Anda di halaman 1dari 10

ISSN : …. - ….

Volume 1, Nomor 1, Juni 2020

POLA PERBURUAN KUSKUS (PHALANGERIDAE) OLEH MASYARAKAT


DESA AYOMBAI DI PULAU MOOR DISTRIK KEPULAUAN MOORA
KABUPATEN NABIRE

Mesak Gobai, Mery Christiana Simanjuntak1, Ance Degei2


Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian dan Peternakan
Universitas Satya Wiyata Mandala Nabire
email: meryc.simanjuntak@gmail.com dan oncedegei23@yahoo.com

ABSTRACT
Seperti umumnya masyarakat di beberapa daerah lainnya di Indonesia, masyarakat Papua
yang tinggal di daerah pedalaman, penduduk juga hidup dari kemurahan alam dengan cara meramu,
berburu, bertani, maupun memanfaatkan hasil laut. Berburu dan mengekstraksi satwa dari alam
sudah merupakan kegiatan turun temurun dan terus dipraktekkan sampai saat ini, karena merupakan
salah satu aspek hidup yang penting dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
lingkungan sosialnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola perburuan kuskus oleh masyarakat di
Pulau Moor Distrik Kepulauan Moora Desa Ayombai Kabupaten Nabire. Penelitian ini
dilaksanakan bulan Agustus 2019. di Pulau Moor, Distrik Kepulauan Moora, Desa
Ayombai, Kabupaten Nabire. Metode yang digunakan pada Penelitian ini, Adalah:
metode deskriptif dengan teknik berburu langsung dilapangan besama Kepala Desa dan
Penduduk Ayombai dan wawancara semistruktural (wawancara langsung) pada
penduduk setempat.
Hasil penelitian didapatkan, bahwa pola perburuan kuskus di desa ayombai, pulau
moor, distrik kepulauan moora diatur oleh adat istiadat setempat dan masih dikatakan
aman karena masih menggunakan alat tradisional serta tidak menebang pohon untuk
berburu kuskus, dimana tingkat perburuan kuskus adalah 4,7% dari jumlah kepala keluarga
yang ada sebanyak 64 KK. Terdapat 2 jenis kuskus, yaitu; Kuskus bertotol (Spilocuscus
maculatus) dan kuskus tidak bertotol (Phalanger orientalis) dan 14 jenis-jenis vegetasi
pakan alami kuskus.

