Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Papua merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dengan
luas wilayah ± 416.129 km2 (3,5 kali luas Pulau Jawa) atau 30% dari luas
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA seluruh wilayah daratan Indonesia. Papua juga dipenuhi dengan
UNIVERSITAS PAPUA keanekaragaman yang tinggi dipengaruhi oleh topografi dan letak wilayah
MANOKWARI yang luas, iklimnya sangat mendukung sehingga tipe ekosistem yang sangat
bervariasi memungkinkan menyimpan berbagai flora, fauna dan
Judul : Eksplorasi Jenis-Jenis Possum Akibat Dari mikroorganisme. Keberadaan kepulauan ini dengan ukuran yang bervariasi
Pembangunan di Lanny Jaya Makki merupakan salah satu faktor penunjang tingginya biodiversitas dan
endemisitas flora maupun fauna (Primack et al. 1998 dalam Krey 2008).
Seminaris : Eliben Kogoya
Nim : 2018 02 031 Namun sejarah geologi turut memberi kontribusi yang penting bagi
penyebaran flora dan fauna di Papua. Pulau New Guinea (Papua dan Papua
Pembimbing : 1. Ir, Febriza Dwiranti, M.Si, Ph.D
New Guinea) dapat dipandang dalam terminologi geologi yang sederhana
2. Dr. Irma.E. J.J Kawulur S.Si, M.Si
sebagai wilayah pegunungan, perubahan tektonik garis utara Australia
Moderator : Dr. Sepus Patem, S.Hut, M.Sc (Polhemus 2007). Garis pemisahan fauna oleh A.R. Walacea

Penyangga : 1. menginformasikan pola penyebaran possum hingga daerah pegunugan


2. tengah, salah satunya adalah Lanny Jaya.
Kabupaten Lanny Jaya adalah salah satu kabupaten di provinsi
Hari/Tgl :
Waktu : Papua terletak di Tiom, Kabupaten Lanny Jaya merupakan pemekaran dari
Tempat : Ruang Seminar PPS UNIPA Manokwari Kabupaten Jaya. Secara administrasi Kabupaten Lanny Jaya memiliki luas
wilayah 8.496 km2 didiami oleh 384. 628 jiwa, maka rata-rata tingkat

: kepadatan penduduk adalah sebesar 23,49 jiwa/km2. Ini berarti bahwa

1
setiap 1 km2 di huni sekitar 23 jiwa penduduk. Dari hasil sensus tahun 2005 dan mengurus kepentingan hidup dan kehidupan masyarakat dengan
di Kabupaten Lanny Jaya, diperoleh jumlah penduduk sebanyak 89.167 jiwa prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat
sementara pada sensus penduduk tahun 2013 diperoleh hasil sebesar setempat. Dengan adanya kewenangan, pemerintah dalam pembangunan
187.889 jiwa, maka laju pertumbuhan penduduknya sebesar 8,39 % per daerahnya disegala bidang menuju masyarakat yang sejahtera, damai, adil
tahun. dan makmur. Salah satu program pemerintah adalah pembukaan jalan dari
Pertumbuhan penduduk ini tergolong tinggi mengingat wilayah Wamena menghubungkan Lanny Jaya, untuk mempermudah moblisasi
pengunungan tengah terus mengalami perkembangan dengan semakin perekonomian. Di sisi lain pembukaan jalan juga mengancam masa depan
banyaknya penduduk yang datang dari luar untuk tingal di Lanny Jaya, hutan sebagai penyedia sumber daya alam atau (Biodiversitas), termasuk
Makki merupakan salah satu distrik yang perbatasan dari Kabupaten didalamnya mamalia Possum, serta masyarakat asli yang berdomisili
Jayawijaya dengan Kabupaten Lanny Jaya sehingga pada saat ini jumlah disekitarnya dan hidup tergantung kepada hutan tersebut.
penduduk di Makki makin meningkat. Seiring dengan meningkatnya Possum merupakan mamalia berkantung, endemik Papua dan
jumlah penduduk, kebutuhan akan pangan dan kegiatan pembangunan, dijadikan hewan yang diburu untuk dimanfaatkannya oleh manusia.
telah terjadi eksploitasi sumber daya alam hayati yang berlebihan, Kegiatan perburuan dan penangkapan possum yang tidak terkontrol
sehingga mengganggu kelestarian biodiversitas. akan berdampak pada terancamnya keberadaan possum di habitat aslinya.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa, Possum termasuk dalam kelas mamalia yang memiliki ciri khas hewan yang
pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa berkantung, ekornya prehensile, serta jari-jari kedua dan ketiga pada kaki
pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan belakang menyatu. Beberapa possum juga memiliki kemampuan melayang
pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal Flannery (1994). Possum terdiri dari enam famili tetapi yang terdapat di
ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan / perluasan (expansion) atau New Guinea ada lima Famili yaitu: Acrobatidae, Burramydae, Petauride,
peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, Pseudocheiridae dan Phalangeridae. Menurut Flannery, (1994). Penyebaran
sesuai dengan program-program yang sudah ditentukan secara politik oleh possum sangat luas, daerah Papua dan Papua New Guinea, oleh karena
para pengambil kebijakan. daerah-daerah ini memiliki satu daratan sehingga Possum di daerah ini
Pemerintah daerah Kabupaten Lanny Jaya mendapatkan hak berbeda dengan daerah lain.
otonomi khusus, berarti mendapatkan kewenangan khusus dalam mengatur

