possum dari
hutan:
a. Ya b. Tidak
2. Apakah Bapak atau Ibu makan daging possum sebagai penganti utama,
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
3. Jika Bapak atau Ibu tidak memakan daging Possum, apakah Bapak atau
Ibu memakan makanan dikemas oleh pabrik dan dijual secara umum?
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
4. Jika Ya, apakah karena memakan makanan dikemas secara umum lebih
praktis?
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
5. Menurut Bapak atau Ibu, apakah generasi mudah yang akan datang enggan
46
D. Kuisioner untuk responden kunci
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pekerjaan :
…………………
………………………………….
8. Apakah ada peraturan adat yang melindungi hutan dan mamalia possum?
adat?
10. Apakah Bapak mengetahui jenis-jenis mamalia possum apa saja ada
disini ?................
12. Apakah ada mamalia possum yang digunakan untuk upacara adat?
13. Menurut Bapak mamalia possum mudah untuk memperoleh dari hutan : a.
47
14. Dalam perburuan mamalia possum tersebut apakah berburu sendiri atau
Sangat berkurang
18. Jenis mamalia possum apakah yang sering dapat atau di jumpai?
Alasan……………...
19. Menurut Bapak mungkinkah kaum muda yang akan datang masih
Tidak, alasannya………….
20. Menurut Bapak, mungkinkah mamalia possum yang ada di hutan bisa
23. Apakah bapak pernah ikut terlibat di dalam pengambilan keputusan adat
24. Menurut bapak pemerintah buka jalan di tengah hutan ini baik ? (ya)
48
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Lampiran 3. Tallysheet
Teknik pengukuran tubuh Possum, mengacu pada pengukuran yang
dilakukan oleh Payne, (2000) yang terdiri dari: Sifat kuantitatif : (PT), (PE), (PT),
(PKB) dan (PTT). Selain itu, sebagai Variabel penunjang meliputi suhu,
49
Lampiran 4. Gambar. Peta Administrasi Kabupaten Lanny Jaya
50
Lokasi Penelitian
51