Kata Kunci: Pola Perburuan, Kuskus, Adat Istiadat,Alat Tradisional

45
ISSN : …. - ….
Volume 1, Nomor 1, Juni 2020

PENDAHULUAN Wilayah itu terhampar di seputar


leher burung pulau Papua atau
A. Latar Belakang tepatnya berada di pesisir Teluk
Seperti umumnya masyarakat di Cenderawasih. Secara geografis,
beberapa daerah lainnya di Indonesia, terletak pada posisi antara 134,35-
masyarakat Papua yang tinggal di daerah 138,02 bujur timur dan 2,25-4,15
pedalaman, penduduk juga hidup dari lintang selatan. Luas wilayah daerah
kemurahan alam dengan cara meramu, tersebut kurang lebih 16.350 km yang
berburu, bertani, maupun memanfa-atkan berbatasan langsung dengan Teluk
hasil laut. Berburu dan mengekstraksi Sarera (di sebelah utara); Kabupaten
satwa dari alam sudah merupakan Kaimana dan Kabupaten Mimika (di
kegiatan turun temurun dan terus sebelah selatan); Kabupaten
dipraktekkan sampai saat ini, karena Waropen dan Kabupaten Paniai (di
merupakan salah satu aspek hidup yang sebelah Timur); Kabupaten Teluk
penting dan merupakan bagian yang tidak Wondama (Di sebelah barat).
terpisahkan dengan lingkungan sosialnya. Sementara itu, topografi
Kuskus adalah salah satu satwa perkampungan Suku Moor juga
yang menjadi target perburuan yang bervariasi. Ada beberapa wilayah
dari waktu ke waktu semakin marak yang bertopografi datar,
dilakukan untuk dikonsumsi dan dan bergelombang, berbukit, dan
dijual guna mendapatkan tambahan bergunung. Selain dihiasi oleh
pendapatan keluarga (Pattiselanno, keindahan pantainya, Pulau Moor
2006). Beberapa studi di kawasan juga memiliki hutan. Di hutan
tropis (Robinson dan Redford, 1994); tersebut hidup beberapa spesies
Robinson dan Bodmer, 1999) binatang, seperti Maleo kecil
menyimpulkan bahwa perburuan satwa (Megapodius freycent) dan beberapa
di area hutan hujan tropis tidak lagi jenis kuskus, ular, kelelawar dan babi
sustainable (lestari) dan sumberdaya hutan.
satwa liar di area hutan ini sangat Kuskus adalah hewan
rawan terhadap eksploitasi berlebihan, berkantung (marsupial), aktif di
sehingga spesies satwa buruan malam har (nocturnal), berekor
dikhawatirkan dapat menuju panjang yang kuat (prehensile), dan
kepunahan. termasuk dalam famili Phalangeridae.
Salah satu daerah di Provinsi Phalangeridae memiliki enam genus
Papua yang merupakan habitat kuskus yaitu, Trichosurus, Wyulda, Ailurops,
adalah Pulau Moor yang terdapat di Phalanger, Spilocuscus, dan
Kabupaten Nabire. Pulau Moor, Strigocuscus. Di Indonesia, kuskus
didalamya bermukim Suku Moor, dari genus Ailurops, Phalanger,
termasuk salah satu suku yang berada Spilocuscus, dan Strigocuscus
di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. menyebar terbatas hanya di Indonesia

46
ISSN : …. - ….
Volume 1, Nomor 1, Juni 2020

bagian Timur (Sulawesi, Maluku, dilakukan dengan cara menebang


Papua, dan Pulau Timor), (Wiipedia, pohon sarang maupun sumber
2019). Di Indonesia kuskus pakan kuskus. Pakan merupakan
dikategorikan sebagai satwa liar yang kebutuhan dasar yang berfungsi
dilindungi (Suyanto, Yoneda, sebagai penyusun tubuh, sumber
Maryanto, Maharadatunkamasi, & energi dan pengatur proses
Sugardjito, 2002). Indonesia sudah metabolisme (Soemarwoto, 1991).
melindungi kuskus sejak tahun 1990 Tekanan perburuan dengan cara
melalui Peraturan Perburuan Binatang menebang pohon sarang dan sumber
Liar (PPBL) No. 226/1931, UU No. pakan dikuatirkan akan mengganggu
5/1990 tentang konservasi sumber populasi kuskus di alam akibat
daya alam hayati dan ekosistemnya, kehilangan tempat berlindung dan
dan UU No. 7/1999 tentang sumber pakan. Strategi
pengawetan jenis tumbuhan dan pengembangan konservasi kuskus
satwa (Saragih, Sadsoeitoeboen, & berdasarkan asal habitatnya akan
Pattiselanno 2010; Pattiselanno, lebih terarah dan berhasilguna apabila
2007). informasi tentang pola perburuan
Kuskus adalah salah satu satwa kuskus dan potensi tentang jenis-jenis
yang menjadi target perburuan yang vegetasi sebagai pakan kuskus dapat
dari waktu ke-waktu semakin marak diketahui dengan pasti.
dilakukan untuk dikonsumsi dan dan Serangkaian penelitian telah
dijual guna mendapatkan tambahan dilakukan untuk mengkaji pemanfaatan
pendapatan keluarga (Pattiselanno, kuskus oleh masyarakat dan dampaknya
2006). Beberapa studi di kawasan terhadap usaha perlindungan kuskus
tropis (Robinson dan Redford, 1994); sebagai spesies asli Papua dan masih
Robinson dan Bodmer, 1999) adanya perburuan kuskus, yang masih
menyimpulkan bahwa perburuan satwa dilakukan oleh masyaraat pedalaman di
di area hutan hujan tropis tidak lagi Papua terhadap kuskus, berdasaran hal
sustainable (lestari) dan sumberdaya tersebut, penulis tertarik untuk
satwa liar di area hutan ini sangat melakukan penelitian tentang kuskus,
rawan terhadap eksploitasi berlebihan, khususnya yang berada di Pulau Moor,
sehingga spesies satwa buruan Kabupaten Nabire.
dikhawatirkan dapat menuju
kepunahan. B. Rumusan Masalah.
Penelitian yang dilakukan Bagaimana pola perburuan kuskus oleh
oleh Pattiselanno (2007), mencatat masyarakat di Pulau Moor Distrik
bahwa perburuan kuskus oleh Kepulauan Moora Desa Ayombai
masyarakat di pulau Ratewi-Papua Kabupaten Nabire.
dilakukan dengan menggunakan
kombinasi peralatan panah, parang C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
dan tombak serta umumnya