2
Pola penyebaran possum, berperanan penting yang dapat ditinjau lingkungan, dimana terjadi penebangan hutan yang menyebabkan
dari segi ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Possum memegang peranan berkurangnya SDA. Selain itu tingginya nilai pemanfaatan dan Aktifitas
penting di kehidupan liar sebagai salah satu penyeimbang dalam ekosistem penduduk untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sosialnya akan
karena mamalia menempati berbagai trophik. Peranan dalam ekologi yaitu meningkatkan laju pemanfaatan SDA. Pemanfaatan SDA yang tidak
sebagai penyebar biji di hutan Flannery, (1994). Menurut Menzies (1991), terkendali dapat mengancam kelangsungan hidup organisme dan
Peranan dalam ekonomi yaitu kulit possum dapat dijadikan sebagai bentuk lingkungannya yang mesti dapat merusaknya.
hiasan seperti souvenir antara lain: tas, dompet, topi, ada di jadikan sebagai
Masyarakat lokal, terus melakukan perburuan possum untuk
pajangan. Peranan sosial yaitu kerajinan tersebut akan digunakan dalam
memenuhi kebutuan sumber protein hewani. Salah satu alternatif adalah
acara ritual atau religius Menzies, (1991). Peranan penting possum akan
perburuan possum. Perburuan possum akan mengancam keberadaannya di
berubah ketika terjadi kerusakan hutan sebagai habitat possum akibat akses
alam. Sejahu ini, informasi mengenai possum di daerah Lanny Jaya belum
pembangunan infrastruktur jalan, perumahan penduduk dan eksploitasi
banyak meskipun sudah pernah melakukan survey oleh Tim Flannery
hutan.
(1991), di daerah Kwiyawagi. Kogoya (2016), di daerah Makki berhasil
menemukan jenis kuskus dari Famili Phalangeridae yaitu Phalanger
1.2 Perumusan Masalah
vestitus, Phalanger carmelitae, Phalanger sericeus. (Kogoya, dkk. 2016),
Pembangunan merupakan sebuah proses menuju perubahan sosial
menemukan Phalanger vestitus, Phalanger carmelitae. Dalam penelitian
yang mengarah ke kualitas hidup yang lebih baik tanpa merusaka
ini berfokus pada Famili Phalangeridae sehingga sebagian besar jenis
lingkungan. Proses pengubahan itu mengeksploitasi SDA dengan
possum belum terdokumentasi yaitu Famili; Acrobatidae, Burramydae,
melibatkan teknologi buatan manusia. Ilmu dan teknologi ini berkembang
Petauridae, Pseudochiridae dan Phalangeridae. Berdasarkan uraian latar
oleh semangat hidup yang berpusat pada kepentingan diri dan kebutuhan
belakang dan rumusan masalah, maka dapat di rumuskan permasalahan
manusia, Dalam arti manusia adalah pusat setiap kehidupan di alam.
penelitian sebagai berikut:
Pertambahan jumlah penduduk akan menaikkan aktifitas eksploitasi
hutan, sementara luas hutan dan kapasitas sumber dayanya tidak 1. Apakah semua jenis possum dari Famili Acrobatidae,
bertambah. Seiring dengan pembangunan di Lanny Jaya dan Burramydae, Petauridae, Pseudochiridae dan Phalangeridae, ini
meningkatnya aktivitas penduduk, sangat mempengaruhi kondisi terdapat di daerah Lanny Jaya Makki?