47
ISSN : …. - ….
Volume 1, Nomor 1, Juni 2020

Penelitian ini bertujuan untuk sedangkan di dalam kawasan hutan


mengetahui pola perburuan kuskus oleh dan areal pertanian penduduk
masyarakat di Pulau Moor Distrik umumnya jenis tanah podsolik merah
Kepulauan Moora Desa Ayombai kuning dengan struktur remah dan
Kabupaten Nabire. Informasi yang menggumpal. Tekstur sebagian besar
diperoleh diharapkan dapat tanah adalah lempung berpasir.
memberikan informasi, mengenai Kawasan hutan Pulau Moor
gambaran tentang pola perburuan memiliki topografi yang landai,
kuskus oleh masyarakat di Pulau Moor bergelombang serta berbukit dengan
Distrik Kepulauan Moora Desa tingkat kemiringan dapat mencapai
Ayombai Kabupaten Nabire 50% dan ketinggian antara 0–20
meter di atas permukaan laut. Di
TINJAUAN PUSTAKA Pulau Moor, Distrik Kepulauan
Moora, terdiri dari 2 Desa, yaitu:
A. Deskripsi Singkat Pulau Moor Desa Ayombai dan Desa Kama.
Pulau Moor merupakan salah
satu pulau di dalam gugusan B. Deskripsi Kuskus (Phalangeridae)
kepulauan Moor yang terletak di Klasifiasi Ilmiah Kuskus adalah
Timur Laut Kota Nabire. Secara sebagai berikut:
geografis, terletak antara 2°50’ LS– Kingdom : Animalia
3°00’ LS dan antara 135°40’ BT– Filum : Chordata
135°50’ BT, sedangkan secara Kelas : Mamalia
administratif pemerintahan pulau Moor Subkelas : Marsupialia
termasuk di dalam wilayah Distrik Ordo : Diprotodontia
Kepulauan Moora, kabupaten Nabire, Famili : Phalangeridae
dengan total luas wilayah 1350 Ha. Genus :
Jarak dari kota Kabupaten (Nabire) ke 1. Ailurops (Terdapat di Indonesia)
lokasi penelitian kurang lebih 30 km 2. Phalanger (Terdapat di Indonesia)
dan dapat ditempuh dengan perahu 3. Spilocuscus (Terdapat di Indonesia)
motor selama ± 2 jam. 4. Strigocuscus (Terdapat di Indonesia)
Curah hujan rata-rata 4,596 5. Wyulda
6. Trichosurus
mm per tahun dengan rata-rata hari
Widayanti et all, 2007)
hujan 232,8 hari per tahun; rata-rata
Kuskus adalah mamalia berka
temperatur minimum 23,12 °C per
ntung (Marsupialia), beraktifitas di
tahun, rata-rata temperatur biasa 27,76
malam hari (Nokturnal), termasuk
°C per tahun dan rata-rata temperatur
dalam famili Phalangeridae.
maksimum 31,18 °C per tahun serta
Kelompok hewan ini persebarannya
rata-rata kelembaban udara 82,2% per
terbatas di Indonesia bagian timur
tahun.
(Sulawesi, Maluku, dan Papua),
Tanah di sekitar pemukiman
Australia dan Papua New Guinea.
penduduk adalah tanah pasir berbatu,

48
ISSN : …. - ….
Volume 1, Nomor 1, Juni 2020

Total genus kuskus di dunia ada enam berlangsung hanya beberapa minggu.
genus yakni : Ailurops, Phalanger, Seperti semua marsupialia lainnya,
Spilocuscus, Strigocuscus, Wyulda kuskus betina memiliki kantong di
dan Trichosurus, tempat genus yang perutnya dimana bayi kuskus baru
disebut pertama dapat ditemukan di lahir merangkak masuk dan bertahan
Indonesia (Widayanti et all, 2007). sampai mereka lebih besar dan bisa
Kuskus diketahui berkisar mulai makan sendiri. Biasanya hanya
dalam ukuran, dari hanya 15 cm satu dari bayi kuskus yang akan
sampai lebih dari 60 cm, meskipun bertahan dan keluar dari kantong
kuskus berukuran rata-rata cenderung setelah 6 atau 7 bulan (http://a-z-
sekitar 45 cm (18 inci). Kuskus juga animals.com/animals/cuscus/, 2017).
memiliki cakar yang panjang dan
tajam yang membantu kuskus saat C. Perilaku Kuskus di Alam
bergerak di sekitar pepohonan. Kuskus adalah hewan pemakan buah
Kuskus memiliki bulu yang tebal dan (frugivorous) dan pemakan daun
bermacam warna seperti coklat, hitam (folivorous), tetapi ada pula kuskus
dan putih. Selain itu kuskus yang pemakan segala (omnivorous).
mempunyai ekor yang panjang dan Peneltian Farida et al., (1999),
kuat (prehensile) yang berfungsi menunjukkan bahwa di Irian Jaya,
sebagai alat untuk berpegangan saat tercatat 56 jenis tumbuhan hutan yang
berpindah dari satu dahan ke dahan dipilih kuskus sebagai sumber
lainnya. Ekor kuskus juga menjadi pakannya. Kuskus merupakan hewan
senjata pertahanan dengan cara akrobat gerak lambat, nocturnal, serta
mengaitkan ekornya kuat-kuat pada soliter. Pada siang hari, hewan
batang atau cabang pohon (http://a-z- tersebut beristirahat dan berlindung di
animals.com/animals/cuscus/, 2017). dalam lubang batang pohon atau daun
Kuskus menghabiskan yang lebat. Kuskus memiliki
hidupnya hampir secara khusus di kemampuan memanjat di antara
pepohonan. Kuskus berada di dahan pepohonan dengan gerakan
pepohonan pada siang hari, tertidur di yang sangat cepat.
dedaunan lebat dan terbangun di
malam hari untuk mulai bergerak D. Habitat Kuskus
melalui pepohonan untuk mencari Kuskus merupakan marsupial
makanan. Kuskus adalah hewan nokturnal yang herbivoral dan hidup
herbivora, makanan utama kuskus pada tempat-tempat yang jauh dari
adalah daun dan buah (http://a-z- gangguan. Satwa ini biasanya
animals.com/animals/cuscus/, 2017). melakukan aktifitasnya pada malam
Kuskus berkembang biak hari dan beristirahat di siang hari pada
sepanjang tahun. Kuskus betina pepohonan yang rimbun, pada lubang
melahirkan antara 2 sampai 4 anak -lubang di dalam tanah atau di celah-
kuskus setelah masa kehamilan yang celah batuan. Kadang-kadang mereka