3
2. Apakah akibat dari pembangunan di Lanny Jaya mempengaruhi II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN
keberadaan possum dan merusak lingkungan sebagai habitat
alaminya? 2.1 Klasifikasi Possum

1.3 Tujuan Penelitian 2.1.1 Ciri Morfologi Possum


2.1.2 Habitat dan Kebiasaan Hidup Possum
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin
2.1.3 Pakan Possum
dicapai dari penelitian ini adalah:
2.1.4 Perburuan Possum
1. Untuk menggetahui dan mendeskripsikan ciri morfologi pada
2.1.5 Nilai dan Pemanfaatan Possum
semua jenis-jenis possum yang dapat ditemukan di Lanni Jaya.
2.1.6 Status Konservasi Possum
2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keberadaan possum di alam.
2.2 Perencanaan dan Pembagunan
1.4 Manfaat Penelitian
2.2.1 Perencanaan
Manfaat penelitian ini adalah : 2.2.2 Pembangunan
1. Bagi pemangku kebijakan instansi pemerintah, peneliti dan 2.2.3 Aktivitas Penduduk
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam upaya-upaya 2.2.4 Keadaan umum Daerah
konservasi bagi mamalia possum, melindunggi sumber daya alam a. Letak Dan Luas Daerah
hayati, yang ada di Lanny Jaya Papua. b. Iklim dan Topografi
2. Memberikan informasi dasar bagi penelitian-penelitian 2.2.5 Teori Etika Lingkingan Hidup
selanjutnya, dan bermanfaat bagi masyarakat setempat mengenai a. Teori Antroposentrisme.
keberadaan jenis - jenis possum. b. Teori Biosentrisme
c. Teori Ekosentrisme
2.2.6 Prinsip – Prinsip Etika Lingkungan Hidup

4
2.3 Kerangka Penelitian III METODE PENELITIAN
Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini diuraikan sebagaimana
3.1 Waktu dan Tempat
tertera pada gambar dibawah ini.
Penelitian ini akan dilaksanakan selama ± 1 (satu) bulan, tahun 2020,
bertempat di daerah pegunungan tengah, Distrik Makki Kabupaten Lanny
Pembangunan
Kabupaten Lanny Provinsi Papua.
Jaya
3.2 Alat dan Bahan
*Possum
Pembangunan 3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kamera,
Teori dan Prinsip- GPS (Global Positioning System), timbangan gantung,
Prinsip Etika
Lingkungan meteran, thermohigrometer, dan mengacu pada buku
identifikasi Flannery (1995) dan Menzies (1991) Yang
* Habitat dan Pakan Respon Masyarakat Sistem Perburuan
menjadi Obyek penelitian adalah mamalia possum
Possum. Tentang Nilai Sosial Budaya
* Status Konservasi Infrastruktur Dan Ekonomi 3.2.2 Bahan
Bahan yang akan digunakan adalah alcohol, kuisioner yang
Hasil penelitian
Pembahasan disiapkan untuk wawancara secara langsung pada informan
kunci.
3.3 Rancangan Yang Digunakan Dalam Penelitian
Rekomendasi
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan teknik
Gambar. Kerangka Penelitian observasi atau pengamatan secara langsung dilapangan. Selain itu juga
dilakukan wawancara kepada masyarakat setempat untuk mengetahui
informasi kerusakan habitat, keberadaan spesies possum serta
pemanfaatannya. Rancangan penelitian ini menggunakan metode:

5
a. Observasi, yaitu pengambilan data dilakukan melalui 3.4.3 Penangkapan
survey langsung di lapangan terhadap objek penelitian. Untuk mencari dan menangkap possum dilakukan pada
b. Wawancara yaitu; wawancara langsung kepada malam hari pukul 20.00 WIT - 05.00 WIT. Menurut
masyarakat / informan kunci dengan menggunakan masyarakat bahwa pada jam ini possum keluar untuk
bantuan kuisioner. mencari makan dan beraktivitas. Pencarian possum
c. Studi kepustakaan, yaitu beberapa buku atau literatur dilakukan bersama masyarakat setempat yang memliki
sebagai landasan teori penelitian dan Buku identifikasi keahlian dalam menangkap possum. Saat possum ditangkap
possum juga melakukan pengukuran suhu dan kelembaban dengan
3.4 Prosedur Penelitian menggunakan termohigrometer. Ketinggian tempat
Prosedur penelitian ini meliputi beberapa tahap: ditemukan possum diukur dengan altimeter sedangkan yang
3.4.1 Survey awal tertangkap, diukur dan didokumentasi.
Survey awal dilakukan guna mengetahui keadaan lokasi 3.4.4 Pengamatan Morfologi dan Pengukuran
penelitian, dan tingkat pemanfaatan possum oleh masyarakat Pengamatan morfologi possum meliputi jenis kelamin, warna
di Distrik Makki dan melakukan wawancara dengan rambut, kondisi rambut dan pola warna pada bagian tubuh
masyarakat setempat yang hali berburu possum. Serta serta ada tidaknya garis atau totol, pengamatan morfologi
melakukan koordinasi dengan kepala Distrik berkaitan mengacu pada Buku Flannery, (1995). Pengukuran
dengan pembanguna jalan. dilakukan dengan menggunakan meteran rol (200 cm) dan
3.4.2 Persiapan dinyatakan dalam satuan milimeter, sedangkan untuk
Persiapan ini dilakukan dengan pendekatan dan wawancara menimbang berat badan menggunakan timbangan gantung
beberapa kepada Kepala Kampung, Tokoh Gereja dan dinyatakan dalam gram (g).
masyarakat setempat untuk mengetahui keadaan lokasi Teknik yang dipakai untuk mengukur tubuh possum
penelitian. Persiapan semua peralatan yang digunakan dalam mengacu pada pengukuran yang dipakai oleh Payne (2000) yaitu:
penelitian. 1. Panjang Kepala Tubuh (PKT)
Diukur dari anus sampai didepan hidung.

6
2. Panjang Telinga (PT) 1. Variabel utama meliputi sifat kualitatif dari possum :
Diukur dari bagian luar yang terbuka sampai ujung. Jenis kelamin, ciri morfologi dan warna rambut,
3. Panjang Total Tubuh (PTT) (tekstur rambut, pada bagian dorsal, ventral, kepala,
Diukur dari bagian depan kepala (ujung moncong) hidung, telinga, kaki dan ekor).
sampai lekukan pada ujung ekor. 2. Sifat kuantitatif : Panjang kepala tubuh (PT), panjang
4. Panjang Ekor (PE) ekor (PE), panjang telinga (PT), panjang kaki belakang
Diukur dari pangkal anus sampai ujung ekor tidak (PKB) dan total tubuh (PTT).
termasuk rambut atau buluh yang memanjang melebihi 3. Variabel penunjang meliputi suhu, kelembaban,
ekor. ketinggian tempat dan waktu aktivitas possum saat
5. Panjang kaki belakang (PKB) tertangkap.
Diukur dari tumit kaki belakang sampai pada jari 3.6 Analisis Data
panjang tidak termasuk jari kuku.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan
6. Bobot Badan (BB)
dalam bentuk tabel dan gambar.

Gambar 3.1 Cara Pengukuran possum Payne (2000).

3.5 Variabel penelitian


Variable pengamatan dalam objek penelitian ini adalah sifat-sifat
kuantitatif dan kualitatif serta variabel penunjang:

7
DAFTAR PUSTAKA Dwiranti, F & Yohanita A.M. 2009. Karakteristik Morfologi Fossum Di
Sekitar Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak
Alikodra H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar jilid 1. Dparteman Manokwari Berkala Penelitian Hayati Journal. Hal.23-
Pendidikan dan Kebudayaan.Direktorat Jenderal 28.
Pendidikan Tinggi. Pusat Istudi Antar Universitas Ilmu Fatem S. Sawen D. 2007. Jenis Kuskus Di Pantai Utara Manokwari
Hayat. Bogor. Papua. Biodiversitas 8 (2) : 233-237.
A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup (Jakarta: PT Kompas Media Flannery, T. 1994. Possums Of The World A Monograph Of The
Nusantara, 2010). Phalangeroidea. Robert Brown and Associates
Astuti, T.W. 2005. Eksporasi Jenis Kuskus di Pulau Yoop Distrik Australia.
Windesi Kabupaten Teluk Wondama. Skripsi Jurusan Flannery, T. 1995. Mammals Of New Guinea. Reed Books, Australia.
Biologi – FMIPA UNIPA. Manokwari. Hoeve, W.V 1988. Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna Mamalia 1. PT
Asmawati. S. 2010. Identifikasi Jenis Possum Di Saukorem Distrik Ichitar Baru Van Hoeve. Jakarta.
Amberbaken, Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Kogoya, E. 2016. Morfologi Jenis Kuskus Famili Phalangeridae Dari
Skripsi. .MIPA. Universitas Negeri Papua. Manowari. Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah Di Pulau Papua.
Atmodjo, E. J . Wanggai. H.Yuwano, F. Pattiselanno. 1998. Pemantapan Universitas Papua. Manokwari.
Dasar-Dasar dan Perencanaan Pengelolahan Kawasan Kogoya, E. Maker, P.U, Dwiranty, F. 2016. Morfology of cuscus
Lindung Di Kab. Dati II Nabire. Pusat Studi Lingkungan (Phalangeridae) From Lanny Jaya, Papua. UNIPA.
Faperta Uncen. Manokwari. Manokwari.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali. 2009. Peraturan pemerintah Menzies, J. 1991. A Handbook Of New Guinea Marsupials &
nomor 7 tahun 1990.http://www.ksda Monotremes. Kristen Pres Terjemahan dari: The
bali.go.id/upload/2009/05/pp-no-7-thn-1999- Biodiversity Of New Guinea. 
pengawetan jenis .pdf.( : 03/ Mei/2014 21:37:35) Pattiselanno, F. 2003. The Wildlive Volue: Example West
BPS Provinsi Papua. 2005. Data Jumlah Penduduk. Jayapura Papua. Papuaindonesia. Tiger Paper 30 (1) 27-29.
Pattiselanno, F. 2004. Berburu Rusa Di Rimba Papua. Majalah
Departemen Kehutanan. 2000. Undang-Undang No 5 tahun 1990.
Pertanian Berkelanjutan SALAM. No 08.33.Sep.2004.
http://www. Dephut.go. id/files/ Undang-Undang
Pattiselanno, F., 2005. Traditional Hunting for Sustainable Wildlife
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990. fdf. (03/
Management (Current Review on Wildlife Hunting
Mei/2014 22:10:50).
in West Papua). Proceeding of the 7th of New Guinea
Diane. P. 2003. Analisis Pembangunan Desa Wilayah. Tesis pasca
Biological Conference, Universitas Cenderawasih
sarjana unstrat manado.
Jayapura, June 16-18, 2005.

8
Pattiselanno, F. 2006. The Wild Life Hunting In Papua. Biota Vol. XI Kartomo, W. 1981. Kebijaksanaan Kependudukan dalam Dasar-Dasar
(1) : 561. Demografi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Pattiselanno, F. 2007. Perburuan Kuskus Oleh Masyarakat Napan di
Pulau Ratewi Nabire Papua. Biodiversitas . vol 18
(4)121 – 126.
Payne J. dan C.M.Francis. 2000. Panduan Lapangan Mamalia Di
Kalimantan Sabah, Serawak dan Brunei
Darussalam. The Sabah Society and Wildife
Conservation, WWF. Malaysia.
Petocz , R.G. 1994. Mamalia Darat Irian Jaya. PT. Gramedia Pustaka
Utama Jakarta.
Primack et al dalam. Krey K. 2008. Daerah Penyebaran Dan Variasi
Morfologi Ular Putih Micropechis Ikaheka Di Papua. Intitut
Pertanian Bogor. Bogor.

Polhemus DA, Allen GR. 2007. Freshwater Biogeography of Papua. Di


dalam: Marshall AJ, Beehler BM, editor. The Ecology
Retnaningtyas, I. 2014. Jenis – Jenis Possum Di Kawasan Gunung
Kabori (Gunung Kapur) Maruni Manokwari.
Skripsi. Jurusan Biologi – FMIA UNIPA.Manokwari.
Sinery, A.S. 2006. Jenis Kuskus Di Taman Wisataa Wunung
Mejakabupaten Manokwari, Irian Jaya
Barat.Biodiversitas 7 (2):175-180
Sugiharto. 2007. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah. Medan:
USUpress

Wakum M.W. 2007. Kajian Morfologi Jenis Kuskus Di Kampong


Saukorem Distrik Amberbakenkabupaten
Manokwari. Skripsi Jurusan Biologi Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Negeri Papua. Manokwari.

Anda mungkin juga menyukai