49
ISSN : …. - ….
Volume 1, Nomor 1, Juni 2020

beristirahat (tidur) dengan endemisitas suatu fauna atau flora di


membungkuk dan merneluk dahan suatu wilayah, yang nantinya dapat
potion pada kondisi tajuk yang tidak merancang suatu kawasan konservasi
rimbun/terbuka. yang sesuai dengan sebaran
Menzies (1990), menyebutkan daerahnya (Shekelle & Leksono,
bahwa hingga kini habitat kuskus di 2004
alam belum banyak diketahui.
Disebutkan pula bahwa satwa ini
umumnya tersebar pada ranges
ketinggian 0 - 3.900 meter di atas
permukaan taut, terutama pada tempat METODOLOGI PENELITIAN
-tempat yang berhutan. Jenis
Spilocuscus maculatuc dan A. Waktu Dan Tempat Penelitian
Spilocuscus rufbniger, umumnya Penelitian ini dilaksanakan selama 3
hidup pada hutan dataran rendah hari, mulai taggal 29 sampai tanggal
Utara New Guinea dengan ranges 31 Agustus 2019. di Pulau Moor,
ketinggian 0 - 1,200 meter dpl, Distrik Kepulauan Moora, Desa
biasanya dijumpai pada hutan-hutan Ayombai, Kabupaten Nabie.
primer, namun kadang Spilocuscus
Maculatus dijumpai pada hutan B. Alat dan Objek Penelitian.
sekunder, bahkan pada, daerah Alat yang digunakan dalam penelitian
bervegetasi mangrove. Phalanger ini adalah: lampu senter, parang,
orientalis biasanya tersebar pada tombak, kamera cannon, pulpen, buku
hutan-hutan dataran rendah dan hutan tulis.
-hutan perbukitan yang ditumbuhi Objek Penelitian ini adalah: Pola
vegetasi Eucalyptus sp. dengan berburu kuskus di desa Ayombai di
ranges ketinggian 0 - 1500 meter dpl. Pulau Moor, Distrik Kepulauan
Moora, kabupaten Nabire
E. Konservasi.
Endemisitas adalah konsep yang C. Metode Penelitian
terpenting dalam konservasi spesies Metode yang digunakan pada
yang sebarannya terbatas di wilayah penelitian ini, Adalah: metode
tertentu. Distribusi flora dan fauna deskriptif dengan teknik berburu
secara menyeluruh dengan langsung dilapangan besama Kepala
biogeografi dapat dipelajari, karena Desa dan Penduduk Ayombai dan
flora dan fauna dapat tersebar secara wawancara semi struktural
tidak acak, namun hanya dijumpai (wawancara langsung) pada
pada daerah-daerah tertentu. Oleh penduduk yang berada Desa Ayombai
sebab itu, data sebaran biogeografi di Pulau Moor, Distrik Kepulauan
spesies tertentu dapat dimanfaatkan Moora, untuk memperoleh data
untuk mengidentifikasi daerah

50
ISSN : …. - ….
Volume 1, Nomor 1, Juni 2020

tentang pola perburuan kuskus di desa 2) Perburuan dilakukan langsung


ayombai tersebut. dilapangan, bersama Kepala Desa
dan penduduk di desa Ayombai.
D. Variabel Pengamatan 3) Hasil Wawancara berupa data di
Variabel utama yang diamati dalam masukkan dalam tabel untuk
penelitian ini adalah Pola perburuan mengetahui pola dan tingkat
kuskus dan variabel penunjang adalah perburuan kuskus didesa ayombai.
tingkat perburuan, jenis kuskus dan 4) Perburuan langsung
jenis vegetasi pakan kuskus yang didokumentasikan dengan
terdapat di Desa Ayombai diPulau menggunakan kamera.
Moor, Distrik Kepulauan Moora, Pengamatan langsung jenis kuskus
Kabupaten Nabire. dan jenis vegetasi pakan kuskus
E. Analisis Data didokumentasikan dengan
Data yang dikumpulkan, disajikan menggunakan kamera
dalam bentuk tabel dan gambar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
F. Pelaksanakan Penelitian. Dari hasil wawancara dengan
Penelitian ini dilaksanakan dengan Kepala Desa Ayombai, yaitu bapak Anreas
tahapan sebagai berikut: Tawaru dan penduduk serta perburuan
1) Wawancara langsung dengan yang dilakukan secara langsung dilapangan,
kepala Desa dan penduduk di desa Ayombai, diperoleh data sebagai
ayombai sebagai responden untuk berikut :
mengetahui pola atau kebiasaan
berburu kuskus di desa tesebut.
Tabel. 1. Pola Perburuan Kuskus Di Desa Ayombai
Pola Perburuan Kuskus di Desa Ayombai
Diatur Oleh Adat istiadat Desa Ayombai:
1) 1 x Perburuan, hanya boleh dilakukan oleh 1 KK saja/minggu,
2) Perburuan berikutnya oleh KK yang lain lagi dengan sistim bergilir,
3) Setiap Perburuan yang dilakukan, hanya boleh berburu kuskus sebanyak 1-2 ekor saja,
Lokasi berburu, polanya berpindah tempat, yaitu: lokasi berburu disekitar wilayah desa ayombai, dimana,
tempat berburu yang sudah dilakukan perburuan oleh KK sebelumnya, berikutnya yang mau berburu harus
cari tempat yang lain lagi.
Keterangan:
1. KK : Kepala Keluarga
2. Sumber : Pengolahan Data Primer, 2019

Tabel. 2. Tingat Perburuan Kuskus Di Desa Ayombai


Jumlah Nama KK Yang Berburu Kukus Di Desa Ayombai Tingkat Perburuan
Penduduk
1) KK – 1
a. Anreas Tawaru (Kepala Keluarga / Kepada Desa Ayombai
64 KK 4,7 %
b. Yohanes Morare (anggota keluarga)
c. Yosep Morare (anggota keluarga)

51
ISSN : …. - ….
Volume 1, Nomor 1, Juni 2020

2) KK – 2
a. Yakob Sembor (Kepala keluarga)
b. Ishak Sembor (anggota keluarga)
c. Hurbanus Morare (anggota keluarga)
3) KK – 3
a. Dafit Sembor (Kepala keluarga)
b. Sakarias Morare (anggota keluaga)
Keterangan :
1. KK : Kepala Keluarga
2. Sumber : Pengolahan Data Primer, 2019

Dari Tabel 1 dan 2, diperoleh menggunaan lampu senter, hanya


bahwa pola perburuan kuskus di desa menggunakan tombak kayu ukuran 1 m,
Ayombai diatur oleh adat istiadat parang dan hanya menggoyang-
setempat, seiring dengan pola kebiasaan gayangkan pohon tempat bersarang
mayarakat di desa ayombai yang sudah kuskus agar kuskus jatuh. tetapi tidak
turun temurun diwariskan oleh nenek menebang pohon tempat kuskus
moyang masyarakat desa ayombai yaitu bersarang, Perburuan kuskus ini tidak sama
kebiasaan berburu kuskus, hal ini seiring seperti pada penelitiam terdahulu yag
dengan pernyataan Agustina, et all., dilakukan oleh Pattiselanno (2007),
(2015), yaitu berburu satwa dari alam sudah mencatat bahwa perburuan kuskus oleh
merupakan kegiatan turun temurun dan terus masyarakat di pulau Ratewi-Papua
dipraktekkan sampai saat ini, karena umumnya dilakukan dengan cara
merupakan salah satu aspek hidup yang menebang pohon sarang maupun
penting dan merupakan bagian yang tidak sumber pakan kuskus, sehingga jenis
terpisahkan dengan lingkungan sosialnya. vegetasi pakan kuskus tetap tersedia
Perburuan terhadap kuskus yang didesa ayombai berdampak pada
dilakukan oleh masyarakat di desa Ayombai pelestarian kuskus di desa Ayombai yang
tidak boleh sembarangan tetapi sudah diatur masih terjaga dengan baik, hal ini dibuktikan
oleh aturan adat istiadat yang ada di desa dengan jumlah populasi kuskus yang masih
Ayomnbai, hal ini dapat dilihat dari pola banyak dijumpai di desa Ayombai Di pulau
berburu kuskus yang sudah diatur pada pola moor Distrik Kepulauan Moora Kabupaten
perburuannya oleh adat istiadat setempat, Nabire (disarankan dipenelitian ini untuk
tingkat perburuan kuskus di desa Ayombai penelitian lanjut tentang jumlah populasi
yang hanya 4,7 % dari 64 kepala keluarga kuskus di Pulau Moor).
yang ada didesa Ayombai, tingkat perburuan Seiring waktu berjalan, adanya
di desa Ayombai ini masih dikatakan aman beberapa penelitian kuskus yang
karena tingkat perburuannya hanya 4,7 % dari dilakukan dan diinformasi yang selalu
jumlah 64 kepala keluarga yang ada, disampaikan pada masyarakat di Pulau
Pola Perburuan kuskus di desa Moor, bahwa kuskus adalah satwa liar
Ayombai yang diatur oleh adat istiadat, dialam yang dijaga kelestariannya oleh
tidak menggunakan alat moderen seperti Pemerintah agar tidak punah, berdampak
senapan, berburu pada malam hari positif bagi masyarakat di Pulau Moor,

52
ISSN : …. - ….
Volume 1, Nomor 1, Juni 2020

yaitu meningkatnya tingkat kesadaran juga bisa dijadikan destinasi ekowisata di


tokoh masyarakat dan masyaraat kabupaten Nabire
setempat akan pentingnya pelestarian
kuskus dimasa kini dan masa yang akan PENUTUP
datang, sebagai warisan nenek moyang
dan satwa liar yang dilindungi oleh A. Kesimpulan
Pemerintah, hal ini dapat dilihat dari 1. Pola Perburuan kuskus di desa
peraturan pemerintah yang melindungi Ayombai, Pulau Moor, Distrik
satwa liar termasuk kuskus, yaitu: Kepulauan Moora diatur oleh
Indonesia sudah melindungi kuskus sejak Adat Istiadat setempat.
tahun 1990 melalui Peraturan Perburuan 2. Tingkat perburuan kuskus di desa
Binatang Liar (PPBL) No. 226/1931, UU No. Ayombai adalah 4,7 % dari
5/1990 tentang konservasi sumber daya alam jumlah Kepala Keluarga yang
hayati dan ekosistemnya, dan UU No. 7/1999 ada sebanyak 64 KK.
tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa 3. Pola dan Tingkat perburuan
(Saragih, Sadsoeitoeboen, & Pattiselanno kuskus didesa ayombai masih
2010; Pattiselanno, 2007). Memperhatikan dikatakan aman karena masih
hal tersebut, perburuan kuskus yang ada di menggunakan alat tradisional dan
desa ayombai diatur dalam adat istiadat tidak menebang pohon untuk
setempat, hal ini merupakan perwujudan berburu kuskus, ikut membantu
pemuka adat, tokoh masyaraat dan masyaraat pemerintah dalam melestarikan
desa Ayombai terhadap peraturan pemerintah kuskus agar tidak punah.
dalam hal ikut bersama-sama Pemerintah 4. Di desa Ayobai, terdapat 2 jenis
melestarian kuskus agar tidak punah. kuskus, yaitu; Kuskus bertotol
Dari hasil penelitian yang telah (Spilocuscus maculatus) dan
dilakukan, dengan mendapatan data pola kuskus tidak bertotol (Phalanger
perburuan kuskus yang diatur oleh adat orientalis) dan 14 jenis-jenis
istiadat desa Ayombai dengan tingkat vegetasi pakan alami kuskus.
perburuannya digolongan aman
dibuktikan dengan jumlah populasi B. Saran
kuskus yang masih banyak dijumpai di di Disarankan adanya penelitian lanjut
desa Ayombai di Pulau Moor Distrik terhadap jumlah populasi kuskus di
Kepulauan Moora Kabupaten Nabire, Pulau Moor dalam rangka pelestarian
diharapkan kedepannya Pulau Moor kuskus agar tidak punah.
selain menjadi tempat penelitian kuskus

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 1990. Fengelolaan Satwa Liar Jilid I. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat
1PB. Bogor.
Aninomous. 1995. Strategi Keanekaragaman Hayati Global. Walhi. Jakarta.

53
ISSN : …. - ….
Volume 1, Nomor 1, Juni 2020

Bailey, J.A. 1984. Principles of wildlife management. John Wiley & Sons, Inc. USA.
Collins, L.R.1973. Monotremes and Marsupials: A Reference for Zoologi Institution.
Washington: Smithsonian Institution.
Dahruddin, H., W.R. Farida, dan A.S. Rohman. 2005. Jenis-Jenis Tumbuhan
Sumber Pakan dan Tempat bersarang kuskus (Famili Phalangeridae) di Cagar
Alam Biak Utara, Papua. Media Konservasi Vol VI (4): 253-258.
Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Penerbit ITB. Bandung.
Farida, W.R., G. Semiadi, dan H. Dahrunddin. 1999. Pemilihan Jenis-jenis Tumbuhan
sebagai tempat bersarang dan sumber pakan kuskus (Famili Phalangeridae) di
Irian Jaya. Jurnal Biologi Indonesia II (5): 253-243.
Fatem, S., S. Diana, and M.St.E. Kilmaskossu. 2008. Dry Matter and Organic of
Cuscus Diet in West Papua. Tigerpaper. Vol 35(2) 17-21.
Flannery, T.F. 1995. Mammals of New Guinea. Robert Brown & Asscociates.
Australia.
Flannery, T. F. 1994. Possums Of The World. A Monograph Of The Phalangeroidae.
Australia.
Lekitoo, K. dan P.O.M. Matani. 2008. Keanekaragaman Flora Taman Wisata Alam
Gunung Meja – Papua Barat. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Manokwari.
Little, R. J. dan Jones, C. E. 1996. Kamus Botani, Penerbit Dahara Prize. Semarang.
Menzies, J. 1. 1991. A Handbook of New Guinea Marsupials atkd Monotremes. Kristen
Press Inc. Madang Papua New Guinea.
Pattiselanno, F. 2007. Perburuan Kuskus Oleh Masyarakat Napan di Pulau Ratewi
Nabire Papua. Biodiversitas. Vol 18(4) 123-126.
Pattiselanno, F. 2004. Dukungan potensi biologi terhadap ekoturisme di Taman
Nasional Laut Teluk Cenderawasih. Media Konservasi Vol IX (2): 99-102.
Petocz, R. G. 1987. Konservasi Alam dan Pembangunan di Irian Jaya. Pustaka Grafitipers.
Jakarta Utara.
Petocz, R.G. 1994. Mamalia darat Irian Jaya. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Sineri, A. 2006. Jenis-jenis Kuskus di Taman Wisata Gunung Meja Kabupaten
Manokwari, Irian Jaya Barat. Biodiversitas Vol VII (2): 175-180.
Soemarwoto, 0. 1991. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djarnbatan.
Jakarta.
Soerianegara, 1. dan A. Indrawan. 1982. Ekologi Hutan Indonesia. Departernen
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Tantra, 1. G. M. 1981. Flora Pohon Indonesia. Balai Penelitian Hutan Bogor. Bogor.
Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

54

Anda mungkin juga menyukai